INDIKATOR :
TUJUAN PEMBELAJARAN :
Pengertian Kesehatan,
keselamatan dan Keamanan ( K3)
Pengertian Kesehatan
Istilah Kesehatan merujuk pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab I Pasal 1, yang dimaksud dengan
kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan social yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara social dan ekonomi.
Individu yang sehat adalah individu yang bebas dari penyakit, cedera, serta masalah mental
dan emosi yang bisa mengganggu aktivitas manusia normal pada umumnya.
Sedangkan kesehatan kerja ( occupational health ) atau sering disebut dengan Kesehatan
Industri ( Industrial Hygiene ) pada Bab V pasal 23 merupakan upaya kesehatan untuk
mewujudkan produktifitas kerja yang optimal meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan
penyaakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja dan setiap tempat kerja wajib
menyelenggarakan kesehatan kerja.
Untukmewujudkan produktifitas kerja diperlukan upaya kesehatan kerja agar setiap pekerja
dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri dan masyarakat
sekelilingnya.
Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai
dengan jaminan social tenaga kerja dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Syarat kesehatan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis sesuai
dengan jenid pekerjaannya, persyaratan bahan baku, peralatan, dan proses kerja serta
persyaratan tempat atau lingkungan kerja.
Tempat kerja menurut UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja adalah tiap ruangan
atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau
sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau
sumber-sumber bahaya. Tempat kerja yang wajib menyelenggarakan kesehatan kerja adalah
tempat kerja yang mempunyai karyawan paling sedikit 10 (sepuluh) orang.
Pengertian Keselamatan.
Norma
keselamatan kerja;
Norma
kesehatan kerja dan hygiene perusahaan;
Norma
kerja;
Pemberian
ganti kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan
kerja.
Yang dimaksud dengan norma ialah "standard" ukuran tertentu yang harus dijadikan
pegangan pokok.
Norma keselamatan kerja meliputi : keselamatan kerja yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja dan lingkungannya serta
cara-cara melakukan pekerjaan.
Norma kesehatan kerja dan hygiene perusahaan meliputi: pemeliharaan dan mempertinggi
derajat kesehatan tenaga kerja, dilakukan dengan mengatur pemberian pengobatan, perawatan
tenaga kerja yang sakit, mengatur persediaan tempat, cara dan syarat kerja yang memenuhi
syarat hygiene perusahaan dan kesehatan kerja untuk pencegahan penyakit, baik sebagai
akibat pekerjaan maupun penyakit umum serta menetapkan syarat kesehatan bagi perumahan
untuk tenaga kerja.
Norma kerja meliputi: perlindungan terhadap tenaga kerja yang bertalian dengan waktu kerja,
sistim pengupahan, istirahat, cuti, kerja wanita, anak dan orang muda, tempat kerja,
perumahan, kebersihan, kesusilaan, ibadah menurut agama dan kepercayaannya masing-
masing yang diakui Pemerintah, kewajiban sosial/kemasyrakatan dan sebagainya guna
memelihara kegairahan dan moril kerja yang menjamin daya guna kerja yang tinggi serta
menjaga perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama.
Kepada tenaga kerja yang mendapat kecelakaan dan/atau menderita penyakit akibat pekerjaan
berhak atas/ganti kerugian perawatan dan rehabilitasi. Dalam hal seorang tenaga kerja
meninggal dunia akibat kecelakaan dan/atau penyakit akibat pekerjaan, ahli warisnya berhak
menerima ganti kerugian.
Setiap
pekerja berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja agar
terhindar dari kecelakaan.
Setiap
orang yang berada ditempat kerja harus dijamin keselamatannya.
Tempat
kerja harus selalu dijamin dalam keadaan aman.
Pengertian Keamanan
Sejarah Perkembang
Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan Kerja.
Jaman Purbakala
Sejak jaman purba manusia bekerja telah mengenal kecelakaan dan dari pengalamannya
kemudian berkembang menjadi pengetahuan tentang bagaimana agar kecelakaan tidak
menimpa dirinya atau tidak terulang kembali.
Jaman Modern
Perrubahan besar yang terjadi setelah terjadi revolusi industry pada abad 18, dimana muncul
bentuk maupun jenis kecelakaan yang sangat beragam.
Diantaranya kecelakaan yang disebabkan oleh penggunaan mesin, listrik, bahan bakar, nuklir,
pemakaian bahan kimia dan sebagainya.
Sejarah Peraturan
Keselamatan Kerja.
Di Perancis :
Di Rusia :
Di Belgia :
K3 sudah ada sejak Raja Napoleon.
Di AS :
Massachusset ( 1867 ) merupakan negara bagian yang pertama kali mempunyai UU K3 baru
kemudian Winconsin ( 1885 ), New York ( 1866 ), Ohio ( 1888 ), Messouri ( 1891 ), Rhode
Island (1896).
Di Indonesia :
Dimulai Tahun 1847 sejak dipakainya mesin-mesin industri oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Penanganannya oleh Dieust Van Het Stoomwezen. Tahun 1912 untuk kepentingan
pendidikan pada bagian penyelidikan bahan diserahkan ke Sekolah Tinggi Teknik di
Bandung.
Tahun 1905 Pemerintah mengeluarkan Staatsbad No. 521, yaitu peraturan Keselamatan kerja
yang disebut dengan Veiligheidsreglement (VR)
Tahun 1910 diperbaruhi dengan Staatsbad No. 406 yang pengawasannya dilakukan oleh
Dinas Stoomwezen.
Tahun 1925 Dienst Van Het Stoomwezen diganti dengan Dienst Van Het Veiligheidstozight
(VT) atau Pengawasan Keselamatan Kerja.
Tahun 1930 Pemerintah mengeluarkan Stoomordonantie dan Stoom Verordening dengan
Staanstbad no. 225 dan nomor 339.
Tahun 1931 Pengawasan bahan beracun ( Pabrik Cat, Accu, Percetakan dll )dengan Loodwit
Ordonantie, staanstbad no. 509
Tahun 1932 & 1933 UU dan Peraturan Petasan staanstbad No. 143 dan 10
Tahun 1938 &1939 Pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang
digunakan sebagai alat pengangkutan diperusahaan pertanian, kehutanan, pertambangan dan
sebagainya, selain dari jalan kereta api Perumka, yaitu melalui Industrieboan Ordonantie dan
Industrieboan Verordenieng, Staatsblad Nomor 595 dab Nomor 29.
Tahun 1940 Pengawasan dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan Kerja dan para
pengusaha ditarik restribusi. Staanstbad no. 424 dan 425.
Kemudian muncul peraturan perundangan sebagai berikut :
Keselamatan
kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam
wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
Ketentuan
yang berlaku ditempat kerja adalah :
dibuat,
dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas,
peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan
kecelakaan atau peledakan;
dibuat,
diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau
disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit,
beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
dikerjakan
pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran
rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan,
saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana
dilakukan pekerjaan persiapan.
dilakukan
usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan
lapangan kesehatan;
dilakukan
usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih
logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik
di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;
dilakukan
pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui
terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;
dikerjakan
bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun
atau gudang;
dilakukan
penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;
dilakukan
pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;
dilakukan
pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
dilakukan
pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena
pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau
terpelanting;
dilakukan
pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;
terdapat
atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas,
hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;
dilakukan
pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
dilakukan
pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau
telepon;
dilakukan
pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset
(penelitian) yang menggunakan alat teknis;
dibangkitkan,
dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan
listrik, gas, minyak atau air;
diputar
film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang
memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
Prosedur Kerja
Bekerja adalah melakukan suatu pekerjaan baik secara bersama-sama atau sendiri dalam
suatu wadah yang disebut dengan organisasi atau pabrik/perusahaan.
Tentunya para pekerja dalam melakukan pekerjaan itu aman dan tertib sesuai dengan harapan
dari pekerja juga perusahaan itu sendiri.
Untuk memenuhi hal tersebut diperlukan Prosedur Kerja yang aman dan tertib.
Prosedur kerja yang aman dan tertib dapat dilakukan dengan :
Menetapkan standar K3
Menetapkan tata tertib yang
harus dipatuhi.
Menetapkan
peraturan-peraturan.
Dalam menentukan standar K3 harus disesuiakan dengan keadaan dan kebutuhan atau
kapasitas yang ada di perusahaan tersebut tetapi tetap harus mengacu pada peraturan
perundangan yang berlaku, baik secara nasional maupun internasional.
Penetapan tata tertib erat kaitannya dengan peraturan – peraturan yang berlaku di perusahaan
yang biasanya dibuat untuk diketahui dan dilaksanakan oleh pekerja. Dengan adanya tata
tertib dan peraturan yang dibuat diharapkan para pegawai mentaatinya, sehingga timbul sikap
disiplin dan tanggung jawab dalam bekerja.
Kondisi diatas dapat tercapai bila kecelakaan termasuk kebakaran, peledakkan dan penyakit
akibat kerja dapat dicegah dan ditanggulangi secara terpadu.
Langkah – langkah pencegahan yang dapat ditempuh untuk menaggulangi kecelakaan kerja
antara lain :
Menurut ILO (
Intenarnational Labour Organization ).
Peraturan
Perundang-undangan
Standarisasi
Inspeksi
Dilakukan kegiatan dalam rangka pemeriksaan dan pengujian terhadap tempat kerja, mesin,
alat dan instalasi, apakah masih memenuhi terhadap ketentuan dan persyaratan K3.
Riset.
Riset yang dapat dilakukan antara lain : Teknis, medis, psychologis, dan statistic untuk
menunjang tingkat kemajuan di bidang K3 sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.
Persuasi
Asuransi
Jaminan kesehatan dengan pembayaran premi yang semakin rendah bagi perusahaan yang
memenuhi persyaratan K3 dan tingkat keparahan dan sering terjadinya kecelakaan yang kecil.
Jam kerja normal 40 jam perminggu. Untuk beban kerja 24 jam perhari perlu diatur dengan
shift dan kerja lembur dan sewajarnya bila pekerja mendapatkan perlindungan khusus
misalnya gaji ekstra, bonus dan sebagainya.
Untuk mendukung daya tahan tubuh pekerja perlu diupayakan gizi, menu makanan yang
baik, gerak badan harus menjadi persyaratan pokok untuk menjaga agar badan dan pikiran
menjadi efisien dan produktif.
Pemeriksaan Kesehatan.
Pemeriksaaan Kesehatan mutlak dilakukan untuk menentukan apakah pekerja serasi dengan
pekerjaannya,baik secara fisik maupun mental.
Pendidikan tentang K3
Pendidikan K3 harus diberikan secara kontinyu agar tetap waspada dalam menjalankan
pekerjaan.
Memberikan
Informasi/Penerangan sebelum bekerja.
Penting dilakukan agar para kerja mengetahui, mentaati peraturan dan bersikap hati-hati.
Pakaian pelindung.
Isolasi.
Ventilasi setempat
Memberikan alat untuk menghisap udara ditempat tertentu agar bahan dari suatu tempat bisa
dialirkan keluar.
Ventilasi Umum.
Mengalirkan udara keluar agar kadar dari bahan yang berbahaya bisa lebih rendah dari Nilai
Ambang Batas (NAB)
Substitusi
Pencegahan terjadinya
kecelakaan merupakan langkah yang efektif.
sembrono
dan tidak hati – hati
tidak
mematuhi peraturan
tidak
mengikuti standar prosedur kerja.
tidak
memakai alat pelindung diri
kondisi badan yang lemah
Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab yang tidak bisa
dihindarkan (seperti bencana alam) , selain itu 24% dikarenakan lingkungan atau peralatan
yang tidak memenuhi syarat, dan 73% dikarenakan perilaku yang tidak aman.
1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong
3. jatuh terpeleset
4. tindakan yg tidak
benar
5. tertabrak
6. berkontak dengan bahan
yang berbahaya
7. terjatuh, terguling
8. kejatuhan barang dari
atas
9. terkena benturan keras
10.
terkena barang yang runtuh, roboh
Elektronik
(manufaktur)
1. teriris, terpotong
2. terlindas, tertabrak
3. berkontak dengan bahan
kimia
4. kebocoran gas
5.
Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan
Produksi
metal (manufaktur)
1. terjepit, terlindas
2. tertusuk, terpotong,
tergores
3.
jatuh terpeleset
Petrokimia(minyak
dan produksi batu bara, produksi karet, produksi karet, produksi
plastik)
1. terjepit, terlindas
2. teriris, terpotong,
tergores
3. jatuh terpeleset
Konstruksi
1. jatuh terpeleset
6. terjatuh, terguling
7. terjepit, terlindas
8. tertabrak
Produksi alat
transportasi bidang
reparasi
1. terjepit, terlindas
2. tertusuk, terpotong,
tergores
3.
terkena ledakan
Benda
Jatuh
Rak,
tangga
Tergencet,
kejatuhan benda dari atas atau roboh
Mesin
bermotor umum, bahan material
Tertabrak
atau terbentur
Mesin
bermotor umum, alat angkutan
Jatuh
terpeleset
Peralatan
konstruksi dan bangunan, alat angkutan yang memindahkan mesin,
lingkungan, mesin pemindah bermotor
Teriris,
terpotong, luka tergores
Mesin
bermotor umum, bahan material, mesin manual dan peralatan
Korban
Seorang
pekerja
Tugas
kerja
Membantu
mengarahkan kendaraan pengaduk beton
Waktu
Bulan
Maret tahun X, sekitar jam 12.15 AM
Tempat
kejadian
Di
area pembangunan ; korban berada di belakang kendaraan pengaduk
beton
Peralatan
atau benda yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
Kendaraan
pengaduk beton
Urutan
kejadian
Pekerja
A di lokasi perencanaan jalan sedang membantu meng-arahkan
kendaraan pengaduk beton (gambar 2.1) untuk mundur, seharusnya
berdiri di depan jalan masuk ruang bawah tanah untuk mengatur
mengendalikan kendaraan yang keluar masuk ke ruang bawah tanah,
tetapi malah lari ke belakang kendaraan pengaduk beton,
perusahaan kendaraan pengaduk beton telah menggunakan seorang
asisten pengatur kendaraan tersebut, pekerja C pada saat
kecelakaan itu keluar dari jalan masuk ruang bawah tanah dan
menyaksikan korban setelah tertabrak dan jatuh, helm yang
dipakainya terlepas dan jatuh ke tanah, setelah itu merangkak
bangun menjauhi bagian belakang kendaraan pengaduk beton, dan
segera lari ke bagian samping kendaraan memakai aba-aba tangan
agar pengemudi berhenti memundur -kan kendaraan. Mungkin
komunikasi pengemudi akan aba-aba tangan itu tidak berjalan baik,
sehingga kendaraan mundur sekali lagi, ban bagian dalam sebelah
kanan kendaraan melindas kepala korban, mengakibatkan dia tewas
di tempat.
Analisis :
Tahapan penyebab
Keterangan
Penyebab
umum
Komunikasi
melalui aba-aba tangan antara pengemudi dan asisten tidak
berjalan dengan baik, pengemudi mengambil langkah yang salah
akibatnya terjadi tabrakan dan menyebabkan kematian.
Penyebab
terperinci
Pada
saat kendaraan besar mundur, karena sudut penglihatan pengemudi
relatif lebih luas, sebaiknya tidak berdiri di belakang
kendaraan atau di jalur mundur (area yang tidak aman)
Pekerja
A tidak mengenakan helm dengan tepat, tidak benar-benar
mengencangkan kaitan, sehingga pada saat tertabrak kendaraan,
helm itu langsung jatuh terlepas, sehingga tidak memiliki fungsi
perlindungan (perilaku yang tidak aman).
Penyebab
pokok
Karena
sudut penglihatan pengemudi kendaraan besar relative lebih luas,
hendaknya di bagian depan dan belakang masing-masing ditempatkan
seorang asisten. Apabila area tersebut terlalu bising, hendaknya
dilengkapi dengan alat elektronik yang membantu mengarahkan
kendaraan, aba–aba tangan cenderung membingungkan. Selain itu,
asisten hendaknya membantu pengemudi untuk menjaga keamanan area
sekitar, dan mengeluarkan siapapun yang berada di area berbahaya
tersebut.
Pekerja
hendaknya memakai dan menggunakan helm dengan benar. Organisasi
/ lembaga sosial sebaiknya menekankan pentingnya pemakaian helm
yang benar. Contohnya memasang poster propaganda, membagikan
iklan propaganda untuk menambah konsep keselamatan kepada
pekerja, bahkan kepada masyarakat umum. Apabila suatu ketika ada
pekerja angkuh hingga tidak memakai dan menggunakan helm dengan
benar, maka pihak perusahaan hendaknya menambah propaganda,
contohnya memberitahukan akibat yang akan ditimbulkan bila tidak
memakai dan menggunakan helm dengan benar.
Strategi Pengendalian :
Karena
sudut penglihatan pengemudi kendaraan besar relative lebih luas,
hendaknya di bagian depan dan belakang masing-masing ditempatkan
seorang asisten. Apabila area tersebut terlalu bising, hendaknya
dilengkapi dengan alat elektronik yang membantu mengarahkan
kendaraan, aba–aba tangan cenderung membingungkan. Selain itu,
asisten hendaknya membantu pengemudi untuk menjaga keamanan area
sekitar, dan mengeluarkan siapapun yang berada di area berbahaya
tersebut.
Pekerja
hendaknya memakai dan menggunakan helm dengan benar. Organisasi /
lembaga sosial sebaiknya menekankan pentingnya pemakaian helm yang
benar. Contohnya memasang poster propaganda, membagikan iklan
propaganda untuk menambah konsep keselamatan kepada pekerja, bahkan
kepada masyarakat umum. Apabila suatu ketika ada pekerja angkuh
hingga tidak memakai dan menggunakan helm dengan benar, maka pihak
perusahaan hendaknya menambah propaganda, contohnya memberitahukan
akibat yang akan ditimbulkan bila tidak memakai dan menggunakan helm
dengan benar.
Diposkan oleh ghostepp di 05.31
Label: pelajaran
0 komentar:
Poskan Komentar
Baca Berita
Weather in Barcelona
tanggal
Followers