Anda di halaman 1dari 9

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI SATYABHAKTI

PERBANDINGAN KONESP HASIL PENEBUSAN DALAM KRISTUS

ANTARA SURAT EFESUS DAN KOLOSE

MAKALAH DISERAHKAN KEPADA


AMELIA KIMBERLYAAN RUBIAK, M.A..M.Th.
UNTUK MEMEBUHI PERSYARATAN MATA KULIAH
TAFSIR PERJANJIAN BARUI: SURAT-SURAT KIRIMAN PENJARA

OLEH
ANAK AGUNG BAYU SAMODRA

MALANG, INDONSIA
01 OKTOBER 2019
Perbandingan Konesp Hasil Penebusan Dalam Kristus

Antara Surat Efesus dan Kolose

Pendahuluan

Selama ini orang memahami bahwa penebusan oleh Kristus hanya memiliki efek

dengan arah “vertikal” saja, yakni antara manusia dengan Allah. Kristus menjadi korban

penghapus dosa yang sempurna bagi manusia. Selain itu, Kristus juga meredakan murka

Allah. Yesus mendamaikan Allah yang murka terhadap dosa yang sudah manusia lakukan

dengan manusia, si pelaku dosa tersebut. Kristus juga menggantikan posisi manusia. Dia

yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita

dibenarkan oleh Allah (2 Kor. 5:21). 1

Namun, apakah hanya sampai di situ saja efek dari penebusan Kristus itu ? Apakah

tidak ada dampak positif pada relasi antar manusia ? Apa pandangan Paulus tentang hasil dari

penebusan dosa, yang tertuang dalam Surat Efesus dan Kolose ? makalah ini akan

menunjukkan pandangan Paulus mengenai kondisi jemaat sebelum dan sesudah penebusan,

yang tertulis di Surat Efesus dan Kolose. Dalam makalah ini juga dibandingkan pandangan

Paulus dalam Efesus dan Kolose tentang hal tersebut.

Penulis berharap, pembaca dapat mengetahui efek dari penebusan Kristus di sisi lain,

selain secara “vertikal” saja. Selain itu, pembaca dapat mengerti konteks kota Efesus dan

Kolose yang melatarbelakangi adanya d perbedaan dalam penulisan Paulus di kedua surat

tersebut.

Pandangan Efesus Tentang Penebusan

Efesus menunjukkan bahwa orang-orang non Yahudi dulu mati karena pelanggaran-

pelanggaran dan dosa-dosa mereka. Kata “kamu” dipakai Paulus untuk menunjuk kepada

orang-orang non Yahudi. Namun tidak berhenti di sana, ayat 3 menunjukkan kondisi yang
1
Millard J. Erickson, Teologi Kristen Volume 2 (Malang: Gandum Mas,2003),491-493
sama di pihak orang Yahudi. Kata “kami” dipakai Paulus merujuk pada orang Yahudi.

Orang Yahudi ini juga pantas untuk menerima murka Allah. Kedua pihak ini pantas dimurkai

karena mereka hidup dalam nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran yang

jahat. Maksud dari “mati” di sini adalah kematian rohani mereka.

Kematian rohani mereka dijelaskan dalam 3 rencana. Pertama di level pribadi.

Kondisi mereka adalah karena adanya pelanggaran terhadap kehendak Allah, tapi juga berarti

dosa dalam pengertian umum, termasuk kegagalan dan kesalahan batin. Kedua adalah tingkat

ras. Mereka mengikuti orang-orang jaman sekarang, yang memiliki gaya hidup bertentangan

dengan kehidupan yang akan datang. Ke tiga adalah tingkat supernatural. Iblis bekerja dalam

hidup mereka. Iblis adalah sumber dari kehidupan menyimpang masa-masa ini.2

Namun karena kasih karunia Tuhan, Dia telah membangkitkan “kita” dari kematian

dan menghidupkan bersama-sama dengan Kristus di Sorga. Paulus menggunakan kata “kita”

untuk menggambarkan orang Yahudi dan non Yahudi bersama-sama. Penebusan ini adalah

murni kasih karunia Tuhan, dan bukan usaha manusia. Manusia hanya perlu menerimanya

dengan iman mereka.

Efesus menunjukkan 2 dimensi hasil penebusan, yakni perbaikan hubungan dengan

Allah dan perbaikan hubungan dengan sesamanya. Perbaikan hubungan dengan Allah

ditunjukkan dengan penggunaan istilah “beroleh jalan masuk kepada Bapa”(2:18); tempat

kediaman Allah di dalam Roh (2:22). Dan perbaikan hubungan dengan sesama ditujukkan

oleh penggunaan istilah “kamu , yang dulu jauh sudah menjadi dekat”(2:13); mempersatukan

kedua pihak dan meruntuhkan tembok pemisah (2:14); menciptakan keduanya menjadi satu

manusia baru (2:15); memperdamaikan keduanya dan melenyapkan perseteruan(2:16); dan

kita, kedua pihak dalam satu roh (2:18).

Pandangan Kolose Tentang Penebusan


2
G.C.D.Howley, ed, A New Testament Commentary. Cet. 2 ,(Michigan: Zondervan Publ. House,1969),462-463
“Kamu juga, meskipun dulu mati oleh pelanggaranmu”. Kata “pelanggaranmu” ini

dalam bahasa aslinya adalah paraptomasini. Bentuk datif dalam kata ini menunjukkan bahwa

ini adalah keadaan dan penyebab kematiannya.3 Pada bagian ini, Paulus menjelaskan tentang

kondisi mereka sebelum mereka diselamatkan. Mereka adalah manusia yang mati.

Penjelasan tentang makna kematian ini tentu tidak berbeda jauh dari pemahaman dalam kitab

Efesus.

“Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib”. Frasa ini

menunjukkan tentang pentingnya penebusan oleh Kristus. Hanya melalui penebusan ini,

manusia dihidupkan bersama-sama dengan Allah (2:12); Allah mengampuni pelanggaran

manusia (2:13); menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan hukum mendakwa dan

mengancam manusia (2:14); melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan

menjadikan mereka tontonan umum dalma kemenangan-Nya atas mereka (3:15).

“Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya” (1:20). Ini menujukkan bahwa

tujuan Tuhan adalah mengulurkan tangan-Nya untuk menghasilkan rekonsiliasi guna

mengakhiri hubungan yang tidak harmonis dan memberikan perdamaian antara manusia

dengan Allah melalui pengorbanan Yesus. Paulus bermaksud menunjukkan bahwa kematian

Yesus ini sanggup untuk memperdamaikan segala sesuatu dengan Dia, namun tentu saja ini

tidak bisa dilepasakan dari peran manusia untuk menerima tawaran dari Allah ini.4 Bagian ini

menunjukkan bahwa penebusan oleh Kristus membawa perbaikan hubungan secara vertikal,

antara manusia dengan Allah.

Persamaan

3
Feritz Rienecker dan Cleon Rogers, Linguistic Key to The Greek New Testament,(Michigan : Zondervan Publ.

House,1980),574
4
Howley, 485
Surat Efesus dan Kolose sama-sama menunjukkan kondisi manusia sebelum mereka

menerima penebusan . Efesus 2:1 mengatakan “Kamu dahulu mati...”. Kolose 2:13

mengatakan “Kamu juga, meskipun dahulu mati...” Kedua surat ini menyoroti bahwa kondisi

manusia sebelum diselamatkan adalah “mati”.

Thiessen mengatakan bahwa ada 3 macam kematian akibat kejatuhan manusia dalam

dosa, yakni kematian fisik, kematian rohani, dan kematian kekal.5 Kematian fisik merupakan

pemisahan antara unsur imaterial dan material dalam diri manusia. Manusia dari keadaan bisa

tidak mati jadi tidak bisa tidak mati. Kematian rohani merupakan terpisahnya jiwa dari

Allah.6 Memang benar bahwa natur manusia adalah menyembah pada sesuatu yang

dianggapnya memiliki kuasa di atasnya. Namun kematian ini membuat manusia tidak bisa

menyembah Allah yang benar. Tidak bisa lagi menikmati kehadiran Allah. Dilihat dari

respon Adam dan Hawa yang bersembunyi ketika Allah hadir. Dan kematian kekal adalah

puncak dari kegenapan kematian rohani. Kematian kekal adalah terpisahnya jiwa dari Allah

secara kekal.7 Ketiga kematian ini merupakan kondisi jemaat Efesus dan Kolose sebelum

mereka menerima keselamatan itu.

Selain itu, kedua surat ini menekankan akan pentingnya penebusan Dosa. Setiap surat

kiriman ditulis untuk menjawab persoalan tertentu. Artinya setiap hal yang dibahas itu

bermanfaat bagi penerima surat itu pada waktu itu. Kedua surat ini menuliskan tentang

penebusan Dosa. Artinya, pemahaman mengenai penebusan dosa dianggap penting oleh

Paulus untuk ditulis dalam kedua surat ini. Istilah-istilah yang digunakan adalah

“diselamatkan”, “diampuni”.

5
Henry C. Thiessen,Teologi Sistematika,(Malang:Gandum Mas, 1979),298
6
Ibid, 299
7
Ibid.
Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yang jahat dengan jaminan adanya harga

yang harus dibayar.8 Pembebasan adalah kata yang penting di sini. Ini menunjukkan adanya

efek positif dari penebusan itu. Sama seperti seekor anjing yang dikeluarkan dari dalam

kandangnya, pembebasan membawa kelepasan, sukacita, dan pengharapan baru. Namun

jangan lupakan mengenai “harga” tersebut. Kedua surat ini menunjukkan adanya harga yang

tidak bisa dibayar oleh usaha manusia—yang dalam PL disamakan dengan kain kotor—yakni

pengorbanan Yesus di kayu salib. Hanya kematian-Nya yang bisa menghapuskan surat

hutang yang mengancam dan mendakwa manusia.

Seperti yang sempat disinggung sebelumya, penebusan membawa suatu efek positif.

Kedua surat ini menuliskan adanya efek positif dari penebusan Kristus—meski ada perbedaan

efek positif dari kedua surat ini, yang akan dibahas dalam bab berikutnya. Surat Efesus

menunjukkan bahwa penebusan mendamaikan jemaat dengan Allah dan juga dengan sesama.

Masih dengan konsep yang sama, Surat Kolose menujukkan adanya perdamaian antara segala

sesuatu dengan diri-Nya (1:20).

Mengapa “pendamaian” begitu penting di sini ? Dosa bukanlah hal sepele. Akibat

yang pertama dari kejatuhan manusia dalam dosa adalah kerusakan total manusia9.

Kerusakan ini merambat pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk relasi dengan

Allah dan sesama. Penebusan menciptakan pemulihan hubungan ini. Artinya, penebusan

menyelesaikan efek yang paling pertama dari kejatuhan manusia dalam dosa.

Pemulihan yang sama-sama disoroti oleh kedua surat ini adalah pemulihan hubungan

dengan Allah. Efesus 2:22 mengatakan “... menjadi tempat kediaman Allah” dan Kolose 1:19

mengatakan “... memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya”. Sudah sempat

disinggung sebelumnya, efek dosa adalah rusaknya natur manusia dalam segala aspek

termasuk dalam relasi dan kematian rohani manusia, yakni keterpisahan jiwa dengan Allah.

8
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 2:M-Z,(England:Inter-Varsity Press),456
9
Louis Berkhof,Teologi Sistematika: Doktrin Manusia,(Indonesia: Lembaga Reformed Injili Indonesia,1994),95
Perjanjian Lama menyajikan cara Allah membawa manusia, khususnya bangsa Israel, ke

dalam relasi yang baik dengan Allah melalui peraturan-peraturan yang diberikan. Namun

bangsa Israel menyalahartikan hal ini. Mereka tidak menemukan makna dari pemberian

peraturan itu, malahan terjebak dalam fokus yang salah pada detail peraturan itu. Harus ada

intervensi Allah secara langsugn untuk menjelasakan makna dari pemberian peraturan-

peraturan itu. Penebusan oleh Kristus menjawab permasalahan ini. Kristus mendamaikan

manusia dengan Allah.

Perbedaan

Surat Efesus menunjukkan adanya efek positif yang lain dari penebusan oleh Kristus,

yakni diperdamaikan dengan sesama. “Sesama” di sini merujuk pada jemaat Yahudi dan non-

Yahudi. Jemaat Efesus yang dulunya “jauh” sekarang sudah menjadi “dekat”, Kristus telah

mempersatukan kedua pihak dan merobohkan tembok pemisah, Kristus telah menciptakan

keduanya menjadi satu manusia baru, memperdamaikan keduanya, Kristus memberitakan

eirene kepada mereka yang “jauh” dan “dekat”, kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan

masuk, “kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga”, dan

anggota-anggota keluarga Allah.

Hal ini terjadi karena tujuan Paulus mengirimkan surat ini bukan hanya kepada satu

jemaat saja, namun kepada jemaat-jemaat di sekitar kota Efesus. Kata jemaat dalam Efesus

ini bersifat universal. Paulus menjelaskan kepada bangsa-bangsa lain mengenai misteri

tentnag tubuh Kristus.10 Selain itu, surat ini menggambarkan Paulus diutus untuk menyatukan

orang Yahudi dengan bukan Yahudi di gereja sementara Paulus yang ada dalam sejarah itu,

ditunjukkan, memandang dirinya sebagai rasul untuk orang-orang bukan Yahudi.

Kolose tidak membahas mengenai efek penebusan bagi persatuan gereja. Terlihat di

sini hanyalah hubungan vertikal saja dari hasil penebusan itu. Ini karena Kolose hanya

10
Merril C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 1992),394
membahas tentang keunggulan Kristus. Sepanjang surat ini, dapat dirasakan suatu pembelaan

terhadap pemahaman mereka mengenai Kristus

Lantas apa yang melatarbelakangi hal ini ? Adanya pengajar-pengajar sesat dan

filsafat yang berkembang pada masa dan daerah itu lah yang melatarbelakangi pemikiran ini.

Pengajar sesat ini merendahkan martabat Kristus sebagai Tuhan. Mereka mengajarkan bahwa

Kristus hanyalah permulaan. Mereka mungkin membicarakan Kristus dengan kata-kata yang

ramah, namun akhirnya menganggap Kristus hanyalah ciptaan. Mereka menganggap Dia

lebih rendah dari Allah dan bukan Allah. Filsafat yang berkembang mengandung unsur

Helenistik: hikmat dan pengetahuan., mungkin sumbernya dari budaya Yunani, atau

barangkali melakukan asketisme dan “kepenuhan”. Mungkin juga adanya pengaruh ajaran

dari para penatua. Orang Yahudi tidak menyembah malaikat, namun mereka sangat ingin

melakukannya. Oleh karena itu, yang terbaik ialah memahami bahwa pengajaran yang

beredar di Kolose pada waktu itu adalah campuran pemikiran Yunani dan Yahudi.

Kesimpulan

Kedua kitab ini memiliki persamaan dan perbedaan dalam konsep mengenai

penebusan oleh Kristus . Surat Efesus dan Kolose sama-sama menunjukkan posisi jemaat

sebelum mereka menerima keselamatan itu, yakni “Mati”. Kematian fisik, rohani, dan

mungkin kekal adalah bagian dari jemaat itu sebelum mereka ditebus. Selain itu, kedua surat

ini juga menekankan pentingnya penebusan Kristus. Pemberian Cuma-Cuma dari Tuhan ini

menjawab persoalan mendasar manusia. Penebusan ini memberikan kebebasan bagi manusia.

Mereka memiliki pemulihan hubungan dengan Allah dan dengan sesama.

Perbedaan dari hasil penebusan disebabkan oleh tujuan yang berbeda dari kedua surat

itu. Surat Efesus dikirim kepada jamaat secara universal, untuk orang Yahudi dan non

Yahudi sehingga surat ini menunjukkan adanya pemulihan antar sesama. Namun, karena di
Kolose ada serangan mengenai keilahian Kristus dan filsafat yang menyesatkan, surat ini

dibuat untuk mengagungkan Kristus. Ini membuat pemikiran “vertikal” mengisi sepanjang

surat ini dan berimbas pada hasil penebusan yang hanya pemulihan secara vertikal, yakni

antara jemaat dengan Allah.

BIBLIOGRAFI

Berkhof,Louis. Teologi Sistematika: Doktrin Manusia.Indonesia: Lembaga Reformed Injili Indonesia.1994

Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid 2:M-Z. England:Inter-Varsity Press

Erickson, Millard J.. Teologi Kristen Volume 2. Malang: Gandum Mas.2003

Howley, G.C.D. ed. A New Testament Commentary. Cet. 2 .Michigan: Zondervan Publ. House.1969

Rienecker, Feritz dan Cleon Rogers. Linguistic Key to The Greek New Testament. Michigan : Zondervan Publ.

House.1980

Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.1992

Thiessen, Henry C.. Teologi Sistematika. Malang:Gandum Mas.1979

Anda mungkin juga menyukai