Tribun Sumsel
(Studi kasus pada berita “Dwi Farica Tewas Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-teki
Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost” pada tanggal Minggu 14 Februari 2021)
Disusun Oleh :
( 07031281823071 )
Universitas Sriwijaya
Daftar Isi
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.3 Tujuan...............................................................................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
TEORI..............................................................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................10
ANALISIS.....................................................................................................................................10
BAB IV..........................................................................................................................................13
KESIMPULAN..............................................................................................................................13
Daftar Pustaka................................................................................................................................14
2
BAB I
PENDAHULUAN
Seperti yang sudah disinggung diatas, informasi di era teknologi saat ini sangat
mudah untuk didapatkan, bukan hanya dari media yang besar dan terverifikasi , namun
juga dari media kecil atau sosial media dapat menyajikan informasi seperti berita yang
akurasi nya masih dipertanyakan.
Salah satu contoh sumber konvensional untuk memperoleh berita adalah seperti
dari koran, radio dan televisi yang bisa menampilkan audio dan visual disaat yang
bersamaan untuk menyajikan sebuah berita. Media massa ini masih menjadi sumber
dominan untuk mencari informasi dan berita bagi masyarakat umum.
‘Media baru’ yang dibahas disini terfokus pada penggunaan berbagai perangkat
teknologi komunikasi yang memiliki kesamaan ciri seperti digitalisasi dan juga
kemampuannya dalam penggunaan pribadi sebagai alat komunikasi, yaitu ‘Internet’,
terutama di bidang publik seperti berita daring, iklan, aplikasi penyiaran dll, forum
3
diskusi, WWW, pencarian informasi dan potensi pembentukan komunitas tertentu.
(McQuail, 2011: 148).
Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai
alat informasi dan komunikasi yang tak dapat terabaikan (Ardianto dan Komala, 2004:
141). Menurut Straubhar dan LaRose, pengguna internet menggantungkan pada situs
untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk
mendapatkan berita terbaru setiap minggunya (dalam Ardianto dan Komala, 2004: 140).
Media online juga ikut ambil bagian dalam perubahan pola komunikasi pada
masyarakat. Media baru seperti internet ini telah mempengaruhi cara individu
berkomunikasi dengan individu lainnya. Bahkan internet dapat hadir untuk memnuhi
kebutuhan manusia dalam berkomunikasi dan menyajikan informasi. Internet juga
berfungsi sebagai aspek penyedia informasi yang tanpa memiliki batasan.
Menurut Undang-Undang no. 40 tahun 1999 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi bahwa
pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan
segala jenis saluran yang tersedia (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 6). Tercantum juga
dalam Undang-Undang no. 40 tahun 1999 pasal 4 ayat 1 yaitu “Kemerdekaan pers
dijamin sebagai hak asasi warga negara” (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 10).
Yang artinya adalah, pers memiliki kemerdekaan dan juga kebebasan dalam
mencari, memperoleh, serta menyebarluaskan informasi dan gagasan. Namun, bukan
berarti kebebasan itu bersifat mutlak dan tanpa batasan. Terdapat pasa-pasal yang
mengatur kebebasan tersebut, misalnya Kode Etik Jurnalitsik. Dalam artian, bebas disini
diartikan sebagai kebebasan yang dibatasi oleh tanggung jawab.
Secara singkat dan umum Kode Etik Jurnalistik berarti himpunan atau kumpulan
mengenai etika di bidang jurnalistik yang dibuat oleh, dari dan untuk kaum jurnalis
(wartawan) sendiri. Dengan kata lain, Kode Etik Jurnalistik dibuat oleh kaum jurnalis
(wartawan) sendiri dan berlaku juga hanya terbatas untuk kalangan jurnalis (wartawan)
4
saja. Tiada satu orang atau badan lain pun yang diluar yang ditentukan oleh Kode Etik
Jurnalistik tersebut terhadap para jurnalis (wartawan), termasuk menyatakan ada tidak
pelanggaran etika berdasarkan Kode Etik Jurnalistik itu (Sukardi, 2007). Sesuai dengan
Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik
yang berisi untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan
etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia
menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik (Kusmadi dan Samsuri, 2012: 118).
Terlebih di era teknologi seperti sekarang ini persaingan dalam menyajikan berita
yang tercepat menjadi kian ketat. Namun, persaingan ini juga terkadang mengabaikan
kaidah-kaidah yang tertuang pada Kode Etik Jurnalistik yang telah ditetapkan. Hal ini
menarik untuk dibahas dimana fenomena saat ini lebih mengutamakan kecepatan publish
berita ketimbang akurasi nilai berita. Hal ini lumayan wajar mengingat semakin cepat
berita dipublish, maka akan semakin banyak pembaca yang mengunjungi web berita
5
tersebut sehingga mendatangkan pengiklan yang akan memberi keuntungan bagi
perusahaan.
Namun, apakah hal tersebut dapat ditoleransi? Apakah memang bisnis berita
online lebih berorientasi pada “profit” ketimbang informasi yang disajikan? Memang tak
bisa dipungkiri bahwa perusahaan juga memerlukan modal dan untung dalam
menjalankan bisnisnya, namun dalam berbisnis di dunia berita, seharusnya lebih
berorientasi pada isi berita yang akan disajikan dan harus sesuai dengan undang-undang
dan Kode Etik Jurnalistik. Seharusnya gatekeeper dapat mengantisipasi terbitnya berita
yang tidak sesuai dengan undang-undang dan kaidah-kaidah.
1.3 Tujuan
Untuk menjelaskan dan menjabarkan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik yang
terdapat pada berita “Dwi Farica Tewas Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-
teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost” yang dimuat di lama portal berita web
Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari 2021.
6
BAB II
TEORI
2.1 Kode Etik Jurnalistik
4. Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
7
5. Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
7. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak
bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan “off the record” sesuai dengan kesepakatan.
8. Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat
jiwa atau cacat jasmani.
10. Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru
dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau
pemirsa.
11. Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.
8
akan menjadi rujukan di dalam sebuah mesin pencari dan tentu seamkin banyak pembaca
akan dapat membaca berita di media tersebut terlebih dahulu ketimbang di media lain.
Hal ini akan membawa media kepada nilai popularitas dan akan dijadikan modal untuk
menggaet pengiklan.
Selain itu, persaingan antar media juga kadang mengandung unsur negatif
lainnya, yaitu judul yang mengandung clickbait. Wartawan perlu memiliki landasan
moral dan etika profesi sebagai pedoman dalam mencari informasi sehingga informasi
yang disampaikan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan kepada publik. Atas dasar
itulah wartawan indonesia harus taat dan tunduk menaati kode etik jurnalistik. Namun,
dikarenakan persaingan yang ketat antar media, sering kali portal media berita online
mengesampingkan kualitas dan kode etik jurnalistik, dan justru hanya berpacu pada
rating dan jumlah share.
Memang, dalam menulis peristiwa kekerasan seksual butuh kehati-hatian lebij dan
banyak pertimbangan. Semua ini dilakukan untuk kepentingan korban dikarenakan posisi
korban biasanya lemah atau tak berdaya. Di tengah kehidupan masyarakat yang masih
cenderung membela pelaku dan menyalahkan korban, liputan media yang adil atas
kekerasan seksual adalah liputan yang memihak dan membela korban. Alasannya adalah
karena suatu kekerasan seksual biasanya terjadi akibat adanya hubungan kuasa yang
pincang atau tidak seimbang. Pelaku lebih memiliki kuasa dibandingkan dengan korban.
Jika media tidak condong memihak korban, maka semakin jelas akan membantu pelaku
untuk semakin berkuasa.
9
BAB III
ANALISIS
3.1 Analisis Kasus
Pemerkosaan sebenarnya merupakan berita yang tak jarang kita temui di portal
berita manapun. Pemberitaan mengenai perempuan yang menjadi korban pelecehan
seksual, pemerkosaan, dan terkadang juga disertai dengan kekerasan sering kali diangkat
menjadi sebuah berita oleh media. Wanita dan media, berita-berita pemerkosaan dan
sebagainya sering kali menempatkan perempuan sebagai objek. Namun, terkadang media
menjual ‘nilai’ negatif dari kasus tersebut, dan bukan hal positifnya. Hal ini justru
membuat perempuan ditempatkan pada sisi negatif dan bukan sisi positif.
Kasus yang akan dibahas kali ini adalah kasus pada berita “Dwi Farica Tewas
Usai Berhubungan Badan dengan Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di
Kost” yang dimuat di lama portal berita web Tribun Sumsel pada Minggu, 14 Februari
2021. Terdapat beberapa pelanggaran yang dimuat pada berita tersebut, diantaranya
sebagai berikut ini:
1. Menampilkan foto korban tanpa adanya sensor sedikitpun,
2. Menampilkan data dan informasi pribadi korban, seperti nama lengkap, umur, dan
daerah asal korban tanpa sensor,
3. Menulis nama lengkap korban di Judul utama,
4. Penulisan judul mengandung unsur sadis dan cabul.
1. Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.
10
Penafsiran :
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai
hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat
buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar,
suara, grafis atau tulisan yang semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu
pengambilan gambar dan suara.
Analisis :
Pada judul berita, Tribun Sumsel menulis “Usai Berhubungan Badan dengan
Wahyu, Teka-teki Kematian Wanita Tanpa Busana di Kost”, judul tersebut mengandung
unsur cabul, dimana pada judul dijelaskan mengenai ‘Hubungan Badan’, hal ini cukup
menggambarkan karakterisik cabul, sedangkan kalimat ‘Teka-teki Kematian Wanita
Tanpa Busana di Kost’ mengandung unsur sadis dan cabul, sehingga judul tersebut telah
menyalahi aturan Kode Etik Jurnalistik khususnya pasal 4.
2. Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan
susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.
Penafsiran :
11
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang
yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.
Analisis :
Pada penafsiran poin a, dijelaskan bahwa identitas adalah semua data dan
informasi yang menyangkut diri seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak,
namun pada berita ini, Tribun Sumsel dengan gamblang menyebut nama korban secara
treang-terangan, bahkan nama korban juga disebutkan di judul sehingga. Selain nama,
Tribun Sumsel juga menampilkan foto korban tanpa penyensoran sama sekali, sehingga
identitas korban dapat dilacak dengan mudah oleh orang lain.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Apakah ini dampak persaingan media online dalam hal kecepatan publish berita
sehingga mengesampingkan Kode Etik Jurnalistik? Padahal jika diingat, setiap
perusahaan pers pasti memiliki gatekeeper yang menyeleksi berita, informasi dll sebelum
berita tersbut diterbitkan, namun mengapa kasus pelanggaran seperti ini masih lumrah
kita temui?
2.3
13
Daftar Pustaka
14