Anda di halaman 1dari 6

Nisa Surgi Lestari

12010420955

KSP 6

1.Ada beberapa asumsi pelaksanaan sekolah dasar, sekolah rendah di Indonesia :

1. Untuk dapat hidup layak sebagai warga negara perlu memiliki pendidikan
minimal. Pendidikan minimal di Indonesia adalah Sekolah Dasar yang merupakan
program wajib belajar sembilan tahun yang harus dijalani oleh setiap warga
Negara.

2. Pendidikan minima yang harus dimiliki oleh setiap warga negara selain
sepenuhnya pengetahuan, juga pembentukan watak moral dan kepribadian.

3. Memiliki pengetahuan fundamental memberi peluang yang luas bagi seseorang


untuk melaksanakan berbagai hal. Denganadanya pendidikan dasar yang diperoleh
dari Sekolah Dasar maka akan memperkuat pendidikan selanjutnya baik dari
pengetahuan, watak, moral dan kepribadian.

4. Saat ini kita memasuki dunia global, mereka yang tidak mempunyai pendidikan
dasar akan ketinggalan dan mengalami keterbelakangan, bahkan akan terjerumus
kehal-hal yang tidak diinginkan misalnya perbuatan yang sifatnya anarkis, karena
tidak ada hal yang bisa dijadikan pegangan hidup.

2. Perbedaan antara sekolah dasar dengan sekolah rendah:

Istilah Pendidikan Rendah dipergunakan pertama kali untuk mengkategorikan


beragam sekolah tingkat dasar pada jaman Belanda. Sebagaimana diketahui bahwa
pendidikan pada jaman Belanda dibedakan berdasarkan status masyarakat, dan salah
satu literatur menyebutkan ada 3 kelompok besar masyarakat yaitu Kelas orang Eropa
dan Belanda, Kelas Orang Indonesia Elit dan Cina, dan Kelas orang Indonesia kelas
bawah/kebanyakan. Pada jaman Jepang istilah Pendidikan Rendah tetap dipakai sebab
mengacu kepada istilah yang dipakai di Jepang, yaitu (初等教育=syotoukyouiku).
Kata 初等 diterjemahkan dalam Bahasa Inggris menjadi “Primary”, dan dalam
Bahasa Indonesia menjadi “rendah”.

Dalam usulan sistem persekolahan yang dikeluarkan oleh BP-KNIP dan Panitya
Penyelidikan Pendidikan (P3) tahun 1946 dan 1947, istilah pendidikan rendah atau
pendidikan dasar sama sekali tidak dipergunakan, dan nama sekolah tingkat dasar
pada waktu itu adalah Sekolah Rakyat (KNIP mempunyai usulan tiga jenis sekolah,
yaitu Sekolah Rakyat 3 tahun, Sekolah Pertama 3 tahun dan Kelas Masyarakat,
sedangkan P3 lebih modern dengan mengusulkan satu bentuk sekolah yaitu, Sekolah
Rakyat 6 tahun).
Tahun 1965 berdasarkan Penetapan Presiden RI No. 19 tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional Pancasila, terdapat sebuah konsep baru tentang pendidikan di
Indonesia. Dalam pasal 8, istilah Pendidikan Dasar dipergunakan untuk menggantikan
istilah Pendidikan dan Pengadjaran Rendah. Dalam konsep pendidikan Dasar ini,
bentuk persekolahan yang dimaksud dinamakan Sekolah Dasar (SD) dengan masa
belajar 9 tahun, terhitung sejak siswa berusia 6 tahun.

Konsep Pendidikan Dasar 9 tahun sepintas sama dengan konsep Pendidikan Dasar 9
tahun yang tertera pada UU Sisdiknas 2003, tetapi terdapat jelas perbedaannya.
Dalam sebuah literatur yg ditulis oleh Drs Estiko Suparjono, Panitya Tehnis Panitya
Negara Penjempurnaan Sistem Pendidikan Pantjawardana (ditulis sesuai ejaan lama-
red) pada tahun 1966, dijelaskan bahwa kebijakan Pendidikan Dasar 9 tahun
dimaksudkan untuk memberikan peluang kepada siswa yang tidak dapat meneruskan
pendidikan ke jenjang pendidikan menengah, dan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja kasar/teknisi yang banyak dibutuhkan pada saat itu, maka pendidikan 6 tahun
dianggap tidak memadai, sehingga dilakukan perpanjangan 3 hingga 4 tahun. Adapun
Pendidikan Dasar 2003 adalah sebuah konsep yang dilatarbelakangi oleh upaya
menyukseskan wajib belajar 9 tahun yang ditargetkan tercapai tahun 2009. Konsep ini
sebenarya mulai dicetuskan sejak UU Pendidikan Nasional tahun 1989, yang
dipertegas dalam PP no.27 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar. Dalam PP tersebut
jelas disebutkan bahwa Pendidikan Dasar terdiri dari dua jenjang yaitu 6 tahun SD
dan 3 tahun SLTP.Dengan demikian kita dapat berargumentasi tentang perubahan
pendidikan rendah menjadi pendidikan dasar sbb :

 Kata “rendah” memiliki nuansa penggunaan yang cenderung negatif,


misalnya untuk menyatakan lapisan masyarakat, maka dipergunakan
istilah “Masyarakat Kelas Rendah” atau Masyarakat Kelas Bawah”.
Untuk menghilangkan kesan sebagai pendidikan yang dikhususkan
untuk kelas bawah, atau menghilangkan pengelompokkan sekolah
berdasarkan sistem Belanda, maka kata “Dasar” dipakai sebagai
alternatif yang lebih mewakili pendidikan untuk seluruh rakyat tanpa
pengkelasan status.

 Selama tahun 1950~1961, berdasarkan artikel yang ditulis oleh Eugene


Mooney, menunjukkan bahwa sekitar 200 orang guru, praktisi
pendidikan dikirim ke Kentucky Univ untuk belajar tentang pendidikan
Amerika, dan terdapat pula nota kesepakatan/kerjasama antara
Kementerian Pendidikan saat itu dengan New York Univ, untuk
mengembangkan pendidikan tinggi di Indonesia. Dapat dikatakan
bahwa pada tahun-tahun tersebut konsep persekolahan di Amerika
banyak mempengaruhi penyusunan kebijakan di Indonesia. Istilah
Elementary Education, Elementary School, Junior High School dan
Senior High School, menjadi acuan untuk mengubah nama Sekolah
Rakyat atau Sekolah Rendah menjadi Sekolah Dasar atau istilah
Pendidikan Rendah (Primary Education ) menjadi Pendidikan Dasar
(Basic/Elementary Education).

 Pendidikan Rendah adalah pendidikan 6 tahun Sekolah Rakyat atau


Sekolah Rendah, sedangkan Pendidikan Dasar adalah pendidikan 9
tahun, SD dan SMP untuk menyiapkan dasar-dasar pendidikan ke
jenjang menengah.

3. A. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI ERA ORDE BARU

Era orde baru berawal dari pemerintahan orde lama dibawah kepemimpinan
Ir.Soekarno (1945-1965), yang kemudian dilanjutkan pada pemerintahan Soeharto
(1967-1998) atau lebih dikenal dengan era orde baru. Era orde baru berakhir pada
masa kepemimpinan BJ Habibie (21 Mei 1998) yang merupakan simbol dari
reformasi. 3 hal penting dalam perkembangan pendidikan sekolah dasar pada era orde
baru yaitu:

a. Perundang-undangan

Semua ketentuan perundang-undangan berdasar pada pasal 31 UUD 1945, jadi


Pendidikan Nasional merupakan produk sejarahdalam pemikiran bangsa Indonesia
untuk mewujudkan salah satu tujuan pemerintahan negara Indonesia, seperti yang
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 alenia keempat.

b. Kebijakan Strategis

Yaitu dengan pelaksanaan Pembangunan Jangka Panjang I, dengan jangka waktu


25 tahun mulai Repelita I hingga Repelita V. hal ini diarahkan pada perwujudan
komitmen nasional terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai landasan dan
tujuan akhir pendidikan.

c. Isi dan proses

 Kurikulum dan perangkat pendidikan

Isi pendidikan dasar diterapkan sekurang-kurangnya 13 bidang kajian,


yaitu ; Pendidikan Pancasila,Agama, Kewarganegaraan, bahasa
Indonesia,Membaca dan Menulis, Matematika,Pengantar Sains dan
Teknologi, Ilmu Bumi, SNSU, KTK, PenJaskes, Menggambar, dan Bahasa
Inggris.

 Pengolahan

Dengan melaksanakan program perluasan dan pemerataan kesempatan


belajar yang kita kenal Wajib Belajar SD ,yaitu :

1. Untuk daerah terpencil, dikembangkan SD Kecil dengan


menerapkanpembelajaran kelas rangkap.
2. Untuk daerah penduduk padat,dengan pembangunan 6 ruangan
untuk 6 kelas.

3. Untuk daerah normal, melalui SD Tradisional ( Konvensional), SD


Pamong, Program Kejar Paket A, SLB, SDLB, Sekolah Terpadu.

B. PERKEMBANGAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DI ERA REFORMASI

Hal- hal penting dalam perkembangan pendidikan SD di era reformasi, Yaitu:

a. Perundang-undangan

Ketentuan Perundang-undangan yaitu Pasal 31 UUD 1945, yang terjabar atas:

1. UU No.2 Thn.1989 tentang SISDIKNAS

2. UU No.20 Thn.2003 tentang SISDIKNAS

3. PPRI No.19 Thn.2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

4. PP No.32 Thn.2013 tentang SNP

Selain itu, dengan diterapkannya Paradigma desentralisasi pendidikan yang


menekankan pada otonomi daerah, melalui peran pemerintah daerah.

b. Kebijakan Strategis

Pembaharuan sistem pendidikan meliputi penghapusan diskriminasi antara


pendidikan yang dikelola pemerintah dan pendidikan yang dikelola masyarakat, sera
pembedaan antara pendidikan agama dan pendidikan umum. Ditandai dengan lahirnya
Standar Nasional Pendidikan, yang terdiri atas:

 Standar isi

 Standar Proses

 Standar Kelulusan

 Standar Pendidik dan Tenaga Pendidik

 Standar Sarana dan Prasarana

 Standar Pengelolaan

 Standar Pembiayaan

 Standar Penilaian

Selain itu berkembangnya tahapan atau go;ongan pendidikan, yaitu:

- In formal, contohnya pendidikan didalam keluarga


-Formal, contohnya pendidikan di sekolah

-Non Formal, contohnya pendidikan yang diselenggarakan oleh


masyarakat, seperti kursus.

c. Isi dan proses

1. Kurikulum dan perangkat pendidikan

Menggunakan kurikulum KTSP, dengan ketentuan sebagai berikut:

- Menggunakan pendekatan tematik untuk kelas I,II dan III, dan pendekatan
mata pelajaran untuk kelas IV,V dan VI

- Silabus dan RPP dikembangkan oleh lembaga sekolah atau guru


disesuaikan dengan kondisi tingkat satuan pendidikan.

- Mewajibkan ekstra kurikuler pramuka

- Stuktur kurkulum terdiri atas:

1. Mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Agama, PKN, Bahasa Indonesia,


Matematika, IPA, IPS, SBK, PENJASKES.

2. Muatan Lokal, Yaitu Bahasa Daerah, Bahasa Inggris

3. Pengembangan Diri

- Jam mengajar terdiri atas:

1. Kelas I :26 jam + 4 jam = 30 jam

2. Kelas II :27 jam + 4 jam = 31 jam

3. Kelas III :28 jam + 4 jam = 32 jam

4. Kelas IV :32 jam + 4 jam = 36 jam

5. Kelas V :32 jam + 4 jam = 36 jam

6. Kelas VI :32 jam + 4 jam = 36 jam

d. Pengolahan

Pengelolaan pendidikan, pengembangan dan penerapan MBS diterapkan secara


bertahap untuk mewadahi konsep si otonomi pendidkan pada tingkat satuan
pendidikan.

4. Implikasi problematika pelaksanaan sekolah dasar di Indomesia


 Pengelolaan pendidikan atau educational administration yang lebih
sesuai.

 Pendidikan guru yang bertaut pendidikan tinggi (collage).

 Pelatihan multi pelajaran yang tepat dan sesuai.

 Kemampuan memanfaatkan teknologi pendidikan yang diharapkan.

 Dana pendidikan yang harus tersedia.

5. Untuk menjawab permasalahan yang timbul dari penyelenggaraan sekolah dasar di


Indonesia, maka beberapa alternative solusi yang dapat diterapkan diantaranya:

1. Pengelolaan yang bersifat sentralisasi sudah harus beralih ke pengelolaan


deferensiasi.

2. Pengelolaan pendidikan SD harus dikelola satu atap dengan departemen


pendidikan.

3. Setiap sarjana yang memiliki pendidikan guru dapat menjadi guru SD yang digaji
minimal di ijazah yang dimiliki dan pengalaman mengajar.

4. Penyetaraan pendidikan guru SD yang mencapai S1 secara bertahap.

5. Muatan lokal dalam kurikulum SD harus mendukung sosialisasi anak di dalam


menjalani hidup.

6. In service training bagi penggunaan berbagai teknologi pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai