Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

“I”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATEROSKLEROSIS

DI RUANG IRNA III B RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL 20-21 APRIL 2020

DISUSUN OLEH :
NAMA : NI NYOMAN WINDIANTARI
NIM : P07120317 061

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER (ATEROSKLEROSIS)

I. KONSEP TEORI
A. Pengertian

Aterosklerosis juga dikenal sebagai penyakit Vaskuler arteriosclerotic atau ASVD


berasal dari bahasa Yunani: athero (yang berarti bubur atau pasta) dan sklerosis (indurasi
dan pengerasan). Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah suatu keadaan arteri besar
dan kecil yang ditandai oleh deposit substansi berupa endapan lemak, trombosit,
makrofag, leukosit, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai substansi
lainnya yang terbentuk di dalam lapisan arteri di seluruh lapisan tunika intima dan
akhirnya ke tunika media.(www.medicastore.com)

Aterosklerosis merupakan proses yang berbeda. yang menyerang intima arteri


besar dan medium. Perubahan tersebut meliputi penimbunan lemak, kalsium. komponen
darah, karbohidrat dan jaringan fibrosa pada lapisan intima arteri. Penimbunan tersebut
dikenal sebagai aleroma atau plak. Karena aterosklerosis merupakan pe¬nyakit arteri
umum, maka bila kita menjumpainya di ekstremitas, maka penyakit tersebut juga
terdapat di bagian tubuh yang lain. (Brunner & Suddarth, 2002).
Pertumbuhan ini disebut dengan plak. Plak tersebut berwarna kuning karena
mengandung lipid dan kolesterol. Telah diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu
proses berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil dan fase tidak
stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik yang tiba-tiba dan tidak terduga
berkaitan dengan rupture plak, meskipun rupture tidak selalu diikuti gejala klinik.
Seringkali rupture plak segera pulih, dengan cara inilah proses plak berlangsung.
(Hanafi, Muin R, & Harun, 1997)
Aterosklerosis adalah kondisi dimana terjadi penyempitan pembuluh darah akibat
timbunan lemak yang meningkat dalam dinding pembuluh darah yang akan menghambat
aliran darah. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, dan organ
vital lainnya serta pada lengan dan tungkai. Jika aterosklerosis terjadi didalam arteri
yang menuju ke otak (arteri karoid) maka bisa terjadi stroke. Namun jika terjadi didalam
arteri yang menuju kejantung (arteri koroner), maka bisa terjadi serangan jantung.
Biasanya arteri yang paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta, dan arteri-arteri
serbrum.
Beberapa pengerasan dari arteri biasanya terjadi ketika seseorang mulai tua.
Namun sekarang bukan hanya pada orang yang mulai tua, tetapi juga pada kanak-kanak.
Karena timbulnya bercak-bercak di dinding arteri koroner telah menjadi fenomena
alamiah yang tidak selalu harus terjadi lesi aterosklerosis terlebih dahulu.

B. Etiologi

Aterosklerosis bermula ketika sel darah putih yang disebut monosit, pindah dari
aliran darah ke dalam dinding arteri dan diubah menjadi sel-sel yang mengumpulkan
bahan-bahan lemak. Pada saatnya, monosit yang terisi lemak ini akan terkumpul,
menyebabkan bercak penebalan di lapisan dalam arteri.

            Setiap daerah penebalan yang biasa disebut plak aterosklerotik atau ateroma, terisi
dengan bahan lembut seperti keju yang mengandung sejumlah bahan lemak, terutama
kolesterol, sel-sel otot polos dan sel-sel jaringan ikat. Ateroma bisa tersebar di dalam
arteri sedang dan juga arteri besar, tetapi biasanya mereka terbentuk di daerah
percabangan, mungkin karena turbulensi di daerah ini menyebabkan cedera pada dinding
arteri, sehingga disini lebih mudah terbentuk ateroma.
            Arteri yang terkena aterosklerosis akan kehilangan kelenturannya dan karena
ateroma terus tumbuh, maka arteri akan menyempit. Lama-lama ateroma mengumpulkan
endapan kalsium, sehingga  ateroma menjadi rapuh dan bisa pecah. Dan kemudian darah
bisa masuk ke dalam ateroma yang telah pecah, sehingga ateroma akan menjadi lebih
besar dan lebih mempersempit arteri.
            Ateroma yang pecah juga bisa menumpahkan kandungan lemaknya dan memicu 
pembentukan bekuan darah atau trombus. Selanjutnya bekuan ini akan mempersempit
bahkan menyumbat arteri, dan bekuan darah tersebut akan terlepas dan mengalir
bersama aliran darah sehingga menyebabkan sumbatan di tempat lain (emboli).
Ada 7 resiko terjadinya peningkatan aterosklerosis yaitu:

1. Kadar kolesterol darah - ini termasuk kolesterol LDL tinggi (kadang-kadang


disebut kolesterol jahat) dan kolesterol HDL rendah (kadang-kadang disebut
kolesterol baik).
2. Tekanan darah tinggi - tekanan darah dianggap tinggi jika tetap pada atau di atas
140/90 mmHg selama periode waktu.
3. Merokok - ini bisa merusak dan mengencangkan pembuluh darah, meningkatkan
kadar kolesterol, dan meningkatkan tekanan darah - merokok juga tidak
memungkinkan oksigen yang cukup untuk mencapai jaringan tubuh.
4. Resistensi insulin - Insulin adalah hormon yang membantu memindahkan darah
gula ke dalam sel di mana itu digunakan dan resistensi insulin terjadi ketika tubuh
tidak dapat menggunakan insulin sendiri dengan benar.
5. Diabetes - ini adalah penyakit di mana tingkat gula darah tubuh tinggi karena
tubuh tidak membuat cukup insulin atau tidak menggunakan insulin dengan
benar.
6. Kegemukan atau obesitas - kegemukan adalah memiliki berat badan ekstra dari
otot, tulang, lemak, dan / atau air - obesitas adalah memiliki jumlah tinggi lemak
tubuh ekstra.
7. Kurangnya aktivitas fisik - kurangnya aktivitas dapat memperburuk faktor risiko
lain untuk aterosklerosis.
8. Umur - sebagai usia tubuh meningkatkan risiko aterosklerosis dan atau gaya
hidup faktor genetik menyebabkan plak untuk secara bertahap membangun di
arteri - pada pertengahan usia atau lebih, plak cukup telah membangun
menyebabkan tanda-tanda atau gejala, pada pria, risiko meningkat setelah usia 45,
sedangkan pada wanita, risiko meningkat setelah usia 55.
9. Riwayat keluarga penyakit jantung dini - risiko aterosklerosis meningkat jika ayah
atau saudara laki-laki didiagnosis dengan penyakit jantung sebelum usia 55 tahun,
atau jika ibu atau saudara perempuan didiagnosis dengan penyakit jantung
sebelum usia 65 tahun tetapi meskipun usia dan riwayat keluarga penyakit jantung
dini faktor risiko, itu tidak berarti bahwa Anda akan mengembangkan
atherosclerosis jika Anda memiliki satu atau keduanya. Membuat perubahan gaya
hidup dan / atau mengambil obat-obatan untuk mengobati faktor risiko lainnya
seringkali dapat mengurangi pengaruh genetik dan mencegah aterosklerosis dari
berkembang, bahkan pada orang dewasa yang lebih tua.

C. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung


koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan
mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi
terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung, otak, tungkai atau tempat lainnya.
Jika aterosklerosis menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian
tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang
memadai, yang mengangkut oksigen ke jaringan

Gejala awal dari penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada
saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala
aterosklerosis timbul secara perlahan, sejalan dengan terjadinya penyempitan arteri oleh
ateroma yang juga berlangsung secara perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara
tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul
secara mendadak.
 Faktor-Faktor Resiko
1. Yang tidak dapat diubah
 Usia
 Jenis kelamin
 Riwayat keluarga
 Ras
2. Yang dapat diubah dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Mayor
 Peningkatan lipid serum
 Hipertensi
 Merokok
 Gangguan toleransi glukosa
 Diet tinggi lemak jenuh, kolesterol dan kalori
b. Minor
 Gaya hidup yang kurang bergerak
 Stress psikologik
 Tipe kepribadian

D. Patofisiologi

Sistem kardiovaskuler bekerja secara terus-menerus dan pada kebanyakan kasus,


secara efisien. Tapi masalah dapat muncul ketika aliran darah berkurang atau tersumbat.
Bila pembuluh darah ke jantung tersumbat total, jantung tidak mendapatkan oksigen
secara cukup dan suatu serangan jantung dapat terjadi. Hal ini dapat berakibat fatal, dan
pada kenyataannya, menghasilkan jumlah jutaan kematian setiap tahun, membuat
penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di Amerika Serikat. Penyakit
jantung dapat bersiklus fatal, karena pembuluh darah terbatas, tidak hanya dapat merusak
jantung, tapi juga membuatnya bekerja lebih keras untuk memompa darah melalui sistem
sirkulasi. Lagipula, kerusakan jantung menjadikan jantung kurang efisien dan harus
bekerja walaupun dengan keras untuk tetap melanjutkan suplai oksigen ke seluruh tubuh.
Dari waktu ke waktu, penyakit jantung memimpin masalah utama penglibatan jantung,
paru-paru, ginjal, dan segera keseluruhan sistem, sebab setiap organ dalam tubuh
mempercayakan kecukupan oksigen dan nutrisinya pada jantung. Secara khusus,
sumbatan yang menyebabkan masalah dibentuk oleh suatu pertumbuhan lekatan yang
dikenal sebagai plak aterosklerotik.

Arterosklerosismerupakan suatu proses yang kompleks. Secara tepat bagaimana


arterosklerosis dimulai atau apa penyebabnya tidaklah diketahui, tetapi beberapa teori
telah dikemukakan.
Kebanyakan peneliti berpendapat aterosklerosis dimulai karena lapisan paling
dalam arteri, endotel, menjadi rusak. Sepanjang waktu, lemak, kolesterol, fibrin, platelet,
sampah seluler dan kalsium terdeposit pada dinding arteri.
Timbul berbagai pendapat yang saling berlawanan sehubungan dengan patogenesis
aterosklerosis pembuluh koroner. Namun perubahan patologis yang terjadi pada
pembuluh yang mengalami kerusakan dapat diringkaskan sebagai berikut:
a) Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil yang tampak
bagaikan garis lemak.
b) Penimbunan lemak, terutama betalipoprotein yang mengandung banyak kolesterol
pada tunika intima dan tunika media bagian dalam.
c) Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak fibrosis.
d) Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang terdiri dari lemak,
jaringan fibrosa, kolagen, kalsium, debris seluler dan kapiler.
e) Perubahan degeneratif dinding arteria.
Meskipun penyempitan lumen berlangsung progresif dan kemampuan vascular untuk
memberikan respon juga berkurang, manifestasi klinis penyakit belum nampak sampai
proses aterogenik sudah mencapai tingkat lanjut. Fase preklinis ini dapat berlangsung 20-
40 tahun. Lesi yang bermakna secara klinis, yang dapat mengakibatkan iskemia dan
disfungsi miokardium biasanya menyumbat lebih dari 75% lumen pembuluh darah.
Banyak penelitian yang logis dan konklusif baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan
radikal bebas terhadap dinding arteri memulai suatu urutan perbaikan alami yang
mengakibatkan penebalan tersebut dan pengendapan zat kapur deposit dan kolesterol. Sel
endotel pembuluh darah mampu melepaskan endothelial derived relaxing factor (EDRF)
yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah, dan endothelial derived constricting factor
(EDCF) yang menyebabkan kontraksi pembuluh darah. Pada keadaan normal, pelepasan
ADRF terutama diatur oleh asetilkolin melalui perangsangan reseptor muskarinik yang
mungkin terletak di sel endotel. Berbagai substansi lain seperti trombin, adenosine
difosfat (ADP), adrenalin, serotonin, vasopressin, histamine dan noradrenalin juga
mampu merangsang pelepasan EDRF, selain memiliki efek tersendiri terhadap pembuluh
darah. Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerotik, maka serotonin, ADP
dan asetil kolin justru merangsang pelepasan EDCF. Hipoksia akibat aterosklerotik
pembuluh darah juga merangsang pelepasan EDCF. Langkah akhir proses patologis yang
menimbulkan gangguan klinis dapat terjadi dengan cara berikut:
a) Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plaque
b) Perdarahan pada plak ateroma
c) pembentukan thrombus yang diawali agregasi trombosit
d) Embolisasi thrombus atau fragmen plak
e) Spasme arteria koronaria
Aterosklerotik dimulai dengan adanya kerusakan endotel, adapun penyebabnya antara
lain adalah:
a) Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah
b) Tekanan darah yang tinggi
c) Tembakau
d) Diabetes
Dikarenakan kerusakan pada endothelium, lemak, kolesterol, platelet, sampah produk
selular, kalsium dan berbagai substansi lainnya terdeposit pada dinding pembuluh darah.
Hal itu dapat menstimulasi sel dinding arteri untuk memproduksi substansi lainnya yang
menghasilkan pembentukannya dari sel.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya aterosklerosis


yaitu dengan cara:
a) ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di
pergelangan kaki dan lengan,
b) pemeriksaan doppler di daerah yang terkena ,
c) skening ultrasonik duplex,
d) CT scan di daerah yang terkena,
e) arteriografi resonansi magnetik, arteriografi di daerah yang terkena,
f) IVUS (intravascular ultrasound).

G. Penatalaksanaan Medis
Pada tingkat tertentu, tubuh akan melindungi dirinya dengan membentuk
pembuluh darah baru di daerah yang terkena. Bisa diberikan obat-obatan untuk
menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah seperti kolestiramin, kolestipol,
asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, dan lovastatin. Untuk mengurangi resiko
terbentuknya bekuan darah, dapat diberikan obat-obatan seperti aspirin, ticlopidine dan
clopidogrel atau anti-koagulan.
Sementara angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan
aliran darah yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu
pembedahan untuk mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur
yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan
untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.

H. Pengobatan
Bisa diberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam
darah (contohnya Kolestiramin, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol,
lovastatin).
Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk
mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak. Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk
mengangkat endapan. Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif,
dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat
jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
I. Pencegahan
Untuk membantu mencegah aterosklerosis yang harus dihilangkan adalah faktor-
faktor resikonya. Jadi tergantung kepada faktor resiko yang dimilikinya, seseorang
hendaknya:

 Menurunkan kadar kolesterol darah


 Menurunkan tekanan darah
 Berhenti merokok
 Menurunkan berat badan
 Berolah raga secara teratur.
II. KONSEP ASKEP

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan
daerah.
2. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama: penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah sakit.
b) Riwayat penyakit sekarang: tanda dan gejala klinis aterosklerosis, gejala yang
mudah diamati adalah nyeri dada yang hilang saat istirahat.
c) Riwayat penyakit dahulu: untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit
atau faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam
penanganan aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit
kardiovaskuler lain dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya
aterosklerosis.
d) Riwayat penyakit keluarga: adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.

3. Pola fungsi kesehatan


a) Pola nutrisi-metabolik.
b) Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual atau muntah (adanya
peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu, tenggorokan dan
gangguan menelan.
c) Pola eliminasi
d) Adanya perubahan pola eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen,
tidak ada bising usus ( illeus paralitik ).
e) Pola aktifitas-latihan
f) Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
g) Pola tidur dan istirahat
Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan gangguan
penglihatan.

h) Pola sensorik
Adanya sinkop atau pusing, nyeri kepala menurunnya penglihatan atau
kekaburan pandangan, gangguan penciuman atau perabaan atau sentuhan
menurun terutama pada daerah luka dan ekstremitas, status mental, koma,
ekstremitas lemah atau paralisis, tidak dapat menggenggam, paralisis wajah,
tidak dapat bicara, berkomunikasi secara verbal, kehilangan pendengaran,
penglihatan, sentuhan, refleks pupil, dan dilatasi.
i) Pola kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan beristirahat atau
dengan dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan substerbnal yang
mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan wajah. Karakteristik nyeri dapat
di katakan sebagai rasa nyeri yang pernah dialami.Sebagai akibat nyeri tersebut
mungkin di dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan postur tubuh,
menangis, penurunan kontak mata ,perubahan irama jantung, ECG
(Elektokardiograf), tekanan darah, respirasi dan warna kulit serta tingkat
kesadaran.
j) Pola respirasi

Dispnea dengan atau tanpa aktifitas, batuk produktif, riwayat perokok dengan
penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di dapatkan peningkatan
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesukuler. Sputum jernih atau juga merah muda/pink tinged.

k) Pola interaksi sosial

Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.

l) Pola pengetahuan

Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.

4. Pemeriksaan fisik, fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi


Pemeriksaan tanda-tanda vital TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari
tanda vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan
kondisi perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.

a) Keluhan atau adanya nyeri:


Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa besar nyeri muncul,
lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul sehingga dapat
diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya nyeri yang
terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang mengami
penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang sangat penting dilakukan


karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan kelainan sirkulasi dalam
sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan kontraktilitas otot-otot jantung,
maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan darah naik lama kelamaan akan
menurun karena penurunan cardiac output. Oleh karena itu pengkajian terhadap
tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai indikasi awal adanya kelainan
sistemik tubuh.

c) Pemantauan Hemodinamik
Disamping pemantauan TTV, perlu juga dikaji sistem hemodinamik tubuh, karena
adanya perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian
juga cairan dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan
hemodinamik tubuh
d) Pemantaun perubahan penampakan dan temperature kulit
1) Aliran darah yang tidak memadai mengakibatkan ekstremitas dingin
2) Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2 menit setelah ektremitas tergantung
dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri dimana pembuluh darah
tidak mampu berkonstruksi.
3) Sianosis
4) Rambut hilang
5) Kuku rapuh
6) Kulit kering
7) Atropi dan ulserasi
8) Edema bilateral atau unilateral
a. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan ECG (Electrocardiogram)
ECG bermanfaat dalam mengidentifikasi iskemia miokardium, apalagi dalam
kondisi istirahat. Adanya gambaran depresi S-T atau horizontal 1mm atau lebih
diluar titik J, bersifat khas, walaupun tidak patognomonik iskemia kardium.
Gambaran lain dari adanya kelainan ECG mencakup perubahan gelombang ST-T
nonspesifik, kelambatan hantaran atrioventrikularis dan intraventrikel serta
aritmia bersifat non spesifik untuk penyakit jantung koroner aterosklerotik.
b) Laboratorium darah
Lipid darah (lemak) bahwa telah diketahui bahwa hiperlipidemia adalah suatu
faktor penting dalam perkembangan aterosklerosis koronaria. Demikian juga
peningkatan kadar gula darah yang diatas rata-rata, hal ini menunjukkan adanaya
risk factor lain yang dapat menyebabkan aterosklerosis.
1) Elektrolit: ketidakseimbangan dapat mempengaruhi konduksi dan dapat
mempengaruhi kontraktilitas, contoh: hipokalemia atau hiperkalemia.
2) Sel darah Putih (SDP): leukosit (10.000-20.000) biasanya tampak
sehubungan dengan proses inflamasi.
3) Kecepatan sedimentasi: apabila meningkat maka menunjukkan adanya
inflamasi.
4) Kimia: mungkin normal tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ
akut atau kronis.
5) Kolesterol atau trigeliserida serum: meningkat, menunjukkan
arteriosclerosis.
c) Pemeriksaan dengan Echokardiografi

Pemeriksaan penunjang lain yaitu pemeriksaan echo-kardiografi, dari


pemeriksaan ini dapta dilihat lokasi penyumbatan dan berapa besar tingkat aliran
darah yang mengaliri koroner dan jantung, dan dilihat juga seberapa besar adanya
penyumbatan aliran tersebut. Dari hasil echo yang dapat memotret dari 3 dimensi
memungkinkan diagnosa dan tindakan yang akan dilakukan akan tepat sasaran.

d) Angiografi koroner

Menggambarkan penyempitan atau sumbatan arteri koroner dan biasanya


dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji fungsi
ventrikel kiri (fraksi ejeksi).

e) Pemeriksaan foto thorak

Hasil, mungkin normal atau menunjukkan pembesaran jantung diduga gagal


jantung koroner atau aneurisme ventrikuler. Pemeriksaan ini disamping untuk
mengetahui seberapa besar adanya pembesaran jantung, juga untuk mengetahui
dan mengidentifikasi gangguan sistem respirasi terutama paru. Dengan adanya
photo thorak dapat diketahui secara dini adanya pneumonia atau infeksi lain
sehingga faktor penyulit tersebut dapat dicegah dan ditangani dengan cepat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas.
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
2. Bila dilakukan pembedahan

a) Pra pembedahan

1) Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.


b) Post pembedahan
1) Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat
luka operasi.
2) Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi
(pembedahan)
3) Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi
3. Bila dianjurkan modifikasi gaya hidup
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber-
sumber informasi

C. INTERVENSI
1. Bila mengenai jaringan perifer
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran.

Tujuan NOC:

1) Denyut proksimal dan perifer distal kuat dan simetris


2) Suhu ekstremitas hangat
3) Tingkat sensasi normal

Intervensi NIC:

1) Rendahkan ekstremitas
Rasional : untuk meningkatkan sirkulasi arteri dengan tepat.
2) Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari jantung
Rasional : untuk meningkatkan aliran darah balik vena
3) Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif selama tirah baring
Rasional : untuk mencegah terjadinya perubahan integritas kulit.
4) Pantau penggunaan alat yang panas atau dingin, seperti bantalan pansa, botol
berisi air panas, dan kantung es.
Rasional : suhu yang terlalu ekstrim dapat
5) Anjurkan pasien untuk tidak menyilangkan kaki
Rasional : pencegahan terhadap adanya statis vena
b. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan

Tujuan NOC:

1) Pasien akan mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk


mencegah nyeri
2) Pasien akan melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
3) Pasien akan melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
4) Pasien dapat mempertahankan tingkat nyeri

Intervensi NIC:

1) Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien


2) Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3) Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas
yang menyakitkan
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesia
5) Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan.
c. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan NOC:

1) Kulit utuh, warna normal


2) Tidak ada nyeri ekstremitas yang terlokalisasi

Intervensi NIC:

1) Lakukan penilaian sirkulasi perifer yang komprehensif (misalnya cek nadi


perifer, edema, pengisian kapiler, warna kulit, dan suhu ekstremitas)
Rasional : untuk mengetahui adanya peningkatan sirkulasi arteri dan vena.
2) Pantau kulit dari adanya perubahan integritas kulit.
Rasional : pencegahan, meminimalkan cedera, atau rasa tidak nyaman pada
pasien.
3) Hindari trauma kimia, mekanik atau panas yang melibatkan ekstremitas

Bila dilakukan pembedahan

 Pra pembedahan
d. Ansietas berhubungan dengan rencana pembedahan yang kompleks.

Tujuan NOC:

1) Tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik


2) Tidak ada gangguan persepsi sensori
3) Pasien dapat mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat

Intervensi NIC:

1) Kaji tingkat ansietas yang terjadi


2) Jelaskan prosedur pembedahan secara sederhana sesuai tingkat pemahaman
pasien dan keluarga
3) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas
4) Kurangi rangsangan yang berlebihan dengan menyediakan lingkungan yang
tenang.
5) Diskusikan ketegangan dan harapan pasien
 Post pembedahan
1. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinuitas jaringan atau saraf-saraf akibat
luka operasi.

Tujuan NOC:

1) Pasien mampu mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk


mencegah nyeri
2) Pasien mampu melaporkan nyeri pada penyedia perawatan kesehatan
3) Pasien mampu menunjukkan tekhnik relaksasi secara individual yang efektif
untuk mencapai kenyamanan.

Intervensi NIC:

1) Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien


2) Berikan informasi tentang nyeri kepada pasien dan keluarga
3) Ajarkan penggunaan tekhnik nonfarmakologi sebelum, dan selama aktivitas
yang menyakitkan
4) Kolaborasi dalam pemberian analgesic

2. Risiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entry akibat luka operasi
(pembedahan)

Tujuan NOC:
1) Terbebas dari tanda atau gejala infeksi
2) Pasien akan melaporkan tanda atau gejala infeksi serta mengikuti prosedur
dan pemantauan

Intervensi NIC:

1) Pantau tanda dan gejala infeksi


2) Jelaskan hal-hal yang harus dihindari agar luka tidak terinfeksi
3) Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang rawat luka dengan tekhnik sepsis
dan asepsis
4) Kolaborasi dalam pemberian antibiotika
3. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi

Tujuan NOC :

1) Menunjukkan rutinitas perawatan kulit yang efektif


2) Mengingesti makanan secara adekuat untuk meningkatkan integritas kulit

Intervensi NIC:

1) Pantau tanda-tanda kerusakan integritas kulit


2) Anjurkan untuk selalu menjaga agar luka tetap kering dan bersih
3) Anjurkan diet dengan makanan bergizi tinggi dan suplemen vitamin
4) Kolaborasi obat untuk mempercepat pertumbuhan jaringan kulit
 Bila dianjurkan memodifikasi gaya hidup
4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi mengenai sumber-
sumber informasi.

Tujuan NOC:

1) Berpartisipasi dalam proses belajar


2) Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau prognosis dan aturan
terapeutik
3) Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan

Intervensi NIC:

1) Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu.


Rasional: membantu dalam membangun harapan yang realistis dan
meningkatkan pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan saat ini
2) Sarankan pasien menurunkan atau membatasi stimulasi lingkungan terutama
selama kegiatan berfikir
Rasional: stimulasi yang beragam dapat memperbesar gangguan proses
berfikir
3) Identifikasi faktor-faktor resiko secara individual (seperti hipertensi,
kegemukan, merokok, aterosklerosis, menggunakan kontrasepsi oral)
Rasional: meningkatkan kesehatan secara umum dan mungkin menurunkan
resiko kambuh.
DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia Anderson. 2005. Textbook of Pathophysiology. 6th ed. Jakarta : EGC.

Syaifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Wahid, Mubarak, Iqbal & Nurul Chayati. 2005 Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Diana. 2013. Coronary Atherosclerosis. http://dhintea.blogspot.com/2013/09/coronary-


atherosclerosis.html (Diakses tanggal 20 April 2020)

Wibowo, Angga. 2012. Asuhan Keperawatan Arteriosklerosis.


http://anggahargustra.blogspot.com/2012/05/asuhan-keperawatan-arteriosklerosis.html. Diakses
tanggal 20 April 2020

Taggarat, David P. 2007. Coronary Revascularition. 334:593-594. (http://www.BMJ.com)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. “I”

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ATEROSKLEROSIS

DI RUANG IRNA III RSUD KOTA MATARAM

TANGGAL 20-21 APRIL 2020

Nama Mahasiswa : Ni Nyoman Windiantari

NIM : P07120317061

Tanggal Pengkajian : Senin, 20 April 2020

Jam Pengkajian : 08.00 WITA

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS

1. Identitas Pasien

Nama : Tn. “I”

Umur : 50 tahun

No. RM : 112233

Jenis kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Sasak/Indonesia

Agama : Islam

Status marietal : Menikah

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Bahasa yang digunakan : Bahasa Sasak

Alamat : Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan, Kab.Lobar

Kiriman dari : RSUD Patut Patuh Patju Gerung

Tanggal MRS : 19 April 2020, jam : 15.00 WITA


Cara masuk : IGD

Diagnosa medis : Aterosklerosis

Alasan dirawat : Nyeri dada substernal

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. “M”

Umur : 30 tahun

Jenis Kelamin : Laki - laki

Suku/bangsa : Bali/Indonesia

Agama : Islam

Status Marietal : Menikah

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SMA

Bahasa yang digunakan : Sasak

Alamat : Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan-Lobar

Hubungan dengan klien : Anak kandung

B. RIWAYAT K EPERAWATAN

1. Keluhan Utama

Nyeri dada pada bagian bagian bawah sternum.

2. Keluhan saat dikaji

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh nyeri dada, sesak napas, pusing
dan mual. Nyeri terasa pada bagian bawah sternum sejak 1 bulan yang lalu. Pasien
mengatakan nyeri timbul di saat bergerak/beraktivitas, dan terasa di tusuk-tusuk. Skala
nyeri 6 dari (1-10). Pasien merasa sesak napas sepulang dari bekerja.

3. Upaya yang telah dilakukan


Keluarga pasien mengatakan bahwa saat nyeri pasien timbul langsung dibawa ke
Puskesmas, Klinik, atau Rumah sakit terdekat

4. Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke RSUD KOTA MATARAM pada tanggal 19 April 2020 pukul 15.00
WITA dengan keluhan nyeri dada, sesak napas pusing dan mual. Nyeri pada bagian
bawah sternum sejak 1 bulan yang lalu. Pasien mengatakan nyeri timbul di saat
bergerak/beraktivitas, nyeri hilang timbul, dan terasa di tusuk-tusuk. Skala nyeri 6 dari
(1-10).

5. Riwayat penyakit dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi.

6. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga pasien mengatakan bahwa ayah pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi

Genogram

No. RM

Keterangan :

: Laki-laki
: Perempuan

: Garis hubungan

: Garis keturunan

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Pasien

------ : Tinggal serumah

7. Keadaan kesehatan lingkungan

Keluarga pasien mengatakan bahwa lingkungan tempat tinggalnya bersih dan dekat
dengan jalan raya

8. Riwayat kesehatan lainnya

Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat,
makanan, lingkungan, dan yang lainnya.

C. RIWAYAT BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL

AktivitasSehari-hari

1. Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan apabila pasien sakit cukup beristirahat
dan jika semakin parah dibawa ke Puskesmas atau rumah sakit

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien lebih banyak beristirahat
dan minum obat secara teratur

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali sehari dengan
porsi 1 piring dengan menu bervariasi seperti nasi, sayur dan lauk
pauk dan selalu dihabiskan serta minum ± 8 gelas dalam sehari
Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan makanan yang
disediakan rumah sakit 3 kali sehari dan hanya mampu menghabiskan
sepertiga dari porsi makanannya dan minum ± 7 gelas dalam sehari

3. Pola Eliminasi

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien BAB rutin ± 1-2 kali/hari
dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas, dan
tidak terdapat darah serta lendir. Sedangkan untuk BAK ± 6-7
kali/hari dengan warna kuning jernih, dan tidak terdapat darah.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien BAB ± 1-2 kali/hari
dengan warna kuning kecoklatan, konsistensi lembek, bau khas, dan
tidak terdapat darah serta lendir. Sedangkan untuk BAK ± 4-6
kali/hari dengan warna kuning jernih, dan tidak terdapat darah.

4. Pola Istirahat dan Tidur

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidur selama ± 8 jam/hari,
dengan nyenyak pada malam hari dan jarang tidur siang.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidur ± 8 jam/hari, dengan
waktu tidur ± 2 jam pada siang hari, dan ± 6 jam pada malam hari.
Namun tidur pasien sering terbangun karena nyeri dada yang
dirasakan.

5. Pola Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mampu melakukan


aktivitas secara mandiri seperti mandi, makan, dan berpakaian dan
selalu pergi bekerja pada pagi hingga siang hari.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mampu melakukan
aktivitas secara mandiri, aktivitas pasien selalu di bantu seperti makan
dan mandi (dengan cara di seka).

6. Pola Hubungan dan Peran


Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki hubungan yang
baik dengan keluarga, kerabat dan lingkungan sekitar

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu diberikan dukungan
oleh keluarganya untuk kesembuhannya

7. Pola Sensori dan Kognitif

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan pada
panca inderanya, yaitu kabur pada penglihatannya

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien memiliki gangguan pada
panca inderanya, yaitu kabur pada penglihatannya.

8. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah dengan
gambaran dirinya

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah dengan
gambaran dirinya

9. Pola Seksual dan Reproduksi

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah pada
organ reproduksinya

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah pada
organ reproduksinya

10. Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress dan Koping

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita disaat ada
masalah.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu bercerita saat ada
masalah.

11. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan


Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien selalu menjalankan sholat
5 waktu dalam sehari.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien tidak mampu sholat namun
selalu berdoa untuk kesembuhannya.

D. OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

1. Status Generalis

Keadaan umum : Lemah BB : 65 kg

Kesadaran : Composmentis TB : 160 cm

GCS : E4V5M6 BMI : 25,39 kg/m2

Tanda-tanda Vital

TD : 150/90 mmHg

N : 88 x/mnt

S : 36,4 0C

RR : 23 x/mnt

2. Pemeriksaan Fisik (Head to toes)

a. Kepala

- Inspeksi : Penyebaran rambut merata, warna rambut hitam dan putih, tidak
terdapat lesi

- Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan terdapat nyeri tekan

b. Mata

- Inspeksi : Mata simetris antara kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak
ikterik.

- Palpasi : tidak teraba adanya benjolan/massa, tidak ada nyeri tekan

c. Hidung
- Inspeksi : Tidak ada sekret, terdapat pernapasan cuping hidung, tidak ada lesi,
simetris, dan terpasang nasal canul 6 liter/menit

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

d. Mulut

- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, keadaan gigi baik dan lengkap, mukosa bibir
kering
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

e. Telinga

- Inspeksi : Simetris, tidak ada pengeluaran secret

- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

f. Leher

- Inspeksi : Tampak bersih, tidak terdapat lesi

- Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapat nyeri tekan, tidak
terdapat lesi

g. Dada

- Inspeksi : Bentuk dada normal chest, pengembangan dada simetris kiri dan
kanan, tidak ada lesi,
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada substernal skala 6 dari (1-10), hilang
timbul terasa di tusuk-tusuk
- Perkusi : Terdengar bunyi sonor pada area paru dan pekak pada area jantung
- Auskultasi : Terdengar bunyi nafas tambahan (wheezing)

h. Abdomen

- Inspeksi : Tampak simetris , tidak ada lesi


- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Perkusi : Terdengar bunyi timpani
- Auskultasi : Terdapat bising usus 10 x/menit

i. Genetalia

- Inspeksi : Tidak terkaji

j. Ekstermitas

Atas

- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan
- Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada lengan kiri atas, CRT >2 detik

Bawah
- Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Kekuatan otot

4 5

5 5

Keterangan :

Tangan kanan skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)

Tangan kiri skala 4 : Dapat bergerak dandapat melawan hambatan yang ringan

Kaki kanan skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)

Kaki kiri skala 5 : Bebas bergerak dan mampu melawan tahanan yang diberikan
(setimpal)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 20 – 04 – 2020


Nama : Tn “I” No. RM :112233
Umur : 50 tahun Ruangan : IRNA III B

Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 11,5 14-18 g/dL

Hematokrit 27 37 - 47 %

Leukosit 11 4,8-10,8 /uL

Trombosit 160000 150-400 10^3/ul

GDS 93 70 - 115 mg/dL

Ur 15 15 – 43 mg/dL

Cr 0,7 0,6 – 0,9 mg/dL

SGOT 30 < 31 U/L

SGPT 20 < 31 U/L

Asam urat 6.6 2,3 – 6,1 mg/dL

Kolestrol total 220 < 200 mg/dL

Trigliserid 210 50 – 200 mg/dL

Total protein 5,7 6,4 – 8,2 g/dL

Albumin 3 3,5 – 5,2 g/dL

Globulin 3,3 1,8 – 3,2 g/dL

Na 148 134 – 147 mmol/L

K 5 3,50 – 5,20 mmol/L


Kalsium 1,22 1,12 – 1,32 mmol/L

HbsAg Negatif

F. TERAPI

Nama : Tn “I” No. RM :112233

Umur : 50 tahun Ruangan : IRNA III B

No
Nama Obat Dosis Rute Kegunaan Obat
.
1. Infus RL 22 cc/jam IV Kandungan kaliumnya bermanfaat untuk
konduksi saraf dan otak mengganti cairan yang
hilang karena dehidrasi, syok hipovolemik dan
kandungan natriumnya menentukan tekanan
osmotic pada pasien

2. . Lovastatin 20 mg/24 oral Menurunkan kadar kolesterol jahat dan dan


jam lemak (seperti LDL, triglycerides dan
meningkatkan kolesterol baik (HDL) dalam
darah)
2.

3. Aspirin 80 mg/24 oral Mengurangi rasa sakit/peradangan, mencegah


3. jam penggumpalan darah

4. Furosemida 40 mg IV Mengatasi edema (penumpukkan ccairan


didalam tubuh), atau hipertensi

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama : Tn.”I” No.RM : 112233

Umur : 50 tahun Ruangan : Irna III B

A. Analisa Data

No Data Penunjang
Etiologi Problem
. (symptom)
1. DS : Aterosklerosis Ketidakefektifan perfusi
- Pasien mengeluh jaringan berhubungan
pusing dengan gangguan
Sirkulasi terganggu
- Pasien mengatakan pertukaran gas.
bahwa sesaknya
muncul secara Ekstremitas/perifer
mendadak dan
terus menerus
Sirkulasi perifer terganggu
- Keluarga pasien
mengatakan bahwa
pasien mengeluh Denyut nadi terganggu
sesak sepulang
bekerja pada 19
Gangguan perfusi jaringan
Apri 2020
perifer

DO :
- Keadaan umum
pasien lemah
- Kesadaran
composmentis
- GCS : 4E5V6M
- Mukosa bibir
kering
- Konjungtiva anemis
- Akral teraba dingin
- Terdapat suara
- CRT >2 detik
(kembali dalam 3
detik)
- napas tambahan
(wheezing ).
- Terpasang masker
oksigen 6 Lpm
- TTV :
TD : 150/90 mmHg
N : 88 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 23 x/mnt
- BB : 65 kg
- TB : 160 cm
2. DS : Aterosklerosis Nyeri Akut berhubungan

- Keluarga pasien dengan gangguan

mengatakan bahwa kemampuan pembuluh


Sirkulasi terganggu
pasien mengeluh nyeri darah menyuplai oksigen

pada bagian bawah ke jaringan


Ekstremitas/perifer
sternum, terasa ditusuk-
tusuk, nyeri timbul
disaat Suplai O2 & nutrisi terganggu
bergerak/beraktivitas.

DO :
Penumpukkan metabolit otot
- Keadaan umum
& asam laktat
pasien lemah
- Kesadaran
composmentis Nyeri /kram otot
- TTV :
TD : 150/90 mmHg
Nyeri akut
N : 88 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 23 x/mnt
- Klien tampak
meringis
- Skala nyeri pada
bagian bawah
sternum 6 (sedang)
dari 1-10
- Irama jantung :
irreguler

B. Rumusan Diagnosa

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan pertukaran gas


ditandai dengan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mengeluh sesak sepulang
bekerja pada 19 Apri 2020, keluarga pasien mengatakan bahwa sesaknya muncul secara
mendadak dan terus menerus, keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis,
GCS : 4E5V6M, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, akral teraba dingin, terdapat
suara napas tambahan (wheezing ), terpasang masker oksigen 6 Lpm, TTV :TD : 150/90
mmHg, N : 88 x/mnt, S : 36,2 0 C, RR : 23 x/mnt, BB : 65 kg, TB : 160 cm
2. Nyeri Akut berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen ke jaringan ditandai dengan keluarga pasien mengatakan bahwa pasien
mengeluh nyeri pada bagian bawah sternum, terasa ditusuk-tusuk, nyeri timbul disaat
bergerak/beraktivitas, keadaan umum pasien lemah, kesadaran composmentis, TTV :TD
: 150/90 mmHg, N : 88 x/mnt, S : 36,2 C, RR : 23 x/mnt, pasientampak meringis,skala
nyeri pada bagian bawah sternum 6 (sedang) dari 1-10, Irama jantung : irregular, BB :
65 kg, TB : 160 cm.
III. INTERVENSI

Nama : Tn. “I” No.RM : 112233

Umur : 50 tahun Ruangan : Irna III B

No Dx Tujuan Intervensi Rasional


1. I Tujuan Setelah dilakukan 1. Rendahkan 1. Untuk meningkatkan

tindakan keperawatan ekstremitas sirkulasi arteri dengan

selama 2x 24 jam kepada tepat.

Tn. I diharapkan
2. Tinggikan anggota
ketidakefektifan perfusi 2. Untuk meningkatkan
badan lebih tinggi dari
jaringan: suplai darah aliran darah balik
jantung
arteri ke ekstremitas vena
3. Anjurkan latihan
meningkat (teraba 3. Mencegah terjadinya
rentang gerak aktif
hangat, warna kemerahan perubahan integritas
atau pasif selama tirah
atau tidak pucat), dengan kulit.
baring
kriteria hasil:

- Denyut proksimal 4. Pantau penggunaan


dan perifer distal alat yang panas atau 4. Suhu yang terlalu
kuat dan simetris dingin, seperti ekstrim dapat
- Suhu ekstremitas bantalan pansa, botol mengganggu
hangat berisi air panas, dan pertukaran gas
- Tingkat sensasi kantung es.
normal
5. Anjurkan pasien untuk
tidak menyilangkan
kaki 5. Pencegahan terhadap
adanya statis vena
2. II Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri yang 1. Untuk mengetahui

tindakan keperawatan komprehensif pada sejauh mana nyeri

selama 3 x 24 jam pasien terjadi

kepada Tn. I diharapkan 2. Berikan informasi 2. Pengetahuan yang

pasien mengalami tentang nyeri kepada memadai member

penurunan nyeri dengan pasien dan keluarga orientai tentang

kriteria hasil: 3. Ajarkan penggunaan penyakit yang

tekhnik lebih baik


- Pasien akan
nonfarmakologi 3. Untuk mengetahui
mengenali faktor
sebelum, dan selama tindakan yang
penyebab dan
aktivitas yang nyaman dilakukan
menggunakan
menyakitkan bila nyeri muncul
tindakan untuk
mencegah nyeri 4. Kolaborasi dalam

- Pasien akan pemberian analgesic 4. Untuk mengurangi

melaporkan 5. Kendalikan faktor nyeri

kesejahteraan lingkungan yang dapat

fisik dan mempengaruhi respon


5. Untuk memberikan
psikologis pasien terhadap
kenyamanan
- Pasien akan ketidaknyamanan

melaporkan nyeri
pada penyedia
perawatan
kesehatan
- Pasien dapat
mempertahankan
tingkat nyeri

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Nama : Tn. “I” No.RM : 112233

Umur : 50 tahun Ruangan : Irna III B

Hari/tanggal Jam Dx Tindakan Keperawatan Respon Hasil Paraf

Senin, 20 09.00 I 1. Mengkaji tanda- 1. TTV :

April 2020 tanda vital TD : 150/90 mmHg


N : 88 x/mnt
S : 36,2 C
RR : 23 x/mnt
2. Membantu pasien 2. Klien mengatakan
09.30
dalam merendahkan kram pada lengan
ekstremitas kirinya terasa

09.40 berkurang
3. Menganjurkan 3. Klien menerima
pasien untuk tidak anjuran yang diberikan
menyilangkan kaki agar tidak merasa
kram
10.00 II 1. Mengkaji nyeri yang 1. Nyeri

komprehensif pada - P : Pasien

pasien mengeluh nyeri


- Q: Pada bagian
bawah sternum
- R : Terasa ditusuk-
tusuk
- S : Skala nyeri
pada leher 6
(sedang) dari 1-10
- T : nyeri hilang
timbul disaat
bergerak/beraktivit
as.
10.20 2. Memberikan 2. Pasien dan keluarga

informasi tentang paham dengan

nyeri kepada pasien informasi yang

dan keluarga diberikan


3. Pasien merasa lebih

10.30 3. Mengajarkan relaks saat melakukan

penggunaan tekhnik relaksasi napas dalam

nonfarmakologi
sebelum, dan selama
aktivitas
12.00 4. Berkolaborasi dalam
4. Klien mendapat obat
pemberian analgesic
furosemid,lovastatin
dan aspirin

Selasa, 21 09.00 I 1. Membantu pasien 1. Klien mengatakan

April 2020 dalam meninggikan nyaman dengan posisi

anggota badan lebih ekstremitas lebih

tinggi dari jantung tinggi dari jantung

09.30 2. Menganjurkan 2. Klien mampu


latihan rentang melakukan pergerakan
gerak aktif atau sendi secara mandiri
pasif selama tirah sesuai dengan rentang
baring gerak sendi normal,
namun lengan kiri
tidak mampu melawan
tahanan yang kuat
karena nyeri
10.30 II 1. Mengkaji tanda- 1. TTV :

tanda vital TD : 140/90 mmHg


N : 86 x/mnt
S : 36,6 C
RR : 22 x/mnt
2. Nyeri

11.00 2. Mengkaji nyeri - P : Pasien

yang komprehensif mengeluh nyeri

pada pasien - Q: Pada bagian


bawah sternum
- R : Terasa ditusuk-
tusuk
- S : Skala nyeri
pada leher 4
(sedang) dari 1-10
- T : nyeri hilang
timbul disaat
bergerak/beraktivit
3. Memberikan as.
informasi tentang 3. Pasien dan keluarga

11.20 nyeri kepada pasien paham dengan


dan keluarga informasi yang
diberikan

11.30 4. Mengajarkan
penggunaan tekhnik 4. Pasien merasa lebih
nonfarmakologi relaks saat melakukan
sebelum, dan relaksasi napas dalam
selama aktivitas

5. Klien mendapat obat


5. Berkolaborasi
12.00 furosemid,lovastatin
dalam pemberian dan aspirin

analgesic
V. EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Tn. I No RM : 112233

Umur : 50 tahun Ruangan: Irna III B

Tanggal Jam Dx Evaluasi Paraf


Selasa, 21 13.20 I S:
April - Pasien mengatakan sudah tidak pusing lagi
2020 - Pasien mengatakan sesaknya sudah berkurang

O:

- Keadaan umum pasien sedang


- Kesadaran composmentis
- GCS : 4E5V6M
- Mukosa bibir lembap
- Konjungtiva tidak anemis
- Akral teraba hangat
- CRT < 2 detik
- Tidak terdapat suara napas tambahan
- Terpasang masker oksigen 3 Lpm
- TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 36,8 C
RR : 21 x/mnt

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi lanjutkankan
1. Mengkaji tanda-tanda vital
2. Tinggikan anggota badan lebih tinggi dari
jantung
3. Anjurkan latihan rentang gerak aktif atau pasif
selama tirah baring

Selasa, 21 14.00 II S:
April Pasien mengatakan, masih merasakan nyeri pada
2020 dada bagian bawah
- P : Pasien merasa nyeri
- Q: Terasa di tusuk-tusuk
- R : Pada daerah bawah sternum
- T : hilang timbul saat bergerak

O:

- Keadaan umum pasien sedang


- Kesadaran composmentis
- TTV :
TD : 140/80 mmHg
N : 86 x/mnt
S : 36,8 C
RR : 22 x/mnt
- Skala nyeri pada bagian bawah sternum 3
(ringan) dari 1-10

A: Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan

1. Kaji nyeri yang komprehensif pada pasien


2. Kaji tanda-tanda vital
3. Kolaborasi dalam pemberian analgesic

Anda mungkin juga menyukai