Anda di halaman 1dari 19

STERILISASI

A. Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan suatu benda dari semua, baik bentuk
vegetatif maupun bentuk spora. Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi
untuk mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan
keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan
terhadap pencemaran oleh mikroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun
sterilisasi ini juga penting. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh
kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan
atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan
kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas
(Formalin H2, O2), dan radiasi ionnisasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi
di antaranya:
 Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi
 Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi
 Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
 Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril
selesai
 Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
 Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka
harus dilakukan sterilisasi ulang.

1. Prinsip Kerja Autoklaf


Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (1,02 atm) dan suhu 121 0C. Suhu dan tekanan tinggi
yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121 0C atau 249,8 0F adalah karena air
mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada
ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan
untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi
maka air akan mendidih pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea
level, jika di laboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan
perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl,
maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121 0C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C
dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf  lama kelamaan akan
mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah
semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap atau udara ditutup
sehingga tekanan udara dalam autoklaf  naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu
yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu
mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan
dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf  bekerja dengan sempurna dapat digunakan
mikroba penguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus
stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam
bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan.
Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka
menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. Beberapa media atau bahan yang
tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
 Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
 Pelarut organik, seperti fenol
 Buffer dengan kandungan detergen
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi coklat) dan
hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut :

 Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa fosfat
 Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
garam mineral lain
 Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
 Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf
 Jangan mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum ¾ dari total volumenya, sisa
ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1 liter yang ditampung pada
erlenmeyer 2 liter maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit.

B. Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi secara Fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak
akan berubah akibat temperatur tinggi dan tekanan tinggi. Cara membunuh
mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Berikut penjelasan mengenai cara
membunuh mikroorganisme.

2. Pemanasan kering
Prinsipnya adalah protein mikroba pertama-tama akan mengalami dehidrasi
sampai kering dan selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara sehingga
menyebabkan mikrobanya mati. Digunakan pada benda atau bahan yang tidak
mudah menjadi rusak, tidak menyala, tidak hangus atau tidak menguap pada suhu
tinggi. Umumnya digunakan untuk senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan
dengan uap air, seperti minyak lemak, minyak mineral, gliserin (berbagai jenis
minyak), petrolatum jelly, lilin, wax, dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air.
Metode ini efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Contohnya alat
ukur dan penutup karet atau plastik. Selain itu, bahan atau alat harus dibungkus,
disumbat atau ditaruh dalam wadah tertututp untuk mencegah kontaminasi setelah
dikeluarkan dari oven.

3. Pemanasan basah
Prinsipnya adalah dengan cara mengkoagulasi atau denaturasi protein
penyusun tubuh mikroba sehingga dapat membunuh mikroba. Sterilisasi uap
dilakukan menggunakan autoklaf dengan prinsipnya memakai uap air dalam
tekanan sebagai pensterilnya. Temperatur sterilisasi biasanya 121℃, tekanan yang
biasa digunakan antara 15-17,5 psi (pound per square inci) atau 1 atm. Lamanya
sterilisasi tergantung dari volume dan jenis. Alat-alat dan air disterilkan selama 1
jam, tetapi media antara 20-40 menit tergantung dari volume bahan yang
disterilkan. Sterilisasi media yang terlalu lama akan menyebabkan :
 Penguraian gula
 Degradasi vitamin dan asam-asam amino
 Inaktifasi sitokinin zeatin riboside
 Perubahan pH yang berakibatkan depolimerisasi agar
Bila ada kelembapan, bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperatur yang
lebih rendah dibandingkan jika tidak ada kelembapan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air panas adalah terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein
esensial dari organisme tersebut.

Metode sterilisasi uap umumnya digunakan untuk sterilisasi sediaan farmasi dan
bahan-bahan lain yang tahan terhadap temperatur yang dipergunakan dan tahan
terhadap penembusan uap air, larutan dengan pembawa air, alat-alat gelas, pembalut
untuk bedah, penutup karet dan plastic serta media untuk pekerjaan mikrobiologi. Uap
jenuh pada suhu 121oC mampu membunuh secara cepat semua bentuk vegetatif
mikroorganisme dalam 1 atau 2 menit. Uap jenuh ini dapat menghancurkan spora
bakteri yang tahan pemanasan.

4. Pemanasan dengan Bakterisida


Digunakan untuk sterilisasi larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil
dalam autoklaf. Tidak digunakan untuk larutan obat injeksi intravena dosis tunggal
lebih dari 15 ml, injeksi intratekal, atau intrasisternal. Larutan yang ditambahkan
bakterisida dipanaskan dalam wadah bersegel pada suhu 100 oC selama 10 menit di
dalam pensteril uap atau penangas air. Bakterisida yang digunakan 0,5% fenol, 0,5%
klorobutanol, 0,002 % fenil merkuri nitrat dan 0,2% klorokresol.

5. Air mendidih
Digunakan untuk sterilisasi alat bedah seperti jarum spoit. Hanya dilakukan dalam
keadaan darurat. Dapat membunuh bentuk vegetatif mikroorganisme tetapi tidak
sporanya.

6. Pemijaran
Dengan cara membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dan sebagainya.
7. Sterilisasi dengan radiasi
Prinsipnya adalah radiasi menembus dinding sel dengan langsung mengenai DNA
dari inti sel sehingga mikroba mengalami mutasi. Digunakan untuk sterilisasi bahan
atau produk yang peka terhadap panas (termolabil). Ada dua macam radiasi yang
digunakan yakni gelombang elektromagnetik (sinar x, sinar γ) dan arus partikel kecil
(sinar α dan β). Sterilisasi dengan radiasi digunakan untuk bahan atau produk dan
alat-alat medis yang peka terhadap panas (termolabil).

8. Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air dan
tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan dengan metode ini.
Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan mengalami koagulasi dan
bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan pada kondisi pH asam akan
terhidrolisis. Tyndalisai merupakan proses memanaskan medium atau larutan
menggunakan uap selama 1 jam setiap hari selama 3 hari berturut- turut

9. Pasteurisasi
Proses pemanasan pada suhu dan waktu tertentu (650C selama 30’ atau 720C
selama 15’ untuk membunuh pathogen yang berbahaya bagi manusia.

10. Sterilisasi secara Kimia


Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang
dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dam
kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat di pakai untuk sterilisasi
antara lain halogen (senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hydrogen peroksida, zat
warna ungu Kristal, derivate akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida,
ETO, uap formaldehid ataupun beta-propilakton (Volk, 1993)
ATOM DAN RADIASI
1.1 Perkembangan Teori Atom

a.     Teori Atom John Dalton


Pada tahun 1803, John Dalton mengemukakan mengemukakan pendapatnaya tentang atom.
Teori atom Dalton didasarkan pada dua hukum, yaitu hukum kekekalan massa (hukum
Lavoisier) dan hukum susunan tetap (hukum prouts). Lavosier mennyatakan bahwa “Massa
total zat-zat sebelum reaksi akan selalu sama dengan massa total zat-zat hasil reaksi”.
Sedangkan Prouts menyatakan bahwa “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu
senyawa selalu tetap”. Dari kedua hukum tersebut Dalton mengemukakan pendapatnya
tentang atom sebagai berikut:
1) Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang sudah tidak dapat dibagi lagi
2) Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil, suatu unsur memiliki
atomatom yang identik dan berbeda untuk unsur yang berbeda
3) Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan bilangan bulat dan
sederhana. Misalnya air terdiri atom-atom hidrogen dan atom-atom oksigen
4) Reaksi kimia merupakan pemisahan atau penggabungan atau penyusunan kembali
dari atom-atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan.
Hipotesa Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal seperti pada tolak
peluru. Seperti gambar berikut ini:

Kelemahan:
1) Teori dalton tidak menerangkan hubungan antara larutan senyawa dan daya hantar
arus listrik.
2) Dalton tidak membedakan pengertian atom dan molekul, satuan molekul disebut
atom.
3) Atom merupakan bola kecil yang keras dan padat bertentangan dengan eksperimen
Faraday dan J.J Thomson.

b.    Teori Atom J. J. Thomson


Berdasarkan penemuan tabung katode yang lebih baik oleh William Crookers, maka J.J.
Thomson meneliti lebih lanjut tentang sinar katode dan dapat dipastikan bahwa sinar katode
merupakan partikel, sebab dapat memutar baling-baling yang diletakkan diantara katode dan
anode. Dari hasil percobaan ini, Thomson menyatakan bahwa sinar katode merupakan
partikel penyusun atom (partikel subatom) yang bermuatan negatif dan selanjutnya
disebut elektron. Atom merupakan partikel yang bersifat netral, oleh karena elektron
bermuatan negatif, maka harus ada partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan
muatan negatif elektron tersebut. Dari penemuannya tersebut, Thomson memperbaiki
kelemahan dari teori atom dalton dan mengemukakan teori atomnya yang dikenal sebagai
Teori Atom Thomson. Yang menyatakan bahwa:
“Atom merupakan bola pejal yang bermuatan positif dan didalamya tersebar muatan negatif
elektron”
Model atomini dapat digambarkan sebagai jambu biji yang sudah dikelupas kulitnya. biji
jambu menggambarkan elektron yang tersebar marata dalam bola daging jambu yang pejal,
yang pada model atom Thomson dianalogikan sebagai bola positif yang pejal. Model atom
Thomson dapat digambarkan sebagai berikut:

Kelemahan:
1.      Kelemahan model atom Thomson ini tidak dapat menjelaskan susunan muatan positif dan
negatif dalam bola atom tersebut.
2.      Bertentangan dengan percobaan Rutherford dengan hamburan sinar alfa ternyata muatan
positif tidak merata namun berkumpul jadi satu yang disebut inti atom.

