Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PSIKOLOGI UMUM 2

KONSEP PERILAKU ABNORMAL

Kelompok 7

Anggota :

Asha Firma Trisapti (19011226)

Fikriansyah (19011032)

Meyliza Nafisah Utami (19011274)

Wezha Prilanata Dwika (19011328)

Dosen Pengampu

Gumi Langerya Rizal S.Psi, M.Psi, Psikolog

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang selalu


melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya.

Terimakasih kami ucapkan kepada teman-teman yang telah bekontribusi


dengan memberikan ide dan saran sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bukittinggi, 16 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..............................................................................................


1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................
1.3 Tujuan ..........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Psikologi Abnormal.........................................................................

2.2 Definisi Perilaku Abnormal..........................................................................

2.3 Penjelasan Tentang Perilaku Abnormal........................................................

2.4 Klasifikasi Gangguan-gangguan Psikologis.................................................

2.5 Gangguan Psikologis....................................................................................

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan...................................................................................................

3.2 Saran.............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Psikologi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan
proses mental manusia. Di dalam ilmu psikologi terdapat cabang-cabang ilmu
yang dipelajari.
Perilaku Abnormal adalah perilaku yang mencolok dan berbeda dengan
perilaku yang dilakukan pada umumnya. Pada makalah ini akan membahas lebih
dalam makna dari abnormal dengan hubungan psikologi, pendekatan, dan
beberapa gangguan psikologis.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah perilaku abnormal ?
2. Apa itu perilaku abnormal ?
3. Apa penjelasan dari perilaku abnormal ?
4. Apa saja klasifikasi gangguan-gangguan psikologis?
5. Apa saja gangguan psikologis?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah perilaku abnormal
2. Mengetahui definisi perilaku abnormal
3. Mengetahui penjelasan tentang perilaku abnormal
4. Mengetahui klasifikasi gangguan-gangguan psikologis
5. Mengetahui gangguan psikologis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah perilaku abnormal

Tiga tema penting dalam menjelaskan gangguan psikologis yang muncul


dalam sejarah, yaitu pandangan yang bersifat mistis, ilmiah dan humanisme.
Penjelasan mistis dari gangguan psikologis menjelaskan bahwa perilaku
abnormal sebagai hasil dari pengaruh setan atau makhluk halus yang jahat. Dari
segi ilmiah memandang hal tersebut terjadi karena adanya penyebab yang natural
atau alami, seperti ketidakseimbangan biologis, kegagalan dalam proses belajar,
atau tekanan emosional. Sedangkan menurut humanisme bahwa gangguan
psikologis itu sebagai hasil dari kekejaman, penolakan, atau kondisi hidup yang
miskin. Ketagangan antara tiga tema ini terjadi dalam sejarah, ada kalanya pada
suatu waktu, salah satu dari ketiga pandangan ini mendominasi, namun ketiganya
muncul berdampingan dalam peradaban. Walaupun hidup dalam dunia ilmiah,
pendekatan humanisme dan mistis juga tetap memiliki pengaruh terhadap
gangguan psikologis.

Hipocrats pada zamannya juga banyak menaurh perhatian pada maslah ini, ia
menemukan bahwa otak manusia adalah kesadaran, intelektual dan emosi.
Hipocrates lebih percaya pada hal-hal yang bersifat alamiah dari pada hal yang
bersifat supernatural, dan karena itu pula menyimpulkan bahwa pola hidup
tertentu akan memberi pengaruh kepada kesehatan otak dan tubuh.

Selain Hipocrates, ada Asclepaides dan Galen (130-200 SM) dari Romawi
yang mendukung perlakuan lebih manusiawi serta adanya perawatan di rumah
sakit untuk para penderita gangguan mental. Galen berhasil menemukan jawaban
tentang cara kerja perilaku manusia dan kaitannya dengan tubuh. Pandangan
Galen menjadi dasar pemikiran dalam mengembangkan peneltian tentang
psikologi abnormal.

Setelah Galen meninggal, inilah awal mula penurunan kualitas kajian-kajian


mengenai masalah ini, meskipun keilmuannya sempat berkembang di Arab.
Aspek pengobatan dari Yunani sempat digunkan oleh masyarakat Arab tepatnya
di daerah Bagdad, saat itu pasien mendapat perawatan yang sangat manusiawi di
rumah sakit setempat. Bahkan saat itu sempat ada seorang tokoh bernama
Avicenna (sekitar tahun 980 an) meneliti dan mengkaji lebih jauh mengenai
depresi. Ia mengatakan bahwa depresi adalah hasil dari ketidakseimbangan kimia
di dalam tubuh yang disebabkan oleh stress emosional. Ia percaya musik dapat
digunakan sebagai terapi, dan hal tersebut menyebar hingga ke Eropa sampai 300
tahun kemudian.

Zaman kegelapan bagi dunia medis muncul saat Gereja Katolik Roma
membatasi penelitian dan kajian tenang perilaku abnormal. Mereka meyakini
penyakit gangguan kejiwaan berasal dari supranatural jahat/sihir. Pasien
gangguan kejiwaan dirawat langsung oleh pastur dengan doa-doa, benda
keramat, cambukan dan pukulan. Sayangnya hal ini terjadi hingga sekitar abad ke
15.

Setelah Renaisans,ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang ini semakin


berkembang. Hingga muncul tokoh-tokoh seperti Emil Kraepelin, Eugen Bleuler,
dan Sigmund Freud. Setelah itu muncullah istilah Skizofrenia yang digunakan
oleh para psikolog. Tahun 1953 American Psychological Association
mengembangkan kode etik untuk merawat pasien skizofrenia, sehingga mereka
dapat dirawat dengan baik.

2.2 Definisi Perilaku Abnormal

Perilaku abnormal bila diartikan berarti diluar normal. Perilaku abnormal


sebenarnya belum ada tolak ukur yang jelas. Namun kebanyakan orang
mendefinisikan perilaku abnormal berdasarkan :

1. Penyimpangan dari norma statistik


Norma statitstik meliputi tinggi badan, kecerdasan dan lain-lain dimana
meliputi serangkaian nilai yang diukur dengan populasi. Misalkan dalam suatu
daerah kebanyakan tinggi badan penduduk di daerah tersebut kebanyakan
sedang lalu sejumlah orang memiliki tinggi badan yang tinggi dan sejumlah
orang lainnya memiliki tinggi badan rendah maka sejumlah penduduk yang
memiliki tinggi badan pendek dan rendah dikatakan sebagai abnormal. Jadi
definisi abnormal didasarkan pada jumlah atau frekuensi. Secara jumlah atau
frekuensi perilaku abnormal adalah perilaku yang jumlah atau frekuensinya
tidak sering terdapat atau menyimpang dari norma. Dalam definisi ini orang
yang terlalu cerdas dan terlalu bahagia juga dikatakan abnormal.
2. Penyimpangan dari norma sosial
Pada suatu kelompok masyarakat masing-masing mempunyai patokan
dan ukuran terhadap perilaku yang diterima. Pada definisi ini perilaku yang
dikatakan abnormal adalah perilaku yang mencolok dan menyimpang dari
norma sosial. maksud dari menyimpang secara statistik adalah jarang terdapat
di masyarakat.
Dalam setiap kelompok masyarakat memiliki pandangan keabnormalan
yang berbeda-beda maksudnya perilaku yang dianggap normal oleh seseorang
akan dianggap tidak normal terhadap orang lain. Misalkan di Afrika jika
mendengar suara atau melihat sesuatu yang tidak terjadi dianggap normal.
Tapi menurut orang lain perilaku tersebut abnormal.
3. Perilaku maladaptif
Perilaku maladaptif adalah tidak dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan sekitar sehingga disebut dengan abnormal dan bila terjadi akan
menimbulkan kerugian terhadap diri sendiri maupun orang lain. Misalkan
kerugian terhadap diri sendiri yaitu takut dengan keramaian sehingga ia tidak
mampu naik bis pada waktu berangkat kerja. Lalu yang dapat menimbulkan
kerugian bagi masyarakat misalkan seorang pemuda yang sering bertindak
brutal.
4. Kesusahan pribadi
Keabnormalan pada definisi ini dilihat dari sudut perasaan subjektif
seseorang bukan dari perilaku seseorang. Misalkan orang ya didiagnosis sakit
jiwa disebabkan karena penderitaan batin yang akun, selalu merasa khawatir,
gelisah, menderita batin dan mungkin tidak tidur bahkan kehilangan nafsu
makan. Bagi orang awam menderita batin terlihat normal namun sebenarnya
itu merupakan gejala dari abnormal.

2.3 Penjelasan tentang Perilaku Abnormal

Ketika seseorang menjadi abnormal pasti memiliki penyebab. Menurut ahli


terdapat tiga dimensi yang menyebabkan terjadinya abnormal yaitu biologis,
psikologis, dan sosiokultural yang berarti meliputi tubuh, pikiran serta konteks sosial
dari individu tersebut.

1. Penyebab Biologis
Penyebab biologis biasanya disebabkan oleh warisan genetis, dan
gangguan fungsi fisik. Dalam warisan genetis ganggua psikologis juga terjadi
di keluarga. Misalnya seorang anak yang tinggal bersama keluarga yang
menderita tingkat depresi tinggi akan rentan terhadap depresi dibandingkan
dengan keluarga yang tidak menderita depresi.
Lalu tidak hanya disebabkan oleh warisan genetis, perilaku abnormal
kemungkinan juga disebabkan oleh gangguan fungsi fisik meliputi kondisi
medis, kerusakan otak, dan paparan jenis stimulan tertentu. Banyak kondisi
medis yang menyebabkan orang berperilaku abnormal misal abnormalitas
medis di daerah kelenjar tiroid yang menyebabkan mood dan emosi yang
beragam. Lalu kerusakan bagian otak bisa disebabkan karena trauma kepala
meskipun ringan namun dapat mengakibatkan perubahan perilaku aneh serta
perubahan emosi yang intens. Lalu paparan stimulant juga berpengaruh
terhadap abnormalitas terdiri sepeti zat-zat atau obat-obatan yang dapat
menyebabkan perubahan terhadap emosi dan perilaku yang mengganggu.
2. Penyebab Psikologis
Selain penyebab biologis abnormalitas muncul dari pengalaman
hidup yang bermasalah. Mungkin masalah yang baru hingga masalah yang
lama dan telah membekas sehingga menyebabkan perubahan yang besar
terhadap perilaku dan perasaan. Misalkan seorang dosen yang merendahkan
seorang mahasiswa sehingga perasaannya terluka dan depresi berhari-hari.
Kekecawaan terhadap hubungan asmara juga menyebabkan gangguan
emosional, lalu sebuah trauma yang bertahun-tahun dapat mempengaruhi
pikiran, serta perilaku seseorang.
3. Penyebab sosiokultural
Istilah sosiokultral mengacu pada pengaruh sosial dalam hidup
seseorang. Abnormalitas disebabkan pada salah satu atau keseluruhan konteks
sosial. misalnya bermasalah dengan anggota keluarga dapat merasa tertekan.
Putus asmara mengakibatkan bunuh diri, dibesarkan dengan orang tua yang
sadis mengakibatkan hubungan orang tua dan anak yang emosional.

2.4 Klasifikasi gangguan-gangguan psikologis

Klasifikasi gangguang -gangguan psikologis pertama kali dilakukan oleh


masyarakat Mesir dan Yunani kuno dan memiliki akar paa bidang biologi dan
kesehatan. Hingga pada saat ini , klasifikasi pada gangguan psikologis mengikuti
model medis.

Pengelompokkan gangguan jiwa yang digunakan oleh kebanyakan pakar


kesehatan jiwa di AS adalah Diagnostik and Statistical Manual of Mental
Disorders, Third Edition (DSM-III).

Berikut adalah kategori diagnostik dari the Diagnostik and Statistical


Manual of Mental Disorders, Edisi Ketiga (DSM-III) :

1. Gangguan yang terlihat sejak bayi, , masa kanak-kanak, atau remaja.


Meliputi keterbelakangan mental, hiperaktif, cemas masa kanak-kanak,
gangguan dalam hal makan (misalnya anoreksia) dan penyimpangan lain dari
perkembangan normal.

2. Gangguan jiwa organik

Meliputi gangguan dimana gejala-gejala psikologinya langsung berkait


dengan luka pada otak atau keabnormalan lingkungan biokimianya, mungkin
akibat usia tua, penyakit sistem saraf yang menurun, atau terserapnya zat
beracun.

3. Gangguan penggunaan zat-zat

Termasuk penggunaan berlebih alkohol, obat bius, amfetamin, kokain, dan


obat-obatan lain yang mengubah perilaku.

4. Gangguan skisofrenik

Serangkaian gangguan yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan


realitas, sehingga pikiran, persepsi dan perilakunya kacau dan aneh.

5. Gangguan paranoid

Gangguan yang ditandai dengan sifat kecurigaaan dan sifat permusuhan yang
berlebih disertai dengan perasaan dikejar-kejar.

6. Ganggguan afektif

Gangguan suasana hati (mood) yang normal, misalnya penderita mengalami


depresi yang berat, ataupun gembira yang abnormal, atau berganti-ganti antara
saat gembira dan depresi.

7. Gangguan kecemasan
Meliputi gangguan dimana rasa cemas merupakan gejala yang utama (cemas
yang merata atau gangguan panik) atau rasa cemas dialami bila individu tidak
menghindari situasi-situasi tertentu yang ditakuti.

8. Gangguan somatoform

Gejala-gejalanya bersifat fisik, tetapi tidak terdapat dasar organik dan faktor
-faktor psikologis tampaknya memainkan perananan utama.

9. Gangguan disosiatif

Perubahan smentara dalam fungsi-fungsi kesadaran, ingatan atau identitas


yang disebabkan oleh masalah-masalah emosional.

10. Gangguan psikoseksual

Termasuk masalah identitas seksual (misalnya transeksualisme), penampilan


seksual (misalnya impoten, ejakulasi pramatang, dan frigiditas), dan tujuan
seksual (misalnya minat seksual pada anak-anak).

11. Kondisi yang tidak dicantumkan sebagai gangguan jiwa

Kategori ini mencakup banyak masalah yang dihadapi orang-orang yang


membutuhkan pertolongan, seperti masalah perkawinan, kesuliata orangtua-anak,
perlakuan kejam pada anak.

12. Gangguan kepribadian

Pola-pola perilaku maladaptif yang sudah menahun yang merupakan cara-


cara yang tidak dewasa dan tidak tepat dalam mengatasi stress atau pemecahan
masalah.
2.5 Gangguan Psikologis

1. Kecemasan

Kita sering kali merasakan cemas dan tegang dalam menghadapi


situasi yang terkadang mencekam. Kecemasan dianggap abnormal apabila
kebanyakan orang mengalami situasi di mana mereka dapat mengatasi itu
dengan mudah. Gangguan kecemasan mencakup sekelompok gangguan di
mana rasa cemas adalah gejala pertama (kecemasan merata dan gangguan
panik) atau kecemasan dialami apabila individu berupaya untuk
mengendalikan perilaku maladaptife tertentu (gangguan fobia dan gangguan
obsesif-kompulsif).
Seseorang yang mengalami gangguan kecemasan ( generalized anxiety
disorder) ia akan merasakan tegang setiap harinya. Ia akan selalu merasa
salah atau khawatir dan cendrung memberi reaksi yang berlebihan saat stress
ringan. Keluhan fisik yang lazim antara lain , tidak dapat tenang, tidur
terganggu, kelelahan, macam-macam sakit kepala, kepeningan, dan jantung
berdebar-debar. Selain itu, individu tersebut akan terus mengkhawatirkan
semua masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali untuk berkonsentrasi dan
mengambil keputasan.
Orang yang mengalami gangguan kecemasan biasanya tidak tahu apa
penyebab mereka mengalami ketakutan. Kita tidak tahu mengapa orang bisa
mengalami kecemasan yang parah, tetapi reaksi mereka seperti mencerminkan
perasaan kekurangan dalam menghadapi stress yang mereka anggap sebagai
ancaman. Teori psikoanalisis meyakini bahwa sumber kecemasan bersifat
internal atau tidak disadari, karena sumber kecemasan itu disadari maka orang
tidak tahu mengapa ia merasa cemas.
Menurut teori belajar social, kecemasan lebih ditimbulkan oleh peristiwa
eksternal tertentu dari pada konflik internal. Individu yang menderita
kecemasan biasanya merasa bahwa ia tidak bisa mengendalikan situasi
kehidupan yang bermacam-macam sehingga perasaaan kecemasan hamper
selalu ada.

2. Afektif

Gangguan afektif adalah gangguan yang terjadi pada afiksi atau


suasana hati (mood). Biasanya orang yang terganggu dapat mengalami depresi
atau girang yang tidak wajar atau dapat berubah-ubah antara saat depresi atau
saat girang yang tidak wajar. Perubahan suasana hati seperti ini mungkin saja
sangat parah sehingga seseorang tersebut perlu dirumah sakitkan.

Depresi adalah salah satu gangguan pada emosional yang paling lazim.
Karna depresi sangat umum dan dapat melumpuhkan semua upaya yang telah
dilakukan untuk menentukan sebab-sebabnya. Dalam teori psikoanalisis ,
depresi diartikan sebagai suatu reaksi terhadap kehilangan.

3. Skisofrenia

Skisofrenia adalah nama yang diberikan pada beberapa gangguan yang


ditandai dengan parahnya kekacauaan kepribadian, ditorsi realita, dan ketidak
mampuan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Skisofrenia biasanya
terjadi pada orang yang berumur 25 dan 35 tahun. Dan terkadang gangguan
ini berkembang secara lamban sebagai proses yang sedikit demi sedikit
meningkatkan perilaku mengasingkan diri dari perilaku yang tidak wajar.

Skisofrenia bisa terjadi dengan tiba-tiba, dan biasanya ditandai dengan


adanya kekacauan yang intens dan kekacauan emosi. Kasus semacam ini
biasanya timbul karena adanya saat-saat stress pada seseorang yang hidupnya
biasanya menyendiri, suka berkerja sendiri, dan merasa tidak aman .

Kekacauan persepsi dalam kasus skisofrenik yang akut biasanya


seseorang merasa aneh dengan dunianya tersebut (suara seperti lebih keras
dan warna lebih mencolok). Tubuh mereka sendiri tampaknya tidak sama
lagi(tanganya dapat tampak lebih besar atau kecil, kakinya sangat panjang,
dan mata mereka tarlihat keluar dari wajah).

Kekacauan afektif, penderita skisofrenia biasanya tidak dapat


memberikan respons emosional yang normal dan wajar. Biasanya mereka
sering kali pasif dan tidak responsive terhadap situasi yanf seharusnya
membuat seseorang sedih atau gembira.Terkadang penderita skisofrenia
mengungkapkan perasaan yang tidak sesuai dengan situasi. Contohnya,
penderita akan tersenyum ketika berbicara tentang peristiwa yang tragis.

Penarikan diri dari realita selama kasus skisofrenik seseorang biasanya


cendrung menarik diri dari pergaulan dengan semua orang dan menjadi asyik
dengan pikiran dan khayalan sendiri. Keasyikan dengan diri sendiri ini disebut
autisme.
Delusi dan halusinasi, pada tahap skisofrenia yang akut ini, proses
pikiran dan presepsi yang menyimpang disertai pula dengan berbagai delusi.
Delusi yang paling umum yaitu adalah keyakinan bahwa kekuatan eksternal
mencoba mengendalikan pikiran dan tindakan orang tersebut.

4. Disosiatif

Gangguan disosiatif merupakan kelompok gangguan yang ditandai


dengan suatu kekacauan dari fungsi identitas, ingatan, atau kesadaran.
gangguan disosiatif adalah suatu pertahanan alam bawah sdar yang sering
membatantu seseorang untuk melindungi aspek emosional dirinya dari
dampak untuh peristiwa trauma atau peristiwa yang menakutkan.

Jenis-jenis gangguan desosiatif :

1. Gangguan Identitas Disosiatif

Gangguan disosiatif dimana seseorang memiliki dua atau lebih


kepribadian yang berbeda atau keprebadian pengganti(alter).

2. Amnesia disosiatif

Amnesia disosiatif biasanya dipercaya sebagai ciri yang paling


umum dari disosiatif. Kehilangan memori karena penyebab
psikologik disebut amnesia disosiatif. Iasanya gangguan ini
dijumpai pada wanita usia 20an atau laki laki pada waktu
perang.

3. Fugue disosiatif

Gangguan ini muncul setelah individu mengalami stress atau


konflik yang berat, contohnya pertengkaran rumah tangga,
mengalami penolokan, kesulitan dalam pekerjaan dan
keuangan. Perilaku pasien fugue disosiatif adalah lebih
bertujuan dan terintergrasi dengan amnesianya dibandingkan
dengan amnesia disosiatif.
4. Ganggaun depersonalisasi

Gangguan depersonalisasi hanya terjadi bila pengalaman


terjadi berulang kali dan menimbulkan stress. Ada dua jenis
depersosialisasi :
a. Depersonalisasi
Mencangkup kehilangan atau perubahan temporer
dalam perasaan yang biasa mengenai realistisdari diri
sendiri.

b. Derealisasi
Suatu perasaan tidak nyata mengenai dunia luar
mencangkup perubahan yang aneh dalam presepsi
mengenai lingkungan sekitar.

5. Kepribadian

Gangguan kepribadian merupakan pola perilaku maladaptife


yang sudah kuno. Gangguan kepribadian juga merupakan cara-cara
yang tidak dewasa dan tidak wajar dalam nebgatasi stress atau
memecahkan masalah. Sofat-sifat tersebut biasanya muncul pada
remaja dan dapat berlangsung sepanjang hidup.

Gangguan kepribadian yang paling sering dikaji adalah


kepribadian antisosial. Orang yang berkprobadian antisosial
tampaknya hanya sedikit sekali yang memupnyai rasa tanggung jawab,
moralitas, atau perhatian orang lain. Ciri-ciri kepribadian antisosial
adalah sangat mudah berohong, senang sensasi, dan bersuka-ria
dengan hamper tidak mampu mengubh perilakunya walau dia di
hukum.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Perilaku abnorma adalah perilaku yang berbeda dengan perilaku pada
umumnya. Terdapat 3 pandangan yang menjelaskan gangguan pikologis yaitu mistis,
ilmiah, dan humanis. Dalam mendefenisikan suatu perilaku abnormal terdapat 4
defenisi :
1. Penyimpangan Dari Norma Statistik
2. Penyimpangan Dari Norma Sosial
3. Perilaku Maladaptif
4. Kerusakan Pribadi
Terdapat 3 dimensi yang menyebabkan kondisi abnormal yakni biologis,
psikologis, dan sosiokultural.
Klasifikasi gangguan psikologis pertama kali dilakukan oleh masyarakat
mesir dan yunani kuno. Namun pada saat ini klasifikasi mengikuti mode madis yaitu
Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorders Third Edition.
Gangguan psikologis diantaranya adalah kecemasan, afeksi, skizofrenia,
dan disosiasi.

3.2 SARAN
Dalam penulisan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan baik segi
penulisan dan pembahasan yang telah dibuat penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran
yang membangun akan sangat membantu penulis.
Atkison, R. L. & Atkinson R. C. (1983). Pengantar Psikologi Jilid 2. Jakarta:
Penerbit Erlangga

Haligin, R. P. & Whitbourne. S. K. (2012). Psikologi Abnormal: Perspektif Klinis


pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika

Kartini, K. (1989). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Jakarta: Penerbit


Mandar Maju

King, L.A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah Buku Pandangan Apresiatif. Jakarta:
Salemba Humanika

Anda mungkin juga menyukai