Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH 1

KONSEP PROFESI KEGURUAN

OLEH :
NAMA : DELLA PUSPITA SARI
NIM : A1JI20086
KELAS : 1B

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur  saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebagai
pencipta atas segala kehidupan yang senantiasa memberikan rahmat-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “Konsep Profesi
Keguruan”
Dalam kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini  semoga Tuhan senantiasa membalas dengan kebaikan yang berlipat
ganda.
            Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan  penyusunan
makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua .
Kendari, 29 November 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................6
PENDAHULUAN...................................................................................................6
Latar Belakang Masalah.......................................................................................6
Rumusan Masalah................................................................................................7
Tujuan Penulisan..................................................................................................7
BAB II......................................................................................................................8
PEMBAHASAN......................................................................................................8
KONSEP DAN SYARAT-SYARAT PROFESI.................................................8
KODE ETIK PROFESI KEGURUAN..............................................................11
ORGANISASI PROFESI KEGURUAN...........................................................15
BAB III..................................................................................................................18
PENUTUP..............................................................................................................18
KESIMPULAN..................................................................................................18
SARAN..............................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah
sekaligus memegang tugas dan fungsi ganda, yaitu sebagai pengajar dan sebagai
pendidik. Sebagai pengajar guru hendaknya mampu menuangkan sejumlah bahan
pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan
dapat membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang
cakap, aktif, kreatif, dan mandiri (Deden, 2011).
Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing, begitu pula dengan
guru. Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh
setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya
di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota
profesi tentang bagaimana mereka melaksanakn profesinya dan larangan-
larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang yang tidak boleh diperbuat atau
dilaksanakan oleh mereka tidak hanay dalam melaksanakan tugas profesi mereka
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam
pergaulannya sehari-hari didalam masyarakat.

Selain itu agar dapat memberikan layanan yang optimal, diperlukan


persyaratan-persyaratan dan ketentuan-ketentuan mengenai bagaimana layanan itu
diberikan (kewajiban) kepada peserta didik. Sikap profesionalisme guru juga patut
diperhatikan guna meningkatkan kinerja guru. Sikap yang baik tercermin dari
pribadi yang baik pula, hal tersebut erat kaitannya dengan kompetensi guru yaitu
kompetensi kepribadian. Empat kompetensii guru (kepribadian, pedagogik, sosial,
dan profesional) menjadi salah satu syarat seorang guru dapat dikatakan
profesional.

Berdasarkan pemaparan tersebut, kami akan membahas  makalah tentang


pengertian profesi, profesi keguruan dan syarat-syarat profesi keguruan, serta
kode etik dan organisasi profesional keguruan.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan beberapa


masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian profesi dan profesi keguruan?
2. Apa saja syarat-syarat dan kode etik profesi keguruan?
3. Apa saja fungsi dan tujuan organisasi profesi keguruan (PGRI)?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan beberapa tujuan
penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian profesi dan profesi keguruan.


2. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dan kode etik profesi
keguruan.
3. Untuk mengetahui apa saja fungsi dan tujuan organisasi profesi
keguruan (PGRI).

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN SYARAT-SYARAT PROFESI


1. Pengertian Profesi dan Syarat-Syarat Profesi
Secara estimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris
yaitu profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui,
adanya pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang ditekankan
pada pekerjaan mental; yaitu adanya persyaratan pengetahuan teoritis
sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis, bukan pekerjaan
manual (Danin, 2002). Jadi suatu profesi harus memiliki tiga pilar pokok,
yaitu pengetahuan, keahlian, dan persiapan akademik.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Webstar (1989), Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang
ingin ditekuni oleh seseorang. Profesi juga diartikan sebagai suatu
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan
khusus yang didapat dari pendidikan akademis yang intensif. Dari
pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa profesi merupakan
pekerjaan yang tidak sembarang orang bisa melakukannya dan dari
pengertian tersebut dapat dilihat syarat-syarat suatu pekerjaan dapat
dikatakan profesi, yakni :
1) Adanya ilmu pengetahuan yang mendasari teknik dan prosedur kerja
yang diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus.
2) Adanya kode etik profesi.

6
3) Adanya pengakuan Formal Legalistik dari masyarakat dan
pemerintah.
4) Adanya organisasi yang memayungi pelaku profesi serta melindungi
masyarakat dari layanan yang tidak semestinya.
Ciri-ciri utama suatu profesi menurut Sanusi,dkk (1991) adalah
sebagai berikut:
 Suatu jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang
menentukan (crusial).
 Jabatan yang menuntut keterampilan  atau keahlian tertentu.
 Keterampilan atau keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.
 Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,
sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum.
 Jabatan itu memerlukan pendidikan tingkat perguruan tinggi dengan
waktu yang cukup lama.
 Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
 Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang dikontrol oleh organisasi profesi.
 Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan
bebas dari campur tangan orang luar.
 Jabatan ini mempunyai prestise yang tingi dalam masyarakat dan oleh
karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
2. Profesi Keguruan dan Perkembangan Profesi Keguruan di Indonesia
Profesi keguruan
PGRI telah merealisasikan pengertian profesi keguruan untuk
pendidikan di Indonesia sebagai berikut:
1) Profesi keguruan adalah suatu bidang pengabdian atau dedikasi
kepada kepentingan anak didik dalam perkembangannya menuju
kesempurnaan manusiawi

