Anda di halaman 1dari 14

Analisis Kasus Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pada Surat Kabar Online

Tribun Sumsel

(Studi kasus pada berita “Dwi Farica Tewas Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-teki
Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost” pada tanggal Minggu 14 Februari 2021)

Disusun Oleh :

Masagus Angga Saputra

( 07031281823071 )

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sriwijaya
Daftar Isi

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................6

1.3 Tujuan...............................................................................................................................6

BAB II.............................................................................................................................................7

TEORI..............................................................................................................................................7

2.1 Kode Etik Jurnalistik.........................................................................................................7

2.2 Jurnalistik Online..............................................................................................................8

2.3 Etika jurnalistik standar dalam menulis kekerasan seksual..............................................9

BAB III..........................................................................................................................................10

ANALISIS.....................................................................................................................................10

3.1 Analisis Kasus.................................................................................................................10

3.2 Analisis berdasarkan Kode Etik Jurnalistik....................................................................10

BAB IV..........................................................................................................................................13

KESIMPULAN..............................................................................................................................13

Daftar Pustaka................................................................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berita merupakan salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan
sehari-hari kita sebagai manusia. Hal ini dikarenakan berita diperlukan oleh masyarakat
untuk mendapatkan informasi yang sedang berkembang. Hadirnya berita juga tidak dapat
terlepas dari sifat manusia sebagai makhluk sosial dengan segala sifat keingintahuannya
terhadap berbagai informasi yang ada, terlebih lagi informasi seperti berita sangat mudah
didapatkan di era teknologi seperti saat ini.

Seperti yang sudah disinggung diatas, informasi di era teknologi saat ini sangat
mudah untuk didapatkan, bukan hanya dari media yang besar dan terverifikasi , namun
juga dari media kecil atau sosial media dapat menyajikan informasi seperti berita yang
akurasi nya masih dipertanyakan.

Salah satu contoh sumber konvensional untuk memperoleh berita adalah seperti
dari koran, radio dan televisi yang bisa menampilkan audio dan visual disaat yang
bersamaan untuk menyajikan sebuah berita. Media massa ini masih menjadi sumber
dominan untuk mencari informasi dan berita bagi masyarakat umum.

Namun, dengan seiring berkembangnya teknologi, maka hadirnya media baru


seperti media online. Saat ini sudah banyak perusahaan pers cetak yang memiliki divisi
media online-nya sendiri. Penggunaan medua online ini juga sangat diminati oleh
sebagian besar masyarakat dengan alasan bebas, murah, cepat serta praktis.

‘Media baru’ yang dibahas disini terfokus pada penggunaan berbagai perangkat
teknologi komunikasi yang memiliki kesamaan ciri seperti digitalisasi dan juga
kemampuannya dalam penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi, yaitu ‘Internet’,
terutama di bidang publik seperti berita daring, iklan, aplikasi penyiaran dll, forum

3
diskusi, WWW, pencarian informasi dan potensi pembentukan komunitas tertentu.
(McQuail, 2011: 148).

Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai
alat informasi dan komunikasi yang tak dapat terabaikan (Ardianto dan Komala, 2004:
141). Menurut Straubhar dan LaRose, pengguna internet menggantungkan pada situs
untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk
mendapatkan berita terbaru setiap minggunya (dalam Ardianto dan Komala, 2004: 140).

Media online juga ikut ambil bagian dalam perubahan pola komunikasi pada
masyarakat. Media baru seperti internet ini telah mempengaruhi cara individu
berkomunikasi dengan individu lainnya. Bahkan internet dapat hadir untuk memnuhi
kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan menyajikan informasi. Internet juga
berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tanpa memiliki batasan.

Menurut Undang-Undang no. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa
pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan
segala jenis saluran yang tersedia (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 6). Tercantum juga
dalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999 pasal 4 ayat 1 yaitu “Kemerdekaan pers
dijamin sebagai hak asasi warga negara” (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 10).

Yang artinya adalah, pers memiliki kemerdekaan dan juga kebebasan dalam
mencari, memperoleh, serta menyebarluaskan informasi dan gagasan. Namun, bukan
berarti kebebasan itu bersifat mutlak dan tanpa batasan. Terdapat pasa-pasal yang
mengatur kebebasan tersebut, misalnya Kode Etik Jurnalitsik. Dalam artian, bebas disini
diartikan sebagai kebebasan yang dibatasi oleh tanggung jawab.

Secara singkat dan umum Kode Etik Jurnalistik berarti himpunan atau kumpulan
mengenai etika di bidang jurnalistik yang dibuat oleh, dari dan untuk kaum jurnalis
(wartawan) sendiri. Dengan kata lain, Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh kaum jurnalis
(wartawan) sendiri dan berlaku juga hanya terbatas untuk kalangan jurnalis (wartawan)

4
saja. Tiada satu orang atau badan lain pun yang diluar yang ditentukan oleh Kode Etik
Jurnalistik tersebut terhadap para jurnalis (wartawan), termasuk menyatakan ada tidak
pelanggaran etika berdasarkan Kode Etik Jurnalistik itu (Sukardi, 2007). Sesuai dengan
Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik
yang berisi untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan
etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia
menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 118).

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang Pers maka


Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI) yang disepakati oleh 26 organisasi wartawan di
Bandung pada tanggal 6 Agustus 1999 dinilai perlu dilengkapi sehingga dapat
menampung berbagai persoalan pers yang berkembang saat ini, 20 Universitas Sumatera
Utara terutama yang terjadi pada media pers elektronik. Bahwa berbagai perusahaan pers
dan organisasi wartawan telah mempunyai kode etik, dengan demikian perlu ditetapkan
kode etik jurnalistik yang baru tentunya berlaku secara nasional. Sebagai landasan moral
atau etika profesi dan menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan
profesionalitas wartawan (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 113-114).

Wartawan serta seluruh masyarakat wajib mewujudkan prinsip-prinsip


kemerdekaan pers yang profesional dan bermartabat. Tugas dan tanggung jawab tersebut
dapat dilancarkan apabila wartawan selalu berpegang teguh pada Kode Etik Jurnalistik,
dan juga masyarakat memberikan rasa percaya dan menghormati integritas profesi
jurnalis tersebut. Namun dalam prakteknya di lapangan terkadang ada saja wartawan
yang tidak melakukan tugasnya sebagaimana yang telah tertuang di Kode Etik Jurnalistik.

Terlebih di era teknologi seperti sekarang ini persaingan dalam menyajikan berita
yang tercepat menjadi kian ketat. Namun, persaingan ini juga terkadang mengabaikan
kaidah-kaidah yang tertuang pada Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan. Hal ini
menarik untuk dibahas dimana fenomena saat ini lebih mengutamakan kecepatan publish
berita ketimbang akurasi nilai berita. Hal ini lumayan wajar mengingat semakin cepat
berita dipublish, maka akan semakin banyak pembaca yang mengunjungi web berita

5
tersebut sehingga mendatangkan pengiklan yang akan memberi keuntungan bagi
perusahaan.

Namun, apakah hal tersebut dapat ditoleransi? Apakah memang bisnis berita
online lebih berorientasi pada “profit” ketimbang informasi yang disajikan? Memang tak
bisa dipungkiri bahwa perusahaan juga memerlukan modal dan untung dalam
menjalankan bisnisnya, namun dalam berbisnis di dunia berita, seharusnya lebih
berorientasi pada isi berita yang akan disajikan dan harus sesuai dengan undang-undang
dan Kode Etik Jurnalistik. Seharusnya gatekeeper dapat mengantisipasi terbitnya berita
yang tidak sesuai dengan undang-undang dan kaidah-kaidah.

1.2 Rumusan Masalah


“Apa saja pelanggaran yang terdapat pada berita “Dwi Farica Tewas Usai
Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost”
yang dimuat di lama portal berita web Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari 2021.

1.3 Tujuan
Untuk menjelaskan dan menjabarkan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang
terdapat pada berita “Dwi Farica Tewas Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-
teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost” yang dimuat di lama portal berita web
Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari 2021.

6
BAB II

TEORI
2.1 Kode Etik Jurnalistik

Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Wartawan


selain dibatasi oleh ketentuan hukum, seperti Undang-Undang Pers Nomor 40 Tahun
1999, juga harus berpegang kepada kode etik jurnalistik.. Tujuannya adalah agar
wartawan bertanggung jawab dalam menjalankan profesinya, yaitu mencari dan
menyajikan informasi. Di Indonesia terdapat banyak Kode Etik Jurnalistik. Hal tersebut
dipengaruhi oleh banyaknya organisasi wartawan di Indonesia, untuk itu kode etik juga
berbagai macam, antara lain Kode Etik Jurnalistik Persatuan Wartawan Indonesia (KEJ-
PWI), Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI), Kode Etik Jurnalistik Aliansi Jurnalis
Independen (KEJ-AJI), Kode Etik Jurnalis Televisi Indonesia, dan lainnya. Untuk
menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi
yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai
pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas
serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode
Etik Jurnalistik:

1. Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat,


berimbang, dan tidak beritikad buruk.

2. Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas


jurnalistik.

3. Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak


mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak
bersalah.

4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

7
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

6. Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak
bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.

8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat
jiwa atau cacat jasmani.

9. Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya,


kecuali untuk kepentingan publik.

10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru
dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa.

11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

2.2 Jurnalistik Online


Seperti yang telah dijelaskan di atas, wartawan harus berpegang teguh dan taat
terhadap kode etik jurnalistik, sehingga wartawan memiliki pedoman dan tanggung jawab
dalam setiap informasi yang disajikan. Kehadiran digitalisasi, mendorong media
konvensional melalukan konvergensi menuju media digital. Selain media konvensional
yang berkonvergensi, digitalisasi juga mendorong lahirnya banyak media online yang
baru. Salah satu kelebihan media online adalah dapat menyajikan berita dengan cepat.
Bagi sejumlah media, “perlombaan” adu cepat ini menjadi salah satu kelebihan dan akan
berpengaruh terhadap bisnisnya. Semakin cepat berita diupload, maka berita tersebut

8
akan menjadi rujukan di dalam sebuah mesin pencari dan tentu seamkin banyak pembaca
akan dapat membaca berita di media tersebut terlebih dahulu ketimbang di media lain.
Hal ini akan membawa media kepada nilai popularitas dan akan dijadikan modal untuk
menggaet pengiklan.
Selain itu, persaingan antar media juga kadang mengandung unsur negatif
lainnya, yaitu judul yang mengandung clickbait. Wartawan perlu memiliki landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman dalam mencari informasi sehingga informasi
yang disampaikan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kepada publik. Atas dasar
itulah wartawan indonesia harus taat dan tunduk menaati kode etik jurnalistik. Namun,
dikarenakan persaingan yang ketat antar media, sering kali portal media berita online
mengesampingkan kualitas dan kode etik jurnalistik, dan justru hanya berpacu pada
rating dan jumlah share.

2.3 Etika jurnalistik standar dalam menulis kekerasan seksual


Berdasarkan yang saya baca di remotivi.or.id, Etika standar yang harus dipahami
oleh seorang wartawan untuk kasus kekerasan seksual mengandung dua hal krusial. Yang
pertama adalah lindungi identitas korban, bukan hanya nama, namun juga meliputi
informasi lain yang bisa mengungkap identitasnya seperti nama sekolah dan tempat
tinggal. Yang kedua adalah jangan menulis peristiwa secara sensasional, sehingga malah
mengobjetifikasi korban. Maka penyebutan organ-organ seksual tubuh memang biasanya
menjadi hal yang tabuh.

Memang, dalam menulis peristiwa kekerasan seksual butuh kehati-hatian lebij dan
banyak pertimbangan. Semua ini dilakukan untuk kepentingan korban dikarenakan posisi
korban biasanya lemah atau tak berdaya. Di tengah kehidupan masyarakat yang masih
cenderung membela pelaku dan menyalahkan korban, liputan media yang adil atas
kekerasan seksual adalah liputan yang memihak dan membela korban. Alasannya adalah
karena suatu kekerasan seksual biasanya terjadi akibat adanya hubungan kuasa yang
pincang atau tidak seimbang. Pelaku lebih memiliki kuasa dibandingkan dengan korban.
Jika media tidak condong memihak korban, maka semakin jelas akan membantu pelaku
untuk semakin berkuasa.

9
BAB III

ANALISIS
3.1 Analisis Kasus
Pemerkosaan sebenarnya merupakan berita yang tak jarang kita temui di portal
berita manapun. Pemberitaan mengenai perempuan yang menjadi korban pelecehan
seksual, pemerkosaan, dan terkadang juga disertai dengan kekerasan sering kali diangkat
menjadi sebuah berita oleh media. Wanita dan media, berita-berita pemerkosaan dan
sebagainya sering kali menempatkan perempuan sebagai objek. Namun, terkadang media
menjual ‘nilai’ negatif dari kasus tersebut, dan bukan hal positifnya. Hal ini justru
membuat perempuan ditempatkan pada sisi negatif dan bukan sisi positif.

Kasus yang akan dibahas kali ini adalah kasus pada berita “Dwi Farica Tewas
Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di
Kost” yang dimuat di lama portal berita web Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari
2021. Terdapat beberapa pelanggaran yang dimuat pada berita tersebut, diantaranya
sebagai berikut ini:
1. Menampilkan foto korban tanpa adanya sensor sedikitpun,
2. Menampilkan data dan informasi pribadi korban, seperti nama lengkap, umur, dan
daerah asal korban tanpa sensor,
3. Menulis nama lengkap korban di Judul utama,
4. Penulisan judul mengandung unsur sadis dan cabul.

3.2 Analisis berdasarkan Kode Etik Jurnalistik

Berdasarkan poin-poin pelanggaran yang dijabarkan diatas, terdapat 2 pasal yang


dilanggar, yaitu Kode Etik Jurnalistik pasal 4 dan pasal 5. Berikut penjelasan dan sudut
pandang dari Kode Etik Jurnalistik

1. Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

10
Penafsiran :

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai
hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat
buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar,
suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu
pengambilan gambar dan suara.

Analisis :

Pada judul berita, Tribun Sumsel menulis “Usai Berhubungan Badan dengan
Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost”, judul tersebut mengandung
unsur cabul, dimana pada judul dijelaskan mengenai ‘Hubungan Badan’, hal ini cukup
menggambarkan karakterisik cabul, sedangkan kalimat ‘Teka-teki Kematian Wanita
Tanpa Busana di Kost’ mengandung unsur sadis dan cabul, sehingga judul tersebut telah
menyalahi aturan Kode Etik Jurnalistik khususnya pasal 4.

Lalu, pada paragraf ke 10 terdapat kalimat “Korban ditemukan dalam posisi


tengkurap di lantai tanpa busana, pada leher, lantai dan kasur juga terlihat banyak darah”,
kalimat tersebut juga mengandung unsru sadis dengan penggambaran yang cukup
eksplisit.

2. Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran :

11
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang
yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Analisis :

Pada penafsiran poin a, dijelaskan bahwa identitas adalah semua data dan
informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak,
namun pada berita ini, Tribun Sumsel dengan gamblang menyebut nama korban secara
treang-terangan, bahkan nama korban juga disebutkan di judul sehingga. Selain nama,
Tribun Sumsel juga menampilkan foto korban tanpa penyensoran sama sekali, sehingga
identitas korban dapat dilacak dengan mudah oleh orang lain.

12
BAB IV

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan pada berita “Usai Berhubungan Badan


dengan Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost” yang terbit di laman
koran online Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari 2021, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa masih terdapat beberapa pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pada
berita yang dimuat tersebut. Setidaknya ditemukan bahwa terdapat 2 pasal Kode Etik
Jurnalistik yang dilanggar pada berita tersebut.

Apakah ini dampak persaingan media online dalam hal kecepatan publish berita
sehingga mengesampingkan Kode Etik Jurnalistik? Padahal jika diingat, setiap
perusahaan pers pasti memiliki gatekeeper yang menyeleksi berita, informasi dll sebelum
berita tersbut diterbitkan, namun mengapa kasus pelanggaran seperti ini masih lumrah
kita temui?

2.3

13
Daftar Pustaka

 Kusmadi dan Samsuri. (2012). UU Pers dan Peraturan-Peraturan Dewan Pers.


Jakarta: Dewan Pers
 McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail. Jakarta: Salemba
Humanika
 https://www.remotivi.or.id/amatan/495/seberapa-rinci-wartawan-bisa-menulis-berita-
pemerkosaan
 https://sumsel.tribunnews.com/2021/02/14/dwi-farica-tewas-usai-berhubungan-
badan-dengan-wahyu-teka-teki-kematian-wanita-tanpa-busana-di-kost
 https://tirto.id/kode-etik-jurnalistik-8Nb

14

Anda mungkin juga menyukai