Anda di halaman 1dari 11

BAB III

PLTS

3.1 Deskripsi PLTS

PLTS merupakan singkatan dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya.


Sistem ini bekerja dengan mengubah energi elektromagnetik yang berasal
dari sinar surya menjadi energi listrik yang dapat digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Pembangkit ini termasuk dalam basis energi baru terbarukan,
yang artinya adalah energi alternatif dari energi konvensional yang tidak
terbarukan. Oleh karena sumber energinya melimpah dan gratis, PLTS
menjadi salah satu solusi untuk mendistribusikan listrik terutama di daerah
terpencil di mana bahan bakar sulit dan relatif mahal.
Untuk membangun sistem PLTS dibutuhkan beberapa komponen
utama yakni panel surya atau modul surya, solar charge controller, baterai,
dan komponen lain seperti kabel, konektor kabel MC4,dan lainnya.
Berdasarkan hubungannya dengan listrik PT.PLN, PLTS dibedakan menjadi
dua yakni tersambung dengan jaringan listrik PLN (on-grid) dan tidak
terhubung dengan jaringan listrik PLN (off-grid). PLTS off-grid paling umum
digunakan karena relatif murah dan rangkainnya sederhana.
3.2 Komponen PLTS
1. Panel Surya
Panel surya adalah kumpulan sel surya yang dirangkai menjadi
sebuah piranti yang berfungsi mengubah energi cahaya matahari menjadi
energi listrik. Dengan efek photovoltaic panel surya dapat mengubah
energi radiasi dari matahari menjadi energi listrik. Sel-sel ini membentuk
satu kesatuan dengan komponen lain untuk melangsungkan fungsinya.
Panel surya adalah komponen utama pada PLTS, karena dengan panel
surya energi radiasi matahari dapat ditangkap dan diproses untuk
digunakan pada berbagai keperluan.

9
10

Sel surya tak lain adalah PN-junction dioda yang berada di bawah
pancaran sinar atau cahaya. Bahan utama dari sel surya adalah
semikonduktor. Cahaya yang berasal dari matahari dapat membangkitkan
listrik pada sel surya karena efek fotovoltaik. Cahaya matahari terdiri dari
foton yang merupakan paket atau kumpulan energi. Foton tersebut
mengandung bermacam jumlah energi sesuai dengan panjang gelombang
cahaya yang berbeda-beda. Ketika foton menerpa sel surya, energi dapat
diserap ataupun dapat dipantulkan oleh sel. Saat energi diserap, maka akan
terbentuk pasangan-pasangan antara hole dan electron.

Gambar 3.1 Panel Surya


(Sumber : https://www.tokopedia.com)

3.2.1 Struktur Sel Surya


Sesuai dengan perkembangan sains & teknologi, jenis-jenis teknologi
sel surya berkembang dengan berbagai inovasi. Ada yang disebut sel surya
generasi satu, dua, tiga dan empat, dengan struktur atau bagian-bagian
penyusun sel yang berbeda. Sel surya yang umum berada dipasaran saat ini
yaitu sel surya berbasis material silicon.

Gambar 3.2 Struktur Panel Surya


(Sumber : https://teknologisurya.wordpress.com)
11

Gambar 3.2 diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya.
Secara umum terdiri dari :
1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya.
Material substrat mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena
berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau
molybdenum. Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya
organik, substrat juga berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya
sehingga material yang digunakan yaitu material yang konduktif tapi
transparan sepertii ndium tin oxide (ITO) dan flourine doped tin oxide
(FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya
generasi pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan
tipis. Material semikonduktor berfungsi menyerap cahaya dari sinar
matahari. Untuk kasus gambar 3.2 diatas, semikonduktor yang
digunakan adalah material silikon, yang umum diaplikasikan di industri
elektronik. Sedangkan untuk sel surya lapisan tipis, material
semikonduktor yang umum digunakan yaitu material Cu(In,Ga)(S,Se)2
(CIGS), CdTe (kadmium telluride), dan amorphous silikon, material-
material semikonduktor potensial lain yang sedang dalam penelitian
intensif seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, sebagian material semikonduktor
dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai
kontak negatif.
4. Lapisan antireflektif
12

Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang


terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis
material dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan
udara yang menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor
sehingga meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5. Enkapsulasi / cover glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul
surya dari hujan atau kotoran.
2. Baterai
Baterai adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Dalam PLTS baterai berfungsi sebagai penyimpan energi
yang diterima dari panel surya. Energi yang disimpan baterai ini berupa
arus Direct Current (arus searah). Kapasitas penyimpanan baterai
dinyatakan dengan Ampere hour (Ah) yang berarti arus yang dapat
dihantarkan selama waktu 1 jam. Dalam penggunaanya kebanyakan jenis
baterai tidak boleh digunakan seluruh kapasitasnya guna mempertahankan
umur pakai baterai. Batas penggunaan ini disebut Deep of Discharge
(DOD).

Gambar 3.3 Baterai


(Sumber : https://sinardayaenergy.com)

3. SCC
Solar charge controller atau biasa disingkat SCC adalah alat untuk
mengontrol pengisian baterai yang dikhususkan pada sistem PLTS. SCC
memiliki fungsi utama yaitu untuk menjaga aliran listrik dari panel surya
13

saat pengisian baterai supaya baterai tidak mengalami overcharge. Tiga


fungsi dasar dari SCC :
a. Membatasi tegangan dari panel surya untuk mengisi baterai dan
mengatur supaya baterai tidak mengalami overcharge.
b. Mencegah baterai mengalami deep discharge saat sistem digunakan
untuk menyuplai beban DC.
c. Mengatur tegangan untuk menyuplai beban DC.
Ada dua jenis SCC yang umum digunakan dalam sistem PLTS yaitu
SCC PWM dan SCC MPPT.

Gambar 3.4 SCC MPPT Gambar 3.5 SCC PWM


(Sumber : https://panelsuryajakarta.com) (Sumber : https://www.solartex.com)

4. Kabel
Kabel adalah perangkat yang digunakan untuk menghantarkan arus
listrik. Penyusun kabel dapat berupa kawat tunggal atau kawat jamak.
Kabel pada umumnya diberi lapisan pelindung agar arus yang mengalir
dapat tersekat. Lapisan pelindung kabel dapat terbuat dari bermacam jenis
karet. Pada dasarnya kabel terbagi menjadi 2 menurut fungsinya yaitu
sebagai penghantar tenaga listrik dan sebagai penghantar sinyal. Bagian
utama kabel terdiri dari tiga bagian yaitu:
a. Konduktor
Inti dari kabel yang berfungsi untuk menghantarkan arus.
b. Pelindung utama
Merupakan lapisan pelindung inti kabel yang mengisolasi kabel supaya
arus tidak terpengaruh atau mempengaruhi penghantar lain yang
berdekatan.
c. Pelindung luar
14

Merupakan lapisan pelindung terluar dari kabel yang melindungi kabel


dari kerusakan akibat intervensi fisik dari luar.
Dalam memilih kabel untuk instalasi listrik dapat melihat Persyaratan
Umum Instalasi Listrik 2011. Hal yang perlu diperhatikan adalah kuat
hantar arus sebuah kabel konduktor.

Gambar 3.6 Kabel


(Sumber : https://www.royalpv.com)

5. Konektor MC4
Konektor MC4 adalah konektor listrik kontak tunggal yang biasa
digunakan untuk menghubungkan panel surya . MC dalam MC4 adalah
kependekan dari Multi-Contact pabrikan dan angka 4 untuk pin kontak
berdiameter 4 mm. MC4 memungkinkan rangkaian panel mudah dibangun
dengan mendorong konektor dari panel yang berdekatan bersama-sama
dengan tangan, tetapi membutuhkan alat untuk melepaskannya untuk
memastikan mereka tidak terputus secara tidak sengaja ketika kabel
ditarik. Sistem MC4 terdiri dari desain plug dan socket.

Gambar 3.7 konektor MC4


(Sumber : https://www.tokopedia.com)
15

3.3 Penentuan Jenis Panel Surya Pada PLTS


Ada 2 jenis panel surya yang beredar di pasaran saat ini, yaitu panel
surya monocrystalline dan panel surya polycrystalline.
1. Tipe monocrystalline yaitu jenis panel surya yang menggunakan
semikonduktor sel tunggal sehingga disebut mono. Biasanya
penampakan luar dari panel ini berwarna hitam. Monocrystalline adalah
tipe sel surya yang paling optimum dibanding tipe lainnya. Efisiensi
dari panel ini mencapai 16-17%. Dengan keunggulan tersebut, panel ini
memiliki harga produksi yang cukup mahal. Panel MonoCrystalline
juga memiliki keunggulan yaitu akan tetap bekerja meskipun tidak
terkena sinar matahari secara langsung (cuaca mendung).

Gambar 3.8 Panel Surya Monocrystalline


(Sumber : https://www.tokopedia.com)

2. Tipe polycrystalline yaitu jenis panel surya yang menggunakan


semikonduktor sel jamak sehingga disebut poly. Penampakan luar
panel polycrystalline tampak biru gelap. Harga produksi untuk panel
tipe ini lebih rendah dari pada tipe sebelumnya. Efisiensi panel
polycrystalline berkisar antara 13-15%.

Gambar 3.9 Panel Surya Polycrystalline


(Sumber : https://www.royalpv.com)
16

Jadi hal yang perlu diketahui sebelum membeli solar panel yaitu
ketahui terlebih dahulu apa kekurangan dan kelebihan dari masing
masing panel surya. banyak kasus yang sering terjadi dalam membeli
panel surya yaitu pengguna yang masih awam tidak memahami
kelebihan dan kekurangan dari masing-masing panel, akan tetapi hanya
melihat dari segi harga. Padahal dalam membangun sistem PLTS juga
harus menyesuaikan dengan kondisi cuaca di tempat yang akan
dibangun sistem PLTS lalu kemudian memilih jenis solar panel yang
tepat untuk di gunakan di tempat tersebut.
3.4 Penentuan Kemiringan Panel Surya
Intensitas matahari yang diterima oleh panel surya sangat
mempengaruhi daya yang dihasilkan oleh sistem fotovoltaik. Semakin besar
intensitas radiasi yang diterima maka daya yang dapat dihasilkan oleh sistem
juga semakin besar. Oleh sebab itu posisi kemiringan panel surya yang tepat
akan menentukan pemaksimalan penerimaan energi matahari. Artinya,
meskipun panel surya sudah steril dari berbagai macam penghalang bukan
berarti intensitas matahari yang tinggi dapat terserap seluruhnya.
sudut kemiringan ideal untuk panel surya sendiri relatif. Relatif dalam
artian disesuaikan dengan musim, yaitu musim panas, musim dingin dan
musim gugur. Karena di Indonesia hanya memiliki dua musim yaitu musim
panas dan musim hujan, tidak diperlukan penyesuaian sudut kemiringan solar
cell setiap musimnya. Sudut kemiringan antara 10-30° dianggap sudah sangat
membantu efisiensi. Kemiringan ini ideal karena tidak terlalu tajam sehingga
memberi kemudahan dalam perawatan/ pembersihan. Air hujan akan
mengalir turun cepat dan menyapu kotoran serta debu. Sedangkan saat musim
panas, sudut ini akan membantu penyerapan cahaya selama sehari penuh.
Apabila solar cell dipasang rata dan tidak ada kemiringannya,
dikhawatirkan akan terjadi pengendapan debu dan kotoran yang akan
mengendap saat bercampur dengan air hujan. Pengendapan ini beresiko untuk
menutup permukaan dan mengurangi efektifitas solar cell. Jika hal ini terjadi,
dapat mengganggu sistem produksi PLTS akan terganggu dan bahkan energi
17

listrik yang dihasilkan menjadi tidak sesuai spesifikasi pada sistem pengisian
baterai.
3.5 Rangkaian Seri dan Pararel Dalam Sistem Panel Surya
Rangkaian seri dan pararel dalam sistem panel surya dimanfaatkan
untuk menciptakan kondisi yang sesuai, agar listrik yang dihasilkan panel
surya dapat digunakan secara maksimal.
Tidak ada standar baku yang menentukan kapan rangkaian seri dan
pararel digunakan dalam sistem panel surya, namun ada beberapa hal yang
dapat menjadi poin pertimbangan dalam memilih antara kedua sistem
tersebut. Penggunaan rangkaian seri dan pararel pada panel surya dilakukan
untuk menyesuaikan standar minimal kerja dari sistem Solar charge controller
(SSC) yang digunakan, dapat dilihat pada spesifikasi teknis masing-masing
SCC yang akan digunakan. Contoh :

pada sebuah produk SCC tipe PWM, didapat batasan jarak kerja
tegangan sistem adalah 8-38 V dengan batasan jarak kerja arus pada 20A.
Maka dapat melakukan pengecekan pada komponen panel surya yang akan
digunakan, berapa : Vmp, Imp, Voc, dan Isc yang tertera pada spesifikasi
teknis untuk menentukan jumlah rangkaian.

Misalkan, panel surya monocrystalline 100 Wp, memiliki Vmp 18,48V


dengan Voc 22,25V dan Imp 5,41A dengan Isc 5,72A. Maka dapat
menggunakan panel surya 100 Wp secara seri maksimal 1-2 unit (dapat
menggunakan 2 unit jika dihitung dari Vmp 18,48V x 2 unit = 36,96 V atau
maksimal 1 unit jika dihitung dari Voc 22,25V x 1 unit = 22,25V) dan secara
pararel 3 unit (dimana Imp 5,41A x 3 unit = 16,23A atau Isc 5,72A x 3 unit =
17,16A). Sehingga jumlah panel yang dapat digunakan adalah 3 unit (dengan
rangkaian-pararel) atau 5 unit (dimana 2 rangkaian pararel dan 3 panel surya
dirangkai seri).