c.      Teori Atom Rutherford


Rutherford bersama dua orang muridnya (Hans Geigerdan Erners Masreden) melakukan
percobaan yang dikenal dengan hamburan sinar alfa (λ) terhadap lempeng tipis emas.
Sebelumya telah ditemukan adanya partikel alfa, yaitu partikel yang bermuatan positif dan
bergerak lurus, berdaya tembus besar sehingga dapat menembus lembaran tipis kertas.
Percobaan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menguji pendapat Thomson, yakni apakah
atom itu betul-betul merupakan bola pejal yang positif yang bila dikenai partikel alfa akan
dipantulkan atau dibelokkan. Dari pengamatan mereka, didapatkan fakta bahwa apabila
partikel alfa ditembakkan pada lempeng emas yang sangat tipis, maka sebagian besar partikel
alfa diteruskan (ada penyimpangan sudut kurang dari 1°), tetapi dari pengamatan Marsden
diperoleh fakta bahwa satu diantara 20.000 partikel alfa akan membelok sudut 90° bahkan
lebih. Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, diperoleh beberapa kesipulan beberapa berikut:
1.      Atom bukan merupakan bola pejal, karena hampir semua partikel alfa diteruskan
2.      Jika lempeng emas tersebut dianggap sebagai satu lapisanatom-atom emas, maka didalam
atom emas terdapat partikel yang sangat kecil yang bermuatan positif.
3. Partikel tersebut merupakan partikelyang menyusun suatu inti atom, berdasarkan fakta
bahwa 1 dari 20.000 partikel alfa akan dibelokkan. Bila perbandingan 1:20.000 merupakan
perbandingan diameter, maka didapatkan ukuran inti atom kira-kira 10.000 lebih kecil
daripada ukuran atom keseluruhan.
Berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari percobaan tersebut, Rutherford
mengusulkan model atom yang dikenal dengan Model Atom Rutherford yang menyatakan
bahwa Atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dan bermuatan positif, dikelilingi oleh
elektron yang bermuatan negatif. Rutherford menduga bahwa didalam inti atom terdapat
partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif agar tidak saling tolak
menolak. Model atom Rutherford dapat digambarkan sebagai beriukut:

Kelemahan:
1.      Tidak dapat menjelaskan mengapa elektron tidak jatuh ke dalam inti atom.
2.      Model atom ini tidak dapat menunjukkan kestabilan atom atau tidak mendukung kemantapan
atom
3.      Model atom ini tidak dapat menunjukkan bahwa spektrum atom-atom hidrogen adalah
spektrum garis tertentu.

d.    Teori Atom Bohr


Pada tahun 1913, pakar fisika Denmark bernama Neils Bohr memperbaiki kegagalan
atom Rutherford melalui percobaannya tentang spektrum atom hidrogen. Percobaannya ini
berhasil memberikan gambaran keadaan elektron dalam menempati daerah disekitar inti
atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan gabungan antara teori klasik dari
Rutherford dan teori kuantum dari Planck, diungkapkan dengan empat postulat, sebagai
berikut:
1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi satu elektron dalam
atom hidrogen. Orbit ini dikenal sebagai keadaan gerak stasioner (menetap) elektron dan
merupakan lintasan melingkar disekeliling inti.
2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap sehingga tidak
ada energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan maupun diserap.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan stasioner lain.
Pada peralihan ini, sejumlah energi tertentu terlibat, besarnya sesuai dengan persamaan
planck, ΔE = hv.
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memilki besaran dengan sifat-sifat tertentu,
terutama sifat yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut merupakan
kelipatan dari h/2∏ atau nh/2∏, dengan n adalah bilangan bulat dan h tetapan planck.
Menurut model atom bohr, elektron-elektron mengelilingi inti pada lintasan-lintasan tertentu
yang disebut kulit elektron atau tingkat energi. Tingkat energi paling rendah adalah kulit
elektron yang terletak paling dalam, semakin keluar semakin besar nomor kulitnya dan
semakin tinggi tingkat energinya.

Kelemahan:
Model atom ini tidak bisa menjelaskan spektrum warna dari atom berelektron banyak.

e. Teori Atom Modern


Model atom mekanika kuantum dikembangkan oleh Erwin Schrodinger (1926).Sebelum
Erwin Schrodinger, seorang ahli dari Jerman Werner Heisenberg mengembangkan teori
mekanika kuantum yang dikenal dengan prinsip ketidakpastian yaitu “Tidak mungkin dapat
ditentukan kedudukan dan momentum suatu benda secara seksama pada saat bersamaan,
yang dapat ditentukan adalah kebolehjadian menemukan elektron pada jarak tertentu dari inti
atom”.
Daerah ruang di sekitar inti dengan kebolehjadian untuk mendapatkan elektron disebut
orbital. Bentuk dan tingkat energi orbital dirumuskan oleh Erwin Schrodinger.Erwin
Schrodinger memecahkan suatu persamaan untuk mendapatkan fungsi gelombang untuk
menggambarkan batas kemungkinan ditemukannya elektron dalam tiga dimensi.

Persamaan Schrodinger
x,y dan z = Posisi dalam tiga dimensi
Y = Fungsi gelombang
m = massa
ђ = h/2p dimana h = konstanta plank dan p = 3,14
E = Energi total
V = Energi potensial
Model atom dengan orbital lintasan elektron ini disebut model atom modern atau model atom
mekanika kuantum yang berlaku sampai saat ini, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Awan elektron disekitar inti menunjukan tempat kebolehjadian elektron. Orbital
menggambarkan tingkat energi elektron. Orbital-orbital dengan tingkat energi yang sama atau
hampir sama akan membentuk sub kulit. Beberapa sub kulit bergabung membentuk
kulit.Dengan demikian kulit terdiri dari beberapa sub kulit dan subkulit terdiri dari beberapa
orbital. Walaupun posisi kulitnya sama tetapi posisi orbitalnya belum tentu sama.

Ciri khas model atom mekanika gelombang


1. Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak
stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang
disebut orbital (bentuk tiga dimensi darikebolehjadian paling besar ditemukannya elektron
dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
2. Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya.
(Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti,
tetapi bolehjadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron.

2.2       RADIASI
a.     Sejarah Radiasi

Di akhir tahun 1895, Roentgen (Wilhelm Conrad Roentgen, Jerman, 1845-1923), seorang
profesor fisika dan rektor Universitas Wuerzburg di Jerman dengan sungguh-sungguh
melakukan penelitian tabung sinar katoda. Ia membungkus tabung dengan suatu kertas hitam
agar tidak terjadi kebocoran fotoluminesensi dari dalam tabung ke luar. Lalu ia membuat
ruang penelitian menjadi gelap. Pada saat membangkitkan sinar katoda, ia mengamati sesuatu
yang di luar dugaan. Pelat fotoluminesensi yang ada di atas meja mulai berpendar di dalam
kegelapan. Walaupun dijauhkan dari tabung, pelat tersebut tetap berpendar. Dijauhkan
sampai lebih 1 m dari tabung, pelat masih tetap berpendar. Roentgen berpikir pasti ada jenis
radiasi baru yang belum diketahui terjadi di dalam tabung sinar katoda
dan membuat pelat fotoluminesensi berpendar. Radiasi ini disebut sinar-X yang maksudnya
adalah radiasi yang belum diketahui. 
Tahun 1895 itu Roentgen sendirian melakukan penelitian sinar-X dan meneliti sifat-
sifatnya. Pada tahun itu juga Roentgen mempublikasikan laporan penelitiannya. Berikut ini
adalah sifat-sifat sinar-X:
1.      Sinar-X dipancarkan dari tempat yang paling kuat tersinari oleh sinar katoda.
2.      Intensitas cahaya yang dihasilkan pelat fotoluminesensi, berbanding terbalik dengan kuadrat
jarak antara titik terjadinya sinar-X dengan pelat fotoluminesensi. Meskipun pelat dijauhkan
sekitar 2 m, cahaya masih dapat terdeteksi.
3.      Sinar-X dapat menembus buku 1000 halaman tetapi hampir seluruhnya terserap oleh timbal
setebal 1,5 mm.
4.      Pelat fotografi sensitif terhadap sinar-X.
5.      Ketika tangan terpapari sinar-X di atas pelat fotografi, maka akan tergambar foto tulang
tersebut pada pelat fotografi. Skema peralatan ditampilkan pada Gambar 2. Foto tulang
tangan yang diambil pada saat itu ditampilkan pada Gambar 3.
6.      Lintasan sinar-X tidak dibelokkan oleh medan magnet (daya tembus dan lintasan yang tidak
terbelokkan oleh medan magnet merupakan sifat yang membuat sinar-X berbeda dengan
sinar katoda).
Laporan pertama Roentgen mengenai sinar-X dimuat pada halaman 132-141 laporan
Asosiasi Fisika Medik Wuerzburg tahun 1895. Di awal tahun 1896 reprint laporan Roentgen
dikirimkan kepada ilmuwan-ilmuwan terkenal. Karena tidak dibelokkan oleh medan magnet,
maka orang tahu bahwa sinar-X berbeda dengan sinar katoda. Pada saat itu belum ditemukan
fenomena interferensi dan difraksi. Karena itu muncullah persaingan antara teori partikel
dengan teori gelombang untuk menjelaskan esensi/substansi sinar-X. Teori partikel
dikemukakan antara lain oleh W.H. Bragg, teori gelombang dikemukakan antara lain oleh
Stokes dan C.G. Barkla. Sejak saat itu teori gelombang didukung oleh lebih banyak orang.
Pada tahun 1912, fenomena difraksi sinar-X oleh kristal ditemukan oleh Max von Laue dan
kemudian dapat dipastikan bahwa sinar-X adalah gelombang elektromagnetik. Tahun 1922
Compton menemukan efek Compton berdasarkan penelitian hamburan Compton.
Berdasarkan penelitian sinar-X ia dapat memastikan bahwa gelombang elektromagnetik
memiliki sifat dualisme gelombang dan materi (partikel).

b.    Pengertian Radiasi
Radiasi adalah pancaran energi melalui suatu materi atau ruang dalam bentuk panas,
partikel atau gelombang elektromagnetik/cahaya (foton) dari sumber radiasi. Ada beberapa
sumber radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi, lampu
penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, dan lain-lain. 

Selain benda-benda tersebut ada sumber-sumber radiasi yang bersifat unsur alamiah dan
berada di udara, di dalam air atau berada di dalam lapisan bumi. Beberapa di antaranya
adalah Uranium dan Thorium di dalam lapisan bumi; Karbon dan Radon di udara serta
Tritium dan Deuterium yang ada di dalam air.

Radiasi dalam bentuk partikel adalah jenis radiasi yang mempunyai massa terukur.
Sebagai contoh adalah radiasi alpha dengan simbol:  2α4 angka 4 pada simbol radiasi
menunjukkan jumlah massa dari radiasi tersebut adalah 4 satuan massa atom (sma) dan angka
2 menunjukkan jumlah muatan radiasi tersebut adalah positif 2, serta radiasi beta dengan
simbol:  -1β0  menunjukkan bahwa jumlah massa dari jenis radiasi tersebut adalah 0 dan
jumlah muatannya adalah 1 negatif.
 Sedangkan radiasi neutron dengan simbol: 1η0  menunjukkan bahwa jumlah massa
dari neutron adalah 1 sma dan jumlah muatannya adalah 0. Radiasi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau disebut juga dengan foton adalah jenis radiasi yang tidak mempunyai
massa dan muatan listrik. Misalnya adalah gamma dan sinar-X, dan juga termasuk radiasi
tampak seperti sinar lampu, sinar matahari, gelombang microwave, radar dan handphone.
Secara garis besar radiasi digolongkan ke dalam radiasi pengion dan radiasi non-pengion. 

c . Jenis Radiasi
1. Radiasi Pengion
Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang dapat menyebabkan proses ionisasi (terbentuknya
ion positif dan ion negatif) apabila berinteraksi dengan materi. Yang termasuk dalam jenis
radiasi pengion adalah partikel alpha, partikel beta, sinar gamma, sinar-X dan neutron. Setiap
jenis radiasi memiliki karakteristik khusus. Yang termasuk radiasi pengion adalah partikel
alfa (α), partikel beta (β), sinar gamma (γ), sinar-X, partikel neutron.
 

2. Radiasi Non Pengion


Radiasi non-pengion adalah jenis radiasi yang tidak akan menyebabkan efek ionisasi apabila
berinteraksi dengan materi. Radiasi non-pengion tersebut berada di sekeliling kehidupan kita.
Yang termasuk dalam jenis radiasi non-pengion antara lain adalah gelombang radio (yang
membawa informasi dan hiburan melalui radio dan televisi); gelombang mikro (yang
digunakan dalam microwave oven dan transmisi seluler handphone); sinar inframerah (yang
memberikan energi dalam bentuk panas); cahaya tampak (yang bisa kita lihat); sinar
ultraviolet (yang dipancarkan matahari).

d.    Sifat Radiasi
Ada dua macam sifat radiasi yang dapat digunakan untuk mengetahui keberadaan sumber
radiasi pada suatu tempat atau bahan, yaitu sebagai berikut :
 Radiasi tidak dapat dideteksi oleh indra manusia, sehingga untuk mengenalinya
diperlukan suatu alat bantu pendeteksi yang disebut dengan detektor radiasi. Ada
beberapa jenis detektor yang secara spesifik mempunyai kemampuan untuk melacak
keberadaan jenis radiasi tertentu yaitu detektor alpha, detektor gamma, detektor neutron,
dll.
 Radiasi dapat berinteraksi dengan materi yang dilaluinya melalui proses ionisasi, eksitasi
dan lain-lain. Dengan menggunakan sifat-sifat tersebut kemudian digunakan sebagai
dasar untuk membuat detektor radiasi.

e.    Sumber-Sumber Radiasi
Radiasi berada di mana-mana, karena sumber radiasi tersebar di mana saja di alam semesta,
baik yang terjadi secara alami (sumber radiasi alam) maupun yang terjadi karena aktivitas
manusia (sumber radiasi buatan). Sumber radiasi alam sudah ada sejak alam semesta
terbentuk, dan radiasi yang dipancarkan oleh sumber alam ini disebut radiasi latar belakang.
Sedangkan sumber radiasi buatan baru diproduksi di abad 20, tetapi telah memberikan
paparan secara signifikan kepada manusia. Sumber radiasi dibagi dua :
  Radiasi alam : sumber radiasi kosmik, sumber radiasi terestrial (primordial), sumber
radiasi dari dalam tubuh manusia
  Radiasi buatan : radionuklida buatan, pesawat sinar-X, reaktor nuklir, akselerator

2.3  RADIOAKTIVITAS
Becquerel, pada tahun 1986 menemukan senyawa Uranium yang memancarkan sinar tak
tampak yang dapat menembus bahan tidak tembus cahaya serta mempengaruhi emulsi
fotografi. Pada tahun 1896 Marie Curie menunjukkan bahwa inti uranium dan banyak unsur
lain bersifat memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma. Unsur inti atom yang
mempunyai sifat memancarkan sinar-sinar alfa, beta atau gamma disebut inti radioaktif.
1.     Sinar Alfa
Sinar alfa merupakan radiasi partikel yang bermuatan positif. Partikel sinar alfa sama dengan inti helium
-4, bermuatan +2e dan bermassa 4 sma. Partikel alfa adalah partikel terberat yang dihasilkan oleh zat
radioaktif. Sinar alfa dipancarkan dari inti dengan kecepatan sekitar 1/10 kecepatan cahaya. Karena
memiliki massa yang besar daya tembus sinar alfa paling lemah diantara diantara sinar-sinar radioaktif.
Diudara hanya dapat menembus beberapa cm saja dan tidak dapat menembus kulit. Sinar alfa dapat
dihentikan oleh selembar kertas biasa. Sinar alfa segera kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan
molekul media yang dilaluinya. Tabrakan itu mengakibatkan media yang dilaluinya mengalami ionisasi.

Akhirnya partikel alfa akan menangkap 2 elektron dan berubah menjadi atom  . Hubungan antara energi
dan jarak tembus partikel alfa dapat dinyatakan dengan rumus :

R : 0,543E – 0,160

E : energi dalam MeV(Mega electron Volt)

R : jarak tembus dalam cm

2.     Sinar Beta
Sinar beta merupakan radiasi partikel bermuatan negatif. Sinar beta merupakan berkas
elektron yang berasal dari inti atom. Partikel beta yang bemuatan -1e dan bermassa 1/836
sma. Karena sangat kecil, partikel beta dianggap tidak bermassa sehingga dinyatakan dengan
notasi . Energi sinar beta sangat bervariasi, mempunyai daya tembus lebih besar dari sinar
alfa tetapi daya pengionnya lebih lemah. Sinar beta paling energetik dapat menempuh sampai
300 cm dalam udara kering dan dapat menembus kulit. Partikel beta mudah dibedakan pada
pertumbukan dengan elektron-elektron atom oleh karena massa partikel beta sangat kecil.
Jarak tembus partikel beta positron (positif) hampir sama dengan jark tembus partikel beta
negatron (negatif). Positron dapat mendekati elektron atom sampai dekat sekali, bahkan
bersatu dengan elektron itu dan berubah menjadi sinar gamma. Proses ini disebut Anihilasi.
Hubungan antara energi maksimum partikel beta dan jarak tembusnya dapat dinyatakan
dengan rumus :
R : 0,543E – 0,160
Sinar beta / partikel beta yang bermuatan negatif (negatron) berasal dari kulit atom. Apabila
akselerasi di dalam pesawat seperti linear akselerator, maka partikel tersebut disebut elektron.

3.     Sinar Gamma
Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang
sangat pendek  (dalam orde Angstrom) yang dipancarkan oleh inti atom yang tidak stabil
yang bersifat radioaktif. Setelah inti atom memancarkan partikel  a,  b¯(elektron),  b+
(positron), atau setelah peristiwa tangkapan elektron, inti yang masih dalam keadaan
tereksitasi tersebut akan turun ke keadaan dasarnya dengan memancarkan radiasi gamma.

4.     Sinar-X
Sinar-X atau sinar rontgen adalah salah satu bentuk dari radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang berkisar antara 10 nanometer ke 100 pikometer. Sinar-x umumnya
digunakan dalam diagnosis gambar medis dan kristalografi sinar-X. Timbulnya sinar-X oleh
akrena ada perbedaan potensial arus searah yang besar di antara kedua elektroda dalam
sebuah tabung hampa. Berkas elektron akan dipancarkan dari katoda menuju anoda, pancaran
elektron-elektron ini disebut sinar katoda atau sinar-X. Sejak ditemukannya sinar-X oleh
W.C.Roentgen (sarjana fisika dari Universitas Wurzburg Jerman) banyak sarjana melakukan
penelitoan terhadap karakteristik sinar-X. Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui
bahwa karakteristik sinar-X adalah :
A.    Menghitamkan plat potret (film)
B.     Mengionisasi gas
C.     Menembus berbagai zat
D.    Menimbulkan fluorosensi
E.     Merusak jaringan

5.     Proton
Proton adalah partikel subatomik dengan muatan positif sebesar  coloumb dan massa 938
MeV. Suatu atom biasanya terdiri dari sejumlah proton dan neutron yang berada di bagian
inti atau tengah atom, dan sejumlah atom yang mengelilingi atom tersebut. Dalam atom
bermuatan netral, banyaknya proton akan sama dengan jumlah elektronnya. Banyaknya
proton dibagian inti biasanya akan menentukan sifat kimia suatu atom. Dalam radioterapi
proton dipakai untuk menghancurkan kelenjar hipofisis.
6.     Neutron
Merupakan partikel tidak bermuatan listrik yang dihasilkan dalam reaktor nuklir. Neutron
tidak menimbulkan ionisasi, namun mempunyai energi. Pengurangan energi neutron, terjadi
melalui interaksi dengan inti atom. Proses pengurangan energi melalui :
a) Peristiwa Hamburan ( scattering )
b)    Reaksi inti (masuknya neutron kedalam inti sehingga terbentuk inti yang berisotop).
c)   Reaksi fisi (neutron diserapp inti, akibatnya terbentuk dua inti menengah dan beberapa
neutron serta tenaga).
d) Peluruhan (inti yang telah terbentuk dengan masuknya neutron akan melepaskan salah
satu partikel alfa, proton, deuteron atau triton).
Kebanyakan kehilangan energi neutron melalui hamburan. Neutron dipakai untuk pengobatan
tumor otak. Apabila cairan Boron disuntikkan pada penderita tumor otak, akan terjadi
konsentrasi boron yang tinggi dalam jaringan otot. Kemudian bila tumor dibombardir dengan
neutron dari hasil reaktor atom, maka boron akan mengalami disintegrasi inti dan
memancarkan sinar alfa yang dapat menghancurkan jaringan tumor.

2.4 Terapi Radiasi


Prinsip dasar terapi radiasi adalah menimbulkan kerusakan pada jaringan tumor sebesar
mungkin, dengan kerusakan seminimal mungkin pada jaringan normal disekitar jaringan
normal disekitar tumor. Hal ini dapat dicapai dengan penyinaran langsung pada tumor di
berbagai arah, sehingga diperoleh dosis maksimum pada tumor tersebut. Dalam melakukan
terapi radiasi perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :
1.      Jenis radiasi : sinar-X voltage, uranium, radium,  dan sebagainya.
2.      Jenis sel : sel-sel embrional atau bukan.
3.      Lingkungan sel : apakah terjamin adanya penyaluran darah disekitar sel tersebut atau
tidak.
4.      RBE sangat tinggi (lebih dari satu) mempunyai kemampuan mematikan sel lebih besar.

Perencanaan Terapi Radiasi


Sebelum dilakukan terapi radiasi perlu adanya perencanaan yang baik sehingga dalam
pelaksanaan terapi radiasi dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan terapi radiasi adalah :
a.       Menetapkan letak dan luas tumor
b.      Teknik penyinaran dan distribusi dosis
c.       Toleransi jaringan

   Metode Radioterapi
Ada tiga metode radioterapi :
a.       Radioterapi jarak jauh (Megavoltage Therapy) menggunakan sinar-X dengan super voltage
(megavoltage) dimana sumber radiasi berada diluar tubuh.
b.      Radio jarak dekat (Brachy Therapy), menggunakan radium atau gas radon radioaktif dimana
sumber radiasi terletak di permukaan atau ditanamkan di dalam tumor dalam bentuk biji-biji
material.
c.       Penggunaan radioisotop untuk terapi secara sistematik dalam tubuh, menggunakan zat
radioaktif yang mengikuti dallam peredaran darah dan akan mencapai sasaran yang akan
dituju.

  Proteksi Radiasi
Untuk menghindari efek-efek yang merugikan tubuh manusia dan makhluk biologis yang
diakibatkan oleh radiasi pengion, perlu diperlukan tindakan perlindungan (proteksi) terhadap
radiasi. Efek kronis dari radiasi dapat timbul beberapa tahun kemudian akibat suatu
occupational exposure (pekerjaan penyinaran). Salah satu usaha yang dilakukan oleh
International Commission on Radiological Protection (ICRP) untuk menghindari bahaya
radiasi maka di tentukan suatu dosis maksimum yang dapat diperkenankan sebagai pedoman
dalam proteksi radiasi, yaitu Maximum Permissible Dose (MPD). Nilai MPD ini telah
beberapa kali mengalami perubahan. Oleh karena proteksi radiasi tidak saja ditinjau dari
sudut efek somatis saja, tetapi juga efek genetis.
Proteksi radiasi bagi orang-orang yang berhubungan langsung dengan sumber pengion dibagi
dalam beberapa golongan, yaitu:
a.       Proteksi radiasi terhadap penderita dengan terapi radiasi.
Pada terapi dosis tertentu yang diberikan kepada penderita, jaringan sehat sekitarnya perlu
mendapat perlindungan sebaik-baiknya. Pada penyinaran sekitar mata, mata hars mendapat
perlindungan dengan menggunakan timah hitam lead eye shield agar lensa mata terhindar
dari kerusakan. Pada penyinaran tumor yang tidak ganas dan terhadap anak-anak perlu hati-
hati dengan jumlah dosis yang diberikan, tidak diperkenankan dilakukan berulang kali
penyiranan oleh karena radiasi bersifat karsinogen.
b.      Proteksi terhadap pekerja diagnostik radiologi
Pekerja diagnostik radiologi umumnya mendapat radiasi dari tabung sinar-X. Untuk
menghindari radiasi dari sinar-X dapat dibuat sekecil mungkin 50% tanpa mengganggu
informasi medis yang diperlukan. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proteksi terhadap
pekerja adalah :
1)      Filter/filtration
2)      Kollimator
3)      Kualitas film
4)      Distribusi dari hasil luas penyinaran
Terapi pada penderita dengan terapi internal radiation yaitu yang menggunakan radioisotop
yang dimasukkan ke dalam tubuh yang sakit. Tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah
radiasi terhadap petugas meliputi :
a.       Penderita harus tinggal dalam satu ruangan khusus
b.      Perawat jangan terlalu lama berdekatan dengan sumber radiasi
c.       Pada waktu membersihkan penderita, jangan terlalu dekat dengan sumber radiasi
d.      Mengenakan pakaian pelindung
e.       Pasien-pasien yang secara permanen ditanamkan bahan radioaktif ke dalam tubuhnya atau

yang menerima dosis terapi  harus berada dirumah sakit sampai intensitas radiasi di
sekitar pasien tersebut mencapai tingkat keselamatan.
f.       Kotoran penderita harus ditampung pada suatu tempat dan dibuang pada tempat tertentu.

         Jenis-jenis Terapi Radiasi


Dalam bentuk yang paling umum, terapi radiasi menggunakan cahaya luar pada radiasi
gamma yang dihasilkan oleh sebuah akselerator linear. Jarang, radiasi cahaya electron dan
proton digunakan. Radiasi cahaya proton, yang bisa difokuskan pada daerah khusus, sangat
efektif mengobati kanker tertentu di daerah yang rusak pada jaringan normal yang penting,
seperti mata, otak, atau saraf tulang belakang. Semua jenis radiasi cahaya luar difokuskan
pada daerah tertentu atau organ tubuh yang mengandung kanker. Untuk menghindari jaringan
normal terlalu banyak kena cahaya, beberapa lintasan cahaya digunakan dan jaringan yang
mengelilinginya dilindungi sebanyak mungkin. Teknologi baru pada radiansi cahaya luar,
disebut terapi radiasi intensitas modul (IMRT).

Terapi radiasi cahaya luar diberikan sebagai rangkaian pembagian dosis seimbang melebihi
jangka waktu yang lama. Metode ini meningkatkan efek yang mematikan pada radiasi pada
sel kanker ketika mengurangi efek racun pada sel normal. Efek racun dikurangi karena sel
normal bisa memperbaiki dirinya sendiri dengan cepat antara dosis dimana sel kanker tidak
bisa. Khususnya, seorang yang menerima dosis radiasi setiap hari melebihi jangka waktu 6
sampai 8 minggu. Untuk memastikan bahwa pada daerah yang sama diobati setiap waktu,
orang tersebut dengan tepat diposisikan menggunakan pembalut busa atau alat-alat lain.

Pada cara terapi radiasi yang lain, bahan radioaktif kemungkinan disuntikkan ke dalam
pembuluh untuk dialirkan menuju kanker (misalnya, yodium radioaktif, yang digunakan
dalam penyembuhan pada kanker tiroid). Cara lain menggunakan pellet kecil (biji) material
radioaktif yang diletakkan langsung ke dalam kanker (misalnya, palladium radioaktif
digunakan untuk kanker prostat). Penanaman ini menghasilkan radiasi hebat pada kanker,
tetapi sedikit radiasi yang menuju jaringan sekitarnya. Penanaman mengandung bahan
radioaktif berumur pendek yang berhenti menghasilkan radiasi setelah jangka waktu tertentu.

Baru-baru ini. Bahan radioaktif telah dicampur dengan protein disebut antibody monoclonal,
yang mencari sel kanker dan bergabung dengan mereka. Bahan radioaktif digabungkan ke
inti antibodi pada sel kanker dan menghancurkan mereka.

Anda mungkin juga menyukai