Anda di halaman 1dari 23

Pancasila memiliki kedudukan pokok sebagai dasar filsafat (philosophisce grondslag) atau ideologi negara

(staatsidee) yang diakui dan dilaksanakan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pancasila memuat gagasan,
norma, dan pedoman pokok tentang penyelenggaran bernegara yang paling ideal untuk mencapai tujuan
kemerdekaan Indonesia.
Melihat kedudukan pokok tersebut, berarti bahwa Pancasila merupakan dasar negara Republik Indonesia yang
mengandung nilai-nila filsafati. Oleh karena itu, nilai-nilai di dalam Pancasila merupakan pedoman normatif
sehingga setiap kegiatan penyelenggaraan negara wajib mengacu dan tidak boleh bersilangan dengan Pancasila.

Lima sila di dalam Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Kelima sila tersebut pada hakikatnya adalah
satu kesatuan tak terpisahkan, yang mengandung nilai-nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, dan nilai keadilan.

Pengakuan Pancasila sebagai dasar negara memiliki landasan yuridis formal di dalam alenia keempat
Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Juga telah ditegaskan di dalam Memorandum DPR GR 9 Juni
1996 bahwa Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa yang telah dirumuskan dan dikristalisasi oleh PPKI atas
nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Selanjutnya, Memorandum DPR GR tersebut disahkan pula oleh MPRS dengan Ketetapan No.
XX/MPRS/1966. Kemudian Ketetapan MPR No. XVIIV/MPR/1998 telah mengembalikan kedudukan Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia.

Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung beberapa pengertian yang secara garis besar
dijabarkan sebagai berikut:

Sumber Hukum Dasar Nasional

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Landasan yuridisnya termaktub dalam
Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketatapan MPR No. IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tata tertib hukum di Indonesia.
Sedangkan menurut Ketetapan MPR No. III/MPR/2000 disebutkan bahwa Pancasila merupakan sumber hukum
dasar nasional.

Alasan Pancasila dijadikan sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia, karena Pancasila bersifat
mengikat dan memaksa, serta merupakan jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila telah
disepakati sebagai norma hukum/pokok kaidah fundamental yang mempunyai hakikat dan juga kedudukan yang
kuat, tetap, dan tidak berubah.

 Cara Menanamkan Kesadaran Hukum pada Warga Masyarakat


Definisi Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum meliputi pengertian bahwa Pancasila adalah:

 Suatu dasar nilai dan norma dasar untuk mengatur pemerintahan negara.
 Sumber nilai untuk membentuk norma-norma hukum oleh negara.
 Sumber kaidah hukum negara yang mengatur NKRI beserta seluruh unsur-unsurnya secara
konstitusional.
 Sumber dasar yang memiliki kekuatan mengikat secara hukum.
 Menempati kedudukan paling tinggi dalam tata perundang-undangan di Indonesia. Segala peraturan,
undang-undang, dan hukum positif harus bersumber dan ditujukan demi terlaksananya Pancasila.
Sumber Cita-cita dan Tujuan Nasional

Bangsa Indonesia merupakan sebuah ikatan identitas kebangsaan yang mempersatukan beragam perbedaan
(kemajemukan) masyarakat Indonesia. Salah satu ciri bangsa Indonesia adalah memiliki satu ide, cita-cita,
tujuan, dan tekad untuk hidup bersama dalam negara Republik Indonesia.

Prinsip kebangsaan tersebut bersumber dari Pancasila sebagai azas persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga
dapat dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber bagi tumbuh dan berkembangnya cita-cita dan tujuan
nasional.

Fungsi Pancasila ialah sebagai pedoman utama bagi bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan berbangsa dan
bernegara, menggerakkan dan membimbing seluruh elemen bangsa dalam melaksanakan pembangunan.
Cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 pada alenia keempat adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut serta melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Sebagai dasar negara, Pancasila menjadi norma dasar atau norma tertinggi untuk mengatur penyelenggaraan dan
pemerintahan negara Indonesia. Tata cara dalam penyelenggaraan dan pemerintahan negara yang dijiwai
Pancasila meliputi tata cara pembagian kekuasaan negara, kedudukan dan fungsi seluruh lembaga negara, serta
kedudukan dan fungsi pemerintahan daerah dalam pembangunan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsep penyelenggaran negara yang sesuai Pancasila tidak menghendaki adanya pemusatan kekuasaan pada
satu orang atau satu golongan saja. Hal itu untuk menghindari timbulnya pengelolaan sistem pemerintahan yang
bersifat absolut atau otoriter. Pancasila menghendaki adanya pemisahan ataupun pembagian kekuasaan
sehingga ada fungsi kontrol dan keseimbangan di antara lembaga-lembaga pemegang kekuasaan.

Sumber Semangat Konstitusi


Pancasila sebagai dasar negara mengandung konsep dasar menyangkut gagasan, cita-cita, dan tujuan negara,
yang selanjutnya dituangkan ke dalam bentuk peraturan perundang-undangan. Segala aspek penyelenggaraan
dan fungsi negara harus berdasarkan atas Pancasila, yang artinya secara yuridis formal Pancasila telah
ditetapkan sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Sedangkan secara material, tertib hukum Indonesia
disemangati oleh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Baca Juga:

 Peran Konstitusi dalam Negara Demokrasi


 Pengertian Demokrasi
 Manfaat Kehidupan Demokrasi dalam Kehidupan Bermasyarakat
Sesuai dengan semangat Pancasila, pengertian konstitusi di Indonesia dipahami sebagai pengertian yang luas
yaitu keseluruhan aturan dan ketentuan dasar (hukum dasar). Di dalam penjelasan UUD 1945 tentang sistem
pemerintahan negara disebutkan bahwa pemerintah berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar), tidak bersifat
absolutisme (kekuasaan tak terbatas). Konstitusi yang dijiwai Pancasila berfungsi untuk:

 Mengontrol, membatasi, dan mengendalikan penyelenggaraan negara.


 Melindungi hak-hak azasi manusia (HAM).
 Menjadi pedoman penyelenggaraan negara.
 Memberikan landasan struktural dalam penyelenggaraan negara.
 Menjadi bagian dari kontrak sosial atau perwujudan perjanjian masyarakat untuk membina
pemerintahan yang mengatur mereka.

Sejarah konstitusi di Indonesia dimulai pada 18 Agustus 1945, satu hari setelah Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia, melalui sidang pertama Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Dalam sidang tersebut
dihasilkan beberapa keputusan, yang antara lain:

 Menetapkan dan mengesahkan Pembukaan UUD 1945. Bahannya diambil dari rancangan undang-
undang yang telah disusun oleh panitia perumus pada tangga 22 Juni 1945.
 Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945. Hampir seluruh bahannya diambil dari rancangan undang-
undang yang disusun oleh panitia perancang UUD pada tanggal 16 Juni 1945.
Sumber Norma Tertinggi

Pengertian norma didefinisikan sebagai pedoman perilaku untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama


dalam suatu kelompok masyarakat. Kekhasan bangsa Indonesia yang majemuk merupakan causa
materialis lahirnya Pancasila. Oleh sebab itu, nilai-nilai dan norma-norma yang terdapat pada Pancasila
merupakan kristalisasi dari nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia sejak
zaman dahulu.

Pancasila sebagai sumber norma tertinggi maksudnya bahwa norma-norma Pancasila berada pada tingkatan
tertinggi dari semua norma yang berlaku di dalam masyarakat Indonesia. Pancasila bertujuan untuk mengatur
dan mengendalikan perilaku masyarakat dalam rangka menciptakan keteraturan sosial. Atau dengan kata lain,
Pancasila menjadi panduan dalam membangun karakter bangsa melalui tatanan dan pengendali tingkah laku.
Macam-macam norma meliputi norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, norma kebiasaan, dan
norma hukum. Sedangkan tingkatan norma secara berjenjang adalah cara, kebiasaan, tata kelakuan, adat
istiadat, dan hukum
Kategori          : Fungsi dan Peranan Mahkamah Konstitusi

Kata Kunci      : tujuan dibentuknya Makhamah Konstitusi, latar belakang pembentukan Mahkamah
Konstitusi, lembaga negara Mahkamah Konstitusi

Pembahasan    :

Mahkamah Konstitusi adalah lembaga negara yang disahkan undang-undang negara Republik
Indonesia sebagai lembaga tertinggi negara didalam elemen ketatanegaraan yang merupakan
pemegang kekuasaan mutlak dalam sistem kehakiman negara yang dilaksanakan secara bersama
sama dengan pihak mahkamah agung.

Berdasarkan latar belakang sejarah pembentukan Mahamah Konsitusi pada awalnya yaitu untuk
menjalankan judicial review yang merupakan perkembangan hukum dan politik ketatanegaraan
modern.  Dari aspek politik Mahkamah Konsitusi dipahami sebagai upaya untuk mewujudkan
mekanisme check and balances antar cabang kekuasaan negara. Dari aspek hukum keberadaan
Mahamah Konsitusi merupakan konsekuensi dari  diterapkannya supremasi konstitusi.

A.    Tujuan dibentuknya Mahkamah Konstitusi dari sisi politik        :

1.      Untuk mengimbangi kekuasaan pembentukan undang-undang yang dimiliki oleh DPR dan
Presiden. Hal ini diperlukan agar undang-undang tidak menjadi legitimasi bagi tirani mayoritas wakil
rakyat di DPR dan Presiden yang dipilih langsung oleh mayoritas rakyat.

2.      Menempatkan lembaga-lembaga negara pada posisi yang sejajar. Hal ini terjadi karena terjadi
perubahan sistem ketatanegaraan yang tidak lagi menganut supremasi MPR. Perubahan ini sangat
memungkinkan dalam praktik terjadi sengketa kewenangan antar lembaga negara  yang
membutuhkan forum hukum untuk menyelesaikannya. Mahkamah Konstitusi dianggap lembaga yang
paling tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

B.     Tujuan dibentuknya Mahkamah Konstitusi dari sisi hukum        :

1.      Salah satu konsekuensi perubahan dari supremasi MPR menjadi supremasi konstitusi. Prinsip
supremasi konstitusi terdapat dalam UUD Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan bahwa kedaulatan
berada ditangan rakyat  dan dilaksanakan menurut UUD.

2.      Dapat dijadikan sebagai semangat dan kekuatan kedaulatan rakyat yang mutlak pada negara
dimana setiap warga negara akan mendapatkan jaminan rasa aman, tentram , dijaga dan akan selalu
dilindungi agar segala bentuk dari penyimpanagn yang dilakukan para penguasa pemegang
kekuasaan dapat dihindari dan ditindak lanjuti.
3.      Negara dapat mengakui dan menjamin bahwa bentuk konstitusi yang sudah ditetapkan undang
undang dapat dijadikan hukum yang paling tinggi.

4.      Sebagai aktivitas dan bentuk ketatanegaraan harus dari konsekuensi pemerintahan negara
demokrasi, alasannya agar segala sesuatu yang terkait dengan kenegaraan dan kerakyatan
hendaknya keputusannya diambil secara demokrasi dan relatif diketahui oleh seluruh rakyat
Indonesia.

5.      Mendapatkan tujuan pemberian perlindungan pada hak-hak konstitusional semua lapisan


masyarakat yang menjadi warga negara sesuai dengan undang undang yang berlaku dan
berdasarkan pancasila.

Dengan latar belakang ini, Mahamah Konstitusi Republik Indonesia dibentuk melalui
perubahan Ketiga UUD 1945 yang diatur dalam Pasal  24 ayat (2), Pasal 24C dan Pasal 7B UUD
1945.  Kemudian dibentuklah UU yang mengatur  Tentang Mahkamah Konstitusi yaitu UU Nomor. 24
Tahun 2003

Badan yang diatur dalam uud kecuali


Jawaban

KPK, KPU, KPI, BI, Kejaksaan Agung

Penjelasan:

badan tsbt diatur dalam Undang Undang bkn dlm UU


Pancasila  merupakan Ideologi dan dasar negara Indonesia. Pancasila dirancang oleh PPKI yang saat itu
dipimpin oleh Ir.Soekarno. 

Sebegai warga Indonesia yang baik, tentu kita harus menghafal, menerapkan dan mengamalkan nilai nilai
yang terkandung dalam pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah cara mengamalkan dan
menerapkan nilai-nilai pancasila...

Pancasila dirancang dan dibuat dengan perumusan yang matang, sehingga pancasila dapat menjadi dasar
negara dan patokan dalam kehidupan bermasyarakat. 
A. Contoh Pengamalan Sila Pertama "Ketuhanan Yang Maha Esa"
 Percaya dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-
masing.
 Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang
berbeda-beda.
 Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaanya.
 Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
 Memiliki sikap toleransi antar umat beragama.
 Tidak bersikap rasis terhadap pemeluk agama yang berbeda

B. Contoh Pengamalan Sila Ke-2 "Kemausiaan yang adil dan beradab"


 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
 Saling mencintai sesama manusia.
 Mengembangkan sikap tegang rasa.
 Tidak semena-mena terhadap orang lain.
 Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
 Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
 Berani membela kebenaran dan keadilan.
 Menghormati dan menghargai bangsa, golongan, atau negara lain

C. Contoh Pengamalan Sila ke-3 "Persatuan Indonesia"


 Menempatkan persatuan, kesatuan, dan kepentingan bangsa/negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan.
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa.
 Cinta tanah air dan bangsa.
 Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
 Memajukan pergaulan dan kesatuan bangsa yang ber-bhineka tunggal ika.
 Bangga menggunakan bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia
 Menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan

D. Contoh Pengamalan sila ke-4 "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan"
 Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
 Selalu mengikuti pemilihan presiden dan wakil presiden, gubernur, dan walikota.
 Tidak memaksakan kehendak orang lain.
 Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
 Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh rasa kekeluargaan.
 Dengan i'tikad yang baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
 Musyawarah dilaksanakan dengan akal sehat dan hati yang luhur.
 Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha
Esa.

E. Contoh Pengamalan Sila ke-5 "Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"
 Mengembangkan sikap dan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap kekeluargaan
dan gotong royong.

 Bersikap adil
 Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
 Senang memberi bantuan dan pertolongan terhadap orang lain.
 Bekerja keras.
 Tidak berfoya-foya dan bermewah-mewahan
 Menghormati hak-hak orang lain.
 Selalu berhemat dan tidak boros.
 Tidak berbuat hal-hal yang merugikan kepentingan umum.
 Berusaha mewujudkan "Keadilan Sosial" yang merata.
 Tidak melakukan pemerasan terhadap orang lain.
 Menghargai hasil karya orang lain.
 Menghargai hak-hak orang lain.

Kenapa Undang-undang harus disepakati oleh presiden dan DPR?


Alasan mengapa undang-undang harus disepakati oleh Presiden dan DPR adalah, karena
ketentuan dalam pengesahan sebuah undang-undang telah tercantum di dalam

Pembahasan

Pengesahan sebuah Undang-Undang telah tercantum mekanismenya di dalam Pasal 20 Ayat 1-4
Undang-Undang Dasar 1945. Bunyi pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut  

 Pasal 20 Ayat 1 “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-


undang”.
 Pasal 20 Ayat 2 “Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat
dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama”.
 Pasal 20 Ayat 3 “Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama,
rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu”.
 Pasal 20 Ayat 4 “Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui
bersama untuk menjadi undang-undang”.
Pancasila merupakan filter bagi Indonesia diera globalisasi ini. Apa maksudnya dan bagaimana

peranannya?
 
Di era globalisasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap menjaga eksistensi
kepribadian bangsa indonesia,karena dengan adanya globalisasi batasan batasan diantara negara
seakan tak terlihat,sehingga berbagai kebudayaan asing dapat masuk dengan mudah ke
masyarakat.

Tanpa Pancasila kita tidak dapat memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak
globalisasi dapat merusak moral bangsa dan eksistensi kebudayaan indonesia.
2.3
7 pilih

Maksudnya adalah, saat kita hidup di era globalisasi, kita harus tetap berpedoman pada

pancasila. Di era globalisasi, semuanya sudah serba canggih dan semua kebudayaan luar

akan dengan mudahnya masuk. Oleh karena itu kita harus tetap berpegang teguh pada

pancasila dan jangan meninggalkan kebudayaan asli Indonesia juga jangan mengikuti

kebudayaan luar negeri yang tidak sesuai pancasila dan budaya Indonesia.

Peranan pancasila :

- Dapat dijadikan sebagai dasar dan arahan dalam upaya mengatasi krisis dan disintegrasi

yang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada era globalisasi

- Untuk mengatasi dampak negatif dari globalisasi

- Untuk pedoman dalam menghadapi era globalisasi

Pengamalan sila ke 5 dalam eksploitasi sumber daya alam


 
Sila ke 5 keadilan sosial bagi Seluruh rakyat Indonesia .
pegamalan Dalam pemanfaatan sumber Daya Alam termuat Dalam pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945
ayat 2 : cabang cabang produksi yang penting dikuasai oleh negara
ayat 3 : bumi dan air kekakayaan Alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan
digunakan buat kemakmuran rakyat.
 Bunyi Pasal 26 Ayat 1 dan 2 UUD 1945 adalah (1) Yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai
warga negara. (2) Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal
di Indonesia.

Pembahasan
           Warga Negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dsb yang mempunyai kewajiban dan hak penuh serta diakui oleh Undang-Undang.

           Di Indonesia, Pengakuan status Warga negara diatur dalam Pasal 26 Ayat 1 dan 2 UUD 1945.
Berikut bunyinya :  

Pasal 26
Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.  
Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia

Sebutkan tugas dan wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945!


          Tugas dan Wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945 adalah Memilih Wakil
Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi kekosongan Wakil
Presiden, Memegang Kekuasaan Legeslatif, Mengubah dan menetapkan UUD, Melantik
Presiden dan/atau Wakil Presiden, dsb. Berikut akan kakak jelaskan lebih mendalam mengenai
tugas MPR sebelum dan sesudah amandemen UUD 1945.

Pembahasan

Tugas dan Wewenang MPR sebelum amandemen UUD 1945, adalah :  

 Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap putusan-putusan majelis.


 Membuat putusan-putusan yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga   negara yang lain,
termasuk penetapan Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pelaksanaannya ditugaskan kepada
Presiden/Mandataris.
 Meminta pertanggungjawaban dari Presiden/Mandataris mengenai pelaksanaan Garis-Garis
Besar Haluan Negara dan menilai pertanggungjawaban tersebut.
 Mencabut mandat dan memberhentikan Presiden dan memberhentikan             Presiden
dalam masa jabatannya apabila Presiden/mandataris sungguh-          sungguh melanggar Haluan
Negara dan/atau Undang-Undang Dasar.
 Menetapkan Peraturan Tata Tertib Majelis.
 Menetapkan Pimpinan Majelis yang dipilih dari dan oleh anggota.
 Mengambil/memberi keputusan terhadap anggota yang melanggar sumpah/janji anggota
 Mengubah undang-Undang Dasar.
 Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya mengangkat Presiden Wakil Presiden.
.

Tugas dan Wewenang MPR setelah amandemen UUD 1945, adalah :  

 Melantik presiden dan/atau wakil presiden.


 Memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya.
 Memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden
yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam Pemilu sebelumnya sampai
berakhir masa jabatannya, jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan.
 Memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh Presiden dalam hal terjadi
kekosongan Wakil Presiden.
 Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
 Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara
langsung melalui pemilu).
 Menghilangkan supremasi kewenangannya.
 MPR tidak lagi memiliki kewenangan untuk menetapkan GBHN.
 Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.

Hingga saat ini, Amandemen UUD 1945 telah dilakukan sebanyak 4 kali yang berlangsung selama 4
tahun berturut-turut, yakni pada 1999, 2000, 2001, dan 2002. Berikut ini isi perubahan Amandemen
UUD 1945 yang pertama:

Amandemen UUD 1945 Pertama

Amandemen UUD 1945 pertamakali dilakukan dalam Sidang Umum Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang diselenggarakan pada 14-21 Oktober 1999. Amandemen ini diterapkan terhadap
9 pasal, yakni Pasal 5, Pasal 7, Pasal 9, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, Pasal 20, dan Pasal
21.

Isi dan perubahan Amandemen UUD 1945 pertama antara lain:

PASAL 5
(1) Presiden memegang kekuasaan membentuk undang-undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat.

Diubah menjadi:

(1) Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

PASAL 7
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama masa lima tahun, dan sesudahnya
dapat dipilih kembali.

Diubah menjadi:
Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih
kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. ”

PASAL 9
(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut:

Sumpah Presiden (Wakil Presiden):


"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-
Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya
serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Janji Presiden (Wakil Presiden):


"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa". ”

Diubah menjadi:

(1) Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau
berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat sebagai berikut:
Sumpah Presiden (Wakil Presiden):
"Demi Allah, saya bersumpah akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia (Wakil
Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh Undang-
Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-lurusnya
serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa."

Janji Presiden (Wakil Presiden):


"Saya berjanji dengan sungguh-sungguh akan memenuhi kewajiban Presiden Republik Indonesia
(Wakil Presiden Republik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya, memegang teguh
Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya dengan selurus-
lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa".

(2) Jika Majelis Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat tidak dapat mengadakan
sidang, Presiden dan Wakil Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-
sungguh di hadapan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dengan disaksikan oleh Pimpinan
Mahkamah Agung.

Seri Amandemen UUD 1945:

 Isi Perubahan Amandemen UUD 1945 Pertama Tahun 1999


 Isi Perubahan Amandemen UUD 1945 Kedua Tahun 2000
 Isi Perubahan Amandemen UUD 1945 Ketiga Tahun 2001
 Isi Perubahan Amandemen UUD 1945 Keempat Tahun 2002

PASAL 13
(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.
(2) Presiden menerima duta negara lain.

Diubah menjadi:

(1) Presiden mengangkat duta dan konsul.


(2) Dalam hal mengangkat duta, Presiden memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat.
(3) Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan Dewan
Perwakilan Rakyat.

PASAL 14
Presiden memberi grasi, amnesti, abolisi, dan rehabilitasi.

Diubah menjadi:

(1) Presiden memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah
Agung.
(2) Presiden memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan
Rakyat.

PASAL 15
Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda kehormatan.

Diubah menjadi:

Presiden memberi gelar tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan yang diatur dengan undang-
undang.

PASAL 17

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


(3) Menteri-menteri itu memimpin Departemen Pemerintahan.

Diubah menjadi:

(2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


(3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.

PASAL 20
(1) Tiap-tiap undang-undang menghendaki persetujuan Dewan Perwakilan rakyat.
(2) Jika sesuatu rancangan undang-undang tidak mendapat persetujuan Dewan Perwakilan rakyat,
maka rancangan tadi tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan rakyat masa
itu.

Diubah menjadi:

(1) Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.


(2) Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk
mendapat persetujuan bersama.
(3) Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-
undang itu tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan Rakyat masa itu.
(4) Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi
undang-undang.

PASAL 21
(1) Anggota-anggota Dewan Perwakilan rakyat berhak memajukan rancangan undang-undang.
(2) Jika rancangan itu, meskipun disetujui oleh Dewan Perwakilan rakyat, tidak disahkan oleh
Presiden, maka rancangan tadi tidak boleh dimajukan lagi dalam persidangan Dewan Perwakilan
Rakyat masa itu.

Diubah menjadi:

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat berhak mengajukan usul rancangan undang-undang.

LEGISLATIF, yang bertugas membuat undang undang. Lembaga legislatif meliputi Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR),DPD, MPR.

2. EKSEKUTIF, yang bertugas menerapkan atau melaksanakan undang-undang. Lembaga eksekutif meliputi


presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang membantunya.

3. YUDIKATIF, yang bertugas mempertahankan pelaksanaan undang-undang. Lembaga yudikatif terdiri atas


Mahkamah Agung(MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan Komisi Yudisial (KY).

TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA LEGISLATIF

Lembaga Legislatif di Indonesia ini meliputi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). DPR merupakan lembaga
perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga negara. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik
peserta pemilu yang dipilih berdasarkan hasil pemilu. DPR berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang
berada di tingkat provinsi disebut DPRD provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD
kabupaten/kota.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota DPR berdomisili di ibu kota negara. Masa
jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota DPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna DPR.

Jumlah Anggota DPR/DPRD Berdasarkan UU Pemilu N0. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

1. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang;


2. Jumlah anggota DPRD provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak- banyak 100 orang;
3. Jumlah anggota DPRD kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 50 orang.

FUNGSI LEMBAGA DPR


Lembaga negara DPR yang bertindak sebagai lembaga legislatif mempunyai fungsi berikut ini :
1. Fungsi legislasi, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang.

2.Fungsi anggaran, artinya DPR berfungsi sebagai lembaga yang berhak untuk menetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

3. Fungsi pengawasan, artinya DPR sebagai lembaga yang melakukan pengawasan terhadap pemerintahan yang
menjalankan undang-undang.

HAK-HAK DPR

DPR sebagai lembaga negara mempunyai hak-hak, antara lain sebagai berikut:

1. Hak interpelasi, adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada pemerintah mengenai kebijakan
pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas bagi kehidupan masyarakat.

2. Hak angket, adalah hak DPR untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu kebijakan tertentu pemerintah
yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.

3. Hak menyatakan pendapat adalah hak DR untuk menyatakan pendapat terhadap kebijakan pemerintah
mengenai kejadian yang luar biasa yang terdapat di dalam negeri disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya
atau sebagai tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket. Untuk memudahkan tugas anggota DPR
maka dibentuk komisi-komisi yang bekerja sama dengan pemerintah sebagai mitra kerja.

DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan sebagai lembaga
negara. DPD terdiri atas wakil-wakil dari provinsi yang dipilih melalui pemilihan umum.

Jumlah anggota DPD dari setiap provinsi tidak sama, tetapi ditetapkan sebanyak-banyaknya empat orang.
Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. Masa jabatan anggota DPD adalah lima
tahun.

TUGAS DAN WEWENANG DPD


1. Dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan
pusat dengan daerah, pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

2. Ikut merancang undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dengan daerah,
pembentukan dan pemekaran, serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dan daerah.

3. Memberi pertimbangan kepada DPR yang berkaitan dengan rancangan undang-undang, RAPBN, pajak,
pendidikan, dan agama.

4. Melakukan pengawasan yang berkaitan dengan pelaksanaan undang-undang otonomi daerah, hubungan pusat
dengan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya, perimbangan keuangan pusat dengan daerah, pajak, pendidikan, dan agama.

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT (MPR)

Lembaga MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum untuk masa
jabatan selama lima tahun dan berakhir bersamaan pada saat anggota MPR yang baru mengucapkan
sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung dalam sidang paripurna MPR.

Sebelum UUD 1945 diamandemen, MPR berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara. Namun, setelah
UUD 1945 istilah lembaga tertinggi negara tidak ada yang ada hanya lembaga negara.

TUGAS DAN WEWENANG MPR

Berdasarkan Pasal 3 Ayat 1 UUD 1945 , MPR mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1. Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;


2. Melantik presiden dan wakil presiden;
3. Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut undang-undang dasar.

HAK-HAK MPR

Dalam menjalankan tugasnya, Anggota MPR mempunyai hak sebagai berikut :


1. Mengajukan usul perubahan pasal-pasal undang-undang dasar;
2. Menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan;
3. Memilih dan dipilih;
4. Membela diri;
5. Imunitas;
6. Protokoler;
7. Keuangan dan administratif.

TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA EKSEKUTIF

Lembaga Eksekutif di Indonesia meliputi presiden dan wakil presiden beserta menteri-menteri yang
membantunya. Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif yaitu mempunyai
kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan.

Di Indonesia, Presiden mempunyai kedudukan sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara. Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih
kembali hanya untuk satu kali masa jabatan.

Presiden dan wakil presiden sebelum menjalankan tugasnya bersumpah atau mengucapkan janji dan dilantik
oleh ketua MPR dalam sidang MPR. Setelah dilantik, presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan
sesuai dengan program yang telah ditetapkan sendiri.

Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dan wakil presiden tidak boleh bertentangan dengan UUD 1945.
Presiden dan wakil presiden menjalankan pemerintahan sesuai dengan tujuan negara yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945.

TUGAS DAN WEWENANG PRESIDEN

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden sebagai kepala negara
mempunyai wewenang sebagai berikut:

1. Membuat perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan dewan perwakilan rakyat.

2. Mengangkat duta dan konsul. Duta adalah perwakilan negara indonesia di negara sahabat. Duta bertugas di
kedutaan besar yang ditempatkan di ibu kota negara sahabat itu. Sedangkan konsul adalah lembaga yang
mewakili negara Indonesia di kota tertentu di bawah kedutaan besar kita.
3. Menerima duta dari negara lain

4. Memberi gelar, tanda jasa dan tanda kehormatan lainnya kepada warga negara indonesia atau warga negara
asing yang telah berjasa mengharumkan nama baik Indonesia.

Sebagai seorang kepala pemerintahan, presiden mempunyai kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan
pemerintahan negara Indonesia.

