Anda di halaman 1dari 12

Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN DERAJAT HIPERTENSI


PADA LANSIA DI DESA TOMBOLANGO
KECAMATAN LOLAK

Ake Royke Calvin Langingi1


Dosen S1 Keperawatan Institut Kesehatan dan Teknologi Graha Medika Kotamobagu
Alamat Korespondensi author: akelangingisister04@gmail.com

Abstrak
Masalah gizi lansia adalah meningkat karena berbagai faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang nutrisi
lansia dan pemrosesan makanan yang baik untuk lansia yang kemudian langsung berefek status gizi lansia.
Psikologis pengaruh, kesalahan diet, dan ekonomi rendah status keluarga juga dapat menyebabkan nutrisi
yang tidak memadai di kalangan lansia. 4 Lansia dicirikan oleh kondisi unik mereka sebagai akibat dari
perubahan fisiologis yang karakteristik penuaan, serta penyakit dan faktor psikososial dan diet yang
mempengaruhi status gizi mereka. Hipertensi merupakan keadaan dimana tekanan darah yang sama atau
melebihi 140 mmHg sistolik dan/atau sama melebihi 90 mmHg diastolik. Penelitian ini untuk mengetahui
status gizi dengan derajat hipertensi pada lansia. Metode penelitian deskritif dengan pendekatan cross
sectional. Total populasi 155 lansia dengan hipertensi dan didapat 32 Sampel. Instrument digunakan
Lembar Observasi variabel independen adalah status gizi, variabel dependen adalah derajat hipertensi,
Analisis menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian terdapat hubungan status gizi dengan derajat
hipertensi pada lansia, yaitu di peroleh nilai P=0,003 dimana nilai p lebih kecil dari p(0,05).Sebagai saran
diharapkan, memberikan penyuluhan kesehatan kepada lansia untuk pengendalian status gizi yang
seimbang, bagi masyarakat melakukan pencegahan dan penanggulangan hipertensi dengan cara
memperbaiki pola makan dan mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang dapat meningkatkan terjadinya
hipertensi hipertensi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara status gizi dengan derajat
hipertensi pada lansia di Desa Tombolango kecamatan Lolak.

Kata Kunci: Hipertensi, Self-efficacy, Self-management behaviour

Abstract
Hypertension is one of chronic diseases and the main concern because of its high morbidity and mortality.
Self-management behaviour has an important role to control blood pressure among hypertensive patients
in effective way. Self-efficacy is the basic/main concept of self-management behaviour which give an
impact to confidence of hypertensive patients. This study aimed to investigate the correlation between self-
efficacy and self-management behaviour among hypertensive patients in Puskesmas III Denpasar Utara.
This study was a correlational study with cross sectional design. Non-probability sampling with total
sampling was used to recruit 61 hypertensive patients. The research instruments included Self-efficacy to
Manage Hypertension-Five Item Scale and Hypertension Self-management Behaviour Questionnaire. In
order to determine the correlation between self-efficacy and self-management behaviour, Spearman Rank
was used because the data weren’t normally distributed. The results of this study show that most of
hypertensive patients have moderate level of self-management behaviour, while for self-efficacy have a
bad level. Spearman Rank test shows the significant result with p-value=0,000 (p<0,05), r=0,794, R=63,04,
error level 5%. In conclusion, there is a strong and positive correlation between self-efficacy and self-
management behaviour among hypertensive patients in Puskesmas III Denpasar Utara. Based on the result
of this study, it is suggested to develop nursing intervention to improve self-efficacy among hypertensive
patients to affect the self-management behaviour.

Keywords: Hypertension, Self-efficacy, Self-management behaviour

46

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

PENDAHULUAN
Menurut World Health Organization memiliki penyakit lain seperti diabetes
(WHO) tahun 2018 bahwa tercatat 1 36 responden atau (30%) dan jantung
milyar orang di dunia menderita kegagalan enam (5%) ada bersama
hipertensi dan diperkirakan terdapat 7,5 dengan hipertensi. Paling pasien 72
juta kematian atau sekitar 12,8% dari (60%) didiagnosis hipertensi selama
seluruh total kematian disebabkan oleh pemeriksaan medis rutin. Kebiasaan
hipertensi. Menurut American Heart asupan garam masih umum di kalangan
Associantion (2014), sekitar atau 1 dari pasien. Sedangkan mayoritas responden
3 orang dewasa menderita penyakit ini. (85%) melaporkan bahwa mereka masih
Bahkan diperkirakan akan terus dalam kebiasaan menambahkan garam
meningkat 7,2% atau sekitar 83,5 juta memasak ke makanan mereka, 40%
orang pada tahun 2030. menyatakan itu mereka menggunakan
sedikit garam dalam makanan mereka.
Menurut (WHO, 2013) Lanjut usia saat Pengukuran antropometrik
ini diseluruh dunia di perkirakan lebih menunjukkan hal itu lebih banyak subjek
dari 629 juta jiwa (Satu dari 10 orang wanita yang obesitas dan tidak ada pria
berusia lebih dari 60 tahun), dan pada kurang berat badan. Hanya 26,7%
tahun 2025, lanjut usia diperkirakan responden dalam kisaran BMI (18.5-
mencapai 1,2 milyar. (Nonce,N,L, 24.9) yang normal.
2015). Berdasarkan Umur lanjut usia
telah digolongkan menjadi empat yaitu Menurut Penelitian Piyanit Churak, dkk
(middle age) usia pertengahan 45-59 (2018) Faktor yang terkait dengan status
tahun, (elderly) lanjut usia 60-74 tahun, gizi lansia di Ubon Ratchathani,
(old) lanjut usia tua 75-90 tahun, dan Thailand. Bahwa tiga ratus sembilan
(very Old) usia sangat tua >90 tahun, puluh delapan responden dimasukkan
penggolongan menurut WHO (2013). dalam analisis, di mana perempuan
Menurut Penelitian S.A Deji dkk (2014), menjadi mayoritas subyek (258 peserta),
penilaian status gizi dari kelompok (64,8%). Di antara peserta perempuan
hypertensive pasien menghadapi fasilitas ini, 55,0% diklasifikasikan sebagai
kesehatan tertiary di nigeria. Bahwa lansia-muda (60 hingga 69 tahun)
sebagian besar pasien 52 (43,3% di atas sedangkan 51,4% adalah laki-laki lanjut
lima puluh usia lima tahun sedangkan usia. Prevalensi gangguan nafsu makan,
mayoritas adalah perempuan 71(59%). jumlah makanan, dan status kesehatan
Sebagian besar responden memiliki yang dirasakan sendiri sebagai 'tidak
pendidikan tinggi 48 (40%) sementara baik' masing-masing adalah 31,9%,
92 (76,6%) menikah. The riwayat medis 11,8% dan 24,9%. Rata-rata BMI adalah
pasien menunjukkan bahwa sebagian 22,8 ± 3,6 kg / m 2 untuk laki-laki dan
besar subyek 69 (57,5%) telah 24,2 ± 4,4 kg / m2 untuk wanita. Saat
didiagnosis hipertensi dalam satu tahun. mempertimbangkan subkelompok
Mayoritas, 75 (62,5%) tidak memiliki penuaan, hasil menunjukkan bahwa
riwayat keluarga hipertensi, sedangkan 18,5% pada wanita tua muda yang
82 (68%) mengaku memiliki tekanan kurang berat badan, dan itu 81,5% pada
darah teratur pemeriksaan di rumah lansia tua perempuan Untuk wanita yang
sakit. Sebagian besar 77 responden atau kelebihan berat badan, 64,6% berada di
(64%) didiagnosis hipertensi tanpa yang kelompok usia 60-69 tahun, dan 35,4%
lain penyakit yang hidup berdampingan. berada di kelompok usia 70 tahun ke
Sekitar sepertiga dari pasien didiagnosis atas. Proporsi pria dengan berat badan

47

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

kurang tidak berbeda antara Status gizi kurus 11,1%, Normal 62,7%
subkelompok umur dengan 47,1% pada dan status gizi berat badan lebih 11,5%,
kelompok yang lebih muda, dan 52,9% obese 14,8% dan prevalensi tertinggi
pada subkelompok yang lebih tua status gizi berat badan lebih dan obese
sedangkan laki-laki yang kelebihan berat terdapat pada provinsi Sulawesi Utara,
badan adalah 55,9% pada usia kelompok dengan 24,1% pada status gizi obese dan
60-69 tahun, dan 44,1% pada lansia yang 16,5% berat badan lebih. (Irza N,R, Dkk,
berusia 70 tahun ke atas. 2018).

Menurut kementerian Kesehatan RI, Jumlah penduduk lansia untuk Provinsi


lanjut usia dikelompokkan menjadi 3 Sulawesi Utara adalah sebanyak 191,853
kelompok, yaitu pra lanjut usia (45-59 jiwa, dari jumlah penduduk sebanyak
tahun), lanjut usia (60-69 tahun), dan 2,270,596 jiwa (Profil penduduk 2012
lanjut usia resiko tinggi > 60 tahun atau dalam Riskesdas, 2018).
usia > 70 tahun dengan masalah Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2013
kesehatan. Menurut Data (Kemenkes RI, terdapat jumlah kasus hipertensi
2016). Hipertensi menempati urutan sebanyak 98,07% kasus dan merupakan
pertama pada masalah kesehatan lansia urutan kedua dari sepuluh besar penyakit
di Indonesia. Hipertensi juga salah satu menonjol. Berdasarkan data yang
penyakit yang paling tinggi, angka didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten
proportional mortality rate akibat Minahasa tentang 10 penyakit menonjol
hipertensi di seluruh dunia mencapai tahun 2013 hipertensi menempati urutan
13% atau 8 juta kematian setiap kedua tertinggi sebanyak 30.168 kasus,
tahunnya (Anbarasan, 2015). Sebanyak dan pada tahun 2014 hipertensi masih
1 milyar lansia di dunia atau 1 dari 4 menempati urutan kedua tertinggi 10
lanjut usia menderita hipertensi. Bahkan penyakit menonjol yaitu sebanyak
diperkirakan jumlah lansia yang 32.910 kasus. (Rion Adam, Dkk 2015).
menderita hipertensi akan meningkat
menjadi 1,6 milyar menjelang tahun Berdasarkan hasil data dari ( BPS)
2025. American society of hipertension Kabupaten Bolaang Mongondow tahun
melaporkan 1/3 orang dewasa 2018 bahwa kasus hipertensi tercatat
mengalami hipertensi di Negara maju hingga 2267 kasus hipertensi. Dari data
dan berkembang (Bhandari, 2016). status gizi pada tahun 2018 usia ≥ 18
Sebagian besar penderita hipertensi tahun ke atas yang mengalami berat
berada di negara berkembang, termasuk badan lebih 16,3%, obesitas 30,22%.
Indonesia. (Nur A, Dkk 2018). Sedangkan cakupan pelayanan
Berdasarkan data RISKESDAS (2018) kesehatan usia lanjut menurut jenis
Prevalensi hipertensi di Indonesia kelamin, Kabupaten/Kota Provinsi
Kalimantan (44,1%), Jabar (43%), Sulawesi Utara termasuk di Bolaang
Jateng (37,5%), Jatim (37,5%), Kaltim Mongondow yaitu lelaki dan perempuan
(43,1%), Kalbar (38%), Sumsel (32,7%), sebanyak 21,079. Demikian data yang
Sulsel (32%), Sultra (32,2%), Sulbar diperoleh dari BPS (Badan Pusat
(36%), Sulteng (32,2%), Gorontalo Statistik, 2018) Provinsi Sulut.
(32%), Papua (22,2%) dan prevalensi Sesuai Hasil penelitian yang dilakukan
untuk provinsi sulut sebanyak (34%). Nonce Nova Legi (2015) Tentang
Berdasarkan data RISKESDAS 2013 Hubungan Status Gizi Lansia Dengan
prevalensi status gizi penduduk dewasa Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas
(≥ 18 tahun) berdasarkan kategori IMT. Paniki Bawah Kecamatan Mapanget

48

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Kota Manado Tahun 2015. Yaitu salah hipertensi. Peneliti yang dilakukan para
satu faktor yang memicu timbulnya pakar menunjukkan bahwa masalah gizi
penyakit hipertensi karena status gizi pada lansia sebagian besar merupakan
tidak merata. Kelebihan gizi dimulai masalah gizi yang berlebih yang memicu
pada usia 45 tahun hingga biasannya timbulnya penyakit degeneratif, seperti
berhubungan gaya hidup dan penyakit jantung koroner, hipertensi,
kemakmuran. Dengan kondisi asupan diabetes melitus, batu empedu, rematik,
makanan dan vitamin gizi melebihi ginjal, sirosis hati, dan kanker.
kebutuhan tubuh. Situasi kelebihan gizi Sedangkan masalah gizi kurang juga
ini akan membawa situasi obesitas banyak terjadi seperti kurang energi
perubahan status gizi ditandai dengan kronis, anemia, dan kekurangan zat
peningkatan berat badan secara lansung mikro lain.
mempengaruhi tekanan darah tinggi.
Berdasarkan dari Hasil Penelitian, maka Sesuai Hasil Studi Pendahuluan Peneliti
dapat menyimpulkan bahwa lansia Yakni, Pada Tanggal 27 Januari 2020
paling banyak pada kategori gizi normal jumlah lansia yang berumur 60 tahun ke
sebanyak 53 responden (65,4%) dan atas di desa Tombolango terdapat 155
lansia yang tinggal di banyak di jiwa lansia, berdasarkan survey data
prehipertensi terhitung 43 (53,1%) awal terdapat 10 lansia yang mengikuti
responden. posyandu di Desa Tombolango terdapat
8 lansia dengan hipertensi dan 2
Sehubungan Hasil Penelitian yang diantaranya tidak hipertensi, di dapatkan
dilakukan Rion Adam, Dkk (2015) pula data lansia pada Bulan November
Tentang Hubungan Status Gizi dengan 2019 7 orang Hipertensi, Bulan
Kejadian Hipertensi Usia 41-65 Tahun di Desember 2019 7 orang Hipertensi, dan
Desa Sinuian Kecamatan Remboken pada Bulan Januari 2020 8 orang dengan
Kabupaten Minahasa Tahun 2015. Yaitu Hipertensi.
Hipertensi masih menjadi masalah besar
diberbagai negara terutama negara- Hasil wawancara kepada 8 lansia yang
negara yang sudah maju. Penelitian ini hipertensi yang sering mengikuti
bertujuan untuk mengetahui hubungan posyandu di Desa Tombolongo
antara status gizi dengan kejadian Kecamatan Lolak memiliki keluhan
hipertensi usia 41-65 tahun di Desa melalui hasil pemeriksaan Tekanan
Sinuian Kecamatan Rembekan Darah, Berat Badan, Tinggi Badan pada
Kabupaten Minahasa Tahun 2015. Hasil lansia. Hasil observasi status gizi,
Penelitian menunjukkan bahwa kurang,normal dan lebih pada lansia
sebanyak 69,3% responden yang tidak yaitu 2 lansia yang status gizi kurang
mengalami hipertensi, dan sebanyak terdapat penyakit Ispa, Anemia, dan
30,7% responden yang mengalami kurangnya rasa lapar, sedangkan gizi
hipertensi. lebih terdapat penyakit hipertensi, asam
urat, kolestrol, dan lansia juga mengeluh
Terkait itu juga Hasil Penelitian dari sulit tidur pada siang hari baik gizi lebih,
Asrinawaty & Norvay, 2014 yang normal dan kurang. Dan dari 10 lansia
menyatakan bahwa ada hubungan antara yang mengikuti posyandu di desa
status gizi dengan kejadian hipertensi tombolango kecamatan lolak 7 orang
lansia diposyandu lansia kakaktua, perempuan, 1 laki-laki, yang mengalami
wilaya kerja puskesmas pelambuan, gizi hipertensi dan 2 orang perempuan
lebih meningkatkan resiko terjadinya diantaranya yang tidak hipertensi.

49

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Setelah dilakukan wawancara lansia oleh peneliti untuk kegiatan penelitian


tersebut mengakui sering pengumpulan data dalam kegiatannya
mengkomsumsi makanan yang tinggi untuk mengumpulkan data agar menjadi
garam, sering menggunakan penyedap kegiatan menjadi dipermudah olehnya
rasa dan santan pada saat memasak, dan sistematis menurut (Sujarweni,
minum kopi, dan sering makan cemilan 2014).
seperti roti, kue, dll. bukan hanya yang Alat yang akan digunakan peneliti
menderita penyakit hipertensi yang tidak yaitu Alat Sphygmomanometer aneroid
hipertensi juga sering mengonsumsi dan stetoskop onemed digunakan untuk
makanan dan minuman di atas. pengukuran penyakit hipertensi atau
Informasi diatas peneliti tertarik untuk penentuan nilai tekanan darah (sistole
melihat lebih mendalam mengenai dan diastole). Pengukuran Antropometri
Hubungan Status Gizi dengan Derajat Antropometri dilakukan untuk
Hipertensi Pada Lansia Di Desa mengukur Status Gizi lansia dengan
Tombolango Kecamatan Lolak. menggunakan timbangan dan
microtoise.
METODE PENELITIAN Pengumpulan data dilakukan
Penelitian ini merupakan dengan memberikan kuesioner di ruang
penelitian jenis correlational dengan tunggu pengambilan obat puskesmas
design cross sectional yang dilakukan di dengan estimasi waktu 15-20 menit.
Puskesmas III Denpasar Utara pada Data yang terkumpul kemudian
bulan uni 2020. Populasi target ditabulasi ke dalam matriks
penelitian ini yaitu 32 pasien atau lansia pengumpulan data yang telah dibuat
hipertensi yang melakukan kunjungan sebelumnya oleh peneliti dan kemudian
pada bulan Oktober 2017. Sampel dilakukan analisa data.
penelitian adalah 32 lansia hipertensi Uji korelasi yang digunakan
yang dipilih dengan teknik non- dalam penelitian ini yaitu uji Chi Square
probability sampling yaitu total karena data berbentuk katagorik.
sampling. Kriteria inklusi penelitian ini Penelitian ini telah mendapatkan surat
yaitu lansia di atas 60 tahun dan keterangan laik etik dari Komisi Etik
penderita hipertensi. Kriteria eksklusi Penelitian Program studi S1
penelitian ini yaitu memiliki lansia yang Keperawatan Stikes Graha Medika
berumur dibawah 60 tahun dan yang tidk Kotamobagu.
bersedia menjadi responden.
Instrumen pengumpulan data HASIL PENELITIAN
merupakan alat bantu yang digunakan

Tabel 1 .
Karakteristik Responden Penelitian

Variabel Kategori n %
60-65 23 71,9
Umur 66-70 5 15,6
71-75 4 12,5
Laki-laki 5 15,6
Jenis Kelamin
27 84,4
Pekerjaan Petani 6 18,8
IRT 26 81,2
Pendidikan SD 23 71,9
SMP 9 28,1

50

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Kurang 3 9,4
Normal 3 9,4
Status Gizi
Lebih 11 34,4
Obesitas 15 46,9
Derajat Hipertensi Hipertensi Derajat I 23 71,9
Lansia
Hipertensi Derajat II 9 28,1

Tabel 1 menunjukkan terdiagnosis hipertensi < 5 tahun yaitu


karakteristik responden penelitian. 57,4%. Seluruh responden tidak
Sebagian besar responden berada pada memiliki kebiasaan merokok. Sebagian
rentang usia 56-64 tahun yaitu 59%. besar responden tidak memiliki
Sebagian besar responden berjenis kebiasaan minum kopi yaitu 72,1%.
kelamin perempuan yaitu 73,8%. Sebagian besar responden berada pada
Sebagian besar responden berada pada tekanan darah sistolik pre hipertensi
tingkat pendidikan SD yaitu 26,2%. yaitu 50,8%. Sebagian besar responden
Seluruh responden tinggal dengan berada pada tekanan darah diastolik
keluarga. Sebagian besar responden hipertensi tingkat I yaitu 39,5%.

Tabel 2.
Status Gizi Lansia
Status Gizi n %
Kurang 3 9,4
Normal 3 29,5
Lebih 11 34,4
Kurang 15 46,9
Total 32 100

Pada tabel 2 di atas, 3 Responden mendapatkan status gizi Lebih, dan


(9,4%) mendapat Status Gizi kurang, 3 mendapatkan status gizi obesitas
Responden (9,4%) mendapat status gizi sebanyak 15 Responden (46,9%) dari
normal, 11 Responden (34,4%) total 32 responden.
Tabel 3.
Derajat Hipertensi Lansia
Derajat Hipertensi N %
Hipertensi Derajat I 23 71,9
Hipertensi Derajat II 9 28,1
Total 61 100

Berdasarkan tabel 5.6. di atas (71,9%) dan Hipertensi Derajat 2 ada 9


menunjukkan bahwa yang mengalami Responden (28,1%) dari total 32
Hipertensi Derajat 1 sebanyak 23 orang Responden.

51

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Tabel 4
Hasil Analisis Chi Square
Derajat Hipertensi
Pada Lansia
Hipertensi Hipertensi Total P Value
Derajat 1 Derajat 2

N % n % N %
Status Kurang 3 9.4 0 0 3 9,4
Gizi
Normal 3 9.4 0 0 3 9,4 0,003
Lebih 11 34.4 0 0 11 34,4
Obesitas 6 18.8 9 28.1 15 46,9
Total 23 71.9 9 28.1 32 100

Berdasarkan Tabel 4 di atas orang (71,9%) dan Hipertensi Derajat 2,


menunjukkan bahwa dari 32 Responden 9 orang (28,1%) total 32 orang.
(100%) didapatkan Status Gizi kurang Hasil analisis Hubungan Status
terdapat 3 orang (9,4%) yang Gizi dengan Derajat Hipertensi Pada
mempunyai Hipertensi Derajat 1, Status Lansia di Desa Tombolango Kecamatan
Gizi Normal 3 orang (9,4%) yang Lolak menggunakan Uji Chi-Square
mempunyai Hipertensi Derajat 1, Status dengan tingkat kepercayaan 95% (ɑ =
Gizi Lebih 11 orang (34,4%) yang 0,003) didapatkan hasil P value adalah
mempunyai Hipertensi Derajat 1, dan 0,003 dengan demikian (0,003<0,005),
memiliki Status Gizi Obesitas 15 orang ini berarti Ho di tolak dan Ha di terima,
dengan 6 orang (18,8%) yang sehingga kesimpulannya yaitu ada
mempunyai Hipertensi Derajat 1 dan Hubungan Status Gizi dengan Derajat
Hipertensi Derajat 2, 9 orang (28,1%) Hipertensi Pada Lansia di Desa
jumlah Hipertensi Derajat 1 yaitu 23 Tombolango Kecamatan Lolak.

PEMBAHASAN
Berdasarkan Hasil Penelitian didapatkan menumbuhkan kesadaran akan
pada lansia yang memiliki Status Gizi pentingnya kesehatan sekaligus
berlebih cenderung memiliki tekanan mengajak lansia agar dapat
darah tinggi dari pada yang memilki memeriksakan kesehatannya ke
status gizi kurang dan normal. Tetapi posyandu teerdekat.
pada Status Gizi Kurang, Normal, Lebih
dan Obesitas ada yang mengalami Hasil penelitian yang sama juga
Hipertensi Derajat 1 dan Derajat 2 di didapatkan oleh Hardiani (2019).
karenakan salah satu faktor adalah Dengan judul penelitian “Hubungan
riwayat keluarga, faktor genetik, dan IMT Dengan Hipertensi Pada Lansia Di
Konsumsi penyedap rasa berlebih dapat Kelurahan Gayungan Surabaya” Dengan
menyebabkan hipertensi primer juga dan hasil penelitian lansia memiliki IMT
riwayat keluarga mempunyai resiko terbanyak pada lansia adalah IMT lebih
yang lebih besar untuk memilki tekanan dan IMT Obes 1 yaitu 14 orang (29,8%).
darah tinggi dibandingkan dengan Hasil penelitian yang sama juga di
keluarga tanpa adanya riwayat. dapatkan oleh Asrinawaty, Norfai
Diharapkan lansia dapat menjaga pola (2014). Dengan judul penelitian
makan gizi seimbang serta perlunya “Hubungan Status Gizi dengan Kejadian
dukungan dari pihak keluarga untuk Hipertensi Pada Lansia di Posyandu

52

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Lansia Kakaktua Kerja Puskesmas Responden (28,1%) dari 32 Responden.


Pelabuan” dengan hasil status gizi Peneliti lebih memprioritaskan untuk
kurang 13 orang atau 22%, gizi normal mengetahui sebaran derajat hipertensi
22 orang atau 37,3%, gizi lebih 24 orang disubjek peneliti yang akan digunakan
40,7%. Berdasarkan hasil uji statistik sebagai dasar tindak lanjut dari
yang dilakukan terdapat hubungan yang penelitian ini, misalnya pemberian
bermakna antara status gizi dengan penyuluhan kesehatan tentang
kejadian hipertensi pada lansia dengan pencegahan hipertensi melalui
nilai p = value =0,031. pengendalian faktor resiko hipertensi.
Berdasarkan Hasil Penelitian yang
Menurut Asrinawaty dan Norfai (2014). didapatkan bahwa sebagian besar lansia
Status gizi adalah keadaan kesehatan yang mempunyai hipertensi derajat 1
individu-individu atau kelompok- dengan tekanan darah diatas 140/80
kelompok yang ditentukan oleh derajat mmHg lebih banyak dengan jumlah 23
kebutuhan fisik akan energi dan zat gizi responden (71,9%) dibandingkan
yang diperoleh dari pangan dan makanan dengan derajat 2 160/100 mmHg dengan
yang dampak fisiknya diukur secara jumlah 9 responden (28,1%) di
antropemetri. Gizi lebih meningkatkan karenakan lansia cenderung atau resiko
resiko terjadinya hipertensi karena terkena hipertensi karena faktor usia,
beberapa sebab. Makin besar massa juga keturunan dan gaya hidup tidak
tubuh, makin banyak darah yang sehat. Banyak orang yang sudah
dibutuhkan untruk memasok oksigen meninggalkan budaya makan di
dan makanan ke jaringan tubuh. Ini Indonesia seperti meninggalkan
berarty volume darah yang beredar makanan tradisional dan berahli ke
melalui pembuluh darah menjadi makanan siap saji dan kaya lemak, yang
meningkat sehingga memberi tekanan ternyata tidak sehat serta miskin
lebih besar pada dinding arteri, yang kandungan gizi dibandingkan makanan
akan menimbulkan terjadinya kenaikan tradisional yang kita miliki. Ini yang
tekanan darah. mengakibatkan berbagai penyakit
metabolik seperti hipertensi.
Menurut Nugraheni, dkk (2019).
Kelebihan gizi pada lansia biasanya Hasil penelitian yang didapatkan oleh
berhubungan dengan afluenci dan gaya Ratnaningrum (2015) dengan Hubungan
hidup pada usia sekitar 50 tahun. Kondisi Asupan Serat dan Status Gizi dengan
ekonomi yang semakin membaik dan Tekanan Darah Pada Wanita Menopause
tersediannya berbagai makanan saji yang di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono
enak dan kaya energi, utamanya dari Kabupaten Bayoyali yaitu menunjukkan
sumber lemak, terjadi asupan makanan distribusi tekanan darah subjek yang
dan zat-zat gizi melebihi kebutuhan termasuk dalam ketegori tekanan darah
tubuh. Gizi yang dimulai pada awal usia normal yaitu sebanyak 20 orang (27,4%)
50 tahunan ini akan membawa lansia dan subjek yang memiliki kategori
dalam keadaan obesitas dan dapat pula tekanan darah darah tinggi yaitu
disertai penyakit metabolisme. sebanyak 53 orang (72,6%). Tekanan
darah merupakan faktor yang berperan
Berdasarkan tabel 5.6. di atas penting di dalam sistem sirkulasi tubuh.
menunjukkan bahwa yang mengalami Naik atau turunnya tekanan darah dapat
Hipertensi Derajat 1 sebanyak 23 orang mempengaruhi keseimbangan di dalam
(71,9%) dan Hipertensi Derajat 2 ada 9 tubuh.

53

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Hal ini dapat diartikan bahwa lansia


Menurut Rahayu, dkk (2020). Resiko yang memilki Status Gizi yang Lebih 11
terkena hipertensi dengan berat badan 0rang 34,4% dan Obesitas 15 orang
lebih, berpeluang 2,3 kali dibandingkan 46,9% dapat memicu terjadinya Darajat
dengan berat badan normal dan kurus. Hipertensi Pada Lansia di Desa
Responden dengan berat badan lebih Tombolango.
akan terjadi penumpukan jaringan
lemak, yang dapat menyebabkan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
peningkatan resistensi pembuluh darah peneliti berasumsi bahwa Status Gizi
dalam meningkatkan kerja jantung untuk dapat mempengaruhi Hipertensi karena
dapat memompakan darah ke seluruh faktor pencetus yaitu Obesitas atau berat
tubuh. badan berlebih sehingga yang banyak
menderita Hipertensi Derajat 1 di
Hipertensi adalah keadaan peningkatan bandingkan Hipertensi Derajat 2.
tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut ke suatu organ target Penelitian ini sejalan dengan penelitian
seperti stroke, penyakit jantung koroner, yang dilakukan oleh Legi (2015) yang
dan hipertrofi ventrikel kanan, dengan menyatakan bahwa terdapat Hubungan
target organ di otak yang berupa stroke. Status Gizi Lansia dengan Hipertensi di
Hipertensi menjadi penyebab utama Wilayah Kerja Puskesmas Paniki Bawah
stoke yang membawa kematian yang Kecamatan Mapanget Kota Manado
tinggi (Bustan,2007 dalam Asrinawaty Tahun 2015.Yaitu salah satu faktor yang
dan Norfai 2014). Menurut WHO, memicu timbulnya penyakit hipertensi
tekanan darah seseorang dikatakan karena status gizi tidak merata.
normal jika sistoliknya kurang dari 140 Kelebihan gizi dimulai pada usia 45
mmHg dan diastoliknya kurang dari 90 tahun hingga biasannya berhubungan
mmHg, jika sistolik di antara 140-160 gaya hidup dan kemakmuran. Dengan
mmHg dan diastolik di antara 90-95 kondisi asupan makanan dan vitamin
mmHg disebut bordreline hypertension gizi melebihi kebutuhan tubuh. Situasi
yang pada posisi ini seseorang harus kelebihan gizi ini akan membawa situasi
waspada karena memiliki obesitas perubahan status gizi ditandai
kecenderungan kuat mengidap dengan peningkatan berat badan secara
hipertensi, apabila seseorang memiliki lansung mempengaruhi tekanan darah
sistolik lebih dari 160 mmHg dan tinggi dan menunjukkan bahwa ada
diastolik lebih dari 95 mmHg maka jelas hubungan status gizi lansia dengan
orang tersebut mengidap hipertensi hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
(Elisa,2008 dalam Asrinawaty dan Paniki Bawah Kecamatan Mapanget
Norfai 2014). Kota Manado Tahun 2015 dengan nilai P
= value 0,000.
Berdasarkan hasil penelitian dari total 32
responden dengan menggunakan analisa Hasil penelitian sejalan juga dengan
data dengan tingkat kepercayaan 95% dilakukan oleh Fitriana (2015) yang
(0,05) didapatkan hasil P value adalah menyatakan bahwa Hubungan Antara
0,003 dengan demikian (0,003 < 0,05), Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi
maka dapat disimpulkan bahwa ada di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
Hubungan antara Status Gizi dengan Puskesmas Wuluhan Kabupaten Jember
Derajat Hipertensi Pada Lansia di Desa tahun 2015, menunjukkan bahwa ada
Tombolango Kecamatan Lolak.

54

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Hubungan Status Gizi dengan Hipertensi Derajat Hipertensi di Indonesia Tua,


Pada Lansia. yang diperoleh nilai p value p= 0,640
yang menunjukkan bahwa tidak ada
Menurut Beck dalam Fitriana (2015). hubungan lansia yang memiliki status
Obesitas merupakan faktor resiko utama gizi baik atau tidak resiko yang sama
terjadinya penyakit kardiovaskuler, data yang mengalami hipertensi. Salah satu
secara konsisten menunjukkan faktor seseorang yang menderita
peningkatan insidensi penyakit seiring hipertensi adalah status gizi yang tidak
dengan meningkatnya IMT (Indeks seimbang. Lebih besar semakin banyak
Massa Tubuh). Obesitas juga merupakan massa tubuh, semakin banyak darah
faktor resiko bagi sejumlah kondisi yang dibutuhkan suplai oksigen dan
kesehatan lain yang terkait dengan makanan.
penyakit kardiovaskuler, yakni diabetes
melitus tipe 2, dislipidemia, dan Penelitian ini tidak sejalan dengan
hipertensi. Selain itu, menurut Depkes dilakukan oleh Ratnaningrum (2015)
RI, Resiko untuk menderita hipertensi dengan judul Hubungan Asupan Serat
pada orang dengan berat badan berlebih dan Status Gizi dengan Tekanan Darah
5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan Pada Wanita Menopause di Desa
orang yang berat badan normal. Kuwiran Kecamatan Banyudono
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Kabupaten Bayoyali. Menunjukkan hasil
yang telah banyak dilakukan, analisis dengan menggunakan uji Chi-
membuktikan adanya korelasi yang Square pada uji hubungan status gizi
positif antara status gizi dengan kejadian dengan tekanan darah diperoleh nilai p
hipertensi pada lansia. Hal ini sebabkan value sebesar 0,412 (p≥0,05) yang
karena mereka suka mengkonsumsi artinya tidak ada hubungan antara status
makanan tinggi lemak yang berkaitan gizi dengan tekanan darah pada wanita
pada kenaikan berat badan tanpa menopause di Desa Kuwiran Kecamatan
diimbangi dengan aktiifitas fisik yang Banyudono Kabupaten Boyolali.
rutin.
Peneliti berasumsi bahwa kelebihan gizi
Namun hasil penelitian ini tidak sejalan atau status gizi yang lebih dapat
dengan yang di lakukan oleh Miranda berdampak buruk terhadap kesehatan
(2019) yang diperoleh nilai p=0,172 seseorang seperti halnya dengan
yang menunjukkan bahwa tidak ada obesitas. Obesitas salah satu faktor
hubungan dimana hipertensi tidak hanya pencetus hipertensi karena seseorang
disebabkan oleh status gizi, bisa juga yang mengalami peningkatan berat
karena faktor lain seperti kebiasaan pola badan lebih sehingga bisa menyebabkan
makan yang sering mengkomsumsi hipertensi. Faktor lain yang berhubungan
sumber makanan tinggi natrium dan dengan hipertensi seperti gaya hidup,
lemak, mempunyai riwayat keluarga asupan garam, genetik serta stress, gaya
hipertensi, faktor stress, rokok, dll. hidup pola makan yang berlebih juga
Hasil penelitian juga tidak sejalan yang dapat meningkatkan tekanan darah
dilakukan oleh Sariyanti dkk (2019) terlebih.
yang menyatakan bahwa Hubungan
Pendapatan Antara Status Gizi dengan

KESIMPULAN DAN SARAN

55

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

Status gizi lansia di Desa Tombolango Penelitian ini dapat menjadi referensi
Kecamatan Lolak dengan frekuensi 3 dan daftar pustaka untuk peneliti
orang atau 9,4% mendapatkan Status selanjutnya diharapkan dapat
gizi yang Kurang dan 3 orang atau 9,4% melanjutkan penelitian dengan jumlah
mendapatkan Status gizi Normal dan 11 sampel yang lebih dengan metodelogi
orang atau 34,4% mendapatkan Status lain agar melakukan penelitian lebih
gizi lebih dan paling banyak 15 orang mendalam terkait derajat hipertensi pada
atau 46,9% mendapatkan Status gizi lansia agar bisa dijadikan sumber
Obesitas. Derajat Hipertensi Pada pengetahuan baru, Menjaga pola makan
Lansia di Desa Tombolango Kecamatan dengan gizi seimbang ataupun makan
Lolak 32 orang sebanyak 23 Responden lebih banyak sayur dan buahnya dari
atau 71,9% yang mengalami Hipertensi pada karbohidrat untuk mengendalikan
derajat 1 lebih banyak dari pada status gizi.
Responden yang mengalami hipertensi
derajat 2 yaitu 9 responden atau 28,1%. Mengurangi Konsumsi baik minuman
7.1.3. Berdasarkan 32 Responden atau makanan yang menyebabkan
(100%) didapatkan Status Gizi kurang tekanan darah meningkat seperti
terdapat 3 orang (9,4%) yang mengurangi konsumsi minuman yang
mempunyai hipertensi derajat 1, Status mengandung soda dan alkohol serta
gizi normal 3 orang (9,4%) yang makanan yang mengandung banyak
mempunyai hipertensi derajat 1, status garam. Menganjurkan untuk selalu
gizi lebih 11 orang (34,4%) yang kontrol secara rutin dan memantau
mempunyai hipertensi derajat 1, dan tekanan darah bagi lansia yang
memiliki status gizi obesitas 15 orang mempunyai riwayat penyakit keluarga
dengan 6 orang (18,8%) yang hipertensi serta memperhatikan pola
mempunyai hipertensi derajat 1 dan makan sejak dini. Semoga penelitian ini
hipertensi derajat 2, 9 orang (28,1%) dapat menjadi tambahan ilmu
jumlah hipertensi derajat 1 yaitu 23 pengetahuan dalam mengembangkan
orang (71,9%) dan hipertensi derajat 2, 9 ilmu mengenai Status gizi dengan derajat
orang (28,1%) total 32 orang. Hasil hipertensi pada lansia dan bisa
penelitian ini diperoleh nilai p= 0,003 mengaplikasikan kepada masyarakat
hasil analisis menunjukkan ada seperti pemberian edukasi. Bahan untuk
hubungan yang signifikan antara Status lebih meningkatkan motivasi kerja
gizi dengan Derajat Hipertensi lansia. perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan khususnya pada masyarakat
yang mengalami hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA
Asrinawati, & Norfai, (2014). Hubungan Status Alfeus M, (2018). Terapi Perilaku Kognitif Pada
Gizi Dengan Kejadian Hiperetensi pada Pasien Hipertensi. Penerbit Wineka
Lansia Di Posyandu Lansia KakakTua di Media
Wilayah Kerja Puskesmas Pelambuan. Bustan, M, 2016. Epidemiologi Penyakit Tidak
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Menular, Jakarta Rineka.
UNISKA. Dinkes Kab Bolaang Mongondow Induk, 2018.
Adam, R & Punuh,M, I, Kapantau, N, H . (2015). Laporan Posbindu Penyakit Tidak Menular
Jurnal Hubungan Antara Status Gizi (PTM).
Dengan Kejadian Hiprtensi Usia 41-65 Donsu,J,D, T, (2017). Metodologi Penelitian
Tahun Di Desa Sinuian. Keperawatan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Fitriana, R (2015). Hubungan antara konsumsi
makanan dan status gizi dengan kejadian

56

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021


Community of Publishing In Nursing (COPING), p-ISSN 2303-1298, e-ISSN 2715-1980

hipertensi pada lansia di posyandu lansia Rahayu, dkk (2020). Jurnal Hubungan Obesitas
wilayah kerja puskesmas wuluhan dengan Hipertensi Pada Pra Lansia di
kabupaten jember. Universitas Jeber. Puskesmas Sukamulya Tahun
Febriani, K & Rachmiani, I (2017). Jurnal 2019.Universitas Respati Indonesia
Hubungan Status Gizi Dan Insomnia Ratnawati, E, (2017). Asuhan keperawatan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pria gerontik. Yogyakarta : Pustaka baru.
Lanjut Usia Produktif. Universitas Ratnaningrum,Y,S,P,D (2015). Jurnal Hubungan
Trisakti. Asupan Serat Dan Status Gizi Dengan
Festi, P, (2018). Buku Ajar Gizi Dan Diet. Tekanan Darah Pada Wanita Menopause
Surabaya :UMSurabaya Publishing Di Desa Kuwiran Kecamatan Banyudono
Kholifa, S, N, (2016). Keperawatan Gerontik, Kabupaten Bayolali. Universits
Cetakan pertama Muhammadiyah Surakata. Di Unduh 19
Mardalena, I, (2017). Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Juli 2020.
Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Setyawati,V, A, V, & Hartini, E, (2018). Buku
Herdiani,N (2016). Hubungan IMT Dengan Ajar DASAR Ilmu Gizi Kesehatan
Hipertensi Pada Lansia Di Kelurahan Masyarakat. Yogyakarta : Deepublish,
Gayungan Surabaya. Di unduh tgl 15 juli CV Budi Utama.
2020. Suiraoka, I, (2013). Penyakit Degeneratif .
Nursalam, (2013) . Metodologi Penelitian Ilmu Yogyakarta : Nuha Medika.
keperawatan. Jakarta : salemba medika. Swarjana, I, K, (2015). Metodologi Penelitian
Nugraheni, dkk (2019). Jurnal Hubungan Berat Kesehatan .Yogyakarta :Perpustakaan
Badan dan Tekanan Darah Pada Lansia. Nasional.
Universitas Sebelas Maret. Sujarweni, ,V, W. (2014). Metode Penelitian
Nur, A,Darwin, K, & Fatrha, A,N (2018). Jurnal Keperawatan. Yogyakarta : Gava Media,
Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan S. A. Deji, (2014). Jurnal Assessment of
Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas nutritional status of a group of
Sidomulyo Kecamatan Tampan hypertensive patients attendding tertiary
Pekanbaru.Universitas Riu. healthcare facilities in nigeria. University
Pratiwi, E, & dr. Yekti, M, (2017). Tetap Sehat Ad0-Ekiti, Nigeria. Di unduh 16 Mei
Saat Lansia- Pencegahan dan penanganan 2020.
45 penyakit yang Sering Hinggap Di Usia Susila & Suyanto (2015). Metodologi penelitian
Lanjut. Yogyakarta : Rapha Publishing. Cross Sectional.Klaten : perpustakaan
Padila, (2013). Buku ajar Keperawatan Gerontik. nasional
Yogyakarta : Nuha Medika. Sariyanti N,E, dkk (2020). The relationship
Profil Kesehatan Kab/Kota Prov. Sulut Tahun between income and nutritional status
2017. with the incidence of hypertension in
Piyanit Churak, dkk (2018). Jurnal factor elderly. Di unduh 19 Juli 2020.
associated with nutritional status of Venny R, P, Zaimah Z. T, (2013) . Jurnal
elderly in ubon ratchathani, Thailand. Gambaran Status Gizi Pasien Hipertensi
Instituti of Nutrition, mahidol university, Lansia Di RSUP H. Adam Malik Medan.
salaya, phutthamonthon, nakhon Yulianti, S & Rokhanawari, D, Yuli I,( 2010).
pathom,Thailand. Di unduh 16 Mei 2020. Jurnal Hubungan Status Gizi Dengan
Riskesdas, (2018). Kementriaan Kesehatan Kejadian Hipertensi Pada Wanita Lanjut
Badan Penelitian dan Pengembangan Usia Di Posyandu Wira Lestari 6
Kesehatan. Di Unduh 26 januari 2020 Wirobrajan Yoyakarta

57

Volume 9, Nomor 1, Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai