Anda di halaman 1dari 16

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUID DAN SEMISOLID

“ EMULSI MINYAK KAYU PUTIH ”

NAMA : NURHALIM

NIM : 201802052

DOSEN : JUMASNI ADNAN, S.Farm., M.Si., Apt

DIII FARMASI

STIKES PELAMONIA KESDAM VII/WRB

MAKASSAR

2019
I. PENDAHULUAN

Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya,

yang antara lain terdiri atas produksi kelenjar minyak kulit.

Pembentukan lapisan lemak tersebut terutama untuk melindungi kulit

dari kelebihan penguapan air yang akan menyebabkan dehidrasi kulit

(Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh manusia sehingga

menjadi bagian yang bersentuhan langsung dengan lingkungan, Fungsi

utama kulit adalah sebagai pelindung. Fungsi perlindungan ini terjadi

seperti pelepasan sel-sel yang sudah mati, respirasi dan pengaturan

suhu tubuh, produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen

melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultraviolet, sebagai

perasa dan peraba (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Pengaruh sinar UV dari matahari terhadap kulit adalah :

1. Kulit berwarna hitam

2. Cepat keriput dan tua

3. Kemungkinan terjadi kanker kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).

Minyak kayu putih merupakan tanaman yang tidak asing bagi

masyarakat indonesia karena dapat menghasilkan minyak kayu

putih yang di peroleh dari distilasi daun kayu putih . Minyak kayun

berkhasiat sebagai obat insektisida dan wangi wangian.Daun kayu


putih memiliki aroma yang khas karena mengandung minyak atsiri

atau yang lebih di kenal dengan minyak kayu putih (kasmudjo

1982)

2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bentuk Sediaan

1. Definisi

Ada beberapa definisi emulsi diantaranya : menurut

Farmakope Indonesia, emulsi adalah sediaan yang mengandung

bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam cairan

pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan

yang cocok. Sedangkan menurut Formularium Nasional, emulsi

adalah sediaan berupa campuran terdiri dari dua fase cairan

dalam sistem dispersi fase cairan yang satu terdispersi sangat

halus dan merata dalam fase cairan lainnya, umumnya

dimantapkan oleh zat pengemulsi.

Emulsi dapat sebagai produk akhir atau selama pemrosesan

produk dalam berbagai bidang termasuk industri makanan,

industri pertanian, farmasi, kosmetik, dan dalam bentuk

makanan. Dalam suatu emulsi, salah satu fase cair biasanya

bersifat polar sedangkan yang lainnya relatif non polar.

Penentuan tipe emulsi tergantung pada sejumlah faktor. Jika


rasio volume fasa sangat besar atau sangat kecil, maka fase

yang memiliki volume lebih kecil seringkali merupakan fase

terdispersi (Shelbat-Othman & Bourgeat-Lami, 2009).

2. Kelebihan dan Kekurangan Emulsi

Kelebihan dan Kekurangan Emulsi dengan Mikroemulsi

(Kale & Sharada, 2017).

a. Kelebihan

1) Untuk melarutkan obat-obatan larut lemak

2) Meningkatkan absorpsi obat

3) Meningkatkan absorpsi obat secara topical

4) Menutupi rasa dan bau yang tidak enak

2. Kekurangan

1) Kurang stabil dibandingkan dengan bentuk sediaan lain

2) Memiliki waktu simpan yang pendek

3) Dapat terjadi creaming, cracking, dan flocculation selama

masa penyimpanan

4) Meningkatkan palatabilitas nutrisi Minyak

3. Komposisi

Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu:

a. Komponen dasar, yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus

terdapat di dalam emulsi, terdiri atas:


1) Fase disperse/ fase internal/ fase diskontinu/ fase

terdispersi/ fase dalam, yaitu zat cair yang terbagi-bagi

menjadi butiran kecil di dalam zat cair lain.

2) Fase eksternal/ fase diskontinu/ fase pendispersi/ fase

luar, yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai

bahan dasar (bahan pendukung) emulsi tersebut.

3) Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi

untuk menstabilkan emulsi.

b. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering

ditambahkan ke dalam emulsi untuk memperoleh hasil yang

lebih baik. Misalnya corrigen saporis, odoris, colouris,

pengawet (preservative), dan anti oksidan (Syamsuni, 2006).

B. Zat Aktif

1. Mekanisme Kerja

Minyak kayu putih di gosokkan secukupnya pada bagian tubuh

yang di inginkan.

Dosis

Oleskan secukupnya

2. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap bayi dan ibu hamil

3. Indikasi
Mengurangi peradangan, demam, serta membantu

menghilangkan sesak di dada saat di hirup melalui hidung

dan mengobati pusing.

C. Metode Pembuatan

1. Prosedur kerja

Metode penyulingan biasanya di lakukan secara sederhana

menggunakan metode penyulingan uap air yang berasal dari

dandang . pendingin yang di pakai adalah pipa – pipa tembaga

yang di celupkan ke dalam air.Oleh karena menggunakan

pendingin yang terbuat dari pipa tembaga maka minyak yang

tersuling cenderung terkena cemaran logam Cu berwarna biru

kehijauan.Lama penyulingan biasanya membutuhkan waktu

antara 6-7 jam setiap angkatan.(Gunawan,2008).

II. PREFORMULASI ZAT AKTIF

Nama Oleum cajuputi (FI III ed 3 hal 453)


Nama Lain Minyak kayu putih (FI III ed 3 hal 453)
Berat Molekul -
Rumus Molekul -
Pemerian Tidak berwarna,kuning atau hijau bau khas

aromatic rasa pahit(FI III ed 3, hal 453)


Kelarutan Larut dalam dua bagian etanol (80 %) p, jika

di simpan lama kelarutan berkurang, mudah

larut dalam etanol(90%) (FI III ed 3, hal

453)
Stabilitas -

 Panas

 Hidrolisis

 Cahaya
Inkompabilitas -
Ph -
Dosis -
Bentuk zat aktif yang -

digunakan
Bentuk sediaan -
Keterangan lain -

III. PERMASALAHAN DAN PENYELESAIAN MASALAH

1. Masalah : Di simpan lama mudah bekurang

Penyelesaian : Jadi sediaan ini tidak boleh di simpan dalam

jangka waktu yang lama

IV. PREFORMULASI EKSIPIEN

1. Vaselin album

Nama Vaselin album FI IV hal 822


Nama Lain Vaselin putih FI IV hal 823
Berat Molekul
Rumus Molekul
Pemerian putih atau kekuningan pucat , massa

berminyak
Kelarutan tidak larut dalam air sukar larut dalam

etanol dingin atau dan dalam etanol mutlak

dingin mudah larut dalam benzena


karbonazulfida dalam klorofor larut dalam

heksana dan dalam bagian besar minyak

lemak dan minyak atsiri

Stabilitas -

 Panas

 Hidrolisis

 Cahaya
Fungsi
Inkompabilitas
Konsentrasi -

2. PGA

Nama Vaselin flavum FI IV hal 823


Nama Lain Vaselin putih FI IV hal 823
Berat Molekul -
Rumus Molekul -
Pemerian Seperti lemak kekuningan hingga amber

lemak berflourensisangat lemah walaupun

setelah melebur
Kelarutan Tidak larut dalam air , mudah larut dalam

benzena dalam karbondisulpida dalam

klorofol dan dalam minyak terpenting larut

dalam eter dalam heksana dan umumnya

dalam minyak lemak atsiri praktis tidak

larut dalam etanol dingin dan panas dan

dalam etanol mutlak


Stabilitas

 Panas

 Hidrolisis

 Cahaya
Fungsi
Inkompabilitas
Konsentrasi

- Emulsi

- Pasta

- Suspense

- Tablet

3. SS

Nama Cera alba


Nama Lain Malam putih
Berat Molekul
C 12Rumus Molekul
Pemerian Padat putih beku sedikit tembus cahaya

dalam kedaan tipis bau khas lemah dan

bebas bau tengik


Kelarutan Tidak larut dalam air agak sukar larut

dalam etanol dingin melarutkan asam

asetat dan bagian dari mirisin yang

merupakan kandungan malam putih


Stabilitas

 Panas
 Hidrolisis

 Cahaya
Fungsi
Inkompabilitas
Konsentrasi

- Sirup

- Bahan

pemanis

- Tablet

(granulasi

basah)

- Tablet

(granulasi

kering)

- Lapisan

tablet (sirup)
4. Aquadest

Nama
Nama Lain
Berat Molekul
Rumus Molekul
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas

 Panas

 Hidrolisis
 Cahaya
Fungsi
Inkompabilitas
Konsentrasi

V. FORMULA YANG DIUSULKAN

Jumlah Fungsi/Alasan Penambahan


No Bahan
(mg) Bahan
1. 10.000 mg
2. 2000 mg
3. 9000 mg
4. 10.000 mg
5. 13,5 mL

VI. PERHITUNGAN HLB

VII. PERHITUNGAN BAHAN

VIII. CARA KERJA

IX. EVALUASI SEDIAAN

No Jenis evaluasi Prinsip evaluasi Hasil pengamatan


1. Organoleptik
2. Tipe emulsi
3. Pengukuran . -
pH

4. Volume
terpindahkan
5. Bobot jenis -

6. Viskositas -
7. Homogenitas .

8. Volume -
creaming
(Teori dan
Praktek
Farmasi
Industri)
9. Ukuran globul
10. Uji efektivitas -
pengawet
X. BROSUR

XI. ETIKET

XII. WADAH
DAFTAR PUSTAKA

Allen, L.V. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th ed. Rowe, R.C,
Sheskey, P.J., Quinn, M.E., (Editor), London : Pharmaceutical Press
and American Pharmacists Assosiation, 1 – 2, 130, 279, 461, 703 – 706,
766 – 768.

Anief, M. 1994. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Ansel, H.C., Allen L, V., Propovich N.G. 2014. Bentuk Sediaan Farmasetis &
Sistem Penghantaran 9th ed. Hendriati, Lucia., Foe, Kuncoro.,
(Penerjemah), Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia.


Edisi III. Jakarta : Depkes RI. 96, 461, 567, 614 – 615.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia.


Edisi V. Jakarta : Depkes RI. 1614

Gunawan dedi; 2088modul pembelajaran interaktif elektronika dasr untuk


program ke ahlian teknik audio vodeo smk muhammadiyah 1 surakarta
universitas muhammadiyah surakarta

Kale, S.N. & Sharada, L.D., 2017. Emulsion Micro Emulsion and Nano
Emulsion: A Review. Sys Rev Pharm, 8(1), pp.39-47
Kasmudjo 1982 dasar dasar pengelolaan minyak kayu putih yayasan
Pembina fakultas UGM yogyakarta

Mulyawan, Dewi., Suriana, Neti. 2013. A – Z Tentang Kosmetik. Jakarta : PT.


Elex Media Komputindo

Suparni, Ibunda., Wulandari, Ari. 2012. Herbal Nusantara 1001 Ramuan


Tradisional Asli Indonesia. Yogyakarta : Rapha Publishing.

Syamsuni. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC


Tranggono, R.I., Latifah F. 2007. Buku Panduan Ilmu Pengetahuan Osmetik.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai