Anda di halaman 1dari 1

Latihan 1

Karena batuknya tak mau berhenti, dan merasa berbagai obat tak ada lagi
yang bermanfaat. Margareth akhirnya pergi memeriksakan diri lebih serius lagi.
Badannya diperiksa lewat fotoRogtgen. Dan sungguh ia sangat terkejut ketika
mendengar bahwa paru-parunya bias dipastikan telah terserang kanker.

“Kanker ?”

Setengah tak percaya, tapi Dokter memperlihatkan gambar begitu jelas.

“Selama hidup saya belum pernah merokok meski hanya satu batang saja.”

gumamnya agak panjang.

“Barangkali Suami Anda Merokok ?” Tanya dokter

Mendengar pertanyaan ini Margareth seperti diingatkan akan sebuah kunci yang
hilang. Benar, selama 40 tahun masa perkawinan mereka, suaminya tak pernah berhenti
merokok. Setiap hari ia bias menghabiskan antara satu setengah bungkus rokok
(sigaret). Dalam perbendaharaan istilah kedokteran, apa yang dialami oleh Margareth
tersebut secara popular disebut perokok tangan kedua. Yang bersangkutan memang
tidak langsung menghisap rokok. Tapi karena ada orang atau sejumlah orang di
sekelilingnya yang secara terus menerus menghisap rokok maka yang bersangkutan
juga ikut ketularan. Dan, lewat penelitian di berbagai tempat para pakar ilmu kesehatan
berani memastikan bahwa perokok tangan kedua ini bias ikut “ketularan” kanker jauh
lebih berat ketimbang yang dibahayakan oleh awam.

Dari 24 penelitian yang diadakan pada tahun 1990 dan berlangsung di berbagai
Negara termasuk CINA, JEPANG dan HONGKONG, para ahli kesehatan AS
menggolongkan perokok tangan kedua tersebut sebagai “Kelompok Acarcinogen”,
yakni pengidap zat penyebab kanker bagi manusia.

Ribuan perokok setiap tahunnya meninggal karena kanker dan jadi sebabnya tak
lain hanya karena tinggal bersama-sama dalam lingkungan para perokok.

Diambil dari naskah ujian nasional 2007


Alifa Suprihatin_XAP3_02

Anda mungkin juga menyukai