Anda di halaman 1dari 9

Majalah Farmaseutik Vol. 15 No.

2: 96-104
ISSN-p : 1410-590x
ISSN-e : 2614-0063

Produksi dan Karakterisasi Gelatin dari Limbah Tulang


Ayam dengan Menggunakan Spektrofotometer Ftir
(Fourier Transform Infra Red)

Production and Characterization of Gelatin from Chicken Bone Waste using


Spectrofotometer Ftir (Fourier Transform Infra Red)

St. Maryam*, Nurmaya Effendi, Kasmah


Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar
Corresponding author: St. Maryam: st.maryam@umi.ac.id
Submitted: 11-07-2019 Revised: 11-07-2019 Accepted: 11-07-2019

ABSTRAK
Gelatin merupakan protein hasil hidrolisis parsial kolagen tulang dan kulit. Gelatin memiliki
sifat yang khas, yaitu dapat berubah secara reversible dari bentuk sol ke bantuk gel, mengembang
dalam air dingin, dapat membentuk film serta mempengaruhi viskositas suatu bahan, dan
melindungi sistem koloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen rendamen serta
menentukan karakteristik proksimat dan fisikokimia dari gelatin tulang ayam. Penelitian ini
dilakukan dengan metode eksperimental, proses yang dilakukan untuk menghasilkan gelatin melalui
beberapa tahap yaitu degreasing, demineralisasi, ekstraksi dan pengeringan. Kemudian gelatin hasil
ekstraksi dari keempat perlakuan tersebut dilakukan beberapa pengujian seperti karakteristik
proksimat (kadar air, abu, dan protein), dan karakteristik fisikokimia (pH dan viskositas) serta
identifikasi gugus fungsi menggunakan spektrofotometri Fourier Transform Infra Red (FTIR). Hasil
penelitian ini menunjukkan persen rendamen gelatin 1,030%, hasil karakterisasi proksimat yaitu
kadar air 9,214%, kadar abu 10,396%, kadar protein 67,756% dan hasil karakteristik fisikokimia
yaitu pH 6, viskositas relatif 6 cP. Berdasarkan spektra FTIR, gugus fungsi gelatin tulang ayam yang
dapat diidentifikasi diantaranya adalah gugus O-H, N-H, C-N, C=O & C-H. Dari hasil penelitian yang
didapatkan dapat disimpulkan bahwa gelatin dari tulang ayam memenuhi standar mutu gelatin.
Kata kunci: Gelatin, Tulang Ayam, Fourier Transform Infra Red (FTIR)

ABSTRACT
Gelatin is a protein that is the result of partial hydrolisis of bone and skin collagen. Gelatin has a
particular characteristic reversible change from the sol tl the gel, expanding in cold water, forming a
film and affecting the viscosity of a material, and protecting the colloidal system. This study aimed to
determine the percent of yield value and determine the proximate and physicochemical characteristics
of chicken bone gelatin. This research was conducted by the experimental methode/ the process done to
produce gelatin got through several stages, namely degreasing, demineralization, extraction, and
drying. Then the gelatin extracted from the four treatments is carried out several tests such as
proximate characteristics (moisture contevt, ash, and protein), and physicochemical characteristics (pH
and viscosity) and identification of functional groups used Fourier Transform Infra-Red (FTIR)
spectrophotometry. The results showed that the percent of gelatin yield value is 1.030%; the effects of
proximate characterization are water content of 9.214%, the ash content of 10.396%, the protein level
of 67.756% and physicochemical characteristic pH 6, relative viscosity six Cp. Based on the FTIR spectra,
the identifiable functional groups of chicken bone gelatin include the)-H, N-H, C-N, C=O & C-H. From the
result of the research, it can be concluded that the gelatin from the chicken bone fulfils gelatin quality
standard.
Keywords: Gelatin, Chicken Bone, Fourier Transform Infra Red (FTIR)

PENDAHULUAN gelatin. Menurut Widyaninggar et al (2012)


Di Indonesia saat ini banyak beredar gelatin merupakan produk turunan protein
bahan makanan, minuman ataupun obat-obatan yang diperoleh dari jaringan kolagen pada
berupa kapsul dan tablet yang menggunakan tulang dan kulit hewan. Beberapa contoh

96 DOI: 10.22146/farmaseutik.v15i2.47542 | MF Vol 15 No 2, 2019


Produksi dan Karakterisasi Gelatin dari Limbah Tulang Ayam

peranan penting gelatin di dalam industri menuntut ketersediaan gelatin dalam jumlah
makanan antara lain peranannya pada jenis besar, sehingga pengolahan gelatin dari tulang
produk permen, jenis produk bakery, dan jenis ayam menjadi salah satu alternatif dalam
produk daging olahan (Kirk & Othmer, 1966). memenuhi kebutuhan produk halal di
Dalam industri pangan, menurut Poppe Indonesia.
(1992) gelatin digunakan sebagai pembentuk Berangkat dari masalah tersebut, maka
busa (whipping agent), pengikat (binder agent), akan dilakukan penelitian Produksi dan
penstabil (stabilizer), pembentuk gel (gelling Karakterisasi Gelatin Tulang Ayam dengan
agent), perekat (adhesive), peningkat viskositas Menggunakan Spektrofotometer FTIR.
(viscosity agent), pengemulsi (emulsifier),
finning agent, crystal modifier, dan pengental Tujuan Penelitian
(thickener). Menurut Septimus (1961), tulang Untuk memperoleh dan
ayam tersusun oleh komponen utama kalsium mengkarakterisasi gelatin dari tulang ayam
fosfat (57,35%), kolagen (33,3%), dan kalsium dengan menggunakan spektrofotometer fourier
karbonat (3,85%). transform infra red (FTIR).
Gelita Group (2008) melaporkan bahwa
bahan baku yang digunakan oleh para produsen METODOLOGI
gelatin dunia mayoritas adalah kulit babi (46%), Alat Dan Bahan
disusul oleh kulit sapi (28%), tulang sapi (24%), Alat yang digunakan pada penelitian ini
dan bahan lainnya (2%). Status haram pada adalah alat destilasi, alat penggiling, beaker
produk-produk berbahan dasar babi dan kasus glass, buret, cawan porselen, corong,
zoonosis sapi gila di negara-negara produsen erlenmeyer, gegep, gelas kimia, gelas ukur, hair
gelatin (Eropa dan Amerika) sama sekali tidak dryer, labu Kjeldahl, magnetic stirrer, oven,
menurunkan permintaan pasar Indonesia penangas air, pH meter, pipet volume, pisau,
terhadap gelatin impor. Hal ini terbukti dengan spektrofotometer FTIR, tanur, termometer,
terus meningkatnya nilai impor gelatin timbangan analitik, viskometer Brookfield.
Indonesia. Tingginya kebutuhan akan gelatin Bahan yang digunakan pada penelitian ini
yang halal dan sehat di Indonesia dapat adalah aluminium foil, aquadest, CuSO4, HCl 0,01
dipenuhi bila tulang ayam dapat dimanfaatkan N, HCl 5%, H2SO4 pekat, H3BO3 2%, indikator
sebagai bahan baku menurut Septimus (1961). metil merah, indikator metil biru, kertas saring,
Menurut penelitian yang telah dilakukan K2SO4, NaOH 50%, Na2SO4, tulang ayam.
oleh Nurul dkk (2013) Pada pembuatan gelatin
tulang kaki ayam menggunakan perlakuan Tahapan Penelitian
asam, dimana pelarut yang digunakan adalah Degreasing (Junianto, 2006)
HCl. Pelarut tersebut digunakan untuk Bahan baku yang digunakan adalah
merendam tulang kaki ayam, dimana pelarut tulang ayam. Tulang-tulang tersebut
asam akan menghidrolisis kolagen menjadi dibersihkan dari sisa-sisa daging dan lemak
gelatin. Selain itu proses hidrolisis kolagen yang masih menempel (degreasing) yaitu
menjadi gelatin pada proses perendaman dengan direndam dalam air mendidih selama 30
membutuhkan waktu yang relatif lama. menit sambil diaduk-aduk. Selanjutnya tulang
Kombinasi perlakuan yang paling baik adalah ditiriskan dan dipotong kecil-kecil (3–5 cm)
lama perendaman 24 jam dan konsentrasi 4% untuk memperluas permukaan.
berdasarkan parameter viskositas sebesar 5,95
cP, kekuatan gel sebesar 139,38 bloom, kadar Demineralisasi (Junianto, 2006)
abu sebesar 2,93 %, kadar air sebesar 7,3 %, pH Bahan baku yang telah bersih itu
sebesar 5,77. kemudian direndam dengan larutan HCl 5%
Seperti yang di ketahui bahwa dalam wadah selama 48 jam sampai terbentuk
pemanfaatan gelatin dalam industri pangan dan ossein, ossein adalah tulang yang lunak. Ossein
non pangan sangat besar dan semakin meluas, dicuci dengan menggunakan aquadest sampai
namun yang menjadi permasalahan adalah pHnya netral (6 – 7).
bahan baku yang digunakan sebagai sumber
gelatin saat ini sebagian besar berasal dari babi, Ekstraksi (Junianto, 2006)
yang dilarang di konsumsi oleh umat Islam. Ossein yang ber-pH netral tersebut
Banyaknya kebutuhan gelatin di Indonesia dimasukkan ke dalam beaker glass dan

MF Vol 15 No 2, 2019 97
St. Maryam

ditambahkan aquadest, perbandingan ossein Kadar Abu


dengan aquadest adalah 1:3 (b/v). Setelah itu Sampel yang diuapkan airnya
diekstraksi dalam waterbath pada suhu 90oC dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600°C,
selama 7 jam. Kemudian disaring dengan kertas sebelumnya berat cawan kering dan berat
saring. Hasil saringan kemudian dipekatkan. contoh telah diketahui. Proses penguapan
dilakukan selama 6 jam sampai semua bahan
Pengeringan (Junianto, 2006) berubah warna menjadi abu-abu, kemudian
Cairan pekat gelatin yang diperoleh sampel didinginkan lalu ditimbang. Kadar abu
kemudian dituang ke dalam wadah untuk dihitung dengan rumus:
dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC selama
24 jam, setelah kering kemudian digiling dan W2 – W1
Kadar Abu (%)= x 100%
dianalis. W

Pengamatan Keterangan: W1 = berat cawan kosong (gram);


Pengamatan dilakukan terhadap Wb = berat cawan + Sampel akhir (gram); W =
rendemen, karakteristik proksimat dan Bobot sampel (gram)
karakteristik fisikokimia gelatin, serta
karakteristik gugus fungsi menggunakan Kadar Protein Metode Mikro Kjeldahl
spektrofotometer FTIR. Karakteristik proksimat Sejumlah 0.02-0.05 gram dimasukkan
meliputi kadar air, kadar abu, dan kadar protein. dalam labu Kjeldahl 100 mL kemudian ditambah
Karakteristik fisikokimia meliputi pH, dan 2- 3 gram katalis (1,2 gram Na2SO4 dan 1 gram
viskositas. CuSO4) dan 2- 3 mL H2SO4 pekat, lalu dilakukan
destruksi hingga larutan menjadi jernih. Setelah
Rendemen (Junianto, 2006) itu didinginkan kemudian sampel didestilasi
Rendemen diperoleh dari perbandingan dan ditambah 35 mL aquades dan 10 mL NaOH
berat kering gelatin yang dihasilkan dengan 50%. Hasil destilasi ditampung dalam
berat bahan segar (tulang yang telah dicuci erlenmeyer berisi 5 mL H3BO3 2% dan indikator
bersih). Besarnya rendemen dapat diperoleh metil merah dan metil biru kemudian dititrasi
dengan menggunakan rumus: dengan HCl 0.01 N. Kadar protein dihitung
dengan rumus:
Berat gelatin yang diperoleh
Rendamen = x 100% (Va-Vb) HCl x N HCl x 14,007
Berat Bahan Segar %N= x 100 %
W
% Protein = % N x 6,25
Karakteristik Proksimat (Junianto, 2006)
Kadar Air Keterangan: Va = mL HCl untuk titrasi contoh;
Cawan porselen dikeringkan pada suhu Vb = mLHCl untuk titrasi blangko; N =
105°C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dan Normalitas HCl standar yang digunakan.; 14,007
ditimbang. Sampel yang akan ditentukan kadar = Berat atom nitrogen; 6,25 = Faktor konversi
airnya ditimbang sebanyak 0,5 gram. Cawan protein untuk ikan; W = Berat contoh (mg)
yang telah berisi sampel dimasukkan ke dalam
oven bersuhu 105°C selama 24 jam, lalu Karakteristik Fisikokimia pH (Junianto,
didingainkan dalam desikator dan ditimbang 2006)
hingga diperoleh berat konstan. Kadar air Sampel sebanyak 0,2 gram ditimbang dan
dihitung dengan rumus: dilarutkan ke dalam 20 ml air pada suhu 25°C.
Sampel dihomogenkan dengan magnetic stirrer,
(Wa-Wb) kemudian diukur derajat keasamannya pada
Kadar air (%)= x 100% suhu kamar dengan pH meter.
W

Keterangan: Wa = berat cawan + sampel awal Viskositas (Goycoolea & Adriana, 2003)
(gram); Wb = berat cawan + Sampel akhir Larutan gelatin 1 % dilarutkan dengan
(gram); W = Bobot sampel (gram). menggunakan aquadest pada suhu 88°C
dan diukur menggunakan viskometer.

98 MF Vol 15 No 2, 2019
Produksi dan Karakterisasi Gelatin dari Limbah Tulang Ayam

Nilai viskositas dalam satuan centipoises (cP). digunakan yaitu asam klorida (HCl) 5% selama
Spindel yang digunakan adalah spindle 3 dengan 3 hari, pada tahap ini senyawa asam dapat
kecepatan 50 rpm pada suhu ruang. mengubah serat kolagen triple-heliks menjadi
rantai tunggal. Kalsium merupakan mineral
Karakterisasi Gugus Fungsi Gelatin yang ada dalam tulang, maka dari itu tujuan dari
(Puspawati, 2012) perendaman tulang-tulang dengan larutan asam
Gugus fungsi gelatin dikarakterisasi ini adalah untuk menghilangkan garam kalsium
dengan spektrofotometer Fourier Transform lain yang terdapat pada tulang ayam.
Infra Red (FTIR) dengan metode pelet KBr. Hasil akhir reaksi ketiganya
Sampel bubuk gelatin sebanyak 2 mg dicampur menghasilkan garam kalsium terlarut. Akibat
dengan 100 mg serbuk kering KBr dan adanya materi terlarut tersebut, tulang ayam
ditumbuk hingga halus. Campuran tersebut menjadi lunak atau biasa disebut ossein.
kemudian dimaampatkan dalam sebuah Larutan asam juga menjadi keruh.
cetakan menggunakan pompa hidrolik sehingga Setelah itu ossein dinetralkan
membentuk kepingan tipis (pelet). menggunakan aquadest atau air mengalir
Karakterisasi terhadap kepingan sampel hingga pH netral, demineralisasi dilanjutkan
dilakuan dengan spektrometer FTIR pada dengan ekstraksi menggunakan aquadest pada
panjang gelombang 4000-500 cm-1. suhu 70°C selama 5 jam. Suhu ini berada di atas
suhu susut kolagen, yaitu diatas 60°C – 70°C. Jika
Analisis Data suhu ekstraksi lebih tinggi maka akan terjadi
Data yang diperoleh dengan melakukan kerusakan protein. Pemanasan akan
analisis kuantitatif dan kualitatif. Analisa memecahkan struktur heliks dan ikatan peptida
kuantitatif berdasarkan karakterisasi gelatin kolagen menjadi rantai terpisah, yang
hasil ekstraksi berdasarkan standar yang telah dinamakan gelatin. Hasil ekstraksi yang
ditetapkan. Analisa kualitatif dengan didapatkan berupa larutan berwarna kuning,
menggunakan metode spektrofotometer FTIR dan tulang yang begitu lunak, Kolagen yang
dan dilakukan perbandingan kemiripan telah berubah menjadi gelatin dapat dilihat dari
spektrum berdasarkan parameter harga match tulang yang mulai mengapung dan lengket. Hasil
factor (MF). ekstrak kemudian dipekatkan dan dikeringkan
dalam oven pada suhu 50°C hingga sampel
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi kering lalu diolah hingga menjadi
Penelitian ini dimulai dengan melakukan serbuk gelatin.
proses degreasing yang bertujuan untuk Hasil ekstrak yang didapatkan dilakukan
membersihkan tulang ayam dari sisa-sisa pengamatan yang terdiri dari % rendamen,
daging dan lemak yang menempel pada tulang. karakteristik proksimat (kadar air, kadar abu,
Proses ini dilakukan dengan cara merendam kadar protein), karakteristik fisikokimia (pH,
tulang ayam pada air mendidih selama ±30 viskositas) dan penentuan gugus fungsi
menit dengan suhu tidak lebih dari 80oC sambil menggunakan spektrofotometer Fourier
diaduk dengan tujuan untuk melarutkan lemak Transform Infra Red (FTIR).
sehingga tulang ayam terbebas dari kotoran Rendamen merupakan salah satu
agar hasil dapat diperoleh secara optimum. parameter yang penting dalam pembuatan
Pengecilan atau pemotongan ukuran gelatin. Semakin banyak rendamen yang
tulang ayam sekitar 3-5 cm dilakukan sebelum dihasilkan maka semakin efesien perlakuan
masuk pada proses selanjutnya yaitu proses yang diberikan. Berdasarkan hasil penelitian
demineralisasi dan ekstraksi. Pengecilan ukuran rendamen yang dihasilkan menggunakan
tulang bertujuan untuk memperluas bidang sampel tulang ayam yaitu sebanyak 1,030%.
permukaan dan memudahkan proses Menurut (Muliyani, dkk 2012 dalam
demineralisasi sehingga reaksi berlangsung Siregar, dkk 2015) penggunaan asam yang
lebih cepat. terlalu kuat menjadikan kolagen yang tersusun
Untuk memperoleh gelatin dari tulang oleh peptida-peptida asam amino yang
ayam, tahap yang terpenting yaitu merupakan struktur utama pembentuk kolagen
demineralisasi dan ekstraksi. Proses terdenaturasi lebih lanjut. Terdenaturasinya
demineralisasi dilakukan dengan cara penyusun kolagen menyebabkan bahan
merendam tulang dalam asam kuat, asam yang penyusun ikut terbuang pada proses pencucian

MF Vol 15 No 2, 2019 99
St. Maryam

Tabel I. Karakteristik proksimat gelatin tulang ayam


Karakteristik Jumlah (%)
Proksimat Tulang ayam SNI No. 06-3735a (Standar Mutu Gelatin)
Kadar air 9,214% Maks 16%
Kadar abu 2,200% Maks 3,25%
Kadar Protein 67,758% 87,25%

ossein sehingga rendamen yang dihasilkan pada sampel yang mempunyai tulang yang
menurun. Hal inilah yang menyebabkan sangat rapuh dan mudah sekali hancur pada
rendemen pada perendaman dengan asam saat perendaman yaitu dalam bentuk ossein.
klorida lebih rendah. Konsentrasi asam yang Ossein dalam bentuk serbuk mudah sekali lolos
berlebih dan suhu yang tinggi menimbulkan dalam penyaringan dalam kertas saring biasa
adanya hidrolisis lanjutan sehingga sebagian sehingga pada saat ekstraksi gelatin serbuk
gelatin turut terdegradasi dan menyebabkan ossein akan bergabung menjadi gelatin.
turunnya jumlah gelatin. Konversi kolagen
menjadi gelatin dipengaruhi oleh suhu, waktu Kadar Protein
pemanasan dan pH. Protein merupakan kandungan yang
tertinggi di dalam gelatin. Gelatin sebagai salah
Karakteristik Proksimat satu jenis protein konversi yang dihasilkan
Adapun hasil karakteristik proksimat melalui proses hidrolisis kolagen, pada
dari gelatin tulang ayam (Tabel I). dasarnya memiliki kadar protein yang tinggi
(Suptijah, 2013). Gelatin sebagai salah satu
Kadar Air jenis protein konversi yang dihasilkan melalui
Pengujian kadar air bertujuan untuk proses hidrolisis kolagen, tentu memiliki
mengetahui kandungan air dalam gelatin. Kadar kadar protein yang tinggi. Gelatin merupakan
air gelatin sangat berpengaruh terhadap umur suatu protein murni yang diperoleh dari
simpan, karena erat kaitannya dengan aktiitas penguraian kolagen dengan panas (Wiratmaja,
mikroorganisme yang terjadi selama gelatin 2006).
tersebut disimpan serta dapat mempengaruhi Berdasarkan hasil penelitian kadar
penampakan, tekstur serta cita rasa bahan protein tulang ayam yang diperoleh (Tabel V)
makanan hasil olahan menggunakan gelatin yaitu 67,758%. Kadar protein gelatin meningkat
tersebut (Jannah A, dkk 2013). seiring penambahan waktu perendaman,
Hasil pengukuran kadar air dari gelatin namun pada perendaman selama beberapa hari
tulang ayam dengan beberapa replikasi (Tabel menyebabkan kadar protein menurun. Menurut
V) yaitu 9,214%, dimana hasil tersebut masih Siregar, H (2015) hal ini dikarenakan dengan
memenuhi standar mutu gelatin yaitu semakin lamanya waktu perendaman maka
maksimal 16% menurut Standar Nasional kolagen yang terbentuk akan terlarut dalam
Indonesia 1995. larutan asam, akibatnya kolagen yang dapat
dikonversikan menjadi gelatin berkurang dan
Kadar Abu juga kuatnya asam dapat merusak struktur dari
Tujuan dari analisa kadar abu adalah protein kolagen, sehingga kadar protein akan
untuk mengetahui secara umum kandungan menurun.
mineral yang terdapat dalam bahan dan Bila dibandingkan dengan kadar protein
merupakan salah satu parameter untuk menilai menurut (SNI) yaitu sekitar 87,25%, rendahnya
kualitas gelatin terutama dalam hal kemurnian kadar protein yang diperoleh dikarenakan
gelatin. Kadar abu yang didapatkan dari sampel sumber bahan baku yang kurang segar
tulang ayam (Tabel V) yaitu sebesar 2,200%, karena sampel yang digunakan berasal dari
dimana kadar abu gelatin ini dinilai telah limbah.
memenuhi Standar Nasional Indonesia 1995
yaitu maksimum 3,25%. Karakteristik Fisikokimia
Menurut (Jannah A, dkk 2013) adapun Hasil karakteristik fisikokimia dari tulang
hasil dari nilai kadar abu yang tinggi disebabkan ayam (Tabel II).

100 MF Vol 15 No 2, 2019


Produksi dan Karakterisasi Gelatin dari Limbah Tulang Ayam

Tabel II. Karakteristik fisikokimia gelatin tulang ayam


Karakteristik fisikokimia British Standard 757 (Standar Mutu
Tulang ayam
Gelatin)
pH 6,0 4,5-6,5
Viskositas 6 Cp 1,5-7 cP

Derajat Keasaman (pH) rendahnya viskositas (Rinta, 2008).


Hasil pengukuran pH gelatin tulang Selain pH, viskositas gelatin dipengaruhi
ayam dalam penelitian ini yaitu didapatkan pH oleh temperatur, konsentrasi, dan teknik
dengan nilai 6. Hasil yang didapatkan tersebut perlakuan seperti penambahan elektrolit lain
masih memenuhi British standar 757 (1995) dalam larutan gelatin. Makin tinggi konsentrasi
dari gelatin yang berkisar antara pH 4,5-6,5 gelatin maka viskositasnya akan semakin
Derajat keasaman (pH) gelatin diperoleh tinggi dan semakin panjang rantai asam amino
dengan cara pengukuran produk gelatin yang gelatine maka nilai viskositas semakin besar.
dilarutkan dalam aquades. Nilai pH gelatin Panjang rantai asam amino dalam gelatin
berhubungan dengan proses yang dilakukan ditentukan oleh suhu yang digunakan saat
(Kusumawati 2008). Struktur ikatan asam proses ekstraksi. Penggunaan suhu yang
amino pada molekul kolagen mengalami terlalu tinggi dapat mengakibatkan terjadi
pembukaan dan bahan curing akan hidrolisis lanjutan pada kolagen yang sudah
terperangkap didalam ikatan tersebut dan tidak menjadi gelatin sehingga akan memutuskan
larut saat proses netralisasi yang secara rangkaian asam amino sehingga viskositasnya
langsung akan mempengaruhi nilai pH akhir rendah (Junianto, 2006).
gelatin yang dihasilkan (Amertaningtyas D, dkk
2015) Spektrofotometer FTIR
Analisis FTIR dilakukan untuk
Viskositas memastikan senyawa yang dihasilkan adalah
Viskositas merupakan salah satu sifat gelatin dengan membandingkan hasil spektrum
fisik gelatin yang cukup penting. viskositas sampel dan dengan standar gelatin. Menurut
merupakan daya aliran molekul dalam suatu Che-Man YB (2010) Analisis FTIR merupakan
larutan. Pengujian viskositas dilakukan untuk teknik analisis yang cepat dan nondestruktif,
mengetahui tingkat kekentalan gelatin sebagai sensitif dan memerlukan preparasi sampel yang
larutan (Leiner 2006 dalam Nurul Huda 2013) sederhana, serta penggunaan reagen kimia dan
Semakin tinggi nilai viskositas gelatin pelarut dalam jumlah sedikit.
bahan baku, maka ketahanan dalam air akan Struktur gelatin seperti umumnya
semakin lama. Pada Tabel VI dapat dilihat protein memiliki gugus karbonil, amina, dan
bahwa nilai viskositas dari gelatin tulang ayam hidroksil (Martianingsih dan Atmaja 2010).
yang didapatkan yaitu 6 cP, nilai yang Menurut Puspawati et al. (2012), gelatin
didapatkan tersebut masih memenuhi British memunculkan serapan IR khas amida A pada
Standard 757 untuk gelatin yaitu 1,5-7 cP. bilangan gelombang 3600–2300 cm-1, amida I
Faktor yang mempengaruhi viskositas pada 1636–1661 cm-1, amida II pada 1560–1335
adalah pH. Konsentrasi HCl yang semakin tinggi, cm-1, dan amida III pada 1300–1200 cm-1.
menyebabkan kation asam yang terperangkap Menurut Sankari (2010) dalam Sjahfird L
dalam ossein semakin banyak, sehingga pH yang et al., 2015 Prinsip kerja FTIR adalah mengenali
terukur semakin rendah (asam) dan hidrolisis gugus fungsi suatu senyawa dari absorbansi
kolagen akan berlanjut pada proses penguraian inframerah yang dilakukan terhadap senyawa
polimer kolagen. Penguraian polimer dapat tersebut. Pola absorbansi yang diserap oleh
berakibat diperolehnya berat molekul (BM) tiap-tiap senyawa berbeda-beda, sehingga
polydispersity yang lebih rendah atau terbentuk senyawa-senyawa dapat dibedakan dan
polimer turunan yang mengakibatkan dikuantifikasikan (Sankari, 2010).

MF Vol 15 No 2, 2019 101


St. Maryam

Gambar 1. Spektrum hasil pengukuran gelatin dari tulang ayam dengan


menggunakan spektrofotometer FTIR

Tabel III. Karakteristik gugus fungsi gelatin tulang ayam


Wilayah Bilangan Bilangan
serapan gelombang gelomban
Daerah
gelatin gelatin tulang g standar Keterangan Referensi
serapan
(cm-1) ayam (cm-1)
(cm-1)
Amida A 3600-2300 3483,44 3454 OH streaching Muyonga et
NH stretching al., (2004)
2358,94 2355 CH2 stretching,
NH stretchin, OH
Amida I 1661-1636 1649,14 1695 C=O stretching Muyonga et
al., (2004)
Amida II 1560-1335 1541,12 1522 NH bending, Muyonga et
CN stretching al., (2004)
Amida III 1300-1200 1232,51 1232 NH bending, Muyonga et
C=O stretching, - al., (2004)
CH2

Hasil spektra inframerah disajikan pada tajam pada 3650-3580 cm-1. Apabila gugus NH
Gambar 3 sedangkan karakteristik gugus fungsi dari suatu peptida terlibat dalam ikatan
gelatin (Tabel VII). hidrogen, maka posisinya akan bergeser ke
Pada kura serapan amida A, sampel bilangan gelombang atau frekuensi yang lebih
menunjukkan serapan melebar pada 3483,44 rendah dan terdapatnya kemungkinan
cm-1. Puncak serapan ini disebabkan oleh pertindihan ikatan NH dengan gugus OH pada
adanya ikatan regangan N-H dari gugus amida daerah tersebut, yang menyebabkan
yang berasosiasi dengan ikatan hidrogen, dan terjadinya serapan dengan puncak yang
adanya gugus OH. Bentuk puncak yang melebar melebar. Bagian amida A yang kedua adalah
merupakan bukti adanya gugus OH dari serapan pada 2930-2300 cm-1. Sampel
hidroksiprolin. Kebanyakan puncak NH bebas menunjukkan serapan pada 2358,94 cm-1,
yang diserap mempunyai bentuk sempit dan puncak ini menunjukkan bahwa gugus NH

102 MF Vol 15 No 2, 2019


Produksi dan Karakterisasi Gelatin dari Limbah Tulang Ayam

dalam amida akan cenderung berikatan Sedangkan, karakteristik fisikokimianya yaitu


dengan dengan regangan CH2 apabila gugus pH 6 dan viskositas 6 cP. Hasil yang didapatkan
karboksilat dalam keadaan stabil. Dengan hampir memenuhi standar mutu gelatin, tetapi
demikian sampel yang diuji telah terbukti untuk kadar protein yang didapatkan tidak
memiliki gugus OH, regangan NH, dan memenuhi standar disebabkan proses isolasi
regangan CH2. gelatin atau sumber bahan baku yang kurang
Gugus khas gelatin berikutnya adalah segar. Spektrum FTIR antara gelatin standar dan
amida I. Puncak serapan pada frekuensi 1661- gelatin hasil ekstraksi menunjukkan kemiripan
1636 cm-1 yang disebut sebagai kura serapan mengandung gugus OH, NH, CH2, C=O, C-H dan
amida I. Sampel menunjukkan serapan pada C-N.
1649,14 cm-1, serapan ini disebabkan oleh
adanya regangan ikatan ganda gugus karbonil SARAN
C=O, bending ikatan NH, dan regangan CN. Perlunya melakukan penelitian lebih
Daerah serapan amida I ini menunjukkan lanjut mengenai gelatin yang diproduksi dari
adanya regangan C=O. tulang ayam seperti pengujian masa simpan
Daerah serapan amida II adalah puncak gelatin, uji logam berat, uji mikrobiologi dan
serapan pada 1560-1335 cm-1. ibrasi amida II lain-lain untuk memenuhi standar nasional
disebabkan oleh adanya deformasi ikatan – kebutuhan konsumsi gelatin atau dilakukan
NH dalam protein. Hasil pengukuran terhadap alidasi metode pengujian untuk gelatin. Selain
gelatin tulang ayam menunjukkan puncak itu, perlu pula dilakukan pengkajian lebih lanjut
serapan 1541,12 cm-1. Hal ini membuktikan dalam penggunaan asam dan suhu ekstraksi
adanya deformasi ikatan N-H pada gelatin agar memperoleh hasil yang lebih baik.
tulang ayam.
Daerah serapan spesifik dari gelatin DAFTAR PUSTAKA
yang terakhir adalah amida III. Amertaningtyas, D, Purnomo H, dan Siswanto,
Puncak serapannya adalah 1300-1200 2005, Kualitas Nuggets daging ayam
cm-1 dan berhubungan dengan struktur triple- boiler dan ayam petelur afkir dengan
helix. Hasil pengukuran terhadap gelatin tulang menggunakan tapioka dan tapioka
ayam menunjukkan puncak serapan 1232,51 modifikasi serta lama pengukusan yang
cm-1. Hal ini menunjukkan gelatin tulang ayam berbeda, Progrma pascasarjan
masih mengandung struktur triple heliks Universitas Brawijaya, Malang
(kolagen). Hal ini berarti masih ada sebagian British Standard 1975, Sampling and testing of
kecil struktur kolagen yang masih belum gelatin, Academic Press, New York.
terkonversi menjadi gelatin dan lolos saat Che Man, Y. B, Syahariza, Z.A, dan A.Rohman
dilakukan penyaringan ekstrak gelatin. 2010, Chapter 1. Fouriertransform
Keseluruhan dari kurva spektra FTIR infrared (FTIR) spectroscopy:
untuk gelatin hasil ekstraksi tulang ayam development, techniques, andapplication
memiliki intensitas dari amida A sampai amida in the analysis of fats and oils, in Fourier
II yang semakin besar. Puncak-puncak pada Transform InfraredSpectroscopy (ed
amida III hampir tak terlihat, dan setalah Oliver J. Ress), Nova Science Publisher,
dilakukan perbandingan antara hasil NewYork, USA.
pengukuran FTIR pada gelatin standar dan Goycoolea, FM, & Cardenas, A 2003, Pectins
gelatin tulang ayam dapat dilihat bahwa from opuntia spp : A short reiew, JPACD.
keduanya memiliki gugus fungsi yang identik. Jannah, A, Maunatin, A, Windayanti, A, Findianti,
Hal ini sudah sesuai dengan teori bahwa Y, Mufidah, Z 2013, Isolasi dan
kolagen telah berhasil didenaturasi menjadi Karakterisasi Gelatin Dari Tulang Ayam
gelatin. Dengan Metode Asam, UIN Maulana Malik
Ibrahim, Malang.
KESIMPULAN Junianto, Haetami, K& Maulina, I 2006, Produksi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah gelatin dari tulang ayamdan
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pemanfaatannya sebagai bahan dasar
karakteristik proksimat gelatin yang dihasilkan pembuatan cangkang kapsul, Uniersitas
dari tulang ayam yaitu kadar air 9,214%, kadar Padjajaran, Bandung.
abu 2,200% dan kadar protein 67,758%.

MF Vol 15 No 2, 2019 103


St. Maryam

Kirk, RE & Othmer, DF 1966, Encyclopedia of Sankari, G., E. Kriahnamoorthy, S. Jayakumaran,


chemical technology, ol. X,The S. Gunaeakaran, V.V. Priya, S.
Interscience Encyclopedia Inc, New York. Subramanlam, S. Subramanlam, and S.K.
Kusumawati, Rinta, Tazwir, dan Wawasto, Ari Mohan 2010, Analysis of serum
2008, Pengaruh Perendaman dalam immunoglobulins using fourier
Asam Klorida terhadap Kualitas Gelatin transform.
Tulang Kakap Merah, Jurnal Pascapanen Septimus, S 1961,‘Anatomy of the domestic
dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan animal’, Mc Graww Hill, New York.
Vol. 3 No.1. Standar Nasional Indonesia (SNI) 1995, Mutu
Martianingsih, Niniet dan Lukman Atmaja 2010, dan cara uji gelatin, Dewan Standarnisasi
Analisis Sifat Kimia, Fisika dan Termal Nasional, Jakarta.
Gelatin dari Ekstraksi Kulit Ikan Pari Suptijah, P, Suseno, H.S, dan Anwar, Cholil 2013,
(Himantura gerrardi) melalui Variasi Analisis Kekuatan Gel (Gel Strength)
Jenis Larutan Asam, Prosiding Kimia. Produk Permen Jelly dari Gelatin Kulit
Nurul,W, Atmaka,W, Nurhartadi,E 2013, Kajian Ikan Cucut dengan Penambahan
karakteristik fisik dan kimia gelatin Karaginan dan Rumput Laut. JPHPI Vol.
ekstrak tulang kaki ayam (Gallus Gallus 16 No.2,Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bankia) dengan variasilama perendaman Widyaninggar, A, Triwahyudi, Triyana, K,
dan konsentrasi asam, Vol. 2,no. 3. Rohman, A 2008,‘Differentiation between
Puspawati, NM, Simpen, IN & Miwada S, IN 2012, porcine and boine gelatin in commercial
Isolasi gelatin dari kulit ayam broiler dan capsule shells based on amino acid
karakterisasi gugus fungsinya dengan profiles and principal component
spektrofotomtri FTIR, Uniersitas analysis’,J Pharm Indonesia.
Udayana, Bukit Jimbaran Denpasar. Wiratmaja, H 2006, Perbaikan Nilai Tambah
Poppe, J 1992,‘Gelatindi dalam A. Imeson (ed). Limbah Tulang ayam Tuna (thunnus sp)
Thickening and gelling agent for Menjadi Gelatin Serta Analisis Fisika-
food’,Academic Press, New York. Kimia, Skripsi, IPB, Bogor.

104 MF Vol 15 No 2, 2019

Anda mungkin juga menyukai