Anda di halaman 1dari 14

ETIKA DAN NORMA PRODUKSI DALAM ISLAM

MAKALAH
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas Ekonomi Islam

oleh

Achmad Arif Mustofa 12.0404.0014


Alvin Syah Kurniawan 12.0404.0021

PROGRAM STUDI MUAMALAT


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2013

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................2
A. Definisi Etika.................................................................................2
B. Etika dalam Islam..........................................................................3
C. Nilai-nilai dan Norma dalam Berproduksi....................................4
1. Peringatan Allah akan Kekayaan Alam....................................4
2. Bekerja Sendi Utama Produksi.................................................6
3. Berproduksi dalam Lingkaran yang Halal................................8
4. Ada Perlindungan terhadap Alam.............................................9
BAB III SIMPULAN ..........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.


Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh
para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula
sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan
banyak faktor produksi. Dalam Islam, seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran
nilai moral dan teknikal yang Islami. Nilai-nilai moral itulah yang kemudian
membuat sistem ekonomi Islam lebih berpihak pada kesejahteraan masyarakat secara
umum. Seperti yang dikatakan Mannan bahwa produksi dalam Islam haruslah
memenuhi kriteria objektif yang dinilai uang, juga kriteria subjektif yang dinilai
dengan adanya etika dalam berproduksi.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika

Etika itu sendiri merupakan salah satu disiplin pokok dalam filsafat, ia
merefleksikan bagaimana manusia harus hidup agar berhasil menjadi sebagai manusia
(Franz Magnis-Suseno :1999)
Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai beragam
arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep mengenai apa yang harus, mesti,
aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua,
pencairan ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, pencairan
kehidupan yang baik secara moral (Tim Penulis Rasda Karya : 1995)
Menurut K. Bertens dalam buku Etika, merumuskan pengertian etika kepada
tiga pengertian juga; Pertama, etika digunakan dalam pengertian nilai-niai dan
norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya. Kedua, etika dalam pengertian kumpulan asas atau
nilai-nilai moral atau kode etik. Ketiga, etika sebagai ilmu tentang baik dan buruk
Ahmad Amin memberikan batasan bahwa etika atau akhlak adalah ilmu yang
menjelaskan arti yang baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan
oleh manusia kepada lainnya, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.

2
B. Etika Dalam Islam

Jika kita berbicara tentang nilai dan akhlak dalam ekonomi dan mu’amalah
Islam, maka tampak secara jelas di hadapan kita empat nilai utama,yaitu:
Rabbaniyah (Ketuhanan), Akhlak, Kemanusiaan dan Pertengahan.  Nilai-nilai
ini menggambarkan kekhasan (keunikan) yang utama bagi ekonomi Islam, bahkan
dalam kenyataannya merupakan kekhasan yang bersifat menyeluruh yang tampak
jelas pada segala sesuatu yang berlandaskan ajaran Islam. Makna dan nilai-nilai
pokok yang empat ini memiliki cabang, buah, dan dampak bagi seluruh segi
ekonomi dan muamalah Islamiah di bidang harta berupa produksi, konsumsi,
sirkulasi, dan distribusi.
Raafik Isaa Beekun dalam bukunya yang berjudul Islamic Bussines Ethics
menyebutkan paling tidak ada sejumlah parameter kunci sistem etika Islam yang
dapat dirangkum sbb:
•    Berbagai tindakan ataupun keputusan disebut etis bergantung pada niat
individu yang melakukannya. Allah Maha Kuasa mengetahui apapun niat kita
sepenuhnya secara sempurna.
•    Niat baik yang diikuti tindakan yang baik akan dihitung sebagai ibadah.
Niat yang halal tidak dapat mengubah tindakan yang haram menjadi halal.
•    Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk percaya dan
bertindak berdasarkan apapun keinginannya, namun tidak dalam hal
tanggungjawab keadilan.
•    Islam mempergunakan pendekatan terbuka terhadap etika, bukan sebagai
sistem yang tertutup, dan berorientasi diri sendiri. Egoisme tidak mendapat
tempat dalam ajaran Islam.
•    Keputusan etis harus didasarkan pada pembacaan secara bersama-sama
antara Al-Qur’an dan alam semesta.
•    Tidak seperti sistem etika yang diyakini banyak agama lain,
Islam mendorong umat manusia untuk melaksanakan tazkiyah melalui

3
partisipasi aktif dalam kehidupan ini. Dengan berperilaku secara etis di tengah
godaan ujian dunia, kaum Muslim harus mampu membuktikan ketaatannya
kepada Allah SWT.

C. Nilai-nilai dan Norma dalam Berproduksi

Sejak dari kegiatan mengorganisir faktor produksi, proses produksi hingga


pemasaran dan pelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas
Islam. Metwally (1992) mengatakan ”perbedaan dari perusahaan-perusahaan non
Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi
dan strategi pasarnya”. Produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas
dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai religius tidak akan diperbolehkan.
Terdapat lima jenis kebutuhan yang dipandang bermanfaat untuk mnecapai
falah, yaitu : 1. kehidupan, 2. harta, 3. kebenaran, 4. ilmu pengetahuan dan 5.
kelangsungan keturunan. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas
(dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta
melarang sikap berlebihan, larangan ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam
produksinya.
Yusuf Qardhawi membagi pembahasan terkait dengan norma menjadi
beberapa pembahasan yakni:
1. Peringatan Allah akan Kekayaan Alam
Allah telah menciptakan kekayaan alam untuk manusia dengan
berbagai macam jenis. Pertama, lapisan bumi dengan unsur yang berbeda-
beda, berupa lapisan udara atau berbagai jenis gas. Kedua, lapisan kering,
yang terdiri dari debu, bebatuan, dan barang tambang. Ketiga, lapisan air.
Keempat, lapisan tumbuh-tumbuhan yang beraneka ragam yang terdiri dari
ilalang dan hutan belukar. Juga kekayaan laut, baik yang terdapat ditepi pantai
atau dilautan luas.

4
Jika kita renungkan didalam Al-qur’an, maka kita akan mendapatkan
bahwa ia menganjurkan kepada kita untuk menggunakan sumber-sumber
kekayaan alam. Al-qur’an merangsang akal kita mengarahkan pandangan kita
kepada dunia yang dikelilingi oleh air, udara lautan, sungai, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan benda mati; matahari dan bulannya, malam dan
siangnya. Semua itu diciptakan untuk diambil manfaatnya oleh umat
manusia.
a.Hewan
Al-Qur’an mengingatkan kita tentang kekayaan alam dari jenis hewan
dan apa-apa yang diperoleh dari hewan itu, seperti daging ,susu, dan
kulit. Firman Allah: “dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk
kamu, padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai-bagai
manfaat, dan sebagiannya kamu makan.” (An- Nahl :5).
b. Tumbuh-tumbuhan
Dalam surat yang sama Al-Qur’an memberikan tentang kekayaan alam
dari jenis tumbuhan dengan Firman Allah: “Dialah yang telah
menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi
minuman dan sebagiannya menyuburkan tumbuh-tumbuhan yang
tempat tumbuhnya kamu menggembalakan ternakmu. Dia
menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman zaitun,
kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda kekuasaaan Allah bagi
kamu yang memikirkan.”
c.Kekayaan Laut
Masih dalam surat yang sama, Al-qur’an mengarahkan perhatian kita
pada kekayaan laut dan menganjurkan kita untuk mendayagunakan nya
dengan cara memancing ikan, melalui ayat: “Dan Dialah Allah yang
menundukkan lautan untukmu, agar kamu dapat ,memakan dari
padanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan

5
itu perhiasan yang kamu pakai dan kamu melihat bahtera layar
padanya dan supaya kamu mencari keuntungan dari karunianya, dan
supaya kamu bersyukur.”
d. Kekayaan Tambang
Diantara tanda yang paling jelas dianjurkan Al-Qur’an untuk
diperhatikan  ialah kekayaan tambang. Allah berfirman : “dan kami
ciptakan besi yang padanya terdapat kekutan yang hebat dan berbagai
manfaat bagi manusia.”
Dalam ayat ini terdapat indikasi yang jelas tentang pentingnya bahan
tambang di antaranya besi bagi kehidupan manusia baik sipil ataupun
militer. Surat ini dinamakan Allah dengan surat al- Hadid (besi).
e.Bulan dan Matahari
Selanjutnya, dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa Allah menundukkan
matahari dan bulan bagi manusia. Hal ini memperpanjang harapan
mereka dan memenuhi ambisinya dalam menaklukkan ruang angkasa,
mendayagunakan energi matahari,serta mencapai bulan, bahkan suatu
saat mendarat di matahari. Allah Berfirman: “Dan Dia menundukkan
malam dan siang , matahari dan bulan untukmu, dan bintang-bintang
ditundukkan untukmu dengan perintahnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi
kamu yang memahaminya.”

2. Bekerja Sendi Utama Produksi


Para ahli ekonomi menetapakan bahwa produksi terjadi lewat peranan
tiga atau empat unsur yang saling berkaitan yaitu alam, modal, dan bekerja.
Sebagian ahli lain menambahkan unsur disiplin.
Produktivitas timbul dari gabungan kerja antara manusia dan kekayaan
bumi. Bumi adalah tempat membanting tulang dan manusia bekerja diatasnya.

6
a. Antara Jaminan Rezeki dan Kewajiban Bekerja
Sudah menjadi sunnatullah bahwa jaminan rezeki itu tidak akan
mungkin didapat kecuali dengan berusaha dan bekerja. Allah
meletakkan makanan dari rezeki Allah setelah manusia berjalan dimuka
bumi. Siapa yang berjalan dan berusaha maka dialah orang yang berhak
memakan rezeki Tuhan. Yang bediam diri dan malas tidak akan
mendapat walaupun hanya sesuap nasi.
b. Bekerja dan Kegiatan Ekonomi adalah Ibadah dan Jihad
Bekerja adalah bagian dari ibadah dan jihad jika sang pekerja bersikap
konsisten terhadap peraturan Allah, suci niatnya, dan tidak
melupakanNya. Dengan bekerja, masyarakat bisa melaksanakan tuigas
kekhalifahannya, menjaga diri dari maksiat, dan meraih tujuan yang
lebih besar. Demikian pula, dengan bekerja seorang individu mampu
memenuhi kebutuhannya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan
berbuat baik terhadap tetangganya. Semua bentuk yang diberikan semua
hal tersebut tidak akan terwujud tanpa harta yang dapat diperolah dengan
bekerja. Maka tidak aneh jika kita menemukan nash-nash Islam yang
mengajak umatnya untuk bekerja dan menjadikannya bagian dari ibadah
dan jihad.
c. Tujuan Diwajibkannya Bekerja
o Untuk Mencukupi Kebutuhan Hidup
Berdasarkan tuntutan syariat, seorang muslim diminta bekerja untuk
mencapai beberapa tujuan yaitu, untuk memenuhi kebutuhan pribadi
dengan harta yang halal.
Dampak diwajibkannya bekerja bagi individu oleh islam adalah
dilarangnya minta-minta, mengemis, dan mengharapkan belas kasihan
orang. Mengemis tidak dibenarkan kecuali dalam tiga hal yaitu,

7
menderita kemiskinan yang melilit, memiliki utang yang menjerat,
dan diyah murhiqah.
o Untuk Kemaslahatan Keluarga
Bekerja diwajibkan demi terwujudnya keluarga sejahtera. Islam
mensyariatkan seluruh manusia untuk bekerja, baik lelaki maupun
wanita sesuai dengan profesinya masing-masing. “lelaki adalah
penjaga bagi keluarganya dan bertanggung jawab atas asuhannya.;
cukuplah dosa seseorang karena menelantarkan orang yang menjadi
tanggungannya.”
o Untuk Kemaslahatan Masyarakat
Walaupum seseorang tidak memerlukan pekerjaan karena seluruh
kebutuhan hidupnya telah tersedia, baik untuk dirinya maupun untuk
keluarganya, ia tetap wajib bekerja untuk masyarakat sekitarnya.
Karena masyarakat sekitarnya telah memberikan sumbangsih yang
tidak sedikit padanya, maka seyogyanya masyarakat menganbil
darinya sebanyak apa yang diberikan kepadanya. Alangkah indahnya
tindakan ulama yang menjadikan pekerjaan duniawi sebagai
perbuatan wajib menurut syariat, ditinjau dari kemaslahatan
masyarakat.
o Bekerja untuk Memakmurkan Bumi
Memakmurkan bumi adalah tujuan dari maqashidus syairah yang
ditanam oleh Islam, disinggung oleh Al-qur’an serta diperhatikan oleh
para ulama. Manusia diciptakan Allah hanya untuk tiga kepentingan,
yaitu memakmurkan bumi, menyembah Allah, khalifah Allah.

3. Berproduksi dalam Lingkaran yang Halal

8
Prinsip etika dalam produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap
muslim baik individu maupun komunitas adalah berpegang pada semua yang
dihalalkan Allah dan tidak melampaui batas.
Pada dasarnya produsen dalam tatanan ekonomi konvensional tidak
mengenal istilah halal dan haram. Yang menjadi prioritas kerja mereka adalah
memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta dan uang. Ia
tidak memikirkan apakah yang diproduksinya berbahaya atau tidak,
bermanfaat atau tidak, baik atau buruk, etis atau tidak etis.
Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Ia tidak boleh
menanam apa-apa yang diharamkan seperti poppy yang diperoleh dari buah
opinium, demikian pula cannabis atau heroin. Seorang muslim tidak boleh
menanam segala jenis tumbuhan yang menurut WHO, sains, dan hasil riset
berbahaya bagi manusia.

4. Ada Perlindungan terhadap Alam


Etika yang terpenting adalah menjaga sumber daya alam karena ia
merupakan nikmat dari Allah kepada hambaNya. Setiap hamba wajib
mensyukurinya dan salah satu cara mensyukuri nikmat adalah dengan
menjaga sumber daya alam dari polusi, kehancuran, atau kerusakan. “ Dan
janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi, sesudah Allah
memperbaikinya.”
a. Penebang Hutan Secara Liar Masuk Neraka
Pelarangan ini diperkuat dengan hadits Nabi yang artinya:” barang siapa
yang menebangi hutang secra liar Allah akan menjerumuskan kepalanya
kedalam api neraka”.
Yang dimaksud ialah membabat hutan secara liar hingga merusak
lingkungan dan kemaslahatan manusia dan hewan.
b. Melindungi Binatang Dari Penyakit Menular

9
Dalam salah satu hadits, Nabi mamberikan pangarahan “ jangan
disatukan ternak yang sakit dengan ternak yang sehat.”
Aturan preventif ini menggariskan agar para peternak tidak menyatukan
tempat makan dan minum hewan yang sakit dengan hewan yang sehat
karena dikhawatirkan penyakit tersebut menular ke hewan sehat yang
lainnya. Dianjurkan agar hewan yang sakit di karantina dan diobati
karena pada satu sisi ia termasuk makhluk hidup, dan pada sisi lain ia
adalah asset yang bisa dikembangkan.
c. Hati-hati Terhadap Binatang Perah
Sungguh indah ajaran Islam dalam menjaga sumber daya alam. Misalnya
perkataan Nabi ketika mengunjungi orang anshar  yang ingin
menghormati tamunya dengan memotong kambing perahnya. Kepada
orang anshar  itu Nabi berkata:” jangan kamu sembelih kambing
perahmu.”
Hadits ini menunjukkan bahwa nabi melarang orang yang kedatangan
tamu untuk menyembelih kambing perahnya untuk dihidangkan kepada
tamunya, karena binatang perah itu bisa dimanfaatkan air susunya dan
bisa berfungsi sebagai penjaga rumah. Sebaliknya, jika kamu mau
menghormati tamu, potonglah binatang yang bukan hewan perahan.
d. Menghidupkan Tanah Tak Bertuan
Diantara pekerjaan yang dianjurkan Islam dan menjanjikan pahala yang
besar adalah menghidupkan tanah tak bertuan. Sebab, perluasan sektor
pertanian dan perkebunan ini menambah pendapatan perkapita bangsa
dan Negara. Menghidupkan tanah tak bertuan ini dalam fiqih disebut
ihyaul mawat.

10
BAB III

SIMPULAN

Kegiatan produksi merupakan mata rantai dari konsumsi dan distribusi.


Kegiatan produksilah yang menghasikan barang dan jasa, kemudian dikonsumsi oleh
para konsumen. Tanpa produksi maka kegiatan ekonomi akan berhenti, begitu pula
sebaliknya. Untuk menghasilkan barang dan jasa kegiatan produksi melibatkan
banyak faktor produksi. Dalam Islam, seluruh kegiatan produksi terikat pada
tataran nilai moral dan teknikal yang Islami. Nilai-nilai moral itulah yang
kemudian membuat system ekonomika Islam lebih berpihak pada kesejahteraan
masyarakan secara umum. Seperti yang dikatakan Mannan bahwa produksi dalam
Islam haruslah memenuhi kriteria objektif yang dinilai uang, juga kriteria
subjektif yang dinilai dengan adanya etika dalam berproduksi.

Nilai-nilai dan norma dalam berproduksi mengingatkan kita akan pentingnya


memperhatikan; peringatan Allah akan kekayaan alam, bahwa bekerja sendi utama
produksi, berproduksi dalam lingkaran yang halal, perlindungan kekayaan alam.
Semuanya terangkum dalam satu pemahaman bahwa dalam Islam segala aktifitas
hidup termasuk dalam ekonomi, hendaknya bermuara dan berujung pada upaya untuk
mencari Keridhoan Allah. Begitu pula dalam melaksanakan aktifitas produksi, tidak
hanya berdasarkan pada aktifitas menghasilkan daya guna suatu barang belaka,

11
melainkan sebagai upaya menjalankan tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi
ini.

DAFTAR PUSTAKA

Badroen, Faisal, et al. 2007. Etika Bisinis dalam Islam. Jakarta: Kencana.
Qardhawi, Yusuf. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: GIP.
http://zonaekis.com/norma-dan-moral-produksi-dalam-islam/

12

Anda mungkin juga menyukai