Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak bergulir wacana implementasi kurikulum 2013 pada awal
tahun pelajaran 2013/2014, berbagai kritik dan saran telah dilontarkan
dari berbagai kalangan, khususnya praktisi  pendidikan. Namun pemerintah
tetap memutuskan untuk melaksanakan kurikulum 2013 pada pertengahan
Juli 2013. Salah satu alasan pengembangan kurikulum 2013 adalah hasil
Programme for International Student Assessment (PISA) yang di tahun 2009
menempatkan Indonesia di peringkat 55 dari 65 negara peserta PISA. Kriteria
penilaian mencakup kemampuan kognitif dan keahlian siswa membaca,
matematika, dan sains. Hampir semua siswa Indonesia hanya menguasai
materi pelajaran sampailevel 3 saja dari 6 level.
Sementara siswa di negara maju maupun berkembang lainnya dapat
menguasai pelajaran sampai level 4, 5, bahkan 6. Rendahnya kemampuan
siswa di bidang matematika tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah kualitas guru . Tidak dipungkiri bahwa kualitas guru di
Indonesia masih rendah. Hal itu dibuktikan dengan rendahnya rata-rata nilai
UKG guru tingkat SMP secara nasional, yaitu 53,58. Selain itu ketidaksiapan
guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2006 juga merupakan faktor
gagalnya implementasi kurikulum 2006. Hal tersebut dibuktikan dengan
fenomena guru yang belum mampu membuat silabus dan RPP sesuai dengan
kondisi sekolah. Banyak guru yang mengunduh silabus dan RPP dari internet
tanpa dianalisis lebih lanjut, akibatnya silabus dan RPP di berbagai sekolah
sama, padahal karakter peserta didik di berbagai sekolah berbeda-beda.
Para praktisi pendidikan masih mengkhawatirkan kesiapan guru,
karena masih banyak guru yang belum memahami esensi perubahan
kurikulum tersebut, sehingga mereka belum siap untuk melaksanakan
kurikulum 2013 yang tinggal menghitung hari. Bercermin pada pelaksanaan
2006, untuk menghadapi kurikulum 2013 kompetensi profesional,
pedagogis, personal, dan sosial seorang guru  harus dipersiapkan dengan baik,

1
karena sehebat apapun konsep sebuah kurikulum, rendahnya kualitas guru
hanya akan membuat perubahan kurikulum dengan tujuan besarnya sia-sia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pembahasan dari makalah ini adalah:
1. Apa pengertian kurikulum, fungsi dan komponennya?
2. Bagaimana konsep dasar kurikulum 2013?
3. Bagaimana kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum 2013?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan
penulisan dari makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian kurikulum, fungsi dan komponennya.
2. Mengetahui konsep dasar kurikulum 2013.
3. Mengetahui kesiapan guru dalam menghadapi kurikulum 2013.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum, Fungsi dan Komponennya


Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki
posisi yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan
pendidikan, maka didalam penyusunannya memerlukan landasan atau
pondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
Dan pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri
dari beberapa komponenKomponen-komponen kurikulum suatu lembaga
pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum
lembaga pendidikan itu. Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui
fungsi suatu komponen kurikulum terhadap komponen-komponen kurikulum
yang lain.

1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat atau sistem rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar mengajar.
Sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah
komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya
kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang
saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi Kurikulum
Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau
acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Bagi sekolah atau pengawas,
berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan supervisi atau
pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman

3
dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi masyarakat,
kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan
bagi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa itu
sendiri, kurikulum berfungsi sebagai suatu pedoman belajar.
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek
didik, terdapat enam fungsi kurikulum, yaitu:
a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar
memiliki sifat well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan bersifat
dinamis. Oleh karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di
lingkungannya.
b. Fungsi Integrasi (the integrating function)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi
yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus memiliki
kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi
dengan masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan
terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki
perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis yang harus dihargai
dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu mempersiapkan siswa untuk
melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya. Selain itu,

4
kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk dapat
hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan (the selective function)
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan
kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai
dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat
hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas
adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya
kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai
dengan minat dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi
tersebut, kurikulum perlu disusun secara lebih luas dan bersifat
fleksibel.
f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan
siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan
kelemahan yang dimilikinya. Apabila siswa sudah mampu
memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada
pada dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri
potensi kekuatan yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-
kelemahannya.

3. Komponen Kurikulum
Ada 4 unsur komponen kurikulum yaitu: tujuan, isi (bahan
pelajaran), strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan
penilaian (evaluasi) 
a. Komponen Tujuan
Kurikulum merupakan suatu program yang dimaksudkan
untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan
arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil

5
atau tidaknya program pengajaran di Sekolah dapat diukur dari
seberapa jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut.
Dalam setiap kurikulum lembaga pendidikan, pasti dicantumkan
tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai oleh lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan
pada tataran makroskopik, selanjutnya dijabarkan ke dalam tujuan
institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap
jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan
bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan
untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
4) Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan
lagi ke dalam tujuan kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang
ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang dikembangkan di
setiap sekolah atau satuan pendidikan.
b. Komponen Isi/Materi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka
mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi
yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut.

6
Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang
maupun jalur pendidikan yang ada.
Kriteria yang dapat membantu pada perancangan kurikulum
dalam menentukan isi kurikulum. Kriteria itu antara lain:
1) Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi
perkembangan siswa.
2) Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial.
3) Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan
uji.
4) Isi kurikulum mengandung bahan pelajaran yang jelas.
5) Isi kurikulum dapat menunjanga tercapainya tujuan pendidikan.
Materi kurikulum pada hakekatnya adalah isi kurikulum yang
dikembangkan dan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Materi kurikulum berupa bahan pelajaran terdiri dari bahan
kajian atau topiktopik pelajaran yang dapat dikaji oleh siswa
dalam proses pembelajaran.
2) Mengacu pada pencapaian tujuan setiap satuan pelajaran. 
3) Diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
c. Komponen Strategi
Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta
peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada
hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu saja.
Pembicaraan strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu
saja. Pembicaraan strategi pengajaran tergambar dari cara yang
ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian,
pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara
umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.
Strategi pelaksanaan kurikulum berhubungan dengan
bagaimana kurikulum itu dilaksanakan disekolah. Kurikulum
merupakan rencana, ide, harapan, yang harus diwujudkan secara
nyata disekolah, sehingga mampu mengantarkan anak didik
mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum yang baik tidak akan

7
mencapai hasil yang maksimal, jika pelaksanaannya menghasilkan
sesuatu yang baik bagi anak didik. Komponen strategi pelaksanaan
kurikulum meliputi pengajaran, penilaian, bimbingan dan
penyuluhan dan pengaturan kegiatan sekolah.
d. Komponen Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum.
Dalam pengertian terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin
diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari
berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya
terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi,
kelaikan (feasibility) program.
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu
program evaluasi kurikulum sebenarnya ditentukan oleh tujuan
diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut ditujukan
untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-
komponen tertentu saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu
komponen kurikulum penting yang perlu dievaluasi adalah
berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk
penentuan kebijakan pendidikan pada umumnya maupun untuk
pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan
pendidikan dan para pengembang kurikulum dalam memilih dan
menetapkan kebijakan pengembangan sistem pendidikan dan
pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil–hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh
guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya
dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,

8
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu
pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
Merupakan suatu komponen kurikulum, karena dengan
evaluasi dapat di peroleh informasi akurat tentang penyelenggaraan
pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa. Berdasarkan informasi
itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,
pembelajaran kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu di lakukan.

B. Konsep Dasar Kurikulum 2013


Inti dari Kurikulum 2013 ada pada upaya penyederhanaan dan
sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak
generasi yang siap di dalam menghadapi tantangan masa depan. Karena itu
kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.
Titik berat kurikulum 2013 adalah bertujuan agar peserta didik atau
siswa memiliki kemampuan yang lebih baik dalam melakukan: 
1. Observasi,
2. Bertanya (wawancara),
3. Bernalar, dan
4. Mengkomunikasikan (mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau
mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. 
Adapun obyek pembelajaran dalam kurikulum 2013 adalah:
fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan
siswa kita memiliki kompetensi sikap, ketrampilan, dan pengetahuan jauh
lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga
nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan
tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.
Pelaksanaan penyusunan kurikulum 2013 adalah bagian dari
melanjutkan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang
telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat UU 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal 35, di
mana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang

9
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar
nasional yang telah disepakati. Paparan ini merupakan bagian dari uji publik
Kurikulum 2013, yang diharapkan dapat menjaring pendapat dan masukan
dari masyarakat.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tetapi
belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rumusannya
berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda dengan kurikulum berbasis
materi, sehingga sangat dimungkinkan terjadi perbedaan persepsi tentang
bagaimana kurikulum seharusnya dirancang. Perbedaan ini menyebabkan
munculnya berbagai kritik dari yang terbiasa menggunakan kurikulum
berbasis materi. Untuk itu ada baiknya memahami lebih dahulu terhadap
konstruksi kompetensi dalam kurikulum sesuai koridor yang telah digariskan
UU Sisdiknas.

C. Kesiapan Guru dalam Menghadapi Kurikulum 2013


Pemerintah melakukan pelatihan guru untuk menyiapkan
implementasi kurikulum 2013. Namun pelatihan guru terkait kurikulum baru
tersebut dilaksanakan secara bertahap yaitu dilaksanakan mulai bulan April
untuk instruktur nasional, dan guru inti sedangkan untuk guru yang lain
dilaksanakan selama liburan panjang akhir tahun pelajaran yaitu Mei hingga
Juni. Tujuan pelatihan guru tersebut diharapkan seorang guru memenuhi
persyaratan guru secara legal formal sesuai yang tercantum dalam PP-SNP
2005 Pasal 28 ayat (3) yaitu semua guru wajib menguasai
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.
Pertama, kompetensi pedagogik. “Kompetensi pedagogik merupakan
kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran yang meliputi
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
dan pengembangan potensi peserta didik” (Imam Wahyudi.2012:31).

10
Kompetensi pedagogik ini menuntut seorang guru untuk menguasai
materi dengan baik dan memahami kemampuan serta karakteristik siswa yang
heterogen sehingga guru diharapkan dapat mengembangkan kurikulum
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sebagai contoh dalam pembelajaran
matematika, guru dapat menggunakan tahap-tahap pembelajaran van hiele
untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan setelah itu guru dapat memulai
pembelajaran sesuai dengan kemampuan awal siswa.
Kedua, kompetensi kepribadian. “Kompetensi kepribadian adalah
kemampuanyang harus dimiliki guru berupakepribadian yang
mantap, berakhlak mulia, arif, berwibawaserta menjadi teladan bagi peserta
didik” (Arif Rahman. 2009:152). Dalam rancangan Kurikulum 2013 untuk
standar kompetensi lulusan domain afektif yaitu agar  peserta didik memiliki
perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, percaya
diri, dan bertanggungjawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial. Guru tidak hanya punya kewajiban mengajarkan
matematika saja, karena peranguru juga diperlukan untuk mampu
mengembangkan domain afektif ini. Setiap guru harus bisa menjadi model
yang diteladani peserta didik dimanapun dia berada. Dalam pembelajaran di
kelas guru dapat memberi contoh/arahan pada siswa untuk
menyampaikan pendapatnya secara santun.
Ketiga, kompetensi profesional. “kompetensi  profesional
merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yangmemungkinkan membimbing peserta didik
memenuhi standar kompetensi” (Imam Wahyudi. 2012:31).
Permen No 16 tahun 2007 tentang kompetensi guru, khususnya
tentang kompetensi profesional menjelaskan bahwa guru harus mengikuti
kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. Pada bagian
berikutnya juga dijelaskan bahwa guru harus memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk  pengembangan diri. Richards &Farell
(2005: 1) mengatakan, “The need for ongoing renewal of   professional skills
and knowledgeis not a reflection of inadequate training but simply a response
tothe fact that not everything teachers need to know can be provided at

11
preservice level, aswell as the fact that theknowledge base of
teaching  constantly changes”. Seorang guru harus menyadari bahwa ilmu
selalu berkembang. Oleh karena itu seorang guru harus terus belajar dengan
banyak membaca, mengikuti seminar, dan mencari informasi untuk
meningkatkan kompetensi profesional. Guru yang profesional harus mampu
mengembangkan materi pelajaran secara kreatif sekaligus dituntut mampu
mengembangkan media baik yang sederhana seperti menggunakan bola,
toples, atau caping untuk materi bangun ruang, maupun yang lebih rumit
dengan membuat CD interaktif sehingga pesertadidik selalu antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Keempat, kompetensi sosial. “Kompetensi sosial merupakan
kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik/tenaga kependidikan lain, orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar” (Imam Wahyudi.2012:36). Seorang guru harus
mampu berkomunikasi dan berinteraksi secara baik dengan orang lain secara
langsung maupun tidak langsung. Guru yang kaku dan sulit berinteraksi
dengan siswa akan semakin memperburuk citra pelajaran matematika yang
dianggap sulit dan menakutkan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemerintah mengklaim bahwa Kurikulum 2013 ini memiliki inti
pada pembelajaran yang sederhana dan didasari orientasi pembelajaran yang
tematik-integratif. Harapannya, mampu mencetak generasi yang siap menghadapi
masa depan.
Keberhasilan kurikulum 2013 ditentukan oleh kesiapan guru dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013, pada khususnya adalah guru . Guru
adalah aktor utama yang berdiri di garda depan dalam pelaksanaan kurikulum
matematika. Diakui atau tidak, lemahnya pola pelatihan yang diterapkan
kepada para guru sebagai “aktor” utama dalam proses pembelajaran
matematika mengakibatkan kegagalan implementasi kurikulum 2006.
Bercermin pada kegagalan implementasi Kurikulum 2006, untuk
menyongsong implementasi kurikulum 2013 seorang guru harus
dipersiapkan memiliki kompetensi baik profesional, pedagogis, personal, dan
sosial. Sehebat apapun konsep sebuah kurikulum, mengabaikan
pemberdayaan guru hanya akan membuat perubahan kurikulum dengan
tujuan besarnya sia-sia.

B. Saran
Berbagai kritik dan saran telah mewarnai rencana implementasi
kurikulum 2013. Namun pemerintah tetap melaksanakan Kurikulum 2013
yang dimulai pada pertengahan bulan Juli 2013. Oleh karena itu, guru harus
segera menyiapkan implementasi kurikulum baru ini dengan sebaik-baiknya.
Ada empat macam kompetensi yang perlu disiapkan oleh guru yaitu
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan
kompetensi sosial.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arif Rohman. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta:


LaksBang

Mediatama Imam Wahyudi. (2012). Mengejar  Profesionalisme Guru


Strategi Praktis Mewujudkan Citra Guru Profesional. Jakarta: Prestasi
Pustaka

Richards, J.C. & Farrell, T.S. (2005). Professional development for language


teachers: strategies for teacher learning. New York: Cambridge
University Press.

Stronge, J.H. (2006). Teacher evaluationand school improvement: improving the


educational landscape. In James H. Stronge(Ed.). Evaluating teaching.
Thousand Oaks: Crown Press

Permen No. 16 tahun 2007 tentang Kompetensi Guru

Permendiknas No. 22 Tahun 2007 tentang Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan


Pendidikan Dasar dan Menengah

UU. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar  Nasional Pendidikan

UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

14

Anda mungkin juga menyukai