Contoh :
Morfem
1. Morfem bebas, yaitu morfem yang dapat berdiri sendiri dari segi makna tanpa harus
dihubungkan dengan morfem lain. Semua kata dasar tergolong sebagai morfem bebas.
2. Morfem terikat, yaitu morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dari satu makna.
Maknanya baru jelas setelah dihubungkan dengan morfem lain. Semua imbuhan (awalan,
sisipan, akhiran kombinasi awalan dan akhiran), partikel –ku, -lah, -tah dan bentuk lain
yang tidak dapat berdiri sendiri termasuk morfem terikat.
KATA
Ada dua jenis kata yang juga mengacu kepada kata benda, yaitu :
1. Pronomina : kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Contoh : mana,
kapan, Bu.
2. Numeralia : kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya orang, binatang atau barang.
Contoh : tiga, puluhaN
KATA KERJA
1. Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang dan telah. Contoh : (akan) mati.
2. Dapat diingkari dengan kata tidak. Contoh : (tidak) makan.
3. Dapat diikuti oleh gabungan kata (frasa) dengan + kata benda /kata sifat. Contoh : tulis +
dengan pena (kata benda) . menulis + dengan cepat (kata sifat).
Adalah kumpulan kata dan partikel. Lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas, yang
terdiri atas :
Adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat atau kata kerja untuk
membentuk gabungan kata depan (frasa preposional). Contoh : di kantor, sejak kecil.
Adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau dua kalimat. Contoh : –
…..antara hidup dan mati (dalam kalimat)
Adalah kata tugas yang dipakai untuk mengungkapkan seruan hati seperti rasa kagum, sedih,
heran dan jijik. Kata seru dipakai di dalam kalimat seruan atau kalimay perintah (imperatif).
Contoh : Aduh, gigiku sakit sekali! Ayo, maju terus, pantang mundur!
Adalah kata tugas yang membatasi makna jumlah orang atau kata benda. Artikel ada tiga, yaitu :
Bermakna unsur-unsur kecil dari suatu benda. Partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel
yang berperan membentuk kalimat tanya (introgatif) dan pernyataan, yaitu :
Berfungsi sebagai kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban, tetapi tetap diberi tanda
tanya.
Kata –lah dalam kalimat ini menunjukkan partikel dan harus ditulis dengan huruf kecil.
Kata –lah dalam kalimat ini menunujukkan kata hubung dan harus ditulis dengan huruf besar.
Kata –tah dalam kalimat ini merupakan serapan dari bahasa Jawa. Kalimat ini tidak
membutuhkan jawaban (retoris).
KATA KLAUSA
1. Makna leksikal /makna denotasi/ makna lugas adalah makna kata secara lepas tanpa
kaitan dengan kata lain dalam suatu struktur, misalnya kata belah dapat bermakna celah,
pecah menjadi dua sisi, dll. Makna ini biasanya digunakan dalam surat-surat resmi, surat-
surat dagang, laporan dan tulisan ilmiah agar makna menjadi pasti, sehingga tidak terjadi
salah tafsir.
2. Makna gramatikal atau makna konotasi, yaitu makna yang timbul akibat proses
gramatikal. Disebut juga makna struktural karena makna yang timbul bergantung pada
struktur tertentu sesuai dengan konteks dan situasi dimana kata itu berada.
Contoh :
Dalam kaitan dengan makna, ada istilah-istilah yang perlu kita pahami, yaitu :
1. Sinonim atau padan makna, yaitu ungkapan yang maknanya hampir sama dengan
ungkapan lain. Contoh : nasib = takdir
2. Antonim atau lawan makna, yaitu ungkapan yang maknanya kebalikan dari ungkapan
lain. Contoh : baik >< buruk.
3. Homomim, terjadi jika dua kata mempunyai ucapan yang sama, tetapi maknanya
berbeda. Contoh : mengukur (dari kukur) dan mengukur (dari ukur)
4. Homofon, terjadi jika dua kata mempunyai ucapan yang sama, tapi makna dan bentuknya
berbeda. Contoh : sangsi (ragu-ragu) dan sanksi (hukuman).
5. Homograf, terjadi jika dua kata mempunyai bentuk yang sama, tapi beda makna dan
pengucapannya. Contoh : beruang (hewan) dan beruang (mempunyai uang)
6. Hiponim, terjadi jika makna sebuah ungkapan meruapakn bagian dari makna ungkapan
lain. Contoh : merah adalah hiponim dari berwarna.
1. Meluas, jika cakupan makna sekarang lebih luas dari makna yang lama. Contoh : Putra-
Putri = anak-anak Raja (dahulu) = laki-laki dan perempuank sekarang.
2. Menyempit, jika cakupan makna dahulu lebih luas dari dari makna yang sekarang.
Contoh : sarjana = semua cendikiawan (dahulu) = gelar akademis (sekarang).
3. Amelioratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
tinggi dari makna lama. Contoh : wanita lebih tinggi nilainya daripada perempuan.
4. Peyoratif, yaitu perubahan makna yang mengakibatkan makna baru dirasakan lebih
rendah nilainya dari makna lama. Contoh : bunting diganti dengan mengandung
5. Sinestesia, yaitu perubahan makna yang terjadi karena pertukaran tanggapan dua indera
yang berlainan. Contoh : Mukanya masam
6. Asosiasi, yaitu perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Contoh : Beri dia
amplop agar urusan cepat beres.
7. Metafora, yaitu perubahan makna karena persamaan sifat antara dua objek. Contoh : Putri
malam (untuk bulan)
8. Metomini, terjadi karena hubungan yang erat antara kata-kata yang terlibat dalam suatu
lingkungan makna yang sama dan dapat diklasifikasi menurut tempat atau waktu,
hubungan isi dan kulit, hubungan antara sebab dan akibat.
Contoh : Penemuan-penemuan yang sering disebut menurut penemunya, seperti : Ohm, Ampere.