Laporan Askep Aterosklerosis (Ni Nyoman Windiantari)
Laporan Askep Aterosklerosis (Ni Nyoman Windiantari)
“I”
DISUSUN OLEH :
NAMA : NI NYOMAN WINDIANTARI
NIM : P07120317 061
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER (ATEROSKLEROSIS)
I. KONSEP TEORI
A. Pengertian
B. Etiologi
Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.
Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam
arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah
percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding
arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena
ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan
endapan kalsium, sehingga ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah
bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih
besar dan lebih mempersempit arteri.
Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu
pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit
bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:
C. Manifestasi Klinik
Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada
saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala
aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh
ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara
tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul
secara mendadak.
Faktor-Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah
Usia
Jenis kelamin
Riwayat keluarga
Ras
2. Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Mayor
Peningkatan lipid serum
Hipertensi
Merokok
Gangguan toleransi glukosa
Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
Gaya hidup yang kurang bergerak
Stress psikologik
Tipe kepribadian
D. Patofisiologi
G. Penatalaksanaan Medis
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk
menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol,
asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan
aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu
pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur
yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
H. Pengobatan
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam
darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin).
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat
jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
I. Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-
faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang
hendaknya:
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan
daerah.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama: penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: tanda dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang
mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu: untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit
atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam
penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit
kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya
aterosklerosis.
d) Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
h) Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan
menurun terutama pada daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma,
ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam, paralisis wajah,
tidak dapat bicara, berkomunikasi secara verbal, kehilangan pendengaran,
penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
i) Pola kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang
mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat
di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG
(Elektokardiograf), tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat
kesadaran.
j) Pola respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesukuler. Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
l) Pola pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
c) Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga dikaji sistem hemodinamik tubuh, karena
adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian
juga cairan dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan
hemodinamik tubuh
d) Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
1) Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
2) Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung
dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah
tidak mampu berkonstruksi.
3) Sianosis
4) Rambut hilang
5) Kuku rapuh
6) Kulit kering
7) Atropi dan ulserasi
8) Edema bilateral atau unilateral
a. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam
kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih
diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium.
Gambaran lain dari adanya kelainan ECG mencakup perubahan gelombang ST-T
nonspesifik, kelambatan hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta
aritmia bersifat non spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b) Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu
faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga
peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya
risk factor lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
1) Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
2) Sel darah Putih (SDP): leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak
sehubungan dengan proses inflamasi.
3) Kecepatan sedimentasi: apabila meningkat maka menunjukkan adanya
inflamasi.
4) Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis.
5) Kolesterol atau trigeliserida serum: meningkat, menunjukkan
arteriosclerosis.
c) Pemeriksaan dengan Echokardiografi
d) Angiografi koroner
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
2. Bila dilakukan pembedahan
a) Pra pembedahan
C. INTERVENSI
1. Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
1) Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
2) Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran darah balik vena
3) Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya perubahan integritas kulit.
4) Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol
berisi air panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim dapat
5) Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya statis vena
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
Pra pembedahan
d. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi
(pembedahan)
Tujuan NOC:
1) Terbebas dari tanda atau gejala infeksi
2) Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur
dan pemantauan
Intervensi NIC:
Tujuan NOC :
Intervensi NIC:
Tujuan NOC:
Intervensi NIC:
Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.
Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
NIM : P07120317061
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Umur : 50 tahun
No. RM : 112233
Suku/bangsa : Sasak/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Umur : 30 tahun
Suku/bangsa : Bali/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
B. RIWAYAT K EPERAWATAN
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh nyeri dada, sesak napas, pusing
dan mual. Nyeri terasa pada bagian bawah sternum sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan nyeri timbul di saat bergerak/beraktivitas, dan terasa di tusuk-tusuk. Skala
nyeri 6 dari (1-10). Pasien merasa sesak napas sepulang dari bekerja.
Pasien datang ke RSUD KOTA MATARAM pada tanggal 19 April 2020 pukul 15.00
WITA dengan keluhan nyeri dada, sesak napas pusing dan mual. Nyeri pada bagian
bawah sternum sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri timbul di saat
bergerak/beraktivitas, nyeri hilang timbul, dan terasa di tusuk-tusuk. Skala nyeri 6 dari
(1-10).
Keluarga pasien mengatakan bahwa ayah pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi
Genogram
No. RM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis hubungan
: Garis keturunan
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
: Pasien
Keluarga pasien mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya bersih dan dekat
dengan jalan raya
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat,
makanan, lingkungan, dan yang lainnya.
C. RIWAYAT BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL
AktivitasSehari-hari
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan apabila pasien sakit cukup beristirahat
dan jika semakin parah dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien lebih banyak beristirahat
dan minum obat secara teratur
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali sehari dengan
porsi 1 piring dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur dan lauk
pauk dan selalu dihabiskan serta minum ± 8 gelas dalam sehari
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan makanan yang
disediakan rumah sakit 3 kali sehari dan hanya mampu menghabiskan
sepertiga dari porsi makanannya dan minum ± 7 gelas dalam sehari
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien BAB rutin ± 1-2 kali/hari
dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas, dan
tidak terdapat darah serta lendir. Sedangkan untuk BAK ± 6-7
kali/hari dengan warna kuning jernih, dan tidak terdapat darah.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien BAB ± 1-2 kali/hari
dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas, dan
tidak terdapat darah serta lendir. Sedangkan untuk BAK ± 4-6
kali/hari dengan warna kuning jernih, dan tidak terdapat darah.
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidur selama ± 8 jam/hari,
dengan nyenyak pada malam hari dan jarang tidur siang.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidur ± 8 jam/hari, dengan
waktu tidur ± 2 jam pada siang hari, dan ± 6 jam pada malam hari.
Namun tidur pasien sering terbangun karena nyeri dada yang
dirasakan.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mampu melakukan
aktivitas secara mandiri, aktivitas pasien selalu di bantu seperti makan
dan mandi (dengan cara di seka).
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu diberikan dukungan
oleh keluarganya untuk kesembuhannya
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan pada
panca inderanya, yaitu kabur pada penglihatannya
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan pada
panca inderanya, yaitu kabur pada penglihatannya.
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah dengan
gambaran dirinya
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah dengan
gambaran dirinya
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah pada
organ reproduksinya
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah pada
organ reproduksinya
Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita disaat ada
masalah.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita saat ada
masalah.
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mampu sholat namun
selalu berdoa untuk kesembuhannya.
1. Status Generalis
Tanda-tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,4 0C
RR : 23 x/mnt
a. Kepala
- Inspeksi : Penyebaran rambut merata, warna rambut hitam dan putih, tidak
terdapat lesi
b. Mata
- Inspeksi : Mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik.
c. Hidung
- Inspeksi : Tidak ada sekret, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada lesi,
simetris, dan terpasang nasal canul 6 liter/menit
d. Mulut
- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, keadaan gigi baik dan lengkap, mukosa bibir
kering
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
e. Telinga
f. Leher
- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat lesi
g. Dada
- Inspeksi : Bentuk dada normal chest, pengembangan dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada lesi,
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada substernal skala 6 dari (1-10), hilang
timbul terasa di tusuk-tusuk
- Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada area paru dan pekak pada area jantung
- Auskultasi : Terdengar bunyi nafas tambahan (wheezing)
h. Abdomen
i. Genetalia
j. Ekstermitas
Atas
- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lengan kiri atas, CRT >2 detik
Bawah
- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Kekuatan otot
4 5
5 5
Keterangan :
Tangan kanan skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)
Tangan kiri skala 4 : Dapat bergerak dandapat melawan hambatan yang ringan
Kaki kanan skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)
Kaki kiri skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematokrit 27 37 - 47 %
Ur 15 15 – 43 mg/dL
HbsAg Negatif
F. TERAPI
No
Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Obat
.
1. Infus RL 22 cc/jam IV Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk
konduksi saraf dan otak mengganti cairan yang
hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan
osmotic pada pasien
A. Analisa Data
No Data Penunjang
Etiologi Problem
. (symptom)
1. DS : Aterosklerosis Ketidakefektifan perfusi
- Pasien mengeluh jaringan berhubungan
pusing dengan gangguan
Sirkulasi terganggu
- Pasien mengatakan pertukaran gas.
bahwa sesaknya
muncul secara Ekstremitas/perifer
mendadak dan
terus menerus
Sirkulasi perifer terganggu
- Keluarga pasien
mengatakan bahwa
pasien mengeluh Denyut nadi terganggu
sesak sepulang
bekerja pada 19
Gangguan perfusi jaringan
Apri 2020
perifer
DO :
- Keadaan umum
pasien lemah
- Kesadaran
composmentis
- GCS : 4E5V6M
- Mukosa bibir
kering
- Konjungtiva anemis
- Akral teraba dingin
- Terdapat suara
- CRT >2 detik
(kembali dalam 3
detik)
- napas tambahan
(wheezing ).
- Terpasang masker
oksigen 6 Lpm
- TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 23 x/mnt
- BB : 65 kg
- TB : 160 cm
2. DS : Aterosklerosis Nyeri Akut berhubungan
DO :
Penumpukkan metabolit otot
- Keadaan umum
& asam laktat
pasien lemah
- Kesadaran
composmentis Nyeri /kram otot
- TTV :
TD : 150/90 mmHg
Nyeri akut
N : 88 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 23 x/mnt
- Klien tampak
meringis
- Skala nyeri pada
bagian bawah
sternum 6 (sedang)
dari 1-10
- Irama jantung :
irreguler
B. Rumusan Diagnosa
Tn. I diharapkan
2. Tinggikan anggota
ketidakefektifan perfusi 2. Untuk meningkatkan
badan lebih tinggi dari
jaringan: suplai darah aliran darah balik
jantung
arteri ke ekstremitas vena
3. Anjurkan latihan
meningkat (teraba 3. Mencegah terjadinya
rentang gerak aktif
hangat, warna kemerahan perubahan integritas
atau pasif selama tirah
atau tidak pucat), dengan kulit.
baring
kriteria hasil:
melaporkan nyeri
pada penyedia
perawatan
kesehatan
- Pasien dapat
mempertahankan
tingkat nyeri
09.40 berkurang
3. Menganjurkan 3. Klien menerima
pasien untuk tidak anjuran yang diberikan
menyilangkan kaki agar tidak merasa
kram
10.00 II 1. Mengkaji nyeri yang 1. Nyeri
nonfarmakologi
sebelum, dan selama
aktivitas
12.00 4. Berkolaborasi dalam
4. Klien mendapat obat
pemberian analgesic
furosemid,lovastatin
dan aspirin
11.30 4. Mengajarkan
penggunaan tekhnik 4. Pasien merasa lebih
nonfarmakologi relaks saat melakukan
sebelum, dan relaksasi napas dalam
selama aktivitas
analgesic
V. EVALUASI KEPERAWATAN
O:
P : Intervensi lanjutkankan
1. Mengkaji tanda-tanda vital
2. Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari
jantung
3. Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif
selama tirah baring
Selasa, 21 14.00 II S:
April Pasien mengatakan, masih merasakan nyeri pada
2020 dada bagian bawah
- P : Pasien merasa nyeri
- Q: Terasa di tusuk-tusuk
- R : Pada daerah bawah sternum
- T : hilang timbul saat bergerak
O:
P: Intervensi dilanjutkan