Anda di halaman 1dari 24

BAB II

PEMBAHASAN

A. SISTEM AUDIT
a. Pengertian audit SIM
Audit Sistem Informasi menurut Ron Weber (1999,10) adalah proses
pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti untuk menentukan apakah suatu sistem
aplikasi komputerisasi telah menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian intern
yang memadai. Semua aktiva dilindungi dengan baik atau tidak disalahgunakan serta
terjaminnya integritas data, keandalan serta efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
sistem berbasis komputer.

b. Tujuan dari audit SIM


Tujuan audit sistem informasi dapat dikelompokkan dalam dua aspek utama,
a) Conformance (Kesesuaian) pada kelompok tujuan ini audit sistem informasi
difokuskan untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kesesuaian, yaitu:
confidentiality (kerahasiaan), integrity (integritas), availability (ketersdiaan) dan
compliance (kepatuhan).
b) Performance (kinerja) pada kelompok tujuan audit sistem informasi difokuskan
untuk memperoleh kesimpulan atas aspek kinerja, yaitu effectiveness (efektifitas),
efficiency (efisiensi), reliability (keandalan).

Tujuan audit sistem informasi menurut Ron Weber yaitu:

1. Mengamankan Asset
Mengamankan aset, aset (activa) yang berhubungan dengan instalasi
sistem informasi mancakup: perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), manusia (people), file data, dokumentasi sistem, dan peralatan
pendukung lainnya. Sama halnya dengan aktiva-aktiva yang lain, maka aktiva
ini juga perlu dilindungi dengan memasang pengendalian internal. Perangkat
keras dapat rusak karena unsur kejahatan atau sebab-sebab lain. Perangkat
lunak dan isi file data dapat dicuri. Peralatan pendukung dapat digunakan
untuk tujuan yang tidak diortorisasi.

2. Menjaga Integritas Data


Menjaga integritas data, integritas data merupakan konsep dasar audit
sistem informasi. Integritas data berarti data memiliki atribut : kelengkapan,
baik dan dipercaya, kemurnian, dan ketelitian. Tanpa menjaga integritas data,
organisasi tidak dapat memperlihatkan potret dirinya dengan benar atau
kejadian yang ada tidak terungkap seperti apa adanya. Akibatnya, keputusan
maupun langkah-langkah penting di organisasi salah sasaran karena tidak
didukung dengan data yang benar. Meskipun demikian, perlu juga disadari
bahwa menjaga integritas data tidak terlepas dari pengorbanan biaya. Oleh
karena itu, upaya untuk menjaga integritas data, dengan konsekuensi akan ada
biaya prosedur pengendalian yang dikeluarkan harus sepadan dengan manfaat
yang diharapkan.

3. Menjaga Efektivitas Sistem


Menjaga efektifitas sistem, sistem informasi dikatakan efektif hanya jika
sistem tersebut dapat mencapai tujuannya. Untuk menilai efektivitas sistem,
perlu upaya untuk mengetahui kebutuhan pengguna sistem tersebut (user).
Selanjutnya, untuk menilai apakah sistem menghasilkan laporan atau
informasi yang bermanfaat bagi user (misalnya pengambilan keputusan),
auditor perlu mengetahui karakteristik user berikut proses pengambilan
keputusan. Biasanya audit efektivitas sistem dilakukan setelah suatu sistem
berjalan beberapa waktu. Manajemen dapat meminta auditor untuk melakukan
post audit guna menentukan sejauh mana sistem telah mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Evaluasi ini akan memberikan masukan bagi pengambilan
keputusan apakah kinerja sistem layak dipertahankan, harus ditingkatkan atau
perlu dimodifikasi, atau sistem sudah usang, sehingga harus ditinggalkan dan
dicari penggantinya. Audit efektivitas sistem dapat juga dilaksanakan pada
tahap perencanaan sistem (sytem design). Hal ini dapat terjadi jika desainer
sistem mengalami kesulitan untuk mengetahui kebutuhan user, karena user
sulit mengungkapkan atau mendeskripsikankebutuhannya. Jika sistem bersifst
komplek dan besar biaya penerapannya, manajemen dapat mengambil sikap
agar sistem dievaluasi terlebih dahulu oleh pihak yang independen untuk
mengetahui apakah rangcangan sistem sesuai dengan kebutuhan user. Melihat
seperti ini, auditor perlu mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi sistem
dengan berfokus pada kebutuhan dan kepentingan manajemen.
Hal ini dapat terjadi jika desainer sistem mengalami kesulitan untuk
mengetahui kebutuhan user, karena user sulit mengungkapkan atau
mendeskripsikan kebutuhannya. Jika sistem bersifat komplek dan besar biaya
penerapannya, manajemen dapat mengambil sikap agar sistem dievaluasi
terlebih dahulu oleh pihak yang independen untuk mengetahui apakah
rancangan sistem sudah sesuai dengan kebutuhan user. Melihat kondisi seperti
ini, auditor perlu mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi sistem
dengan berfokus pada kebutuhan dan kepentingan manajemen.

4. Mencapai Efisiensi Sumberdaya


Mencapai efisiensi sumberdaya, suatu sistem sebagai fasilitas pemrosesan
informasi dikatakan efisien jika ia menggunakan sunberdaya seminimal
mungkin untuk menghasilkan output yang dibutuhkan. Pada kenyataanya,
sistem informasi mrnggunakan berbagai sumberdaya, seperti mesin, dan
segala perlengkapannya perangkat lunak, sarana komunikasi dan tenaga kerja
yang mengoperasikan sistem tersebut. Sumberdaya seperti ini biasanya sangat
terbatas adanya. Oleh karena itu beberapa kandidat sistem (system alternatif)
harus berkompetensi untuk memberdayakan sumberdaya yang ada tersebut.