7
2) Para anggota profesi keguruan, terikat oleh pola sikapdan perilaku
guru yang dirumuskan dalam kode etik guru Indonesia.
3) Para anggota profesi keguruan, dituntut untuk menyelesaikan suatu
proses pendidikan persiapan jabatan yang relatif panjang.
4) Para anggota profesi keguruan terpanggil untuk senantiasa
menyegarkan sertamenambah pengetahuan (dalam arti khusus dan
dalam arti kedalaman ilmu pengetahuan umum dan pengetahuan
khusus profesi keguruan).
5) Untuk dapat melaksanakan profesi keguruan dengan baik, para
anggota harus memiliki kecakapan atau keterampilan teknis yang
mampu menyentuh nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar.
6) Para anggota profesi keguruan perlu memiliki sikap bahwa jaminan
tentang hak-hak profesional harus seimbang dan merupakan imbalan
dari profesi profesionalnya.
7) Para anggota profesi keguruan sepantasnya berserikat secara
profesional (Maman Achdiat).
Khusus untuk jabatan guru, sebenarnya juga sudah ada yang mencoba
menyusun kriterianya. Misalkan, National Education Association (NEA 1989)
menyarankan kriteria berikut:
a) Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c) Memerlukan persiapan profesional yang lama.
d) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
e) Menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f) Menetukan standarnya sendiri.
g) Lebih mementingkan layanan diatas keuntungan sendiri.
h) Mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin erat.
Perkembangan profesi keguruan di Indonesia Sejarah Pendidikan
Indonesia (1987) secara jelas melukiskan sejarah pendidikan terutama
dalam zaman kolonial Belanda, termasuk profesi keguruan. Guru-guru
yang pada mulanya di angkat dari orang yang tidak dididiksecara khusus

8
menjadi guru yang berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan
guru-guru lulusan dari sekolah guru (kweekschool) yang pertama yang
didirikan pertama kalidi Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru yang
mendesak pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru,
yakni sebagai berikut:

1) Guru lulusan sekolah yaitu guru yang di anggap sebagai guru yang
berwenang penuh.
2) Guru yang bukan lulusan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang
diadakan untuk menjadi guru.
3) Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang
merupakan calon guru.
5) Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang
berasal dari warga yang pernah mengecap pendidikan.
Keadaan seperti itu berlangsung sampai akhir perang kemerdekaan.
Seiring berjalannya waktu sekolah guru makin meningkatkan mutunya,
sehinnga hanya ada satu Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan
(LPTK) dan saat ini di Indonesia telah ada organisasi Persatuan Guru
Republik Indonesia. Dalam sejarahnya guru pernah mempunyai staus yang
tinggi d masyarakat. Namun saat ini telah mulai memudar pudar seiring
kepedulian yang tinggi terhadap imbalan balas jasa. Selain itu kalah gengsi
dari jabatan lain yang pendapatannya lebih baik.

B. KODE ETIK PROFESI KEGURUAN


1. Pengertian Kode Etik
Menurut Undang-undang nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-
pokok kepegawaian. Pasal 28 undang-undang ini menyimpulkan bahwa
kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

9
Berdasar pidato ketua umum PGRI kongres pendidikan XIII,
disimpulkan bahwa kode etik guru Indonesia terdiri dari 2 unsur pokok
yaitu sebagai pedoman moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
Tujuan Kode etik, Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik
dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan
organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik
sebagai berikut (R. Hermawan S,1979):

1) Untuk menjunjung tinggi martabat profesi


Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari
pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang
rendah atau remes terhadap profesi akan melarang. Oleh karenya,
setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-
tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan
nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga
sering kali disebut kode kehormatan.
2) Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan
lahir (atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau
mental).Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode
etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya
yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan
menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi
Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang
bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur
bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota profesi.
3) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan
kegiatan pengabian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat
dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian
dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik

10
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota
profesi dalam menjalankan tugasnya.
4) Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-
norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk
meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
5) Untuk meningkatkan mutu organisasi
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan
kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam
membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang
organisasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung
tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejateraan para
anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.
6) Penetapan kode etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang
berlaku dan mengikat para naggotanya.Penetapan kode etik lazim
dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian,
penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang
diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan
mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di
kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan
profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi
profesi yang bersangkutan.
7) Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis
tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka
barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan seccara

11
murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.

8) Sanksi pelanggaran kode etik


Bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, seingga hal-
hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi
tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-
undang. Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat
menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya
memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana. Sebagai
contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara
tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika
dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi
terhadap pelanggaran kode etik akan mendapat celaan dari rekan-
rekannya,sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si
pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan
bahwa organisasi profesi itu telah sesuai.
2. Kode Etika Guru Indonesia
Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian
terhdap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan
pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada
Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya
cita-cita Proklamasi Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:

1) Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia


Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
2) Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.

12
3) Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai
bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
4) Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang
berhasilnya proses belajar-mengajar.
5) Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung
jawab bersama terhdap pendidikan.
6) Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
7) Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan
kesetiakawanan sosial.
8) Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
9) Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan
C. ORGANISASI PROFESI KEGURUAN
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional,
jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan
mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Bagi guru-guru di
negara kita, wadah ini telah ada yakni Persatuan Guru Republik Indonesia yang
lebih dikenal dengan singkatan PGRI. PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal
25 November 1945, sebagai perwujudan aspirasi guru Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita perjuangan bangsa.
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni, 1986).
Selanjutnya, Basuni menguraikan empat misi utama PGRI, yaitu:
1) Misi politis atau ideologi.
2) Misi persatuan organisatoris.
3) Misi profesi.
4) Misi kesejahteraan.

13
Kelihatannya, dari praktek pelaksanaan keempat misi tersebut dua misi
pertama-misi politis/ideologis, dan misi perasatuan/oranisasi lebih menonjol
realisasinya dalam program PGRI. Ini dapat dibuktikan dengan telah adanya
wakil-wakil PGRI dalam badan legislatif seperti DPR dan MPR. Peranan yang
lebih menonjol ini dapat kita pahami sesuai dengan tahap perkembangan bangsa
dalam era orde baru ini. Dalam pelaksanaan misi lainnya, misi kesejateraan,
kelihatannya masih perlu ditingkatkan. Sementara misi ketiga, misi profesi, belum
tampak kiprah nyatanya dan belum terlalu melembaga.

Dalam kaitannya dengan perkembangan profesional guru, PGRI sampai


saat ini masih mengandalkan pihak pemerintah, misalnya dalam merencanakan
dan melakukan program-program penataran guru serta program peningkatan mutu
lainnya. PGRI belum banyak merencanakan dan melakukan program kualifikasi
guru, atau melakukan penelitian ilmiah tentang masalah-masalah profesional yang
dihadapi oleh para guru dewasa ini. Kebanyak kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu profesi biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan-
kegiatan ulangtahun atau kongres, baik di pusat maupun di daerah. Oleh sebab itu,
peranan organisasi ini dalam peningkatan mutu profesional keguruan belum
begitu menonjo.

Di samping PGRI sebagai satu-satunya organisasi guru-guru sekolah


yang diakui pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut
Musyawarah Guru Mata pelajaran (MGMP) sejenis yang didirikan atas anjuran
pejabat-pejabat Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan profesional dari gur dalam kelompoknya masing-masing.
Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini diatur dengan jadwal yang cukup baik baik
sehingga adanya keterkaitan dan hubungan formal antara kelompok guru-guru
dalam MGMP ini dengan PGRI. Selain PGRI, ada lagi organisasi profesional di
bidang pendidikan yang harus kita ketahui juga yakni Ikatan Sarjana Pendidikan
Indonesia (ISPI), yang saat ini mempunya divisi-divisi antara lain:

1) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)


2) Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN)

14
3) Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia )HSPBI)

Hubungan formal antara organisasi-organisasi ini dengan PGRI masih


belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerja sama yang saling
menunjang dan menguntungkan dalam peningkatan mutu anggotanya. Sebagian
anggota PGRI yang sarjana mungkin juga menjadi anggota salah satu divisi dari
ISPI, tetapi tidak banyak anggota ISPI staf pengajar di LPTK yang juga menjadi
anggota PGRI.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan atau menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum yang
dapat dipertanggung jawabkan. Suatu pekerjaan dapat dikatakan profesi
jika memiliki beberapa syarat-syarat tertentu
Setiap profesi memiliki kode etik masing-masing, kode etik adalah
pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam hidup sehari-hari (Undang-undang nomor 8 Tahun 1974). Pada
dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri.
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan
profesional, jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan
gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi, yakni organisasi
profesi. Bagi guru-guru di negara kita, wadah ini telah ada yakni Persatuan
Guru Republik Indonesia yang lebih dikenal dengan singkatan PGRI.
Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan
kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka (Basuni,
1986).
B. SARAN
Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangatlah penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini. Dan semoga makalah ini dapat menjadi khazanah
pengetahuan khususnya bagi penulis dan juga kita semua.

16
DAFTAR PUSTAKA

Djumiran,dkk. 2010. Profesi Keguruan 2 SKS. Jakarta : Departemen


Pendidikan Nasional
Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:
CV Budi Utama.
Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset.

Musriadi,2016. Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Aplikatif. Yogyakarta:


CV Budi Utama.
Kosasi Raflis, soetjipto. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta

Ramayulis, 2013.Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia

Satory, Djam’an dkk. 2009. Profesi Keguiruan. Jakarta: Universitas Terbuka

Satori,Djam’an, dkk. 2005. Profesi Keguruan: Universitas Terbuka


Setjipto,Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan.
Yogyakarta: PT. Imperial Bhakti Utama.

17

Anda mungkin juga menyukai