Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

PRAKTIK LAPANGAN SANITASI RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RAJA AHMAD TABIB TANJUNG PINANG

DISUSUN OLEH:

1. AZLIANA PO7233319 691


2. FIRDAUS PO7233319 695
3. IMAM ARIF MUBAROK PO7233319 697
4. JASMAWATI PO7233319 699
5. MERLINA PUTRI PO7233319 742
6. NAZLAH HANAQI PO7233319 709
7. RIYALDI PO7233319 753

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGPINANG
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pelaksanaan Kegiatan ini telah disetujui dan diperiksa oleh :

Tanjungpinang, April 2021

Clinical Instruktur Koordinasi MK Sanitasi Rumah Sakit

......................................... ………………………………………

Mengetahui, Menyetujui,

Direktur Ketua Program Studi

…………………………….. ……………………………………
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Sanitasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum
Daerah Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sanitasi Rumah Sakit
semester IV.

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

1. Iwan Iskandar, SKM, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan Tanjungpinang.

2. Weni Enjelina M.SI selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang

3. Indra Martias, SKM, MPH selaku dosen pengampu mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit di Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang

4. Kepala ISLRS RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang yang telah memberi izin pelaksanaan
praktik.

5. Seluruh staff dan karyawan unit sanitasi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
pelaksanaan praktik di RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang

6. Teman-teman angkatan 11 Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Tanjungpinang

Penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.

Tanjungpinang, 19 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.Rumah sakit
adalah salah satu jenis sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan (preventif,
kuratif, rehabilitatif, promotif dan edukatif) guna meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat.Pencemaran dapat terjadi karena rumah sakit
menghasilkan polutan baik dalam bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. (PERMENKES
NO.7 TAHUN 2019).
Selain dapat menimbulkan pencemaran, rumah sakit juga dapat menjadi tempat penularan
penyakit.Penularan dapat terjadi apabila pengunjung atau pasien yang berkunjung ke rumah
sakit terinfeksi oleh kuman yang terdapat di lingkungan rumah sakit.Infeksi yang terjadi di
rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial (Inos). Oleh karena itu, unsur-unsur penunjang
proses sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Unsur penujang proses yang perlu
dikelola dengan sungguh-sungguh diantaranya aspek Sanitasi Lingkungan. Sanitasi
lingkungan mencakup berbagai segi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dalam
lingkup rumah sakit upaya penyehatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penyehatan Sarana dan Bangunan
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Penyediaan air bersih
4. Penanganan limbah padat dan cair
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk pencucian linen.

Upaya diatas bertujuan untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial yang


disebabkan oleh kondisi lingkungan rumah sakit karena kurang memenuhi syarat kesehatan
ataupun terjadinya pencemaran lingkungan.Disamping itu pemerintah juga telah mengeluarkan
PMK No.7 Tahun 2019 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.Selain itu
pemerintah telah menetapkan bahwa setiap rumah sakit harus memiliki tenaga
sanitasi.Mengacu pada Kepmenkes tersebut di atas, maka salah satu dari kurikulum Jurusan
Kesehatan Lingkungan adalah mengadakan Praktik Lapangan Mata Kuliah Praktek Sanitasi
Rumah Sakit.Praktek lapangan kali ini dilaksanakan di RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang
yang terletak diJl. WR. Supratman No.100, Air Raja, Kec. Tanjungpinang Tim., Kota Tanjung
Pinang.

B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran kualitas kesehatan lingkungan di rumah sakit baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas dalam rangka mewujudkan rumah sakit ramah
lingkungan..

b) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu Air dan Kesehatan
Air di Lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
b. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu Pangan Siap Saji dan
Kesehatan Pangan Siap Saji di Lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu dan Kesehatan Sarana
dan Bangunan di lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
d. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Pengamanan Limbah di RSUD Raja
Ahmad Tabib Tanjungpinang
e. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Penyelenggaraan Linen di RSUD Raja
Ahmad Tabib Tanjungpinang
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

1) Sanitasi

Sanitasi menurut WHO adalah upaya pencegahan / pengendalian semua faktor


lngkungan fisik yang dapat memberikan pengaruh terhadap manusia, terutama
yang sifatnya merugikan / berbahaya terhadap perkembangan fisik, kesehatan
dan kelangsungan hidup manusia.
2) Rumah Sakit

Rumah sakit adalah upaya kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan serta berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan
tempat penelitian.
3) Sanitas Rumah Sakit

Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan


fisik, kimiawi dan biologi di rumah sakit, yang menimbulkan atau dapat
mengakibatkan pengaruh buruk pada kesehatan jasmani, rohani dan
kesejahteraan sosial bagi petugas, penderita, pengunjung dan masyarakat di
sekitar rumah sakit.

B. Tujuan Sanitasi Rumah Sakit

Sanitasi rumah sakit diselenggarakan dengan tujuan agar terwujudnya/terciptanya


kondisi lingkungan rumah sakit yang memenuhi syarat sanitasi dan menjamin
pencegahan infeksi nosokomial dan membantu proses pengobatan serta penyembuhan
penderita.

C. Klasifikasi Rumah Sakit

Dalam pemberian pelayanan kesehatan rumah sakit adalah memberikan pelayanan


berupa pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat yang mencakup pelayanan medik
dan penunjang medik. Sesuai dengan banyaknya jenis
pelayanan rumah sakit dibedahkan menjadi Rumah Sakit Umum ( RSU ) dan Rumah Sakit Khusus
( RSK ).
1. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan
semua jenis penyakit dari yang bersifat dasar sampai dengan sub spesialistik.
2. Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan berdasarkan jenis penyakit tertentu atau disiplin ilmu tertentu.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 986/Menkes/Per/11/1992, meliputi pelayanan rumah sakit


umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah daerah yang diklafikasikan menjadi
kelas tipe A,B,C, dan D perbedaanya sebagai berikut.

1. Klasifikasi RSU Pemerintah terdiri dari :

a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
sub spesialistik luas.
b. Kelas BII mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik terbatas.
c. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik
sekurang-kurangnya 11 jenis spesialitik.
d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik sekurang-
kurangnya 4 dasar lengkap.
e. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik
dasar.
D. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit

Upaya penyehatan lingkungan rumah sakit berupa :

1. Penyehatan Ruang Banguanan dan Halaman rumah Sakit

1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan
keluar masuk dengan bebas.
2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.

5) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan dengan


intensitas cahaya yang cukup.
6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek,atau tidak terdapat
genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran terbukaatau tertutup,
tersedia lubang penerimaair masukdan disesuaikan dengan luas halaman.
7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan terpisah,
masing-masing dihubungkan langsung denganinstalasi pengolahan limbah.
8) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat tertentuyang
menghasilkansampahharus disediakan tempat sampah.
9) Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan
bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan
kuantitasyangmemenuhi persyaratan kesehatan,sehingga tidak
memungkinkan sebagai tempat bersarang danberkembang biaknya serangga,
binatang pengerat, dan binatang pengganggu lainnya.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit

1) Lantai

Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan, lantai yang selalu kontak dengan
air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah dan pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan.
2) Dinding

Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat
yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam
berat.
3) Ventilasi

Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam kamar/ruang


dengan baik. Luas ventilasi alamiah minimum 15% dari luas lantai. Bila
ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
kamar atau ruang harus dilengkapi dengan penghawaan buatan/mekanis.
Penggunaan ventilasi buatan/mekanis harus disesuaikan dengan peruntukkan
ruangan.
4) Atap

Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.Atap yang lebih tinggi dari 10 meter
harus dilengkapi penangkal petir.
5) Langit-Langit

Langit-langit harus kuat,berwarna terang, dan mudah dibersihkan. Langit-


langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai, kerangka langit-langit harus
kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti rayap.
6) Konstruksi balkon, beranda dan talang

Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak terjadi


genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes.
7) Pintu

Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar,dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8) Jaringan Instalasi

Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
kesehatan dan Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untukmenghindari
pencemaran air minum.
9) Lalu Lintas Antar Ruangan

Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian
rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan
hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus
dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift
4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu
alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. Dilengkapi dengan
pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau
kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
10) Fasilitas Pemadam Kebakaran

Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam kebakaran


sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Ruang Bangunan

Penataan ruangbangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan fungsi serta


memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan mengelompokkan ruangan
berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit sebagai berikut :
a. Zona dengan Risiko Rendah

Zona risiko rendah meliputi ruang administrasi, ruang komputer, ruang


pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan ruang
pendidikan/pelatihan.
1) Permukaan dinding harus rata dan berawarna
terang.

2) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,


mudah dibersihkan, kedap air, berwarna
terang, dan pertemuan antara lantai dengan
dinding harus berbentuk konus.
3) Langit-langit harus terbuat dari bahan
multipleks atau bahan yang kuat, warna
terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari
lantai.
4) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi
minimal 2,10 meter, dan ambang bawah
jendela minimal 1,00 meter dari lantai.
5) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara
di dalam kamar/ruangdengan baik, bila
ventilasi alamiah tidak menjaminadanya
pergantian udara dengan baik, harus
dilengkapi dengan penghawaan mekanis
(exhauster).
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada
ketinggian minimal 1,40 meter dari lantai.
b. Zona dengan Risiko Sedang

Zona risiko sedang meliputi ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada
zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi

Zona risiko tinggi meliputi ruang isolasi, ruang perawatan intensif,


laboratorium, ruang penginderaan medis (medical imaging), ruang bedah
mayat (autopsy), dan ruang jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.

2) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau


keramik setinggi1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat
warna terang.

3) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna gelap,


dengan ketentuan dinding disesuaikandengan pancaransinar
yang dihasilkan dari peralatan yang dipasang di ruangan
tersebut, tembok pembatas antara ruang Sinar Xdengan
kamar gelap Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan
antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
4) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atau bahan yang
kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat,dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
5) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10
meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari
lanti.
6) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
d. Zona dengan Risiko Sangat Tinggi

Zona risiko tinggi meliputi ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit- langit,
atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna
terang.
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua
pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit.
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.

7) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri yang


dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisahdengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2 meter dari
lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke dalam
8) dilengkapi dengan transfer cassette.
kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk ruang
bedahortopedi atau transplantasi organ harus menggunakan pengaturan
udara UCA (Ultra Clean Air) System.
9) Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar,
10) untuk itu harus dibuat ruang antara.
11) Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam ruang
operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari
bagian cleaning cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka dan
ditutup.
12) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui bawah lantai
atau di atas langit-langit.
13) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.

E. Penyediaan air minum

a. Fasilitas Penyediaan Air Minum dan Air Bersih

b. Harus tersedia air minum sesuai dengan kebutuhan.

c. Tersedia air bersih minimum 500 lt/tempat tidur/hari.

d. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.

e. Distribusi air minum dan air bersih disetiap ruangan/kamar harus


menggunakanjaringan perpipaan yang mengalir dengan tekanan positif.
f. Persyaratan penyehatan air termasuk kualitas air minum dan kualitas air bersih
sebagaimana tercantum dalam Bagian III tentang Penyehatan Air.
F. Fasilitas Toilet dan Kamar Mandi

a. Harus tersedia dan selalu terpelihara serta dalam keadaan bersih.

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan.
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan)tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar
karyawan harus tersedia kamar mandi.
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.

g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 – 30
pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
G. Fasilitas Pembuangan Sampah

Persyaratan pembuangan sampah (padat medis dan domestik), limbah cair dan gas
sebagaimana tercantum dalam bagian IV tentang Pengelolaan Limbah.
H. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman

a . Tempat pengolahan makanan


1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur)
sesuia dengan persyaratan konstruksi, bangunan, dan ruang
dapur.
2) Sebelum dan sesudah kegiatan
pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan
antiseptik.
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi
dengan sungkup asap.
4) Intensitas pencahayaan diupayakan tidak kurang dari 200
lux

b. Peralatan masak

Peralatan memasak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam proses


pengolahan makanan.
1) Peralatan memasak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada makanan.
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor.

3) Lapisan permukaan tidak terlarut dalam asam/basa atau garam-garam yang


lazim dijumpai dalam makanan.
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan selanjutnya di desinfeksi dan
dikeringkan.
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering dan
disimpan pada rak terlindung dari vektor.
c. Penjamah makanan

1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular.

2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh dokter


yang berwenang.
3) Harus menggunakan pakaian kerja dan perlengkapan pelindung pengolahan
makanan dapur.
4) Setelah mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar kecil.
d. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya yaitu :
1) Makanan diangkut dengan menggunakan kereta dorong yang tertutup dan
bersih.
2) Pengisian kerata dorong tidak sampai penuh agar masih tersedia udara untuk
ruang gerak.
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk mengangkut
bahan/barang kotor.
e. Penyajian makanan

1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.

3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan pada


fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60ºC dan 4 ºC untuk
makanan dingin.
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan berpakaian
bersih.
5) Makanan jadi harus segera disajikan.

6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.

I. Penyehatan Air

Kualitas air bersih, air minum, dan air untuk penggunaan khusus

a.Kualitas air minum

Sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


416/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum.
b. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
1) Ruang operasi
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah untuk keperluan
operasi perlu melakukan pengolahan tambahan dengan teknologi yang dapat
menjamin penyehatan air agar terpenuhinya standard baku mutunya seperti dengan
menggunakan teknologi reverse osmosis (RO).

2) Ruang farmasi dan hemodialis

Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi, danpengenceran dalam hemodialisis.
J. Pengelolaan Limbah

a. Limbah medis padat

• Minimasi limbah padat

Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber,
setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia ynag berbahaya dan beracun, setiap peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang
• Pemilihan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang limbah
benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus
anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang
yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya, Jarum dan
syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan lagi,
Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai, limbah jarum hipodemik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses sterilisasi.
• Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis
Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil
limbah menggunakan troll khusus yang tertutup dan penyimpanan
limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 24 jam.
• Pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan ke luar rumah sakit
Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang
kuat dan Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus.
• Pengolahan dan pemusnahan

Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat


pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan,
teknologi pembuangan dan pemusnahan limbah medis padat dengan
menggunakan autoclave atau dengan pembakaran menggunakan incinerator
suhu 1000-1200ºC
b. Pengelolaan limbah cair

Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu effluent sesuai
keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep- 58/MENLH/12/1995
atau peraturan daerah setempat, Saluran pembuangan limbah harus
menggunakan saluran limbah tertutup, kedap air, dan limbah harus
mengalir dengan lancar, serta terpisah dari air hujan, rumah sakit harus
mempunyai instalansi pengolahan limbah cair sendiri atau bekerja sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung zat
radioaktif. Pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan.

K. Pengelolaan Tempat pencucian Linen(Laundry)

a. Persyaratan laundry

Suhu air panas untuk pencucian 70ºC dalam waktu 25 menit atau 95ºC dalam
waktu 10 menit, Penggunaan jenis deterjen dan desifektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan, standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari
proses tidak mengandung 6x10³ spora spesies Bacillus per inchipersegi.
b. Tata laksana laundry

1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi dengan saluran limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah.
c. Pengumpulan dilakukan

Pemilahan antara linen infeksius dan linen non infeksius dimulai dari sumber
dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label.
L. Dasar Hukum
PERMENKES NO.7 TAHUN 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN PRAKTIK

Anda mungkin juga menyukai