c. Macam-macam Audit SIM


Adapun mancam-macam Audit SIM, yaitu:
1. Audit organisasi satuan kerja pengolahan data
Berbagai cara dapat ditempuh untuk menetapkan bentuk pelembagaan
satuan pengolahan data. Akan tetapi cara apa pun yang ditempuh oleh manajemen
dalam pelembagaan satuan kerja ini, prinsip yang sangat mendasar yang harus
dipegang teguh ialah bahwa manajer tertinggi yang memimpin satuan kerja
tersebut haruslah sedekat mungkin dengan para pengambil keputusan kunci, yaitu
para anggota manajemen puncak. Bahkan dalam banyak organisasi, manajer
tersebut menjadi salah seorang anggota tim manajemen puncak. Terdapat paling
sedikit tiga alasan yang sangat kuat mengapa demikian halnya. Pertama: Satuan
kerja pengolah data perlu diberi “status terhormat” dan berada pada eselon
organisasi yang tinggi. Status demikian perlu karena diakui atau tidak, di
kalangan manajemen adakalanya terdapat pandangan yang mengatakan bahwa
hanya satuan kerja pelaksana tugas pokoklah yang “pantas” diperlakukan sabagai
Strategic Business Unit SBU karena peranannya selaku profit centers, sedangkan
satuan-satuan kerja pelaksana tugas pendukung termasuk satuan pengolahan data
tidak, karena tidak memberikan kontribusi langsung kepada perolehan laba atau
keuntungan. Pandangan dikotomis ini sesungguhnya tidak tepat. Bahkan dapat
dikatakan salah karena sesungguhnya semua satuan kerja dalam organisasi harus
diberi kesempatan untuk memainkan peranan strategis dalam rangka pencapaian
tujuan. Pernyataan ini terbukti dengan penekanan kuat pada pentingnya penerapan
prinsip sinerji dalam menjalankan roda organisasi. Kedua: Manajer tertinggi
dalam lingkungan satuan kerja pengolah data mutlak perlu mengetahui berbagai
keputusan strategis yang diambil oleh manajemen puncak memahami latar
belakang keputusan tersebut, bahkan diharapkan turut berperan dalam mengabil
keputusan tersebut. Dengan demikian, manajer satuan pengolahan data
mengetahui langkah-langkah tindak lanjut apa yang akan ditempuh oleh para
manajer yang lebih rendah sebagai rincian dan operasinalisasi keputusan strategis
tersebut. Dengan demikian, manajer satuan kerja pengolah data dengan cepat dan
tepat dapat mengidentifikasi dat yang perlu dikumpulkan da diolah menjadi
informasi. Ketiga: Dengan statusnya yang tinggi dan pengetahuan tetang
implikasi berbagai keputusan yang diambil, para pemimpin berbagai komponen
dan satuan kerja dalam lingkungan organisasi akan bersikap terbuka, artinya
bersedia memberikan berbagai data yang diperlukan untuk diolah.
Konfigurasi organisasional satuan kerja pengolahan data mungkin saja
berbeda dari satu organisasi ke organisasi yang lain tergantung pada berbagai
faktor. Akan tetapi bagaimanapun bentuk konfigurasi tersebut, yang jelas ialah
bahwa semua aspek kegiatan pengolahan data mulai dari identifikasi kebutuhan
informasi dan sumber-sumbernya, analisis data, pengoperasian perangkat keras,
penggunaan aneka ragam perangkat lunak, pengembangan sistem dan
pengawasannya serta distribusi informasi memerlukan pelembagaan. Berarti
bahwa jumlah manajer dan para pekerja otak (knowledge workers) dalam
lingkungan satuan kerja pengolahan data tersebut tidak akan sama untuk semua
jenis organisasi.
Yang akan kalah pentingnya untuk diperhatikan ialah pola pengambilan
keputusan yang berlaku dalam organisasi. Tergantung pada gaya manajerial yang
dominan dalam penerapannya, ada pola pengambilan keputusan yang sifatnya
sentralistik, akan tetapi ada pula yang bersifat desentralistik. Meski pun benar
bahwa dengan makin menyebarnya ketersediaan perangkat keras dan perangkat
lunak dalam organisasi, berkat kehadiran berbagai jenis komputer mikro,
komputer mini, dan bahkan komputer nano yang salah satu implikasinya ialah
makin banyak orang yang mempunyai akses langsung terhadap teknologi
informasi, kenyataan tetap menunjukkan bahwa selalu ada manajemen puncak
yang terus memperhatikan pengunaan pola penganbilan keputusan yang sifatnya
sentralistik. Logisnya dalam situasi terjadinya proliferasi (penyebaran) saranan
pengolahan data, pola desentralistiklah yang sesungguhnya lebih tepat digunakan.
Jika pola yang sentralistik tetap diterapkan, hal demikian bisa saja terjadi karena
filsafat manajerial yang dianut oleh manajemen puncak ataupun karena gaya
kepemimpinannya yang cenderung bersifat otokratik.
Audit manajemen pengolahan data dimaksudkan untuk meneliti dan
mempelajari konfigurasi organisasional tersebut. Sasaran utamanya adalah untuk
memperoleh bahan yang akurat dan faktual tentang tepat tidaknya struktur
organisasi satuan kerja pengolahan data tersebut. Dasar pemikirannya di sini ialah
bahwa dengan struktur organisasi yang tepat, satuan kerja tersebut akan mampu
menjalankan fungsinya, yaitu memberikan dukungan informasi kepada semua
pihak dalam organisasi. Artinya dengan penggunan struktur organisasi yang tepat,
satuan kerja pengolahan data akan mampu bekerja dengan tingkat efisiensi,
efektivitas, dan produktifitas yang setinggi mungkin. Agar sasaran efisiensi,
efektivitas, dan produktivitas kerja tersebut dapat dicapai, audit manajemen
pengolahan data harus pula memahami struktur organisasi perusahaan sebagai
keseluruhan termasuk stratifikasi atau jenjang pengambilan keputusan yang harus
didukung oleh satuan kerja pengolah data.

2. Audit Proses Pengolahan Data


Pengolahan dat pada dasarnya terdiri dari empat langkah utama, yaitu
pengumpulan data, analisis data, penyimpanan data, penyimpanan informasi
sebagai hasil olahan, dan penelusuran untuk digunakan.
a. Pengumpulan Data
Kegiatan pengumpulan data sesungguhnya bermula dari identifikasi
kebutuhan informasi dalam lingkungan data seluruh jajaran organisasi. Telah
dimaklumi bahwa data merupakan bahan mentah atau bahan baku yang diolah
lebih lanjut sehingga bentuknya berubah menjadi informasi. Unit pengolahan data
hanya mampu menghasilkan informasi yang bermutu tinggi dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi apabila data yang dikumpulkan dan diolah juga tinggi
mutunya. Oleh karena itu, segala upaya harus ditempuh untuk menjamin bahwa
data yang terkumpul untuk diolah memang bermutu tinggi.
Pengalaman dan kenyataan menunjukkan bahwa sumber data yang dapat
digarap dapat bersifat internal, akan tetapi sangat mungkin juga bersifat eksternal.
Oleh karena itu langkah pertama yang harus diambil dalam proses pengolahan
data ialah menentukan data apa yang diperlukan serta di mana data tersebut
berada, apakah di dalam organisasi sendiri ataukah harus dicari dari luar
organisasi.
Sumber Data Internal. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara
internal, semua komponen organisasi dalam arti berbagai satuan kerja dan bidang-
bidang fungsional dapat menjadi sumber data. Suatu hal yang sangat penting
didasari oleh pengolahan data dan sumber data internal ialah bahwa hubungan
yang harus dibina antara kedua belah pihak bersifat simbiosis mutualis. Artinya,
sumber data harus terbuka terhadap para pengolahan data dan dengan demikian
bersedia memberikan data yang dimintanya untuk diolah lebih lanjut. Hanya
dengan sifat keterbukaan itulah satuan kerja pengolah data dapat memberikan
dukungan informasi yang diperlukan oleh berbagai satuan kerja lainnya dalam
menyelenggarakan fungsi dan aktivitasnya, khususnya dalam pengambilan
keputusan. Sebaliknya, satuan kerja pengolah data harus mampu memberikan
dukungan informasi yang diperlukan oleh berbagai satuan kerja dan komponen
dalam organisasi.
Audit manajemen pengolahan data perlu meneliti hubungan timbal-balik
seperti itu telah terbina atau tidak. Teknik-teknik yang dapat digunakan untuk
penelitian tersebut antara lain adalah wawancara dan kuesioner.
Sumber Data Eksternal. Dapat dipastikan bahwa suatu organisasi
memerlukan aneka ragam data dari sumber-sumber eksternal. Pemilikan berbagai
data tersebut sangat penting karena dapat mencerminkan situasi lingkungan yang
dihadapi oleh perusahaan yang pada umumnya tidak berada pada posisi statis
melainkan dinamis dan bahkan “cair”. Karena keanekaragaman data yang
diperlukan, sumbernya pun pasti banyak. Contoh-contoh data yang perlu
dikumpulakan dan diidentifikasi sumbernya adalah sebagai berikut:
1. Data di bidang politik dan berbagai kebijaksanaan pemerintah, termasuk di bidang
ekonomi, industri, dan perdagangan, dapat diperoleh dari berbagai instansi
pemerintah yang secara fungsional bertanggung jawab untuk bidang-bidang
tersebut.
2. Data di bidang ekonomi, seperti arah perkembangan industri, neraca perdagangan,
situasi pasar untuk prosuk tertentu, kondisi persaingan baik domestik, regional
maupun global dapat diperoleh dari berbagai sumber, antara lain kamar dagang
dan industri, asosiasi perusahaan sejenis dan lembaga penelitian di lingkungan
perguruan tinggi.
3. Data tentang pasar modal, jumlah uang yang beredar, tingkat pertumbuhan
ekonomi nasional, tingkat dan laju inflasi, dan data-data di bidang keuangan
lainnya dapat diperoleh dari bank sentral, bursa efek, berbagai lembaga keungan,
instansi yang menangani statistik perekonomian nasional, dan perguruan tinggi.
4. Data di bidang permodalan yang sumbernya adalah keuangan dan perbankan,
diperlukan oleh organisasi karena sangat mungkin organisasi, khususnya
organisasi bisnis akan mencari modal tambahan baik untuk kepentingan investasi
maupun untuk kepentingan operasional.
5. Data di bidang ketenagakerjaan dengan berbagai aspeknya, seperti tingkat
pengangguran, kondisi pasaran kerja, tingkat-tingkat upah dan gaji berbagai
kategori pekerja, komposisi tenaga kerja termasuk wanita karier anak-anak dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti departemen yang menangani
ketenagakerjaan secara nasional, kamar dagang dan industri, serikat pekerja, dan
asosiasi perusahaan sejenis.
6. Data lain yang pasti diperlukan menyangkut bahan mentah atau bahan baku dapat
diperoleh dari para pemasok, baik yang sudah menjadi mitra kerja perusahaan
maupun yang belum tetapi berpotensi menjadi pemasok bahan yang diperlukan.
7. Data yang tidak kurang pentingnya untuk dimiliki oleh suatu perusahaan adalah
data tentang konsumen, pelanggan atau pengguna produk perusahaan yang
bersangkutan. Kenyataan menunjukkan bahwa selalu terjadi perubahan perilaku
konsumen atau pelanggan atau nasabah. Perubahan itu dipengaruhi oleh berbagai
faktor, seperti tingkat pedidikan, peningkatan kesejahteraan, peningkatan
penghasilan, karna tersedianya produk lain sejenis yang dipandang lebih baik
misalnya dari segi mutu dan harga atau karna tersedianya produk substitusi yang
manfaatnya dinilai sama dengan produk yang sudah biasa digunakannya. Juga
mungkin karna dipasar tersedia produk yang dipandang sedang trendy, yang
sering mempunyai dampak kuat terhadap “selera” konsumen mengingat sifat
latah manusia. Data tentang perilaku dan preferensi para konsumen tersebut perlu
dimiliki agar perusahaan dapat melakukan rancang bangun kembali produknya
dengan dua maksud utama, yaitu: (a) agar konsumen lama tetap loyal kepada
produk perusahaan yang selama ini sudah disenanginya, dan (b) agar produk
tersebut mempunyai daya tarik bagi para konsumen baru.
Audit manajemen pengolahan data harus bisa mengungkapkan situasi yang
sebenarnya dalam arti apakah semua sumber yang seharusnya digarap telah
digarap dengan baik atau tidak. Jika tidak, penting untuk mengidentifikasi faktor-
faktor penyebabnya dan memberikan saran kepada manajemen tentang cara-cara
yang mungkin ditempuh untuk mengatasinya.

b. Analisis Data

Data dikatakan bahwa analisis data merupakan langkah yang sangat penting
dalam kegiatan pengolahan data. Ini karna, data hanya merupakan bahan mentah atau
bahan baku yang tidak mempunyai nilai intrinsik sebagai instrumen pendukung dalam
menjalankan berbagai kegiatan manajerial, terutama dalam pengambilan keputusan.
Yang mempunyai nilai intrinsik hanyalah informasi. Salah satu tugas pokok satuan
kerja pengolah data adalah untuk menjamin bahwa bahan yang disampaikannya
kepada manajemen, baik manajemen puncak maupun manajemen berbagai bidang
fungsional harus berupa informasi.

Dengan perkataan lain kegiatan analisis data dimaksudkan untuk mengubah


data menjadi informasi yang siap pakai bagi orang lain dalam organisasi atau
perubahan. Dalam hal ini ada tiga hal penting yang perlu mendapat perhatian.

Pertama: Telah pernah disinggung dalam buku ini bahwa informasi yang
dapat mengambil berbagai bentuk seperti fakta yang dinyatakan secara tertulis,
angka-angka, bagan, grafik, dan gambar harus memiliki ciri-ciri kemutakhiran,
kelengkapan, keandalan, akurasi, dan dapat dipercaya. Informasi haruslah faktual
sehingga tidak bisa lagi diinterpretasikan oleh seseorang subjektif. Selama sesuatu
masih mungkin diinterpretasikan dengan cara yang berbeda sehingga mempunyai
makna yang berlainan, sesuatu itu masih berupa data yang perlu diolah terlebih lanjut.

Kedua: Para analisis data perlu mengetahui siapa yang akan menjadi
pengguna informasi yang dihasilkan itu. Hal ini sangat penting karena informasi yang
sama sangat mungkin digunakan oleh berbagai satuan kerja dalam organisasi. Karena
berbagai satuan kerja yang terdapat dalam organisasi mempunyai misi yang harus
dikerjakan serta fungsi yang harus dijalankan, cara menggunakan informasi yang
diperolehnya pun akan berbeda dengan satuan kerja yang memiliki misi dan fungsi
yang berlainan. Misalnya, informasi tentang pemasok mempunyai implikasi tertentu
bagi satuan kerja yang menangani produksi, dan berlainan apabila dibandingkan
dengan implikasinya bagi satuan kerja yang menangani pembelian. Disamping itu,
para analisis data harus mengetahui untuk apa informasi tersebut dipergunakan. Ada
informasi yang mungkin hanya untuk sekedar diketahui. Ada informasi yang segera
akan digunakan untuk mengambil keputusan, baik yang sifatnya rutin maupun non
rutin. Tidak mustahil ada pihak dalam organisasi yang merasa perlu memiliki
informasi tertentu, meskipun tidak akan segera digunakannya, akan tetapi harus
tersedia setiap waktu informasi tersebut diperlukan, just in case.

Ketiga: Ada informasi yang diperlukan oleh pihak-pihak tertentu dalam


organisasi sebagai bahan yang karena pertimbangan tertentu masih memerlukan
pengolahan atau analisis labih lanjut.

Audit atas analisis data bertujuan untuk mengetahui apakah informasi yang
dihasilkan memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang memerlukannya atau tidak.
Dengan perkataan lain untuk melihat apakah ciri-ciri yang disinggung dimuka
terpenuhi atau tidak termasuk ketepatan waktu penyampaiannya kepada yang
berkepentingan.

c. Penyimpanan Informasi

Sebagai bagian integral dari proses pengolahan data, penyimpanan informasi


penting karna paling sedikit empat pertimbangan utama, yaitu keamanan informasi,
kerahasiaan informasi, biaya penyimpanan informasi, dan akses terhadap informasi
jika diperlukan.

Keamanan Informasi. Yang dimaksud dengan keamanan informasi ialah


menjaga agar informasi yang dihasilkan terhindar dari (a) berbagai kemungkinan
kerusakan misalnya karena bahaya kebakaran dan kebanjiran karena tempat
penyimpanan tidak tepat, dan (b) kemungkinan dicuri oleh orang atau pihak yang
sebenarnya tidak berhak memiliki informasi tersebut. Pencurian informasi dapat
dilakukan oleh “orang-orang dalam” terutama apabila informasi tersebut dapat
dijualnya kepada orang atau pihak lain, seperti kepada pesaing, dalam hal adanya
terobosan baru atau desain produk baru, akan tetapi dapat pula dilakukan oleh
organisasi atau perusahaan lain yang ingin memiliki informasi tersebut. Oleh karna
itu, keamanan informasi menjadi sangat penting karena biasanya terobosan atau
desain produk baru hanya tercipta setelah dilakukan penelitian dan pegembangan
yang memakan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit. Organisasi atau
perusahaan yang berhasil melakukan terobosan dan desain baru itu sangat mungkin
meraih keunggulan komparatif. Itulah sebabnya pencurian informasi bukannya
mustahil terjadi. Bahwa suatu organisasi atau perusahaan melakukan kegiatan
“intelegens” kiranya sudah merupakan rahasia umum.

Kerahasiaan Informasi. Berkaitan erat dengan keamanan informasi ialah


kerahasiaannya. Semua organisasi memiliki informasi yang dipandang bersifat
“rahasia”. Informasi tentang hasil penelitian dan pengembangan, informasi tentang
desain produk, informasi tentang volume produksi, informasi penjualan, dan
informasi keuangan adalah beberapa di antaranya. Segala upaya harus dilakukan
untuk menjamin bahwa informasi tersebut jatuh ke tangan orang atau pihak yang
tidak berhak.

Biaya Penyimpanan Informasi. Mengenai biaya penyimpanan informasi,


faktor efisiensi harus diperhatikan mengingat perusahaan terutama yang besar
memiliki banyak informasi yang terakumulasi berbarengan dengan perjalanan waktu,
baik sebagai “produk” kegiatan menjalankan roda organisasi maupun yang disengaja
dikumpulkan untuk kepentingan organisasi di masa depan. Oleh karena itu,
manajemen harus secara teliti memilih sarana penyimpanan informasi. Sesungguhnya
peningkatan efisiensi penyimpanan informasi tidak terlalu sulit dilakukan karena
banyak jenis produk yang dapat digunakan sebagai sarana penyimpanan informasi
seperti hard disc yang memang sudah “dipasang” dalam komputer, floppy disc atau
disket, microfilm, punched cards, dan kertas. Pengalaman menunjukkan bahwa alat
penyimpanan di atas kertas dewasa ini semakin berkurang penggunaannya, bukan
hanya karena ruang penyimpanan yang besar akan tetapi juga karena faktor keamanan
dan kerahasiaan informasi.
Audit atas penyimpanan informasi bertujuan untuk memilih teknologi tepat
guna dalam rangka menghemat biaya penyimpanan.

Akses kepada Informasi. Berbicara tentang akses kepada infomasi, pada


dasarnya bebicara tentang dua hal. Pertama: Setiap orang yang berhak dan perlu
mengakses informasi harus dapat melakukannya dengan mudah dan dalam waktu
yang singkat. Dengan demikian informasi akan benar-benar mendukung proses
manajerial yang harus dilakukan oleh berbagai pihak dalam organisasi, termasuk
kegiatan pengambilan keputusan. Penting untuk dicatat bahwa demi keamanan akses
tersebut, dua hal perlu diperhatikan, yaitu: (a) kepada berbagai pihak yang berhak
memperoleh informasi tertentu perlu diberikan password oleh satuan pengolahan data
dan pada umumnya password tersebut diganti secara berkala dan dengan demikian
terjamin bahwa hanya mereka yang berhak yang dimungkinkan mengakses informasi
tertentu; (b) akses kepada informasi tidak tergantung pada hadir tidaknya karyawan
yang bertanggung jawab dalam hal penyimpanan data atau informasi. Oleh karena itu
harus diciptakan sistem yang andal untuk mengakses data. Kedua: Sistem mengakses
informasi harus pula mengandung jaminan bahwa informasi tidak mungkin atau
sangat sukit diakses oleh mereka yang tidak berhak. Salah satu cara yang biasanya
ditempuh untuk membatasi akses tersebut ialah dengan menyatakan wilayah tempat
penyimpanan informasi sebagai wilayah “tertutup” (restriced area) yang tidak boleh
dimasuki oleh mereka yang tidak berhak atau hanya boleh dimasuki dengan izin
khusus misalnya dengan menggunakan tanda pengenal tertentu dan selalu disertai
oleh petugas yang bertanggung jawab untuk menjaga ruangan tersebut.

Demikian pentingnya pengamanan terhadap akses informasi sehingga selalu


menjadi salah satu objek audit pengolahan data. Hal ini karena suatu organisasi atau
perusahaan dapat menderita kerugian yang besar apabila sampai terjadi pencurian
informasi oleh pihak lain. Dengan perkataan lain, upaya menciptakan informasi yang
memenuhi kebutuhan informasi bukanlah tanpa biaya. Karena sifatnya yang sudah
“siap pakai” informasi yang diambil oleh pihak lain tidak lagi harus mengeluarkan
biaya untuk memperoleh informasi tersebut. Bukan hanya itu, informasi perusahaan
yang sesungguhnya bersifat “rahasia” memungkinkan pihak lain seperti pesaing
mengetahui langkah-langkah strategis apa yang akan diambil oleh perusahaan di masa
depan dan dengan demikian dapat “mendahului” perusahaan tersebut mengambil
langkah dimaksud dan memetik keuntungan yang besar dari padanya. Misalnya
dalam meluncurkan dan memasarkan produk baru.

Audit atas kemanan dan kerahasiaan informasi bertujuan untuk meyakinkan


bahwa sistem pengamanan dan pemeliharaan rahasia organisasi atau perusahaan
benar-benar dapat diandalkan. Jika ditemukan kelemahan, auditor harus pula mampu
memberikan saran-saran untuk mengatasinya.

3. Audit Perangkat Keras

Komponen yang sangat penting dalam pengolahan data secara elektronik


ialah perangkat keras (hardware). Telah diketahui secara meluas bahwa industri
teknologi informasi telah berhasil memproduksikan aneka ragam perangkat keras
atau komputer. Ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang seperti merknya,
reputasi produsennya, ukurannya, kemampuannya, kecepatan kerjanya, mutunya,
harganya, distributor atau agen penjualannya, dukungan suku cadang, dukungan
pemeliharaan, dukungan pelatihan bagi pengguna, dan pelayanan purna jualnya.

Kombinasi dari berbagai faktor tersebut tercermin pada tersedianya perangkat


keras yang dapat dikategorikan sebagai komputer pusat (mainframe), komputer mini,
komputer mikro, dan komputer makro. Seperti telah dibahas di muka, berbagai
konfigurasi komputer memungkinkan suatu perusahaan untuk memutuskan apakah
pengolahan data dalam perusahaan dilakukan berdasarkan pendekatan sentralisasi
atau kombinasi dari keduanya. Tidak ada pedoman yang berlaku umum mengenai hal
ini. Berarti setiap perusahaan harus memutuskan sendiri pola mana yang akan
digunakannya. Akan tetapi pengalaman banyak orang menunjukkan bahwa pola
kombinasilah yang paling banyak digunakan. Dengan perkataan lain dan ini terutama
berlaku bagi perusahaan besar, perusahaan menggunakan mainframe karena perlunya
pangkalan data, data base tunggal dan dalam pada itu memungkinkan berbagai
komponen atau satuan kerja dalam perusahaan mengelola data sendiri dengan
menggunakan komputer mikro atau komputer mini seperti Personal Computer dan
Notebook.

Kecenderungan demikian semakin menonjol karena manajemen puncak


tampaknya semakin menadari bahwa efisiensi, efektivitas, dan produktivitas
perusahaan dapat ditingkatkan dengan memberikan kebebasan dan “otonomi” yang
semakin besar kepada para manajer yang lebih rendah untuk mengambil keputusan
sesuai dengan tuntutan kondisi dan situasi di lapangan.

Ada beberapa alasan mengapa harus dilakukan audit manajemen pengolaha


data terhadap perangkat keras. Pertama: Perlu diteliti alasan yang digunakan oleh
manajemen puncak dalam memutuskan pola pemroresan data dalam organisasi.
Tujuannya ialah untuk mengetahui apakah alasan tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dari segi kepentingan perusahaan atau tidak. Kedua: Apakah
berbagai akibat keputusan tersebut telah dipertimbangkan dengan matang. Misalnya,
jika perusahaan menggunakan pola yang sentralistik maka dampaknya dapat
menimbulkan sikap apatis pada manajer bawahan. Ini perlu dipertimbangkan dengan
cermat. Ketiga: Untuk mengetahui kebijaksanaan perusahaan tentang pengadaan
perangkat keras tersebut. Misalnya, apakah pembeliannya dilakukan secara terpusat
oleh bagian pembelian ataukah menyerahannya kepada para pengguna perangkat
keras tersebut? Ada keunggulan dan kelemahan dari cara manapun yang diterapkan.
Jika pembelian dilakukan secara terpusat, keunggulan utamanya terletak pada posisi
tawar perusahaan yang kuat dalam menghadapi vendor. Akan tetapi, pembelian
secara terpusat dapat dikatan mengabaikan atau paling sedikit kurang memperhatikan
preferensi pemakainya pada eselon bawahan. Sebaliknya, jika pembelian dilakukan
dengan pola desentralisasi, kelemahan utamanya terletak pada kenyataan bahwa
posisi tawar pembeli menghadapi penjual relatif lemah. Disamping itu
pemeliharaanya menjadi rumit dan mahal karena berbagai merek, konfigurasi, dan
karakteristik lain yang berbeda-beda . kelebihannya ialah bahwa perangkat keras
yang dibeli bukan hanya sesuai dengan preferensi pengguna, akan tetapi juga sesuai
dengan keterampilan pemakai yang mungkin tidak atau kurang memahami segi
trknologi perangkat keras tersebut.
Singkatnya, audit perangkat keras bertujuan untuk menjamin bahwa (a)
konfigurasi perangkat keras yang dimiliki perusahaan sesuai dengan kebutuhan
informasi, baik untuk kepentingan rutin maupun nonrutin, (b) aspek psikologis
penggunaan teknologi informasi diperhitungkan dengan matang, khususnya aspek
pemberian kesempatan pada para manajer eselon bawahan untuk berpartisipasi aktif
dalam pengambilan keputusan, (c) perusahaan telah mempertimbangkan Kenyataan
bahwa usia satu “generasi” perangkat keras relatif makin pendek, (d) pengoperasian
perangkat keras tersebut didukung oleh para pekerja otak (brainware) yang
memenuhi kualifikasi yang diperlukan sehingga baerbagai komponen perusahaan,
dan (e) biaya pengadaan dan pemeliharaannya sudah merupakan beban yang paling
ringan sehingga tidak sulit bagi perusahaan untuk memikulnya.

4. Audit Perangkat Lunak

Pentingnya perangkat lunak dalam keseluruhan proses pengolahan data secara


elektronik terlihat jelas pada kenyataan bahwa secanggih apa pun perangkat keras
yang dimiliki oleh satu perusahaan, manfaat kecanggihan tersebut hanya dapat dipetik
secara maksimal apabila disertai oleh perangkat lunak yang sesuai. Inti dari seluruh
perangkat lunak ialah program atau intruksi yang diberikan oleh programmer kepada
computer untuk melakukan “pekerjaan” tertentu.

Sangat menarik untuk mengamati dan menyimak bahwa berbarengan dengan


perkembangan di bidang perangkat keras, tercipta pula berbagai jenis perangkat
lunak yang memungkinkan berbagai penggunaan perangkat keras tersebut. Telah
umum diketahui bahwa salah satu bidang industri yang berkembang dengan sangat
pesat sekarang ini adalah industri perangkat lunak. Telah dimaklumi pula bahwa ada
perangkat lunak yang diciptakan oleh perusahaan yang menghasilkan perangkat
keras, tetapi banyak jenis perangkat lunak yang dihasilkan oleh berbagai perusahaan
yang khusus bergerak dalam bidang tersebut. Jika perangkat lunak tertentu dihasilkan
oleh perusahaan produsen perangkat keras, perangkat lunak tersebut biasanya
digunakan untuk mengoperasikan perangkat keras yang dihasilkan oleh perusahaan
yang sama. Akan tetapi, jika perangkat lunak tertentu dihasilkan oleh perusahaan
yang bergerak khusus dalam bidang itu, produk tersebut biasanya bersifat compatible
dalam arti dapat digunakan oleh berbagai perangkat keras lain, tidak terikat kepada
merk atau perusahaan produsennya. Hasil ciptaan perangkat lunak tersebut terwujud
antara lain dalam makin banyaknya “bahasa” computer yang dewasa ini makin
wudah memperolehnya sehingga penggunaannya tidak lagi terbatas pada aplikasi
yang sifatnya konvensional seperti hitung menghitung, penyediaan data statistik, dan
aplikasi lain yang sejenis, akan tetapi juga untuk aplikasi lain yang jauh lebih
canggih, seperti dengan produk baru, kepentingan komunikasi, mengakses informasi
di Internet, dan untuk kepentingan multimedia. Singkatnya untuk aplikasi yang dapat
dikatakan tidak lagi terbatas.
Oleh karena itu, perangkat lunak merupakan salah satu objek audit
manajemen pengolahan data. Tujuannya ialah untuk menemukan fakta tentang
apakah perangkat lunak yang digunakan sudah merupakan perangkat yang paling
tepat atau tidak, dan apakah penggunaannya sudah benar-benar untuk memenuhi
kebutuhan informasi perusahaan. Selain itu, penting pula diketahui apakah perangkat
lunak yang digunakan oleh perusahaan diciptakan sendiri secara intern, ataukah
diperoleh dengan jalan membelinya dari pihak lain atau vendor tertentu. Jika
perangkat lunak itu dibeli dari pihak lain atau dari vendor, norma-norma moral dan
etika menuntut agar pihak lain atau vendor tersebut adalah perusahaan yang bonafide
dan tidak menjual sebuah produk bajakan. Memang benar bahwa produk bajakan
mempunyai kemampuan yang sama dengan aslinya dan harganya pun jauh lebih
murah. Akan tetapi pembajaknya melanggar “hak cipta” (intellectual property rights)
dari pemiliknya yang sah dan dengan demikian merupakan tindakan yang tidak etis
apabila perusahaan tertentu membeli dan menggunakan hasil bajakan tersebut. Audit
harus mampu menemukan fakta tentang hal ini dan apabila terjadi, menyarankan
kepada manajemen puncak agar hal tersebut tidak terulang lagi.

5. Audit Pekerja Otak (Brainware)

Telah diketahui secara umum bahwa peranan para pekerja otak (brainware)
atau unsur manusia dalam pengolahan data tidak hanya bersifat strategis, akan tetapi
sangat dominan dan menentukan. Secanggih apa pun perangkat keras yang tersedia,
semutakhir apa pun perangkat lunak yang ada dan kebutuhan akan informasi apa pun
yang akan timbul dan harus dipenuhi, pada analisi terakhir semuanya tergantung
pada unsur manusianya.

Seperti diketahui para pekerja otak dalam pengolahan data terdiri dari tenaga-
tenaga spesialis dalam berbagai aspek informatika, baik karena latar belakang
pendidikan dan pelatihan yang telah pernah ditempuhnya yang pada gilirannya
membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan tertentu maupun karena
bakat, minat, dan pengalamannya. Mereka dapat dikategorikan pada berbagai jenis
klasifikasi jabatan seperti: (a) mereka yang menduduki berbagai jabatan manajerial
dalam satuan kerja pengolahan data, (b) pengembangan system, (c) analisis system,
(d) pemrogram (programmer), (e) pimpinan proyek, (f) pengawas dan pengendali
system, dan (g) operator mesin-mesin computer dan perangkat keras lainnya.

Sesungguhnya persyaratan yang harus dipenuhi oleh para pekerja otak ini
jauh lebih berat dibandingkan dengan karyawan lain dalam perusahaan. Dikatakan
demikian karena selaku pengolah data dan penyedia informasi bagi seluruh
perusahaan, pekerja otak dituntut memahami dengan tepat seluk-beluk perusahaan,
seperti yang menyangkut (a) sector industri dimana perusahaan bergerak, (b) sejarah
perusahaan, (c) struktur organisasi perusahaan, (d) kultur organisasi, (e) filsafat
perusahaan, (f) orientasi perusahaan, (g) produk perusahaan baik dalam arti hanya
menghasilkan satu produk unggulan atau menempuh kebijaksanaan diverifikasi
produk, (h) proses produksi yang harus dipakai, (i) pangsa pasar yang telah dan ingin
dikuasai, (j) segmen pasar yang sudah dan mau dimasuki, (k) pemasok bahan mentah
atau bahan baku, (l) sifat persaingan yang dihadapi, dan (m) pihakpihak yang
berkepentingan, termasuk pemilik modal, pemilik saham, manajer, pemerintah, dan
karyawan. Singkatnya, pengenalan yang tepat tentang seluruh seluk-beluk
perusahaan. Pengenalan ini mutlak perlu karena dengan demikian mereka akan
mengetahui kebutuhan informasi yang harus dipenuhi dan sumber data internal dan
eksternal yang perlu digarap.
Oleh karena itu, segala upaya harus ditempuh untuk menjamin tersedianya
pekerja otak yang memenuhi persyaratan pengetahuan, keterampilan, kepribadian,
sikap, dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan semua komponen perusahaan yang
harus dilayani dan didukungnya. Pernyataan di atas berarti bahwa manajemen
sumber daya manusia dalam perusahaan harus mengambil semua langkah dalam
bidang fungsional yang penting ini secara tepat. Berarti semua fungsi manajemen
sumber daya manusia harus terselenggara sebaik mungkin antara lain meliputi: (a)
perencanaan tenaga kerja pengolah data dengan berbagai kategori dan klasifikasinya,
(b) rekrutmen, (c) seleksi, (d) orientasi, (e) penempatan, (f) pelatihan dan
pengembangan, (g) perencanaan dan pengembangan karier, (h) sistem imbalan yang
efektif, (i) penyediaan jasa-jasa dan bantuan organisasi, (j) penilaian kerja objektif
dan rasional, (k) pemeliharaan hubungan yang serasi antara tenaga kerja tersebut
dengan perusahaan, dan (l) program pension yang memungkinkan mereka
mempertahankan martabatnya sebagai manusia apabila mereka harus “turun dari
panggung kekayaan”.

Dengan demikian diharapkan pekerja otak tersebut akan; (a) memiliki


motivasi yang tinggi untuk memberikan kontribusi maksimal kepada perusahaan, (b)
menampilkan sikap yang positif terhadap perusahaan, (c) bersedia membuat
komitmen yang besar, keberhasilan perusahaan mencapai tujuan dan berbagai
sasarannya, serta (d) bersedia memikul tanggung jawab yang besar yang kesemuanya
akan mengejewantah dalam efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja yang tinggi.

Audit manajemen pengolahan data dalam bidang ini bertujuan untuk


mengungkapkan fakta tentang kebijaksanaan dan praktek perusahaan tentang
perlakuan yang diberikannya kepada pekerja otak tersebut. Banyak jenis teknik audit
yang dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta-fakta tersebut seperti wawancara,
kuesioner, penelitian dokumen perusahaan, dan sebagainya. Dengan asumsi bahwa
penyelenggara audit adalah tenaga professional yang menguasai bidangnya, mereka
akan dapat menentukan teknik audit apa yang paling tepat digunakan. Yang jelas
ialah bahwa temuannya disampaikan kepada manajemen puncak, kepada manajer
sumber daya manusia, dan kepada para pekerja otak yang bersangkutan, baik untuk
perbaikan apabila diperlukan, maupun demi peningkatan kinerja para pekerja otak
tersebut di masa yang akan datang.

c) PENGEMBANGAN USAHA

1. Pengertian Pengembangan

Sehubungan dengan pengembangan usaha, hal ini tergantung pada


kemampuan pengusaha dan pengelolanya dalam usahanya setiap hari. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengembangan adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan.

Pengembangan merupakan usaha yang terencana dari organisasi untuk


meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan pegawai. Pengembangan
lebih di tekankan pada peningkatan pengetahuan untuk melakukan pekerjaan pada
masa yang akan datang, yang dilakukan melalui pendekatan yang terintergrasi dengan
kegiatan lain untuk mengubah perilaku kerja.

Pada penelitian AY Lubis, menurut Hafsah pengembangan adalah upaya yang


dilakukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian
bimbingan dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan
kemampuan usaha usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Sedangakan menurut Mangkuprawira menyatakan bahwa pengembangan


merupakan upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin digunakan segera
atau sering untuk kepentingan di masa depan. Pengembangan adalah setiap usaha
memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang,
dengan memberikan informasi mempengaruhi sikap-sikap atau menambah
kecakapan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan adalah


segala sesuatu yang dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan
yang sekarang maupun yang akan datang memberikan informasi,
pengarahan,pengaturan, dan pedoman dalam pengembangan usaha.

2. Pengertian Usaha
Setiap manusia tentu mempunyai naluri atau keinginan dalam hidupnya
untuk berusaha mencapai apa yang dicita-citakan. Untuk mencapai keinginan itu
manusia selalu berusaha dalam mencapai kehidupan yang lebih baik. Dalam
usaha inilah manusia dapat mendirikan berbagai macam usaha yang mendapatkan
kesuksesan. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, maka usaha dapat
menimbulkan adanya dunia usaha yang menciptakan barang dan jasa. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, usaha adalah kegiatan dengan menggunakan
tenaga pikiran atau badan untuk menyatakan suatu maksud.
Usaha adalah melakukan kegiatan secara tetap dan terus-menerus dengan
tujuan memperoleh keuntungan, baik yang diselenggarakan oleh perorangan
maupun badan usaha yang berbentuk badan hukum atau tidak berbentuk badan
hukum, yang didirikan dan berkedudukan disuatu daerah dalam suatu Negara.16
Pengertian usaha kecil secara jelas tercantum dalam UU No.9 tahun 1995, yang
menyebutkan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan kekayaan bersih paling
banyak Rp. 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
Dengan hasil penjualan bersih per tahun paling banyak Rp.1.000.000.000,00
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa usaha adalah suatu
kegiatan yang didalamnya mencakup kegiatan produksi, dan distribusi dengan
menggunakan tenaga, pikiran dan badan untuk mencapai suatu tujuan.
Bertitik tolak dari pengertian diatas maka peneliti dapat mengambil suatu
kesimpulan bahwa pengembangan usaha adalah suatu cara atau proses
memperbaiki pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang dengan
meningkatkan perluasan usaha serta kualitas dan kuantitas produksi dari pada
kegiatan ekonomi dengan menggerakan pikiran, tenaga dan badan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Tahapan Pengebangan Usaha

Dalam melakukan kegiatan pengembangan usaha, seseorang wirausaha


pada umumnya melakukan pengembangan kegiatan usaha tersebut melalui tahap-
tahap pengembangan usaha sebagai berikut:
1. Memiliki Ide Usaha
Awal usaha seorang wirausaha berasal dari suatu ide usaha. Ide usaha
yang dimiliki seorang wirausaha dapat berasal dari berbagai sumber. Ide usaha
dapat muncul setelah melihat keberhasilan bisnis orang lain dengan pengamatan.
Selain itu ide usaha juga dapat timbul karena adanya sense of bisiness yang kuat
dari seorang wirausaha.
2. Penyaringan Ide/Konsep Usaha
Pada tahap selanjutnya, wirausahawan akan menuangkan ide usaha ke
dalam konsep usaha yang merupakan tahap lanjut ide usaha ke dalam bagian
bisnis yang lebih spesifik. Penyaringan ide-ide usaha akan dilakukan melalui
suatu aktifitas penilaian kelayakan ide usaha secara formal maupun yang
dilakukan secara informal.
2. Pengembangan Rencana Usaha (Business Plan)
Wirausaha adalah orang yang melakukan penggunaan sumber daya
ekonomi untuk memperoleh keuntungan. Maka komponen utama dari
perencanaan usaha yang akan dikembangkan oleh seorang wirausaha adalah
perhitungan proyeksi rugi-laba dari bisnis yang dijalankan. Proyeksi laba-rugi
merupakan muara dari berbagai komponen perencanaan bisnis lainnya yaitu
perencanaan bisnis yang bersifat operasional. Dalam menyusun rencana usaha
(business plan), para wirausahawan memiliki perbedaan yang dalam membuat
rincian rencana usaha.

3. Implementasi Rencana Usaha dan Pengendalian Usaha

Rencana usaha yang telah dibuat baik secara rinci maupun global,
tertulis maupun tidak tertulis selanjutnya akan diimplementasikan dalam
pelaksanaan usaha. Rencana usaha akan menjadi panduan bagi dalam
pelaksanaan usaha yang akan dilakukan seorang wirausaha. Dalam kegiatan
implementasi rencana usaha, seorang wirausaha akan mengerahkan berbagai
sumber daya yang dibutuhkan seperti modal, material, dan tenaga kerja untuk
menjalnkan kegiatan usaha.

Mengidentifikasi tahapan sangat penting dalam pengembangan usaha


dan kapan hal tersebut terjadi. Kadang kita perlu membahas tahapan tahapan
yang sudah dilakukan, sehingga pengkaji memahami seberapa cepat usaha
telah berkembang sampai pada titik persiapan rencana usaha.

Untuk keperluan perencanaan, menyiapkan jadwal yang jauh lebih rinci


sebagai kalender waktu dan tindakan atau kalender implementasi adalah lebih
baik. Jadwal ini biasanya tidak dimasukkan ke dalam rencana usaha yang
disajikan. Rincian ini akan membantu wirausahawan menetapkan rencana
kemajuan usaha yang realistis. Beberapa hal yang perlu di pertimbangkan
adalah sebagai berikut:
1. Kemajuan akan terjadi lebih lambat dari yang diantisipasi, khususnya ketika
diperlukan kerja sama dari individu atau organisasi eksternal. Meski usaha
mungkin dianggap paling penting bagi wirausahawan, tetapi bagi penanam
modal usaha, pemberi pinjaman, pemasok atau pengacara mungkin tidak
begitu penting. Oleh karena itu mungkin akan terjadi keterlambatan.
2. Batas nyaman yang mencukupi harus selalu dimasukkan dalam perencanaan.
Lakukan pendekatan kepada sumber dana dengan baik sebelumnya, dan
biarkan terjadinya keterlambatan dalam penyerahan dan pemasangan
perlengkapan.
3. Dalam menyiapkan jadwal tahapan yang penting, tawarkan jadwal yang
ambisius tetapi dapat dipenuhi atau dilampaui. Dengan cara ini,
wirausahawan dapat membangun reputasi untuk mencapai sasaran, yang akan
meningkatkan kredibilitas di masa mendatang.

4. Teknik Pengembangan Usaha

Pengembangan usaha merupakan sejumlah tugas atau proses yang


bertujuan untuk menumbuhkan usaha yang dilakukan. Pengembangan usaha dapat
dilakukan dengan beberapa cara diantaranya:
a. Perluasan Skala Usaha
Beberapa cara umum yang digunakan untuk memperluas skala usaha antara lain:
1) Menambah kapasitas mesin dan tenaga kerja serta tambahan jumlah
modal untuk investasi. Ketika memperluas produksi, seorang wirausaha
harus memperhitungkan mengenai prospek pemasarannya.
2) Menambah jenis barang atau jasa yang dihasilkan. Pengembangan
jenis ini baik dilakukan untuk menurunkan biaya jangka panjang
sekaligus menaikkan skala ekonomi.
3) Menambah lokasi usaha ditempat lain.

Perluasan skala usaha juga harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:

1) Produktivitas modal dan tenaga kerja.

2) Biaya tetap dan biaya variabel.

3) Biaya rata-rata.

4) Skala produksi yang paling menguntungkan.

Ketika skala usaha sudah berkembang dititik tertinggi, pengembangan


skala usaha harus dihentikan. Sebagai gantinya usaha dapat dikembangkan
dengan menambah cakupan usaha.
b. Perluasan Cakupan Usaha

Perluasan cakupan usaha atau diversifikasi usaha dilakukan dengan


mengembangkan jenis usaha baru diwilayah usaha yang baru, serta dengan
jenis produk yang baru dan bervariansi.
c. Perluasan Dengan Kerja Sama, Penggabungan dan Ekspansi
Baru. Ada beberapa jenis perusahaan dengan cara ini, yaitu:
1) Joint Venture

Joint venture adalah bentuk kerja sama beberapa perusahaan dari negara
yang berbeda menjadi satu perusahaan untuk mewujudkan konsentrasi
kekuatan-kekuatan yang lebih padat.

2) Merger

Merger adalah proses penggabungan dua perseroan menjadi satu


perusahaan. Salah satu perusahaan tersebut akan tetap berdiri dengan
nama yang sama, sementara perusahaan yang lain akan hilang, dan
kekayaan menjadi milik perusahaan yang baru. Merger terbagi menjadi
tiga, yaitu:
1. Merger horizontal, yaitu merger yang dilakukan oleh usaha
sejenis.
2. Merger vertikal, yaitu merger yang terjadi antara perusahaan-
perusahaan yang saling berhubungan.
3. Konglomerat, yaitu merger antara berbagai perusahaan dengan
produk-produk yang berbeda dan tidak saling berkaitan.
3) Holding Company/Akuisisi

Holding Company adalah penggabungan beberapa perusahaan


dengan salah satu perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dari
perusahaan yang lain dan bisa mengatur perusahaan tersebut.
4) Sindikat
Sindikat adalah kerja sama antara beberapa orang bermodal untuk
mendirikan perusahaan besar.
5) Kartel
Kartel merupakan kesepakatan tertulis antara beberapa perusahaan
yang sejenis untuk mengatur dan mengendalikan berbagai hal dengan tujuan
menekan persaingan dan meraih keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai