Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dunia saat ini menghadapi Revolusi Industri 4.0 dimana semua negara

berkembang dan negara maju saling bersaing menghasilkan penemuan baru

yang bermanfaat bagi kemajuan peradaban manusia. Penguasaan soft skill

atau kemampuan yang bersifat afektif dan psikomotorik juga memiliki peran

yang sangat penting dalam kemajuan jaman (Kurniawan, 2020). Pendidikan

yang terdapat di dunia saat ini sedang memasuki kemajuan yang sangat

pesat, dimana semua sumber daya manusia harus berkembang mengikuti

perkembangan jaman. Era yang berkembang saat ini dilihat dari kemajuan

perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat bergantung pada

kemajuan pendidikan di dunia.

Banyaknya penggunaan teknologi dalam berbagai aspek, baik mobil

listrik, penemuan terbaharukan bahkan penggunaan robot dalam segala aspek

menentukan perkembangan negara saat ini. Berbeda dengan pendidikan di

Indonesia yang masih jauh dari kata maju jika dibandingkan dengan negara

lain. Hal tersebut dilihat dari masih jauhnya peringkat Indonesia di PISA

(Programme for International Student Assessment) 2018. Indonesia

mendapat peringkat ke-74 dari 79 negara bahkan berada dibawah Thailand.

Rata-rata kemampuan membaca negara yang tergabung dalam The

Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)

memiliki skor 487. Sementara kemampuan matematika berada di skor 379


dengan posisi 73 dan kemampuan sains dengan skor 396 di posisi 71. Dapat

dikatakan nilai membaca, matematika dan sains yang sangat rendah.

Rendahnya peringkat PISA (Programme for International Student

Assessment) dapat terlihat dari masih banyaknya permasalahan pendidikan di

Indonesia saat ini. Masalah pendidikan di Indonesia seperti sering

berubahnya kurikulum yang membuat pendidik harus terus beradaptasi,

sarana dan prasarana yang kurang memadai, kualitas pendidik yang kurang

baik, dana pendidikan yang kurang merata dan banyak masalah lain. Dari

nilai Matematika di PISA yang masih rendah menunjukkan bahwa di

Indonesia matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit dipahami

oleh peserta didik. Oleh sebab itu banyak hal yang telah dilakukan oleh

pemerintahan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada. Salah

satunya adalah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Penyelenggaraan pendidikan disekolah diwujudkan dalam bentuk

interaksi proses pembelajaraan yang melibatkan guru sebagai pendidik dan

siswa sebagai peserta didik. Berdasarkan Undang-Undang Republik

Indonesia No. 20 tahun 2003 BAB X pasal 37 ayat (1) tentang Sistem

Pendidikan Nasional menyatakan bahwa,

Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat : a)


Pendidikan agama; b) Pendidikan kewarganegaraan; c) Bahasa; d)
Matematika; e) Ilmu pengetahuan alam; f) Ilmu pengetahuan
sosial; g) Seni dan budaya; h) Pendidikan jasmani dan olahraga; i)
Keterampilan/kejuruan; dan j) Muatan local.

Dari berbagai mata pelajaran pendidikan dasar dan menengah diatas

yang paling dirasa sulit bagi kebanyakan siswa adalah matematika. Bukan

hanya rendahnya nilai matematika di PISA melainkan dapat dilihat dari


rendahnya nilai UN matematika yang didapat siswa setiap tahunnya. Walau

UN bukan lagi penentu kelulusan namun nilai Ujian Sekolah Matematika

siswa masih banyak yang rendah bahkan nilai dibawah KKM. Seperti data

nilai Matematika di SMP Negeri 2 Cikarang Timur Tahun 2016 sampai tahun

2019 sebagai berikut :

Grafik 1
Nilai Matematika SMP Negeri 2 Cikarang Timur
(sumber: https://hasilun.puspendik.kemdikbud.go.id )

Pada nilai matematika SMP Negeri 2 Cikarang Timur mengalami

penurunan yang signifikan di tahun 2018. Pada tahun 2017 dan 2018

mengalami penurunan yang siginifikan di wilayah kabupaten dan penurunan

setiap tahunnya pada wilayah provinsi dan nasional. Dari grafik diatas

diambil kesimpulan bahwa Matematika di SMP Negeri 2 Cikarang Timur

masih sangat rendah. Selain dari data nilai UN dari tahun ke tahun, hasil

tanya jawab maupun observasi dapat diketahui bahwa rendahnya nilai

matematika dari sulitnya peserta didik dalam memahami matematika,

memahami konsep tiap materi maupun dalam pemecahan masalah soal-soal

Matematika yang dihadapi. Peserta didik terbiasa menghapal rumus dan

bekerja sama dalam mengerjakan soal yang diberikan oleh guru.


Berdasarkan Depdiknas (Annajmi,2016:1) tujuan pembelajaran

matematika untuk satuan pendidikan dasar dan menengah agar siswa

memiliki kemampuan, yaitu:

(1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan


antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2)
Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang,
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol,
table, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah dan (5) Memiliki sikap saling menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Rendahnya pemahaman konsep matematika siswa dapat terjadi karena

beberapa faktor, seperti faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

contohnya faktor jasmaniah, seperti faktor kesehatan dan cacat tubuh; faktor

psikologis, seperti minat, bakat, perhatian, IQ, EQ, SQ, kreatifitas, kesadaran

diri, intelegensi, self efficacy dan motivasi. Faktor eksternal contohnya faktor

keluarga, seperti cara orang tua mendidik dan latar belakang ekonomi

keluarga; faktor sekolah, seperti proses mengajar, relasi guru dengan siswa,

disiplin, keadaan gedung dan alat pelajaran; faktor masyarakat, seperti

kegiatan siswa dalam masyarakat dan teman bergaul.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, rendahnya pemahaman konsep

matematika siswa sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran didalam

kelas yang masih didominasi oleh guru sebagai pemberi materi dan siswa

sebagai penerima materi, siswa lebih banyak melihat dan mencatat


penjelasan materi oleh guru tanpa terlibat secara langsung dalam menemukan

dan memahami konsep materi yang dipelajari. Sebagai akibatnya, Self

Efficacy dan kesadaran diri peserta didik menjadi sulit ditumbuhkan, serta

pola belajar cenderung menghafal rumus tanpa memahami kembali isi materi

matematika tersebut. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Syaiful (Mulyono,

dkk., 2017: 11) yang menyatakan bahwa,

salah satu faktor penyebab kurangnya kemampuan pemahaman


konsep matematika siswa adalah faktor kebiasaan belajar, siswa
hanya terbiasa belajar dengan cara menghafal, cara ini tidak
melatih kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
yang merupakan akibat dari model pembelajaran konvensional.

Self Efficacy (Efikasi diri) merupakan keyakinan seseorang akan

kemampuannya dalam mengelola dan menjalankan suatu kegiatan yang

dibutuhkan untuk mengatasi situasi yang terjadi sehingga siswa yang

mempunyai Self Efficacy (Efikasi diri) yang tinggi akan menjadikan dirinya

lebih percaya diri untuk bisa memecahkan masalah matematika dan akan

melakukan usaha maksimal agar dirinya mampu memecahkan dan

menyelesaikan suatu masalah. Semakin tinggi efikasi dalam dirinya semakin

tinggi pula motivasi siswa untuk bisa dengan mudah memecahkan masalah.

Berbeda dengan siswa yang mempunyai Self Efficacy (Efikasi diri)

rendah akan melakukan cara–cara negatif untuk memecahkan masalah

matematika, karena tidak mempunyai rasa percaya akan kemampuannya dan

tidak mau melakukan usaha maksimal. Sehingga mendorong siswa untuk

melakukan kecurangan dengan melakukan hal-hal yang tidak terpuji dan

merugikan diri sendiri seperti mencontek. Selanjutnya Istiyani (2009)

mengungkapkan hal yang paling penting dalam kegiatan pembelajaran


adalah kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan kemauan dan kesadaran

dari dalam diri sendiri sehingga peserta didik akan lebih mempunyai

semangat yang luar biasa dalam belajar.

Selanjutnya kesadaran diri merupakan alternatif untuk memaksimalkan

kegiatan pembelajaran pada peserta didik, karena kesadaran merupakan

modal penting bagi peserta didik dalam memperoleh pengetahuan dan

pendidikan (Nurulia, 2016). Dengan demikian kesadaran diri merupakan

suatu kekuatan yang terdapat pada pikiran untuk menambahkan pemahaman

atau pengalaman jika dioptimalisasikan akan dapat menghasilkan

pengetahuan baru. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Self Efficacy

terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ditinjau dari

Kesadaran Diri Peserta Didik”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah, diantaranya sebagai berikut :

1. Bagaimana kemajuan perkembangan teknologi saat ini ?

2. Apakah nilai membaca, matematika dan sains di Indonesia yang sangat

rendah ?

3. Bagaimana permasalahan pendidikan di Indonesia ?

4. Apakah matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit

dipahami oleh peserta didik ?

5. Bagaimana pemerintahan menyelesaikan permasalahan pendidikan ?


6. Apakah pendidikan disekolah diwujudkan dalam bentuk interaksi proses

pembelajaraan yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai

peserta didik ?

7. Apakah tujuan pendidikan saat ini sudah tercapai dengan baik

disekolah ?

8. Bagimana tingkat pemahaman konsep matematika peserta didik ?

9. Apakah semakin tinggi efikasi dalam dirinya semakin tinggi pula

motivasi siswa untuk bisa dengan mudah memecahkan masalah ?

10. Bagaimana jika Self efficacy (Efikasi diri) yang rendah dalam

memecahkan masalah matematika ?

11. Bagaimana peranan guru dalam kemampuan pemahaman konsep

matematika peserta didik dalam proses pembelajaran matematika ?

12. Sebutkan faktor-faktor penyebab rendahnya kemampuan pemahaman

konsep matematika ?

13. Apakah kesadaran diri merupakan alternatif untuk memaksimalkan

kegiatan pembelajaran pada peserta didik ?

14. Apakah ada pengaruh langsung antara self efficacy terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematika ?

15. Apakah ada pengaruh langsung antara kesadaran diri terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika ?

16. Apakah terdapat pengaruh self efficacy terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematika yang ditinjau dari kesadaran diri peserta

didik ?
C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tidak semua

masalah yang ada akan dapat diteliti. Batasan masalah diperlukan dalam

penelitian ini agar penelitan ini lebih terarah dan tidak menjadi perluasan

kajian mengingat luasnya permasalahan yang ada. Penelitian ini dibatasi

oleh:

1. Pengaruh self efficacy yang akan diambil dari angket skala sikap efikasi

peserta didik di dalam pembelajaran matematika.

2. Pengaruh kesadaran diri yang akan diambil dari angket skala sikap

kesadaran diri peserta didik.

3. Pemahaman konsep matematika yang akan diambil dari hasil tes peserta

didik materi Bangun Ruang Sisi Datar di SMP Negeri 2 Cikarang Timur

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan

masalah di atas, penelitian dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh self efficacy dan kesadaran diri secara

bersama-sama terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika

peserta didik?

2. Apakah terdapat pengaruh self efficacy terhadap kemampuan

pemahaman konsep matematika peserta didik?

3. Apakah terdapat pengaruh kesadaran terhadap kemampuan pemahaman

konsep matematika peserta didik?


E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari

penelitian ini diantaranya, yaitu untuk mengetahui secara empiris :

1. Pengaruh self efficacy dan kesadaran diri secara bersama-sama terhadap

kemampuan pemahaman konsep matematika peserta didik ?

2. Pengaruh self efficacy terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematika peserta didik ?

3. Pengaruh kesadaran diri terhadap kemampuan pemahaman konsep

matematika peserta didik ?

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan sebagai:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika. Adapun

kegunaannya, yaitu:

a) Memberikan masukan kepada guru disekolah tempat penelitian yang

dapat digunakan sebagai upaya peningkatan proses pembelajaran.

b) Memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan yang

ada kaitannya dengan upaya peningkatan proses pembelajaran.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga bermanfaat dari segi praktis, yaitu:


a) Bagi Peserta Didik:

Diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam belajar

matematika sehingga siswa lebih mudah memahami konsep

matematika dengan baik dan menyenangkan sehingga meningkatkan

self efficacy dan kesadaran diri peserta didik.

b) Bagi Guru:

1) Dapat digunakan sebagai salah satu alternatif bagi guru SMP

untuk mengajarkan konsep matematika yang lebih mudah

dipahami oleh peserta didik.

2) Secara bertahap, guru dapat mengetahui dan mengaplikasikan

model pembelajaran matematika yang bervariasi agar dapat

memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan

yang terbaik bagi peserta didik.

c) Bagi Sekolah :

1) Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka

perbaikan proses pembelajaran untuk dapat meningkatkan

prestasi peserta didik.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

untuk memajukan sekolah.

d) Bagi Peneliti :

1) Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pengaruh

self efficacy terhadap pemahaman konsep matematika ditinjau

dari kesadaran diri peserta didik.


2) Dapat dijadikan bekal bagi mahasiswa calon guru matematika

untuk siap melaksanakan tugas sesuai dengan kebutuhan yang

ada di lapangan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi menjadi beberapa bab, yang masing-masing

bab terdiri dari sub bab, yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan

sistematika penulisan

BAB II : LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Bab ini meliputi landasan teori, hasil penelitian relevan, kerangka berpikir

dan hipotesis penelitian.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini meliputi tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan

sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini meliputi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian

hipotesis penelitian, pembahasan hasil penelitian.

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini meliputi simpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai