Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit pembuluh darah yang

menyuplai makanan dan oksigen untuk otot jantung mengalami sumbatan

(Kurniad, 2015). Penyakit jantung koroner disebabkan karena sumbatan plak pada

arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang memasok nutrisi dan oksigen ke

otot jantung atau miokard. Perubahan gaya hidup dan keadaan sosial berhubungan

dengan peningkatan gangguan ansietas dan peningkatan penyakit kardiovaskuler.

Terutama pada penderita penyakit jantung koroner (PJK) dan hipertensi.

Seseorang yang terkena penyakit jantung akan mengalami gangguan psikis seperti

ansietas dan atau depresi. Gangguan psikis seperti ansietas merupakan salah satu

factor risiko PJK. Dan dapat memperlambat penyembuhan.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan 15 dari 1.000 orang di Indonesia

mengalami PJK. Beberapa refrensi maupun penelitian adanya hubungan antara

masalah PJK dan psikososial. Pasien PJK seringkali mengalami cemas atau

ansietas. Kejadian ansietas pada pasien PJK dapat membuat penyakit malah

memburuk dan masalah tersebut dapat mempengaruhi jantung dengan

meningkatnya kebutuhan oksigen jantung dan beban kerja jantung. Ansietas

sering terjadi pada penderita PJK, berkisar antara 28-44% pada kelompok usia
muda dan 14-24% pada kelompok pasien usia lanjut (Adlirrahman

,MF.dkk,2020) . Ansietas dapat memperlambat penyembuan serta mengalami

peningkatan morbiditas atau kesakitan dan mortalitas atau kematian. Maka dari itu

perlu adanya tindakan seperti meningkatkan aktifitas fisik dengan melakukan

olahraga atau senam.

Kecemasan melibatkan perasaan takut, tegang atau panik atau pemikiran tidak

menyenangkan akan terjadi. Kecemasan merupakan hal yang penting untuk dinilai

dan ditangani pada pasien panyakit jantung, karena kecemasan seringkali disertai

dengan gejala fisik seperti nyeri dada yang mengganggu pasien (Blair dan

Ramones VA) Kecemasan menyebabkan respon sistem kardiovaskuler. Antara

lain jantung berdebar, rasa ingin pingsan, penurunan tekanan darah dan penurunan

denyut nadi.

Ansietas dapat diselesaikan dengan menciptakan lingkungan yang tenang,

temani pasien untuk mengurangi kecemasan (SIKI,2018). Pasien dengan ansietas

memiliki perasaan takut, tegang atau panik dapat diselesaikan dengan

menciptakan lingkungan yang tenang. Hal ini perlu dilakukan edukasi latihan

distraksi seperti menonton televisi, membaca . Namun, hal itu perlu menggunakan

teknik sesuai dengan tingkat energi, kemampuan seorang pasien tersebut. Temani

pasien untuk mengurangi kecemasan mendengarkan keluh kesah serta ajarkan juga

teknik relaksasi .
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut: bagaimanakah asuhan keperawatan

ansietas pada penyakit jantung koroner di RSUD Ibnu Sina Gresik?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman langsung dalam memberikan asuhan

keperawatan ansietas dengan pendekatan asuhan keperawatan ansietas pada

pasien PJK di RSUD Ibnu Sina Gresik

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan ansietas pada pasien penyakit

jantung koroner

2. Merumuskan diangnosa keperawatan ansietas pada pasien penyakit

jantung koroner

3. Menyusun rencana keperawatan ansietas pada pasien penyakit

jantung koroner

4. Melaksanakan implementasi keperawatan ansietas pada pasien

penyakit jantung koroner


5. Melakukan evaluasi keperawatan ansietas pada pasien penyakit

jantung koroner

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini,diharapkan dapat diberikan dari dua aspek yaitu

teoritis dan praktis sebagai berikut :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mendapatkan hasil secara teori sebagai berikut :

a. Hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan

medikal bedah terkhusus dalam asuhan keperawatan pada pasien penyakit

jantung koroner dengan ansietas.

b. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman sekaligus

sumber data bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan penyakit jantung koroner dengan ansietas.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan mahasiswa keperawatan untuk mencari literatur dalam

penelitian. Begitu juga dengan perpustakaan fakultas vokasi prodi

keperawatan universitas airlangga serta sebagai bukti keterlibatan

pembimbing dan pemberian asuhan keperawatan medikal bedah dengan

masalah keperawatan ansietas pada pasien penyakit jantung koroner.


1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan serta pengetahuan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien PJK dengan masalah keperawatan ansietas

b. Bagi responden dan keluarga

Menyampaikan informasi ,mengenal masalah serta menentukan

penyelesaian masalah yang dialami.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori medis

2.1.1 Pengertian

American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung koroner

adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang dapat

menyebabkan serangan jantung. Penumpukan plak ini disebut dengan

aterosklerosis (AHA, 2012 hal:14). Dimana pada proses ateroklerosis terjadi

perlemakan pada dinding arteri coroner yang terjadi sudah sejak muda sampai

usia lanjut. Gejala yang umum yaitu angine (nyeri dada) yang timbul ketika otot

jantung tidak mendapatkan suplai darah yang kaya akan oksigen dan akan

cenderung memburuk dengan aktivitas dan stress emosional (Nurhidayat.

S,2011).

Penyakit jantung koroner adalah merupakan keadaan dimana terjadi

penimbulan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri koroner

menyempit atau tersumbat. Arteri koroner, Arteri koroner merupakan arteri

yang menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak.
Terdapat beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor

genetic, usia dan penyakit penyerta yang lain (Norhasimah,2010: hal 48).

Atheroklerosis berasal dari Bahasa Yunani athae yang berarti “lunak atau

bubur”. Proses yang sangat Panjang dimulai jauh sebelum gejala muncul karena

membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertaun-tahun untik munculnya

mature plaks (Arif Mttaqin,2009). PJK terjadi ketika zat yang di sebut plak

menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung. Penumpukan plak dapat

menyababkan angina, kondisi ini menyebabkan nyeri dada dan tidak nyaman

karena otot jantung tidak mendapatkan darah yang cukup . Hal ini dapat

menyebabkan gagal jantung dan aritmia (Centers for Disease Control and

prevention, 2009).

2.1.2 Klasifikasi penyakit jantung coroner

1. Angina Pektoris Stabil / Stable Angina Pectoris

Penyakit Iskemik disebabkan ketida,seimbangan antara kebutuhan dan

suplai oksigen miokard. Dengan ditandai rasa nyeri yang terjadi jika

kebutuhan oksigen melebihi suplainya.

2. Angina Pektoris tidak stabil / Unstable Angina

Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh

disrupsi plak ateroskeltorik , ditandai dengan peningkatan frekuensi ,

intensitas dan lamanya nyeri. Angina timbul pada saat melakukan

aktivitas ringan atau istirahat


3. Angina varian prinzmetal

Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang menganggu aliran darah ke

otot jantung (Iskemia). Tipe angina ini tidak umum dan hampir selalu

terjadi bila seorang beristirahat- sewaktu tidur. Mempunyai resiko

kejang koroner jika anda mempunyai penyakit arteri coroner yang

mendasari, merokok atau menggunakan obat perangsang atau obat

terlarang. Jika kejang menjadi parah, serangan jantung bisa terjadi

4. Infark Miokard Akut

Infark miokard akut biasanya digambarkan oleh pasien dengan rasa

tidak nyaman pada dada, Infark miokard akut dibagi menjadi 2 yaitu :

a. ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (STEMI)

STEMI disebabkan karena adanya sumbatan total pada

pembuluh darah koroner yang dapat menyebabka injury pada

sel sel otot jantung. Tanda nya yaitu meningkatnya enzim pada

jantung CKMB atau Troponin,

b. Non ST Segmen Elevasi Myocardial Infraction (NSTEMI)

Pada NSTEMI sudah terjadi injury ada sel sel otot jantung.

NSTEMI terjadi pada saat angina tidak stabil tidak terdeteksi

sejak dini dan tidak ditangani dengan tepat, keluhan nya yang

dialami sama dengan angina tidak stabil.

2.1.3 Etiologi Penyakit Jatung Koroner


Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,

penyumbatan , atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan

atau penyumbatan pembulu darah tersebut dapat menghentikan aliran

darah ke otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri (Risa Hermawati,

2014: hal 2).

Efek dominan dari jantung coroner adalah kehilangan suplai oksigen ke

jantung karena aliran darah ke jantung berkurang yang disebabkan oleh

plak lemak dalam arteri. Proses pembetukan plak ini yang menyebabkan

pergeseran arteri dinamakan ateriosklerosis.

Ateriosklerosis terjadi akibat kerusakan dinding bagian dalam artheri

yaitu lapisan endothelium(Fikriana, 2018). Lapisan ini mengalami

kerusakan karena perilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat

antara lain mengkomsumsi makanan cepat saji yang mengandung kadar

lemak jenuh tinggi, merokok , minum beralkohol, kurang berolahraga dan

stress.

Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi

penimbunan plak pembuluh darah koroner, yang menyebabkan arteri

coroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan artheri

yang menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen. Factor

memicu penyakit ini yaitu gaya hidup, factor genetic, usia dan penyakit

penyerta yang lain (Norhasimah,2010: Hal 48).

2.1.4 Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner


Pada keadaan normalnya terdapat keseimbangan antara aliran darah

arteri koronaria dengan kebutuhan miokardium yang fungsinya sama

untuk menyuplai darah, oksigen dan nutrisi . penyebab timbulnya

penyakit jantung koroner yaitu adalah aterosklerosis dimana terjadinya

pembetukan atheroma (Plak) yang dapat menganggu aliran darah pada

arteri koroner.

Ateroklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi arteri yang ditandai

penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrophil, monosit dan

makrofag. Arteri paling sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan

arteri-arteri serebral (Ariesy, 2011:hal 6).

Aterosklerosis terjadi di berbagai macam usia, jenis kelamin, terdapat

factor genetic dari keluarga, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes,

kurangnya aktivitas dan diet yang kurang baik. Aterosklerosis

disebabkan oleh metabolisme lemak yang abnormal, cidera atau

inflamasi sel endotel yang melapisi arteri (LeMone, Priscilla, 2019).

Gejala yang timbul dapat menyebabkan klien penyakit jantung koroner

mengalami kecemasan. Tanda dan gejala ansietas yaitu gelisah, sulit

bernafas, tekanan darah meningkat, denyut nadi cepat. Ansietas dapat

merangsang hipotalamus untuk bekerja secara langsung, dari stimulasi

cemas dapat meningkatkan kerja saraf simpatis bagian dari saraf otonom

yang fungsinya meningkatkan frekuensi denyut jantung (Monhan, F. D.,

Sands, 2007 dalam Nuraeni , Aan, 2017).


2.1.5 Manifestasi Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner terbentuk secara perlahan dan dalam waktu

yang lama, biasanya gejala paling awal adalah nyeri dada atau angina

serta sesak napas. Angina atau nyeri dada muncul setelah melakukan

aktifitas dan hilang ketika istirahat. Angina biasanya berlangsung

selama 2-3 menit dan tidak lebih dari 10 menit.

Penyakit jantung koroner terjadi ketika plak terbentuk di arteri

koroner, yaitu arteri yang menyuplai darah kaya oksigen menuju

jantung. Plak yang terbetuk akan mempersempit arteri koroner, sehingga

menurunkan suplai oksigen bagi jantung. Terganggunya aliran oksigen

akan mengakibatkan iskemia yang dapat berkembang menjadi infark

miokard (Homoud,2008)

2.1.6 Data Penunjang Penyakit Jantung Koroner

1) Peningkatan kadar kolesterol sekitar diatas 180-300 mg/dl di

anggap meningkat dan beresiko khusus penyakit jantung koroner

2) Elektrokardiogram (EKG) : merupakan grafik yang dihasilkan

oleh alat yang merekam aktifitas listrik dari jantung biasanya

normal bila pasien istirahat terapi datar atau depresi pada segmen

ST gelombang T menujukan iskemik.


3) Enzim / izoenzim jantung : peningkatan menunjukkan kerusakan

miokard

4) Foto rontgen dada : dapat menilai ukuran dari jantung untuk

melihat ada atau tidak nya pembesaran jantung (Kardiomegali)

biasanya normal namun infliltrat mungkin menunikkan

dekompensasi jantung atau komplikasi paru

5) Analisa Gas Darah (AGD)

Mengidentifikasi dari status oksigen, keseimbangan asam- basa

dan efektifitas fungsi pernafasan (Nurhidayat.S ,2011)

2.1.7 Komplikasi Penyakit Jantung Koroner

Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh penyakit jantung koroner

sebagai berikut :

1) Syok Kardiogenik

Syok Kardiogenik dapat ditandai adanya gangguan fungsi

vertikel kiri yang mengakibatkan gangguan berat pada perfusi

jaringan dan penghantar oksigen ke jaringan yang khas pada

syok kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium

akut (Nurhidayat. S, 2011)

2) Gagal jantung Kongesif

Gagal jantung kongesif suatu keadaan dimana jantung tidak

dapat menompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolism jaringan
3) Pembentukan suatu aneurisme, pelemahan arteri. Aneurime

tersebut dapat pecah dan menimbulkan stroke apabila terkena

di pembuluh serebelum (Hartaty,18)

4) Rupture Miokard

Rupture Miokard adalah terjadinya robekan pada bagian-

bagian jantung seperti otot, dinding, septum. Penyebab

terjadinya secara spontan sebagai komplikasi dari infark

miokard akut (Widhiatmoko & Apuranto, 2012).

2.1.8 Penatalaksanaan

Intervensi yang dapat diterapkan pada pasien dengan masalah

keperawatan dengan ansietas adalah sebagai berikut (Gloria

M.Bulchek,dkk,2016) :

Monitor tanda-tanda vital

1) Monitor TD,N, RR dan S

2) Monitor sianosis sentral dan perifer

Pengurangan kecemasan

1) Gunakan pendekatan yang tenang dan manyakinkan

2) Jelaskan semua prosedur

3) Berikan informasi factual terkait diangnosis, perawatan dan

prognosis

4) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien


5) Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang memicu

kecemasan

6) Instruksikan klien untuk menggunakan Teknik relaksasi

Bimbingan antisipasif

1) Bantu klien mengidentifikasi perkembangan situasi

2) Berikan informasi mengenai harapan-harapan realistis

Teknik menenangkan

1) Pertahankan sikap yang tenang dan hati-hati

2) Kurangi stimuli yang menciptakan perasaan takut

3) Mengintruksikan klien untuk menggunakan cara

mengurangi kecemasan . Missal Nafas dalam, distraksi

visual, meditasi, mendengarkan music ,menonton TV. Jika

diperlukan
2.2 Pathway
2.3 Tinjauan teori / konsep asuhan keperawatan

2.3.1 Konsep Dasar ansietas

1) Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang

tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan

individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI,2017).

2) Faktor Risiko

a) Krisis situasional

b) Kebutuhan tidak terpenuhi

c) Faktor keturunan

d) Kurang terpapar informasi

e) Terpapar bahaya lingkungan (mis toksin, polutan dan lain-lain)

3) Kondisi klinis terkait

a) Penyakit kronis progresif (mis kanker, penyakit autoimun)

b) Penyakit akut

c) Hospitalisasi

d) Rencana operasi

e) Penyakit neurologis

2.3.2 Konsep dasar asuhan keperawatan ansietas

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari pengambilan data dalam asuhan

keperawatan. Pengkajian suatu tindakan yang ditunjukan untuk

pengumpulan informasi atau data dari proses keperawatan, Analisa data

dan diangnose keperawatan (Zaidin ali, 2009).

a. Nama / inisial

b. Umur : Biasanya terjadi pada penderita laki-laki pada usia lebih dari

40 tahun dan wanita lebih dari 50 tahun (Kemenskes

RI,2017)

c. Jenis kelamin

d. Pendidikan : Orang dengan pendidikan rendah beresiko terkena

penyakit jantung koroner karena kurangnya pengetahuan tentang

penyebab penyakit koroner terutamanya lagi dari gaya hidup.

e. Pekerjaan

2. Keluhan utama

Keluhan utama yang biasanya muncul pada pasien dengan penyakit

jantung koroner adalah (1) Nyeri pada bagian dada sebelah kiri (2) rasa

yang berat pada dada (3) nafas pendek (4) kelemahan (LeMone,

Priscilla,2019).

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengkajian riwayat penyakit sekarang dimulai dengan perawat

menanyakan tentang perjalanan penyakit sejak timbul keluhan hingga


klien meminta pertolongan dan dilakukan pengkajian saat itu. Dengan

menggunakan pengkajian PQRST.

4. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit dahulu seperti

jantung , hipertensi, diabetes (LeMone, Priscilia, 2019).

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat psikososial

Tanyakan bagaimana pandangan klien terhadap masalah yang dialaminya,

menanyakan apa yang dirasakan oleh klien misalnya seperti perasaan

marah / ketakutan, merasa tak berdaya / pasrah, ketakutan akan kematian ,

menjalani operasi dan komplikasi yang timbul, dan takut akanperubahan

gaya hidup atau fungsi peran (Nurhidayat. S, 2011).

7. Pola kesehatan sehari-hari

A Nutrisi

Tanyakan apakah ada perubahan pada pola makan seperti nafsu

makan menurun, perubahan pada berat badan, nyeri pada abdomen ,

mual / muntah. (Nurhidayat. S, 2011).

B. Istirahat

C. Aktivitas

Tanyakan apakah pasien aktivitas sebelum dan sesudah dan saat sakit.

8. Pemeriksaan fisik

A. keadaan umum klien


Pada pemeriksaan umum klien biasanya di dapat kesadaran compos

mentis , kemudian pengecekan TTV Pada klien penderita penyakit

jantung koroner dengan maslah keperawatan ansietas akan

ditemukan: klien tampak cemas/gelisah, lemah/lesu, tidak tenang,

gemetar, muka terlihat tegang, mudah tersinggung, mudah

menangis, gemetar.

B. Pemeriksaan kepala dan muka

Wajah Nampak meringis, menangis, merintih yang merupakan

respon adanya nyeri dada akibat infark miokardium. Pada klien

dengan ansietas juga ditemukan wajah terlihat pucat, tampak lemah.

C. Pemeriksaan mata

Kaji keadaan konjungtiva, seperti konjungtiva pucat karena

kurangnya suplai darah kejaringan karena kerja jantung yang

menurun, mata terlihat sayu karena gangguan padapola istirahat dan

tidur.

D. Pemeriksaan mulut dan faring

Kaji adanya sianosis pada bagian bibir atau tidak. Pada pasien

dengan ansietas akan terjadi mulut kering dan pucat sulit menelan.

E. Pemeriksaan leher

Kaji leher apakah ada pembesaran kelenjar typoid atau tidak, terjadi

pembesaran vena jugularis atau tidak.

F. Pemeriksaan Thorax
Pemeriksaan paru

a) Inspeksi : Klien terlihat sesak, frekuensi nafas lebih dari

normal

b) Palpasi : Kaji apakah focal teraba sama antara kanan dan kiri

c) Perkusi

d) Auskultasi : Kaji apakah ada suara nafas tambahan seperti

ronchi

Pemeriksaan jantung

a) Inspeksi : Keluhan nyeri pada bagian subternal atau pada

bagian atas pericardium. Penyebaran nyeri bisa meluas ke

dada. Terjadi takikardi.

b) Palpasi : denyut nadi perifer melemah

c) Auskultasi : tekanan darah biasanya turun akibat dari

penurunan volume sekuncup yang disebabkan IMA.

d) Perkusi : batas jantung tidak mengalamipergeseran (pekak).

h. Pemeriksaan abdomen

pada palpasi abdomen ditemukan nyeri tekan . auskultasi abdomen

biasanya penurunan bunyi peristaltic usus.

2. Diangnosis Keperawatan

a) Ansietas b.d ancaman kematian (Herdman, T. Heather dan Shigemi

Kamitsuru, 2018)
3. Intervensi Keperawatan

a) Ansietas b.d ancaman kematian (Herdman, T. Heather dan

Shigemi Kamitsuru, 2018)

Kriteria hasil :

1. verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

2. perilaku tegang menurun

3. perilaku gelisah menurun

4. daya konsentrasi membaik

Teknik Distraksi (1. 08247)

1) Gunakan teknik distraksi ( misal. Menonton televisi)

2) Anjurkan menggunakan teknik sesuai dengan tingkat energi,

usia serta kemampuan tingkat perkembangan.

Teknik Relaksasi (1.09326)

1) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan

berkonsentrasi

2) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan .

3) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

4) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang

dipilih.

4.Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dapat diartikan tindakan yang sudah

direncanakan dalam rencana keperawatan. Dalam pembahasan

implementasi dapat dibagi menjadi dua tindakan yaitu sebagai

berikut :

1) Tindakan mandiri : rencana keperawatan yang didasarkan pada

kesimpulan sendiri tanpa perintah kesehatan lain.

2) Tindakan kolaborasi : tindakan yang dilakukan berdasarkan hasil

keputusan bersama, contohnya seperti dokter.

5. Evaluasi keperawatan

Berfungsi untuk mengetahui sampai mana perawat dapat

memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan.

Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :

a. Tujuan pasien

b. Melihat apakah klien dapat berinteraksi

c. Membandingkan antara tujuan dengan kemampuan pasien

d. Diskusikan dengan pasien, apakah tujuan sudah tercapai atau belum.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa


sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan peneliti.
Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam penelitian yang dipilih untuk
mencapai tujuan penelitian, serta berperah sebagai alat dan pedoman untuk
mencapai tujuan tersebut (Setiadi,2013).
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kualitatif
jenis studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan, yang meliputi
pengkajian,diagnosa, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi keperawatan.
3.2 Definisi Operasional

Menurut (Sugiyono,2016) definisi operasional adalah penentuan sifat yang


dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur
1. Penyakit Jantung Koroner

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung akibat


otot jantung kekurangan darah karena adanya penyumbatan atau penyempitan
pada pembuluh darah koroner akibat kerusakan lapisan dinding pembuluh
darah (Aterosklerosis) (Dwiputra, 2018).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) biasanya berhubungan dengan plak stabil
atau tidak stabil. Plak tidak stabil akan mengumpul menjadi satu sehingga
akan menyebabkan obstruksi aliran darah dan muncul Unstbale Angina (UA).
Lepasnya plak aterosklerosis akan menyebabkan terjadinya sindrom koroner
akut (Mendis dkk, 2010).
2. Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan pada klien penyakit jantung koroner IMA


merupakan suatu proses atau tahap kegiatan dalam praktik keperawatan yang
diberikan langsung kepada klien PJK IMA dalam berbagai tatanan pelayanan
kesehatan meliputi metode askep yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-
menerus serta berkesinambungan dalam pemecahan masalah kesehatan pasien
PJK IMA.

3.3 Subyek Penelitian

Pada asuhan keperawatan ansietas pada penyakit jantung koroner infark


miokard di Ruang Gardena RSUD Ibnu Sina yang berjumlah 5 orang.

3.4 Lokasi dan Waktu


Studi kasus ini dilakukan di Ruang Gardena RSUD Ibnu Sina.

3.5 Pengumpulan Data

3.5.1 Proses pengumpulan data


Proses pengumpulan data ialah proses atau alur birokrasi perjanjian
(Setiadi,2013) dalam penelitian ini, proses pengumpulan data diawali
dengan penelitian mengajukan judul untuk penelitian kepada dosen
pembimbing. Kemudian judul penelitian tersebut diserahkan kepada
unit litbag Prodi DIII Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas
Airlangga dilanjutkan pembuatan proposal dan di ACC oleh penguji,
setelah itu akan diserahkan oleh BAPPEDA proposal peneliti ke
Ruang Gardena RSUD Ibnu Sina setelah mendapat persetujuan untuk
mendapatkan persetujuan, dilanjutkan pengambilan data dari
partisipan. Data dikumpulkan dengan cara anamnese dan bservai
langsung kepada subjek peneliti tanpa diberi nama tetapi nama diberi
kode khusus.
1.5.2 Instrumen Penelitian

Instrumen data ialah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data


dalam suatu penelitian (Nasir Abdul, 2011). Dalam penelitian ini,
instrumen yang dipakai ialah peneliti sendiri dan format asuhan
keperawatan yang berisi format pengkajian tentang intoleransi
aktivitas pada penyakit jantung koroner, diagnosa kolom intervensi,
implementasi dan evaluasi keperawatan, baik dalam bentuk catatan
perkembangan maupun evaluasi akhir.

3.6 Uji Keabsahan data

Pendekatan kualitatif mengungkap kebenerannya yang objektif. Karena


keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data, kreadibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai
(Sugiyono,2010).
Dalam memenuhi keabsahan data, peneliti ini dilakukan triangulasi dengan
sumber. Menurut Patton, trigulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu infirmasi yang didapat melalui waktu
dan alat yang beda dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2010) .

3.7 Analisis Data

Analisa data yang digunakan penelitian adalah analisa domain, setelah peneliti
melakukan analisis domain, ditemukan dominan-dominan atau kategori tertentu,
maka dari itu ditemukan masalah keperawatan intoleransi aktivitas lalu setelah
itu peneliti memilih dominan, kemudian akan ditetapkan sebagai fokus
penelitian, lalu fokus penelitian diperdalam dalam pengumpulan data dilapangan.
Pengumpulan data dilakukan secara terus menerus melalui pengamatan,
wawancara mendalam dan dokumentasi sehingga data yang terkumpul menjadi
banyak. Maka dari itu pada tahap ini diperlukan analisis lagi yang disebut dengan
analisis taksonomi.
3.8 Etik penelitian

3.7.1 Persetujuan ( Informed Consent )


Dalam melakukan penelitian sebelum mengumpulkan untuk data terlebih
dahulu memberi kepada responden, sekiranya sudah mendapat persetujuan
maka bisa ilakukan penelitian.
3.7.2 Tanpa Nama (Anonimity)
Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan nama
responden pada lembar alat ukur penelitian ini, penulis juga tidak
mencantumkan responden untuk menghindari penyalahgunaan data.
3.7.3 Kerahasiaan ( Confidentiality )
Informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti, hanya kelompok
data akhir saja yang akan ditampilakn dalam forum akademik oleh peneliti
sebagai hasil dari penelitian.

Anda mungkin juga menyukai