3.6 Pemilihan Kabel Pada PLTS

Dalam menentukan kebutuhan kabel, perlu memperhatikan KHA atau


Kuat Hantar Arus. Penting untuk memilih kabel yang ukurannya sesuai
dengan arus dan tegangan dalam sistem energi surya. Kabel pendek dengan
18

luas penampang kawat besar memiliki hambatan listrik kecil yang akan
mengahasilkan penurunan tegangan yang kecil. Sebaliknya kabel panjang
dengan luas penampang kecil memiliki resistansi besar yang menghasilkan
penurunan tegangan besar disepanjang kawat. Untuk setiap bagian dari sistem
energi surya, harus menggunakan Ampere yang sesuai, panjang kabel, dan
kehilangan tegangan (dan daya) yang diterima :
1. Untuk kabel PLTS yang menghubungkan panel surya ke inverter atau
charge controller, gunakan total arus keluaran dari seluruh panel surya.
2. Dalam sistem solar grid tie, kabel yang menghubungkan inverter ke grid
dihitung berdasarkan arus dan tegangan keluaran inverter.
3. Dalam sistem off-grid, kabel dari charge controller ke bank baterai
dapat dipilih sama dengan kabel panel surya. Pengecualian untuk aturan
tersebut hanya ketika array PV beroperasi pada tegangan yang lebih
tinggi dari pengontrol muatan. Dalam hal ini, transformator pengontrol
muatan akan mengurangi tegangan dan sebagai hasilnya, meningkatkan
arus yang mengalir ke baterai. Arus keluaran dari pengontrol muatan
harus menjadi arus yang digunakan untuk perhitungan kabel-kabel ini.
Kabel antara baterai di bank baterai biasanya digunakan untuk arus
yang lebih tinggi daripada sistem PV, karena arus yang dibutuhkan oleh
power inverter.

Memilih ukuran kawat DC yang tepat dalam sistem PV Solar sangat


penting untuk alasan kinerja dan keselamatan. Kabel harus berukuran benar
untuk arus dan tegangan yang digunakan dalam sistem panel surya. Kabel
harus memenuhi karakteristik berikut :

1. Nilai tegangan harus sama atau lebih besar dari nilai tegangan sistem.
2. Daya dukung saat ini harus sama dengan, atau lebih besar dari, arus
yang diangkut.
3. Harus mampu menahan kondisi lingkungan.
4. Perhatian khusus harus diberikan pada penurunan tegangan.
Penting untuk menggunakan ukuran kawat yang benar dalam suatu
sistem. Kabel yang benar hanya dapat dipilih setelah mengetahui arus dalam
suatu sistem. Semakin tebal kawat maka semakin mudah pula kabel untuk
19

dilalui arus listrik yang besar. Secara umum, ketebalan inti kabel ditunjukkan
dalam mm². Ini menunjukkan area permukaan inti kabel. Ukuran kawat yang
umum digunakan untuk instalasi PV surya adalah : 2.5, 4, 6, 10, 16, 25, 35,
50 mm². Terkadang untuk unit pengukuran ukuran lain digunakan seperti
AWG (American Wire gauge). Kategori kabel sebagai berikut :
1. antara baterai dan ke inverter, 50, 35 atau 25 mm²
2. dari panel surya untuk mengisi daya pengontrol ke baterai 10, 6 dan
4 mm²
3. dari inverter ke grid, 4 dan 2,5 mm²
Untuk setiap kategori harus menggunakan arus listrik yang sesuai, panjang
kabel, dan kehilangan tegangan (dan daya) yang diterima. Untuk mengetahui
diameter inti dari kabel inti yang terdampar, dapat dilihat pada isolasi kabel.
Pada isolasi kabel terdapat tanda yang menunjukkan ketebalan inti kabel.
Beberapa kabel dapat memiliki insulasi yang sangat tebal dan mungkin
terlihat lebih tebal dari biasanya. Kabel PLTS harus memenuhi persyaratan
berikut supaya memenuhi syarat untuk digunakan dalam aplikasi PV:
1. Tahan Cuaca, ozon, dan tahan UV: Kabel surya biasanya digunakan
di luar ruangan dan terkena radiasi matahari langsung dan
kelembaban udara.
2. Cocok untuk rentang suhu yang besar (-40 ° C hingga 90 ° C).
3. Menahan tekanan mekanis seperti kompresi, tegangan, tekukan dan
beban geser.
4. Tahan abrasi, oleh karena itu sebagian besar selubung terbuat dari
plastik yang saling terhubung menggunakan electron.
5. Tahan asam dan basa.
6. Kekuatan dielektrik yang tinggi (tergantung pada jenis aplikasi)
tahan api dan bebas halogen (kabel bebas halogen memiliki perilaku
yang lebih baik dalam kasus kebakaran)
7. Tahan hubungan singkat bahkan pada suhu tinggi.

Anda mungkin juga menyukai