Anda di halaman 1dari 17

2.

      KECERDASAN EMOSIONAL


A.    Pegertian kecerdasan emosional
Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 psikolog peter
salovey dari Harvard university dan john meyer dari university of new hampshire (Shapiro,
1997:5). Beberapa bentuk emosional yang di nilai penting bagi keberhasilan, yaitu:
1.      Empati
2.      Mengungkapkan dan memahami perasaaan
3.      Mengendalikan amarah
4.      Kemandirian
5.      Kemampuan menyesuaikan diri
6.      Disukai
7.      Kemampuan memecahkan masalah antar pribadi
8.      Ketekunan
9.      Kesetiakawanan
10.  Keramahan
11.  Sikap hormat

Tingkat kecerdasan emosi tidak terkait dengan faktor genetis, tidak juga hanya bisa
berkembang pada masa kanak-kanak. Tidak seperti IQ yang berubah hanya sedikit setelah
melewati usia remaja, kecerdasan emosi lebih banyak diperoleh melalui belajar dari pengalaman
sendiri, sehingga kecakapan-kecakapn kita dalam hal ini terus tumbuh (goleman, 2000; 9)
Idealnya seseorang dapat menguasai keterampilan kognitif sekaligus keterampilan social
emosional. Barangkali perbedaan paling mendasar antara IQ dan EQ adalah, bahwa EQ tidak
dipengaruhi oleh faktor keturunan, sehingga membuka kesempatan bagi orang tua dan para
pendidik untuk melanjutkan apa yang telah disediakan oleh alam agar anak mempunyai peluang
lebih besar untuk meraih kesuksesan1[3].
Namun, menurut sejumlah hasil penelitian, telah banyak terbukti bahwa kecerdasan emosi
memiliki peran yang jauh lebih signifikan dibanding kecerdasan intellectual (IQ). Kecerdasan
otak (IQ) barulah sebatas syarat minimal dalam menggapai keberhasilan, namun kecerdasan
emosilah yang sesungguhnya (hampir seluruhnya terbukti) mengantarkan seseorang menuju
puncak prestasi.
1
Goleman menggambarkan beberapa ciri kecerdasan emosional yang terdapat pada diri
seseorang berupa
1.      Kemampuan memotivasi diri;
2.      Ketahanan menghadapi frustasi;
3.      Kemampuan mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan;
4.      Kemampuan menjaga suasana hati dan menjaga agar bebas stres tidak melumpuhkan
kemampuan berpikir, berempati dan berdo’a

Walaupun kemampuan memotivasi diri menjadi sesuatu yang sangat penting sebagai wujud
dari kemandirian anak, namun dalam proses perkembangan anak masih memerlukan peran orang
tua untuk memfasilitasi peningkatan motifasi mereka. Untuk itu sebagai orang tua maupun guru
dapat membantu mengembangkan kemampuan menumbuhkan motifasi diri anak melalui ;
a.       Mengajarkan anak mengharapkan keberhasilan
b.      Menyediakan kesempatan bagi anak untuk menguasai lingkungannya
c.       Memberikan pendidikan yang relevan dengan gaya belajar anak
d.      Mengajarkan anak untuk menghargai sikap tidak yang mudah menyerah
e.       Mengajarkan anak pentingnya menghadapi dan mengatasi kegagalan

Adapun ciri-ciri kecerdasan emosi ada lima, yaitu :


1.      Kesadaran diri (self-awareness) mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu pengandilan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis
atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. Unsur-unsur self-awareness terdiri dari :
a.       Kesadaran emosi (emotional-awareness) : mengenali emosi sendiri dan efeknya;
b.      Penilaian diri secara teliti (accurate self-awareness) : mengetahui kekuatan dan batas-batas diri
sendiri;
c.       Percaya diri (self-confidence) : keyakinan tentang hargadiri dan kemampuan sendiri.
2.      Pengaturan diri (self-regulation) : menangani emosi diri sedemikian rupa sehingga berdampak
positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan
sebelum tercapainya suatu sasaran, mampu segera pulih dari tekanan emosi. Self-regulation ini
memiliki unsur-unsur :
a.       Kendali diri (self-control) : mengelola emosi-emosi dan desakan-desakan hati yang merusak;
b.      Sifat dapat dipercaya (trustworthiness): memelihara norma kejujuran dan integritas;
c.       Kehati-hatian (conscientiousness): bertanggung jawab atas kinerja pribadi;
d.      Adaptabilitas (adaptability): keluwesan dalam menghadapi peerubahan;
e.       Inovasi (innovation): mudah menerima dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan
informasi baru.
3.      Motivasi (motivation): menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan
menuntun menuju sasaran, membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif, serta
bertahan untuk menghadapi kegagalan dan frustasi. Motivation memiliki unsur-unsur:
a.       Dorongan prestasi (achievement): dorongan untuk menjadi yang lebih baek atau memenuhi
standar keberhasilan,
b.      Komitmen (commitment): menyesuaikan diri dengan sasaran kelompok atau lembaga;
c.       Inisiatif (initiative): kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan;
d.      Optimisme (optimism): kegigihan dalam memperjuangkan sasaran kendati ada halangan dan
kegagalan.
4.      Empati (empathy): merasakan apa yang dirasakan orang lain, mampu memahami perspektif
mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-
macam orang. Unsur-unsur empathy adalah:
a.       Memahami orang lain (understanding others): menginderaperasaan dan perspektif orang lain
dan menunjukkan minat aktif terhadap kepentingan mereka;
b.      Mengembangkn orang lain (developing others): merasakan kebutuhan perkembangan orang lain
dan berusaha menumbuhkan kemampuan mereka;
c.       Orientasi pelayanan (service orientation): mengantisipasi, mengenali dan berusaha memenuhi
kebutuhan pelanggan;
d.      Memanfaatkan keragaman (leveragingdiversity): menumbuhkan peluang melalui pergaulan
dengan bermacam-macam orang;
e.       Kesadaran polotis (political awareness): mampu membaca arus-arus emosi sebuah kelompok
dan hubungannya dengan perasaan.
5.      Keterampilan sosial (social skill): menangani emosi dengan baik ketika berhubungan dengan
orang lain dan dengan cermat membaca situasi dan jaringan sosial. Unsur-unsur social skill
adalah :
a.       Pengaruh: memiliki taktik untuk melakukan persuasi;
b.      Komunikasi (communication): mengirimkan pesan yang jelas dan meyakinkan;
c.       Managemen konflik (conflict management): negosiasi dan pemecahan silang pendapat;
d.      Kepemimpinan (leadership): membangkitkan inspirasi, memandu kelompok dan orang lain;
e.       Katalisator perubaha (change catalist): memulai dan mengelola perusahaan;
f.       Membangun hubungan (building bonds): menumbuhkan hubungan yang bermanfaat;
g.      Kolborasi dan kooperasi (collaboration and cooperation): kerjasama dengan orang lain dengan
tujuan bersama;
h.      Kemampuan tim (team capabilities): menciptakan sinergi kelompok dalam memperjuangkan
tujuan bersama2[4].

B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi


Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi menjadi dua, yaitu
1.      Faktor internal, adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang mempengaruhi
kecerdasan emosinya, yang terdiri dari:
a.       Aspek jasmani, seperti kesehatan dan kekuatan fisik
b.      Aspek psikologis, seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
2.      Faktor eksternal, adalah lingkungan sekitar seseorang yang melingkupinya, yang terdiri dari:
a.       Rangsangan dari pihak luar
b.      Budaya dan tradisi setempat
c.       Agama dan doktrin-doktrin
d.      Politik dan ekonomi
C.    Langkah-langkah dalam mengembangkan kecerdasan emosional
1.      Mengenali emosi diri sendiri
2.      Memotifasi diri sendiri, kemampuan memotifasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja yang
tinggi, sehingga ia cenderung produktif dan efektif.
3.      Mengenali emosi orang lain, yaitu empati terhadap apa yang dirasakan orang lain. Kemampuan
ini membuat orang tersebut lebih efektif dalam berkomunikasi dengan orang lain
4.      Mengelola emosi orang lain, manusia adalah makhluk emosional. Semua hubungan sebagian
besar dibangun atas dasar interaksi antar manusia yang dengannya seseorang dapat membangun
hubungan antar pribadi yang kokoh.

2
5.      Memotivasi orang lain yang merupakan kelanjutan mengelola emosi orang lain, kemampuan ini
sangat erat kaitannya dengan kemampuan memimpin, menginspirasi, mempengaruhi dan
memotivasi orang lain. Kemampuan membangun kerjasama tim yang kuat untuk mencapai
tujuan bersama.

3.        RELASI KECERDASAN INTELEKTUAL DAN KECERDASAN EMOSIONAL

Banyak di dunia ini hanya mengukur seseorang dari kecerdasan IQ-nya saja.Padahal
menurut penelitian para pakar, kecerdasan IQ hanya menyumbang 5% (maksimal 10%) dalam
kesuksesan seseorang. Mulai dari kita belajar di Sekolah Dasar dari sistem NEM sampai kuliah
dengan sistem IPK. Bahkan tidak jarang banyak perusahaan yang merekrut seseorang
berdasarkan dari test IQ saja.
Seseorang yang hanya memiliki kecerdasan intelektual akan selalu memandang remeh orang
lain yang dianggap kurang mampu dibidang intelektualnya jika tidak dibarengi dengan
kecerdasan emosional. Dia tidak bisa memahami perasaan orang lain bahkan tidak dapat
memberikan apresiasi pada jerih payah orang lain. Sedangkan orang yang memiliki kecerdasan
emosional akan menghargai hasil kerja orang lain dan akan memberikan motivasi agar orang lain
semangat dalam melaksanakan pekerjaannya.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah di paparkan di atas, sudahlah jelas bahwasanya seorang peserta
didik disamping memiliki kecerdasan intelektual harus juga memiliki kecerdasan emosional.
Karena kecerdasan emosional mempunyai pengaruh yang lebih besar ketimbang kecerdasan
intelektual.

Definisi Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ)
adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai,mengelola, serta
mengontrol emosi dirinya dan oranglain di sekitarnya.Dalam hal ini, emosi mengacu
pada perasaan terhadap informasiakan suatu hubungan.  Sedangkan, kecerdasan (intelijen)
mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.Kecerdasan
emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan
kecerdasan intelektual (IQ).Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua
kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap
kesuksesan seseorang.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional
seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
( http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional )

Kecerdasan emosional
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Salah satu contoh pengungkapan emosi seseorang.


Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan
seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di
sekitarnya.[1] Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu
hubungan. [2] Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan
alasan yang valid akan suatu hubungan.[2] Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai
tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).[1] Sebuah penelitian mengungkapkan
bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam
memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.[1]

Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional
seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan
terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara
emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.[3]

https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional

Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut


Pakar Ahli
Pengertian Kecerdasan Emosional Menurut Pakar Ahli

  Kecerdasan emosi semula diperkenalkan oleh Peter Salovy dari Universitas Harvad dan John
Mayer dari Universitas Hampshire. Istilah itu kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman
dalam karya monumentalnya Emotional Intelligence.
Secara etimologi kecerdasan berasal dari bahasa Inggris intelligence yaitu kemampuan untuk
memahami keterkaitan antara berbagai hal, kemampuan untuk mencipta, memperbaharui,
mengajar, berfikir, memahami, mengingat, merasakan dan berimajinasi, memecahkan
permasalahan dan kemampuan untuk mengerjakan berbagai tingkat kesulitan.

Menurut English and English, sebagaimana dikutip oleh Syamsu Yusuf menerangkan bahwa
emosi adalah “a complex feeling state accompanied by characteristic motor and glandular
activies” (suatu keadaan perasaan yang komplek yang disertai karakteristik kegiatan kelenjar dan
motoris).
 Daniel Goleman sendiri mendefinisikan emosi dengan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya,
yakni suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
 Para pakar psikologi telah mendefinisikan kecerdasan emosional dalam bermacam-macam, di
antaranya yaitu menurut:

 a. Reuven Bar-On yang dikutip Steven J. Stein dan Howard E. Book  Kecerdasan emosional
adalah “serangkaian kemampuan, kompetensi, dan kecakapan non-kognitif, yang mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan Kecerdasan emosional
atau lebih dikenal dengan istilah emotional intelligence atau emotional quotient dalam
penggunaannya sering disamakan. Namun secara garis besar ada perbedaan titik tekan dari
penggunaan kata tersebut. Intelligence adalah potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungannya. Quotient merupakan satuan ukuran yang digunakan untuk
intelligence. Jadi kalau panjang diukur dengan meter, berat diukur dengan gram, maka
kecerdasan diukur dengan quotient, karenanya ukuran tingkat kecerdasan selama ini dikenal
dengan IQ.

b. John D Mayer, Peter Salovey  “Emotional intelligence is the innate potential to feel, use,
communicate, recognize, remember, learn, manage, and understand emotions.” Kecerdasan
emosional menunjuk pada potensi alamiah untuk merasa, menggunakan, mengkomunikasikan,
mengenal, mengingat, mempelajari, mengatur dan memahami emosi-emosi.      

c. Steven J. Stein, Ph. D.  Kecerdasan emosional adalah “serangkaian kecakapan yang
memungkinkan kita melapangkan jalan di dunia yang rumit-aspek pribadi, sosial, dan pertahanan
dari seluruh kecerdasan, akal sehat yang penuh misteri, dan kepekaan yang penting untuk
berfungsi secara efektif setiap hari.”

d. Daniel Goleman  “Emotional Intelligence: abilities such as being able to motivate oneself and
persists in the face of frustration: to control impulse and delay gratification; to regulate one’s
mood and keep distress from swamping the ability to think; to empathize and to hope”.

 Artinya: “Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti kemampuan


memotivasi diri dan bertahan dalam menghadapi frustasi; mengendalikan dorongan hati dan
tidak berlebih-lebihan; mengatur suasana hati dan menjaga agar tetap berfikir jernih; berempati
dan optimis”. 
Berdasarkan beberapa pengertian kecerdasan emosional di atas, terdapat beberapa kesamaan.
Sehingga kecerdasan emosional dapat disebut sebagai kemampuan seseorang mengelola
perasaan dirinya supaya lebih baik serta kemampuan membina hubungan dengan sosialnya.
http://skripsi-tarbiyahpai.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-kecerdasan-emosional-menurut.html

Untuk itu, kali ini saya akan sharingkan apa saja ciri-ciri mereka yang mempunyai kecerdasan
emosional yang tinggi. Harapannya, hal ini akan menjadi referensi kita bersama untuk kehidupan
kita yang lebih bermanfaat dan bahagia kedepannya.

1. Fokus pada Hal-hal yang Positif


Mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sadar bahwa percuma saja berlarut-larut
dengan masalah. Fokus pada masalah tidak akan pernah membawa solusi, sebaliknya bersikap
positif dalam menyikapi masalah akan membawa anda pada solusi yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan anda.

2. Mereka yang Berpikiran Positif akan Berkumpul dengan Mereka yang Berpikir Positif
Pula

Orang-orang dengan kecerdasan emosional tinggi tidak akan menghabiskan banyak waktu
dengan berkumpul bersama mereka yang suka mengeluh dan mengumpat. Mendengarkan keluh
kesah dari mereka yang suka berpikir negatif hanya akan membawa menghabiskan energi kita
pada hal yang percuma. Sebaliknya, berkumpul dengan orang yang memiliki pikiran positif dan
penuh semangat akan membuat kita tertular juga. Dan inilah yang pada akhirnya akan
meningkatkan kecerdasan emosional anda juga.

3. Orang dengan Kecerdasan Emosional Tinggi selalu Assertive

Assertive adalah sebuah sikap tegas dalam mengemukakan suatu pendapat, tanpa harus melukai
perasaan lawan bicaranya. Orang yang assertive sangat tahu betul kapan mereka harus bicara,
kapan mereka harus mengemukakan suatu pendapat dan bagaimana cara yang tepat untuk
memberikan sebuah solusi tanpa harus menggurui. Dan yang pasti mereka yang memiliki sikap
assertive selalu berpikir terlebih dahulu sebelum bicara.

4. Mereka adalah Visioner yang siap Melupakan Kegagalan di Masa Lalu

Orang-orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan sibuk memikirkan apa yang akan
dilakukannya di masa depan dan segera melupakan kegagalan di masa lalu. Baginya kegagalan
di masa lalu adalah sebuah pelajaran yang penting diambil untuk mengambil langkah yang lebih
mantab di masa yang akan datang.

5. Mereka Tahu Cara Membuat Hidup Lebih Bahagia dan Bermakna

Dimanapun mereka berada, apakah itu di tempat kerja, di rumah ataupun berkumpul dengan
teman-teman, orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan membawa kebahagiaan bagi
sesamanya. Terkadang arti bahagia bagi mereka tidak harus sebuah kekayaan. Bersyukur akan
nikmat yang didapat hari ini dan membantu orang lain yang membutuhkan pertolongannya akan
membuat mereka merasa bahagia dan bermakna.

6. Mereka Tahu Bagaimana Mengeluarkan Energi Mereka secara Bijak

Mereka yang dikaruniai kecerdasan emosional tinggi, tahu bagaimana memanfaatkan energi
mereka dengan bijak. Mereka tidak akan menghabiskan waktu untuk hal-hal yang percuma saja.
Mereka akan fokus pada tindakan-tindakan yang akan membawa manfaat bagi sesamanya.

7. Terus Belajar dan Berkembang


Mereka yang memiliki kecerdasan emosional tinggi sadar, bahwa apa yang ia ketahui saat ini
masih belumlah apa-apa. Baginya, belajar bukanlah 12 tahun wajib belajar dan 4 tahun kuliah.
Wajib belajar adalah seumur hidup. Mereka selalu terbuka akan hal-hal baru dan berani mencoba
berbagai macam tantangan yang akan membuat mereka berkembang. Kritik dan saran dari orang
lain akan dijadikan sebagai referensi baru dalam mengambil langkah dan keputusan di masa
yang akan datang.

http://bagusberlian.com/7-ciri-ciri-mereka-yang-mempunyai-kecerdasan-emosional-yang-tinggi/

Ciri Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional (EQ) yang


dimiliki seseorang, akan
membuatnya tampil menjadi orang
yang percaya diri, mampu
berkomunikasi dan berhubungan
baik dengan orang lain. Hal ini
karena orang yang memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang
tinggi mampu memahami dan
mengelola emosi mereka sehingga
mereka tahu bagaimana cara
bersikap dan berkomunikasi
dengan orang lain. Oleh karena itu, orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang
tinggi lebih memiliki kesempatan untuk mencapai kesuksesan hidup.

Kecerdasan emosional (EQ) sendiri adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu
memahami dan mengelola emosi mereka. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ)
yang tinggi mampu mengubah emosi menjadi motivasi untuk mencapai kesuksesan. Orang
yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat diamati.

Berikut adalah ciri kecerdasan emosional (EQ):

1. Ingin tahu tentang orang lain

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang pertama adalah selalu ingin tahu tentang orang lain.
Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung suka untuk
berteman dengan orang lain sebanyak mungkin. Mereka merasa ingin tahu tentang orang
lain, bahkan orang yang belum dikenal sekalipun. Merasa ingin tahu dan menjadi tertarik
dengan orang lain juga bisa menumbuhkan empati. Memperluas empati dengan berbicara
dengan orang lain sebanyak mungkin merupakan salah satu cara untuk menambah
pengetahuan dan pandangan hidup Anda tentang dunia.

2. Pemimpin yang besar

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Goleman yakni penulis buku terlaris
internasional Emotional Intellegence, para pemimpin yang luar biasa memiliki satu
kesamaan didalam kepemimpinannya selain bakat, etos kerja yang kuat serta ambisi.
Mereka rata-rata memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi dari pada kecerdasan
intelektual (IQ).

3. Tahu kekuatan dan kelemahan diri

Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah tahu kekuatan dan kelemahan diri.
Orang yang memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi akan mengetahui dimana letak
kekuatan dan kelemahan dari dirinya sendiri. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan
Anda, bisa Anda dijadikan bekal tentang bagaimana seharusnya Anda bertindak dengan
menutupi kelemahan dan mengunggulkan kekuatan yang Anda miliki. Kesadaran akan
keadaan diri ini akan melahirkan kepercayaan diri yang kuat pada diri Anda.

4. Kemampuan untuk fokus dan konsentrasi

Ciri orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah memiliki
kemampuan untuk selalu fokus dan berkonsentrasi dengan apa yang dikerjakan dan apa
yang ingin dicapainya.

5. Manajemen kesedihan

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah dapat memanajemen atau
mengatur kesedihan. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi tahu
bagaimana caranya mengelola emosi, marah bahkan rasa sedih. Walaupun setiap orang
pasti merasakan kesedihan, namun orang yang memiliki keerdasan emosional (EQ) yang
tinggi mampu mangatur dan memanajemen kesedihan yang dirasakannya.

6. Memiliki banyak teman


Ciri kecerdasan emosional (EQ) berikutnya adalah memiliki banyak teman. Orang yang
memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu memahami emosi diri dan emosi
orang lain sehingga tahu bagaimana bersikap dengan orang lain sehingga disukai banyak
orang dan memiliki banyak teman.

7. Selalu menjadi orang yang lebih baik dan bermoral

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang selanjutnya adalah selalu ingin menajdi orang yang
lebih baik dan bermoral. Hal ini berkaitan dengan cara membangun hubungan interpersonal
dengan orang lain.

8. Membantu orang lain

Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah membantu orang lain. Orang yang
memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi cenderung memiliki jiwa sosial yang tinggi
pula, serta memiliki rasa untuk selalu ingin membantu orang lain.

9. Pandai membaca ekspresi wajah orang

Mampu merasakan perasaan orang lain adalah ciri kecerdasan emosional (EQ) yang
selanjutnya. Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu membaca
dan memahami ekspresi seseorang walaupun hanya dengan melihat ekspresi wajahnya
saja.

10. Selalu bangkit dari kegagalan

Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan selalu bangkit dari setiap
kegagalan yang dialaminya. Hal ini dikarenakan ia mampu mengontrol emosi negatifnya
dan mengubahnya menjadi motivasi untuk meraih kesuksesannya.

11. Berkarakter

Ciri kecerdasan emosional (EQ) berikutnya adalah berkarakter. Orang yang memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi adalah orang yang memiliki karakter, kepribadian
serta pendirian yang teguh. Mereka selalu mantap dalam melakukan segala hal karena ia
mampu berfikir dan membuat keputusan yang tepat.

12. Percaya diri


Ciri kecerdasan emosional (EQ) selanjutnya adalah percaya diri. Orang yang memiliki
kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi mampu tampil percaya diri karena ia mengetahui
kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sehingga ia tahu bagaiamana harus
bertindak dan membuat keputusan yang tepat.

13. Memiliki motivasi yang tinggi

Orang yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi selalu memotivasi diri sendiri
untuk selalu fokus dalam meraih dan mewujudkan kesuksesannya.

14. Tahu kapan harus bertindak

Ciri kecerdasan emosional (EQ) yang terakhir adalah tahu kapan harus bertindak. Orang
yang memiliki kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi, memiliki kemampuan untuk
mengontrol dan mengendalikan emosinya. Mereka tidak akan terbawa emosi dan tahu
kapan waktu yang tepat untuk bertindak dan melakukan sesuatu berdasarkan pertimbangan
yang matang.

http://www.gelombangotak.com/Ciri-Kecerdasan-Emosional%20%28EQ%29.htm

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi


Goleman (1997) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi
individu yaitu: (a) Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah pertama dalam
mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan pada saat masih bayi melalui ekspresi. Peristiwa
emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan menetap secara permanen hingga
dewasa.
Kehidupan emosional yang dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak dikemudian hari. (b)
Lingkungan non keluarga. Hal ini yang terkait adalah lingkungan masyarakat dan pendidikan. Kecerdasan
emosi ini berkembang sejalan dengan perkembangan fisik dan mental anak. Pembelajaran ini biasanya
ditujukan dalam suatu aktivitas bermain peran sebagai seseorang diluar dirinya dengan emosi yang
menyertai keadaan orang lain (Goleman, 1997).

Menurut Le Dove (Goleman, 1997) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi antara
lain: (a) Fisik. Secara fisik bagian yang paling menentukan atau paling berpengaruh terhadap kecerdasan
emosi seseorang adalah anatomi saraf emosinya. Bagian otak yang digunakan untuk berfikir yaitu
konteks (kadang kadang disebut juga neo konteks). Sebagai bagian yang berada dibagian otak yang
mengurusi emosi yaitu system limbic, tetapi sesungguhnya antara kedua bagian inilah yang menentukan
kecerdasan emosi seseorang. (1) Konteks. Bagian ini berupa bagian berlipat-lipat kira-kira 3 milimeter
yang membungkus hemisfer serebral dalam otak. Konteks berperan penting dalam memahami sesuatu
secara mendalam, menganalisis mengapa mengalami perasaan tertentu dan selanjutnya berbuat
sesuatu untuk mengatasinya. Konteks khusus lobus prefrontal, dapat bertindak sebagai saklar peredam
yang memberi arti terhadap situasi emosi sebelum berbuat sesuatu. (2) System limbic. Bagian ini sering
disebut sebagai emosi otak yang letaknya jauh didalam hemisfer otak besar dan terutama bertanggung
jawab atas pengaturan emosi dan implus. Sistem limbic meliputi hippocampus, tempat berlangsungnya
proses pembelajaran emosi dan tempat disimpannya emosi. Selain itu ada amygdala yang dipandang
sebagai pusat pengendalian emosi pada otak. (b) Psikis. Kecerdasan emosi selain dipengaruhi oleh
kepribadian individu, juga dapat dipupuk dan diperkuat dalam diri individu. Berdasarkan uraian tersebut
dapat disimpulkan bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang
yaitu secara fisik dan psikis. Secara fisik terletak di bagian otak yaitu konteks dan sistem limbic, secara
psikis meliputi lingkungan keluarga dan lingkungan non keluarga.

Menurut Dinkmeyer (1965) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi anak adalah faktor
kondisi fisik dan kesehatan, tingkat intelegensi, lingkungan sosial, dan keluarga. Anak yang memiliki
kesehatan yang kurang baik dan sering lelah cenderung menunjukkan reaksi emosional yang berlebihan.
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menerapkan disiplin yang berlebihan cenderung lebih
emosional. Pola asuh orang tua berpengaruh terhadap kecerdasan emosi anak dimana anak yang
dimanja, diabaikan atau dikontrol dengan ketat (overprotective) dalam keluarga cenderung
menunjukkan reaksi emosional yang negatif (Dinkmeyer, 1965).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosi. Dalam penelitian ini faktor yang akan diteliti adalah pola asuh orang tua yang
berkaitan dengan emotion coaching yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya sebab emotion
coaching yang diberikan oleh orang tua sejak dini berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak
pada tahapan selanjutnya. Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian yang dikemukakan oleh Collins &
Kuczaj (1991) bahwa parenting style (pola asuh orang tua) memiliki pengaruh yang kuat terhadap
perkembangan anak.

http://arnimabruria.blogspot.co.id/2012/08/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional merupakan sebuah domain dari trait. Kecerdasan emosional di
pengaruhi beberapa faktor, baik faktor yang bersifat pribadi, sosial ataupun gabungan beberapa
faktor. Terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosioal.

Dibawah ini diberikan dua teori penyebab/faktor yang mempengaruhi kecerdasan


emosional berdasarkan teori Goleman dan Agustin.

Menurut Goleman (dalam Ifham, 2002) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional, yaitu:

Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh
keadaan otak emosional seseorang. Otak emosional dipengaruhi oleh amygdala, neokorteks,
sistem limbik, lobus prrefrontal dan hal-hal yang berada pada otak emosional.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal, merupakan faktor yang datang dari luar individu dan mempengaruhi atau
mengubah sikap pengaruh luar yang bersifat individu dapat secara perorangan, secara
kelompok, antara individu Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosi dibagi
menjadi dua, yaitu
1.      Faktor internal, adalah faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang mempengaruhi
kecerdasan emosinya, yang terdiri dari:
a.       Aspek jasmani, seperti kesehatan dan kekuatan fisik
b.      Aspek psikologis, seperti pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
2.      Faktor eksternal, adalah lingkungan sekitar seseorang yang melingkupinya, yang terdiri dari:
a.       Rangsangan dari pihak luar
b.      Budaya dan tradisi setempat
c.       Agama dan doktrin-doktrin
d.      Politik dan ekonomi

Menurut Goleman (dalam Ifham, 2002) terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kecerdasan emosional, yaitu:

Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu yang dipengaruhi oleh

dipengaruhi kelompok atau sebaliknya, juga dapat bersifat tidak langsung yaitu melalui
perantara misalnya media massa baik cetak maupun elektronik serta informasi yang canggih
lewat jasa satelit.

Sedangkan menurut Agustian (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan


emosional, yaitu:

Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal ini akan
membantu individu dalam mengelola, mengontrol, mengendalikan dan mengkoordinasikan
keadaan emosi agar termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman (2007)
kecerdasan emosi erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang
mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem limbik terletak jauh dalam hemisfer otak besar
dan terutama bertanggung jawab atas pengaturan emosi dan impuls. Peningkatan kecerdasan
emosi secara fisiologis dapat dilakukan dengan puasa. Puasa tidak hanya mengendalikan
dorongan fisiologis manusia, namun juga mampu mengendalikan kekuasaan impuls emosi.
Puasa yang dimaksud salah satunya yaitu puasa sunah Senin Kamis.

Faktor pelatihan emosi

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan kebiasaan, dan kebiasaan
rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada pembentukan nilai (value).
Reaksi emosional apabila diulang-ulang pun akan berkembang menjadi suatu kebiasaan.
Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa sunah Senin Kamis,
dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif dilatih agar tidak dilampiaskan
begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang
terbentuk melalui puasa sunah Senin Kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai
landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi.

Faktor pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk mengembangkan
kecerdasan emosi. Individu mulai dikenalkan dengan berbagai bentuk emosi dan bagaimana
mengelolanya melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak boleh hanya
menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, serta
menjadikan ajaran agama sebagai ritual saja. Pelaksanaan puasa sunah Senin Kamis yang
berulang-ulang dapat membentuk pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan
emosi. Puasa sunah Senin Kamis mampu mendidik individu untuk memiliki kejujuran,
komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, kepercayaan,
peguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari pondasi kecerdasan emosi.

http://www.psychologymania.com/2012/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_30.html

Anda mungkin juga menyukai