Wewenang, hak dan kewajiban Presiden sebagai kepala pemerintahan, di antaranya:

1. Memegang kekuasaan pemerintah menurut Undang-Undang Dasar

2. Berhak mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU) kepada DPR

3. Menetapkan peraturan pemerintah

4. Memegang teguh Undang-Undang Dasar dan menjalankan segala Undang- Undang dan peraturannya dengan
selurus-lurusnya serta berbakti kepada Nusa dan Bangsa

5. Memberi grasi dan rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung. Grasi adalah
pengampunan yang diberikan oleh kepala negara kepada orang yang dijatuhi hukuman. Sedangkan rehabilitasi
adalah pemulihan nama baik atau kehormatan seseorang yang telah dituduh secara tidak sah atau dilanggar
kehormatannya.

6. Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR. Amnesti adalah pengampunan atau
pengurangan hukuman yang diberikan oleh negara kepada tahanan-tahanan, terutama tahanan politik.
Sedangkan abolisi adalah pembatalan tuntutan pidana.

Selain itu, Presiden juga merupakan panglima tertinggi angkatan perang.

Adapun Wewenang Presiden sebagai panglima tertinggi angkatan perang adalah sebagai berikut:

1. Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan persetujuan DPR
2. Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR
3. Menyatakan keadaan bahaya.
TUGAS DAN FUNGSI LEMBAGA YUDIKATIF

Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang maupun memberi sanksi atas setiap
pelanggaran atasnya. Badan Yudikatif Indonesia berfungsi menyelenggarakan kekuasaan kehakiman.

Di Indonesia, kini dikenal adanya 3 badan yang berkaitan dengan penyelenggaraan kekuasaan tersebut. Badan-
badan itu adalah Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan Komisi Yudisial.

Fungsi-fungsi Yudikatif yang bisa dispesifikasikan ke dalam masalah hukum kriminal, hukum sipil
(perkawinan, perceraian, warisan, perawatan anak); hukum konstitusi (masalah seputar penafsiran kontitusi);
hukum administatif (hukum yang mengatur administrasi negara); hukum internasional (perjanjian
internasional).

– Hukum kriminal, penyelesaiannya biasanya dipegang oleh pengadilan pidana yang di Indonesia sifatnya
berjenjang, dari Pengadilan Negeri (tingkat kabupaten), Pengadilan Tinggi (tingkat provinsi, dan Mahkamah
Agung (tingkat nasional). Civil law juga biasanya diselesaikan di Pengadilan Negeri, tetapi khusus umat Islam
biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama.

– Hukum Konstitusi, kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah Konstitusi. Jika individu, kelompok,
lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang atau keputusan, upaya penyelesaian
sengketanya dilakukan di Mahkamah Konstitusi.

– Hukum Administratif, penyelesaiannya dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara, biasanya kasus-kasus
sengketa tanah, sertifikasi, dan sejenisnya.

– Hukum Internasional, tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah kendali suatu negara melainkan atas
nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

MAHKAMAH AGUNG (MA)

Mahkamah Agung merupakan lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman
merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.

Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi di negara kita. Perlu diketahui bahwa peradilan di Indonesia
dapat dibedakan peradilan umum, peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
Mahkamah Agung, sesuai Pasal 24 A UUD 1945, memiliki kewenangan mengadili kasus hukum pada tingkat
kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan
mempunyai wewenang lain yang diberikan oleh undang-undang.

Kewajiban dan Wewenang Mahkamah Agung, antara lain sebagai berikut:

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan di bawah undang-undang
terhadap undang-undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh undang-undang;

2. Mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi;

3. Memberikan pertimbangan dalam hal presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)

Mahkamah Konstitusi, sesuai Pasal 24C UUD 1945, berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir
yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang undang Dasar, memutuskan
sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-undang Dasar, memutus
pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.

Keberadaan Mahkamah Konstitusi diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

KOMISI YUDISIAL (KY)

Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang berikut ini:

1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung;


2. Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim.
3. Komisi Yudisial, sesuai pasal 24B UUD 1945, bersifat mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan
hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluruhan
martabat, serta perilaku hakim.

Anggota Komisi Yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang hukum serta memiliki
integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Anggota Komisi Yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR.

Anggota Komisi Yudisial terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap
anggota, dan tujuh orang anggota. Masa jabatan anggota Komisi Yudisial lima tahun.

Tugas muh yamin pasca proklamasi ?


Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak
tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–
1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu Ukar
Bratakusumah, Soekardi & Sakirman melalui UU No. 80 tahun 1958[5] (1958–1963), Menteri Sosial
dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Dewan Pengawas IKBN Antara (1961–1962) dan Menteri
Penerangan (1962–1963).

Setelah kemerdekaan, jabatan-jabatan yang pernah dipangku Yamin antara lain anggota DPR sejak
tahun 1950, Menteri Kehakiman (1951), Menteri Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan (1953–
1955), Ketua Dewan Perancangan Nasional; dibantu 3 Wakil Ketua, yaitu Ukar
Bratakusumah, Soekardi & Sakirman melalui UU No. 80 tahun 1958[5] (1958–1963), Menteri Sosial
dan Kebudayaan (1959–1960), Ketua Der dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh nasional
yang dulunya tergabung dalam PETA antara lain mantan presiden Soeharto dan Jendral Besar Soedirman.
Veteran-veteran tentara PETA telah menentukan perkembangan dan evolusi militer Indonesia, antara lain
setelah menjadi bagian penting dari pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan
Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik Indonesia (TRI) hingga akhirnya TNI. Karena
hal ini, PETA banyak dianggap sebagai salah sat 1943 yang antara lain berisi permohonan agar bangsa
Indonesia diperkenankan membantu pemerintahan Jepang di medan perang. Pada pembentukannya, banyak
anggota Seinen Dojo (Barisan Pemuda) yang kemudian menjadi anggota senior dalam barisan PETA. Ada
pendapat bahwa hal ini merupakan strategi Jepang untuk membangkitkan semangat patriotisme dengan
memberi kesan bahwa usul pembentukan PETA berasal dari kalangan pemimpin Indonesia sendiri. Pendapat ini
ada benarnya, karena, sebagaimana berita yang dimuat pada koran "Asia Raya" pada tanggal 13
September 1943, yakni adanya usulan sepuluh ulama: K.H. Mas Mansyur, KH. Adnan, Dr. Abdul Karim
Amrullah (HAMKA), Guru H. Mansur, Guru H. Cholid. K.H. Abdul Madjid, Guru H. Jacob, K.H. Djunaedi, U.
Mochtar dan H. Mohammad Sadri, yang menuntut agar segera dibentuk tentara sukarela bukan wajib militer
yang akan mempertahankan Pulau Jawa [1]. Hal ini menunjukkan adanya peran golongan agama dalam rangka
pembentukan milisi ini. Tujuan pengusulan oleh golongan agama ini dianggap untuk menanamkan paham
kebangsaan dan cinta tanah air yang berdasarkan ajaran agama. Hal ini kemudian juga diperlihatkan dalam panji
atau bendera tentara PETA yang berupa matahari terbit (lambang kekaisaran Jepang) dan lambang bulan
sabit dan biukannya hingga saat terakhir. Mereka semua pada akhirnya, setelah disiksa selama penahanan
oleh Kempeitai (PM), diadili dan dihukum mati dengan hukuman penggal sesuai dengan hukum militer Tentara
Kekaisaran Jepang di Eevereld (sekarang pantai Ancol) pada tanggal 16 Mei 1945.

Pembubaran PETA

Pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, berdasarkan


perjanjian kapitulasi Jepang dengan blok Sekutu, Tentara Kekaisaran Jepang memerintahkan
para daidan batalion PETA untuk menyerah dan menyerahkan senjata mereka, dimana sebagian besar dari
mereka mematuhinya. Presiden Republik Indonesia yang baru saja dilantik, Sukarno, mendukung pembubaran
ini ketimbang mengubah PETA menjadi tentara nasional, karena tuduhan blok Sekutu bahwa Indonesia yang
baru lahir adalah kolaborator Kekaisaran Jepang bila ia memperbolehkan milisi yang diciptakan Jepang ini
untuk dilanjutkan.[2][3][4]. Sehari kemudian, tanggal 19 Agustus 1945, panglima terakhir Tentara Ke-16 di Jawa,
Letnan Jendral Nagano Yuichiro, mengucapkan pidato perpisahan pada para anggota kesatuan PETA.

Peran dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia

Pemuda Indonesia dalam pelatihan di Seinen Dojo yang kemudian menjadi anggota PETA

Sumbangsih dan peranan tentara PETA dalam masa Perang Kemerdekaan Indonesia sangatlah besar. Demikian
juga peranan mantan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Beberapa tokoh yang dulunya tergabung
dalam PETA antara lain mantan presiden Soeharto dan Jendral Besar Soedirman. Mantan Tentara PETA
menjadi bagian penting pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI), mulai dari Badan Keamanan
Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Keselamatan Rakyat, Tentara Republik
Indonesia (TRI) hingga TNI. Untuk mengenang perjuangan Tentara PETA, pada tanggal 18
Desember 1995 diresmikan monumen PETA yang letaknya di Bogor, bekas markas besar PETA.

Tokoh Indonesia yang merupakan lulusan PETA antara lain:

 Jenderal Besar Sudirman (Panglima APRI)
 Jenderal Besar Soeharto (Mantan Presiden RI ke-2)
 Jenderal (Anumerta) Ahmad Yani (Mantan Menteri/Panglima Angkatan Darat)
 Soepriyadi (Mantan Menhankam Kabinaet I in absentia)
 Jenderal TNI Basuki Rahmat (Mantan Mendagri)
 Letnan Jenderal TNI Sarwo Edhie Wibowo (Mantan Komandan Kopassus)
 Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah (Mantan Wapres RI)
 Jenderal TNI Soemitro (Mantan Pangkopkamtib)
 Jenderal TNI Poniman (Mantan Menhankam)
 Letjend TNI Kemal Idris
 Letjend TNI Supardjo Rustam
 Letjend TNI GPH Djatikoesoemo (Mantan KASAD, sesepuh Zeni, pejuang kemerdekaan, putra ke-23
dari Susuhunan Pakubuwono X Surakarta, dll)

Anda mungkin juga menyukai