Anda di halaman 1dari 15

AKUNTANSI

TRANSAKSI TAKAFUL
Alvin Syah Kurniawan
12.0404.0021
Pendahuluan
• Asuransi adalah sebuah perjanjian dimana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada pihak tertanggung
untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan yang mungkin akan
diderita oleh tertanggung atas suatu peristiwa yang tak
tentu.
• Perjanjian tersebut memiliki konsekuensi dimana
penanggung berjanji akan menanggung kerugian yang
mungkin dihadapinya dengan imbalan sejumlah uang yang
disebut premi.
• Asuransi konvensional bekerja hanya pada peristiwa yang
berakibat pada kerugian atau tidak ada kerugian.

• Hal-hal yang menjadi titik kritik asuransi konvensional:


– Unsur maysir (untung-untungan)
– Unsur gharar (ketidakjelasan)
– Unsur riba
Asuransi Syariah (Takaful)
• Menurut fatwa DSN-MUI, asuransi syariah (takaful) adalah
usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk
tabungan dan dana tabarru` yang memiliki pola
pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui
akad sesuai syariah.
• Prinsip dalam asuransi syariah:
– Saling bertanggung jawab
– Saling bekerja sama
– Saling melindungi
– Menghindari maysir, gharar, dan riba
Produk Asuransi Syariah
• Jenis produk dalam asuransi syariah antara lain:
– Asuransi kerugian
Memberikan ganti rugi kepada tertanggung yang menderita kerugian
barang atau benda miliknya. Misal takaful abror, takaful kebakaran, dll.

– Asuransi jiwa
Perusahaan asuransi akan memberikan santunan dengan jumlah tertentu
kepada ahli waris dari nasabah tersebut apabila nasabah mengalami
risiko kematian.

– Lain-lain
Seperti takaful dana haji, takaful dana pendidikan.
Mekanisme Asuransi Syariah
• Perusahaan asuransi syariah diberi kepercayaan oleh para
peserta untuk mengelola premi (kontribusi),
mengembangkannya sesuai dengan syariah, dan
memberikan santunan kepada yang mengalami musibah.
• Proses dalam asuransi syariah:
– Underwriting
– Polis
– Premi
Pengelolaan Dana
Studi Kasus Perhitungan
• Misal pada sebuah perusahaan asuransi syariah ditetapkan
nisbah bagi hasil antara perusahaan dan peserta asuransi
adalah 75:25. Premi pertahun yang dibayar oleh peserta
asuransi syariah sebesar Rp. 1.000.000, dengan rincian 30%
dana tabarru’ dan 70% dana investasi, untuk polis asuransi
jiwa sebesar Rp. 10 juta selama 10 tahun.
• Jika A, B, C dan D, mulai mendaftar di tahun ke 1, 4, 5 dan 8.
Hitunglah : Berapa dana yang diterima A jika ia masih hidup
sampai tahun ke 10, jika diasumsikan keuntungan perusahaan
sampai tahun ke 10 adalah Rp. 10 juta? Dan berapa dana yang
diterima oleh Ahli Waris A jika yang bersangkutan meninggal
di tahun ke 9, sebelum kontrak berakhir?
• Dana A, B, C, dan D setiap premi Rp 1.000.000 pada rekening
tabungan Rp 700.000 dan Rp 300.000 pada rek tabarru’

• Pada tahun ke 10
Dana investasi A = 10 tahun x Rp 700.000 =Rp 7.000.000,-
Dana investasi B = 6 tahun x Rp 700.000 = Rp 4.200.000,-
Dana investasi C = 5 tahun x Rp 700.000 = Rp 3.500.000,-
Dana investasi D = 2 tahun x Rp 700.000 = Rp 1.400.000,-

• Total dana investasi peserta (A, B, C, dan D) asuransi = Rp


16.100.000
• Keuntungan Perusahaan = Rp 10.000.000
• Nisbah bagi hasil 75:25, maka bagi hasil yang didapat seluruh
peserta asuransi = Rp 10.000.000 x 25% = Rp 2.500.000
• Pembagian keuntungan (profit sharing) untuk masing-masing
peserta adalah dana tabungan peserta dibagi dana tabungan
seluruh peserta, di kali bagi hasil untuk seluruh peserta.
• Profit sharing untuk A = (Rp 7.000.000/Rp 16.100.000) x Rp
2.500.000 = Rp 1.086.957
• Jika A masih hidup hingga tahun ke-10, ia berhak atas dana
tabungan ditambah profit sharing. Dana yang diterima A Rp
7.000.000 + Rp 1.086.957 = Rp 8.086.957.
• Jika A meninggal di tahun ke-9, maka ahli waris menerima
dana Rp 7.000.000 + Rp 1.086.957 + Rp 10.000.000 = Rp
18.086.957
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai