DISUSUN OLEH:
......................................... ………………………………………
Mengetahui, Menyetujui,
…………………………….. ……………………………………
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Sanitasi Rumah Sakit di Rumah Sakit Umum
Daerah Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sanitasi Rumah Sakit
semester IV.
Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, pengarahan, dan dukungan dari
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
2. Weni Enjelina M.SI selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang
3. Indra Martias, SKM, MPH selaku dosen pengampu mata kuliah Sanitasi Rumah Sakit di Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang
4. Kepala ISLRS RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang yang telah memberi izin pelaksanaan
praktik.
5. Seluruh staff dan karyawan unit sanitasi yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
pelaksanaan praktik di RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjung Pinang
Penulis menyadari bahwa di dalam laporan ini masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan merupakan tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat dapat menjadi tempat penularan penyakit serta
memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.Rumah sakit
adalah salah satu jenis sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan (preventif,
kuratif, rehabilitatif, promotif dan edukatif) guna meningkatkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi masyarakat.Pencemaran dapat terjadi karena rumah sakit
menghasilkan polutan baik dalam bentuk fisik, kimia maupun bakteriologis. (PERMENKES
NO.7 TAHUN 2019).
Selain dapat menimbulkan pencemaran, rumah sakit juga dapat menjadi tempat penularan
penyakit.Penularan dapat terjadi apabila pengunjung atau pasien yang berkunjung ke rumah
sakit terinfeksi oleh kuman yang terdapat di lingkungan rumah sakit.Infeksi yang terjadi di
rumah sakit disebut Infeksi Nosokomial (Inos). Oleh karena itu, unsur-unsur penunjang
proses sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Unsur penujang proses yang perlu
dikelola dengan sungguh-sungguh diantaranya aspek Sanitasi Lingkungan. Sanitasi
lingkungan mencakup berbagai segi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Dalam
lingkup rumah sakit upaya penyehatan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Penyehatan Sarana dan Bangunan
2. Penyehatan makanan dan minuman
3. Penyediaan air bersih
4. Penanganan limbah padat dan cair
5. Penyehatan tempat pencucian umum termasuk pencucian linen.
B. Tujuan
a) Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran kualitas kesehatan lingkungan di rumah sakit baik dari
aspek fisik, kimia, biologi, radioaktivitas dalam rangka mewujudkan rumah sakit ramah
lingkungan..
b) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu Air dan Kesehatan
Air di Lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
b. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu Pangan Siap Saji dan
Kesehatan Pangan Siap Saji di Lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
c. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Standar Baku Mutu dan Kesehatan Sarana
dan Bangunan di lingkungan RSUD Raja Ahmad Tabib Tanjungpinang
d. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Pengamanan Limbah di RSUD Raja
Ahmad Tabib Tanjungpinang
e. Mahasiswa mengetahui dan mampu menjelaskan Penyelenggaraan Linen di RSUD Raja
Ahmad Tabib Tanjungpinang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1) Sanitasi
a. Kelas A mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik luas dan
sub spesialistik luas.
b. Kelas BII mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik terbatas.
c. Kelas BI mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik
sekurang-kurangnya 11 jenis spesialitik.
d. Kelas C mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialitik sekurang-
kurangnya 4 dasar lengkap.
e. Kelas D mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik
dasar.
D. Upaya Penyehatan Lingkungan Rumah Sakit
1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang jelas, dilengkapi
dengan pagar yang kuat dan tidak memungkinkan orang atau binatang peliharaan
keluar masuk dengan bebas.
2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan luas lahan
keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi
dengan rambu parkir.
3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika berlokasi di
daerah banjir harus menyediakan fasilitas/teknologi untuk mengatasinya.
4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
1) Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat,kedap air, permukaan rata, tidak
licin, warna terang, dan mudah dibersihkan, lantai yang selalu kontak dengan
air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah dan pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus/lengkung
agar mudah dibersihkan.
2) Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan menggunakan cat
yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat yang mengandung logam
berat.
3) Ventilasi
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat perindukan serangga,
tikus, dan binatang pengganggu lainnya.Atap yang lebih tinggi dari 10 meter
harus dilengkapi penangkal petir.
5) Langit-Langit
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar,dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8) Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan pelayanan
kesehatan dan Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untukmenghindari
pencemaran air minum.
9) Lalu Lintas Antar Ruangan
Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus didesain sedemikian
rupa dan dilengkapi dengan petunjuk letak ruangan, sehingga memudahkan
hubungan dan komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi. Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus
dilengkapi dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara dan
petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh pemakainya atau untuk lift
4 (empat) lantai harus dilengkapi ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu
alat yang dapat mencari lantai terdekat bila listrik mati. Dilengkapi dengan
pintu darurat yang dapat dijangkau dengan mudah bila terjadi kebakaran atau
kejadian darurat lainnya dan dilengkapi ram untuk brankar.
10) Fasilitas Pemadam Kebakaran
3. Ruang Bangunan
Zona risiko sedang meliputi ruang rawat inap bukan penyakit menular,
rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu pasien. Persyaratan
bangunan pada zona dengan risiko sedang sama dengan persyaratan pada
zona risiko rendah.
c. Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi ruang operasi, ruang bedah mulut, ruang
perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi
dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Dinding terbuat dari bahan porselin atau vinyl setinggi langit- langit,
atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan aman, berwarna
terang.
2) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan tinggi
minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m, dan semua
pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
4) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan
berwarna terang.
5) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan) lampu
bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang sebelum
pemasangan langit-langit.
6) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai.
d. Air minum dan air bersih tersedia pada setiap tempat kegiatan yang
membutuhkan secara berkesinambungan.
b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, tidak licin, berwarna terang,
dan mudah dibersihkan.
c. Pada setiap unit ruangan harus tersedia toilet (jamban, peturasan dan
tempat cuci tangan)tersendiri. Khususnya untuk unit rawat inap dan kamar
karyawan harus tersedia kamar mandi.
d. Pembuangan air limbah dari toilet dan kamar mandi dilengkapi dengan
penahan bau (water seal).
e. Letak toilet dan kamar mandi tidak berhubungan langsung dengan dapur,
kamar operasi, dan ruang khusus lainnya.
f. Lubang penghawaan harus berhubungan langsung dengan udara luar.
g. Toilet dan kamar mandi harus terpisah antara pria dan wanita, unit rawat
inap dan karyawan, karyawan dan toilet pengunjung.
h. Toilet pengunjung harus terletak di tempat yang mudah dijangkau dan ada
petunjuk arah, dan toilet untuk pengunjung dengan perbandingan 1 (satu)
toilet untuk 1 – 20 pengunjung wanita, 1 (satu) toilet untuk 1 – 30
pengunjung pria.
i. Harus dilengkapi dengan slogan atau peringatan untuk memelihara
kebersihan.
j. Tidak terdapat tempat penampungan atau genangan air yang dapat menjadi
tempat perindukan nyamuk.
G. Fasilitas Pembuangan Sampah
Persyaratan pembuangan sampah (padat medis dan domestik), limbah cair dan gas
sebagaimana tercantum dalam bagian IV tentang Pengelolaan Limbah.
H. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman
b. Peralatan masak
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan peralatan yang
dipakai harus bersih.
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup.
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada pasien.
I. Penyehatan Air
Kualitas air bersih, air minum, dan air untuk penggunaan khusus
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikan untuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi, danpengenceran dalam hemodialisis.
J. Pengelolaan Limbah
Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber,
setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan
kimia ynag berbahaya dan beracun, setiap peralatan yang digunakan dalam
pengelolaan limbah medis mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang
• Pemilihan, pewadahan, pemanfaatan kembali, dan daur ulang limbah
benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus
anti bocor, anti tusuk, dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang
yang tidak berkepentingan tidak dapat membukanya, Jarum dan
syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan lagi,
Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali. Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali
pakai, limbah jarum hipodemik dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses sterilisasi.
• Pengumpulan, pengangkutan, dan penyimpanan limbah medis
Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil
limbah menggunakan troll khusus yang tertutup dan penyimpanan
limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim hujan
paling lama 24 jam.
• Pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan ke luar rumah sakit
Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang
kuat dan Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus.
• Pengolahan dan pemusnahan
Kualitas limbah (effluent) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air atau
lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu effluent sesuai
keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep- 58/MENLH/12/1995
atau peraturan daerah setempat, Saluran pembuangan limbah harus
menggunakan saluran limbah tertutup, kedap air, dan limbah harus
mengalir dengan lancar, serta terpisah dari air hujan, rumah sakit harus
mempunyai instalansi pengolahan limbah cair sendiri atau bekerja sama
secara kolektif dengan bangunan di sekitarnya yang memenuhi persyaratan
teknis, rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung zat
radioaktif. Pengelolaannya dilakukan sesuai ketentuan.
a. Persyaratan laundry
Suhu air panas untuk pencucian 70ºC dalam waktu 25 menit atau 95ºC dalam
waktu 10 menit, Penggunaan jenis deterjen dan desifektan untuk proses
pencucian yang ramah lingkungan agar limbah cair yang dihasilkan mudah
terurai oleh lingkungan, standar kuman bagi linen bersih setelah keluar dari
proses tidak mengandung 6x10³ spora spesies Bacillus per inchipersegi.
b. Tata laksana laundry
1. Di tempat laundry tersedia kran air bersih dengan kualitas dan tekanan
aliran yang memadai.
2. Peralatan cuci dipasang permanen dan diletakkan dekat dengan saluran
pembuangan air limbah serta tersedia mesin cuci.
3. Tersedia ruangan dan mesin cuci yang terpisah untuk linen infeksius dan
non infeksius.
4. Laundry harus dilengkapi dengan saluran limbah tertutup yang dilengkapi
dengan pengolahan awal (pre-treatment) sebelum dialirkan ke instalasi
pengolahan air limbah.
c. Pengumpulan dilakukan
Pemilahan antara linen infeksius dan linen non infeksius dimulai dari sumber
dan memasukkan linen ke dalam kantong plastik sesuai jenisnya serta diberi
label.
L. Dasar Hukum
PERMENKES NO.7 TAHUN 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN PELAKSANAAN PRAKTIK