COVID-19 berpotensi mempengaruhi banyak orang di berbagai negara. Virus ini tidak lekat
dengan etnis, kebangsaan atau agama tertentu. Untuk mengurangi menyebaran yang begitu
cepat, Social distancing (menjaga jarak dari orang lain demi kebaikan bersama) yaitu anjuran
berdiam di rumah dapat memutus penyebaran virus corona. Ketidaknyamanan psikis dapat menjadi
dampak dari kebijakan pemerintah ini. Situasi baru dan ketidak pastian akan meningkatkan
kewaspadaan seseorang sampai tahap yang wajar agar orang tersebut siap beradaptasi. Namun bila
rasa cemas atau was-was berlebih muncul dapat menyebabkan penurunan fungsi dan masalah baru.
KECEMASAN pada masyarakat tehadap COVID tampak dari perilaku seperti: memborong
masker, sanitizer, sembako, banyak orang menggunakan masker di tempat-tempat umum, dll. Rasa
cemas adalah reaksi emosi yg wajar yang disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak diharapkan yang
diasumsikan dapat menimbulkan bahaya.
Rasa cemas akan memberikan respon pada tubuh untuk cepat melakukan perlindungan
dalam menjamin keamanan. Reaksi emosi cemas nersifat positif apabila dirasakan dan direspon
sewajarnya. Tetapi apabila direspon secara berlebihan atau reaktif maka dapat menyebabkan suatu
“gangguan cemas” (ANSIETAS), yang ditandai dengan gejala-gejala : khawatir, gelisah, panik, takut
mati, takut kehilangan kontrol, jantung berdebar lebih kencang, nafas sesak, pendek, berat, perut
mual, kembung, diare, kepala pusing, berat, terasa ringan, kulit terasa gatal, kesemutan, otot otot
terasa tegang dan nyeri serta adanya gangguan tidur.
Guna menyikapi hal ini terdapat beberapa tips yang dapat dilakukan oleh masyarakat antara lain :
Membantu orang lain dalam waktu yang dibutuhkan dapat bermanfaat. Misalnya, memeriksa
keadaan keluarga atau orang-orang di komunitas Anda melalui telepon dan sosial media yang
mungkin membutuhkan bantuan tambahan atau dukungan.
Penerimaan munculnya kecemasan atau perasaan lain dalam diri, akan membantu mengelola
perilaku. Penolakan perasaan yang muncul justru akan membuat perasaan itu semakin besar dan
tidak terkontrol.
Tidur teratur, aktivitas fisik yang bisa dilakukan dalam ruangan, cuci tangan berkala, relaksasi,
menghirup udara segar di pekarangan atau balkon, dan makan makanan bergizi merupakan aktivitas
yang dapat bermanfaat untuk menjaga imunitas tubuh
Hindari laporan media atau broadcast chat yang sumbernya tidak jelas dan cenderung
mengkhawatirkan. Cari sumber yang terpercaya seperti situs web WHO atau dinas kesehatan
setempat atau Kementerian Kesehatan RI. Jangan ikut menyebarkan informasi yang belum pasti
Gunakan cara-cara yang sebelumnya efektif untuk mengatasi kesulitan hidup anda.
Sebisa mungkin batasi penggunaan gadget dan alihkan dengan aktivitas seperti : a.) Bermain
boardgame; b.) Bermain dengan keluarga; c.) Membaca buku; d.) Menonton film; e.) Relaksasi; f.)
Menulis; g.) Memasak; h.) Menata rumah; i.) Menata taman rumah; j.) Mendengarkan musik; k.)
Berdoa. Lakukan aktivitas yang membantu anda untuk fokus terhadap saat ini (Here and Now).
Setiap anak punya cara mereka sendiri untuk mengekspresikan emosi. Terkadang terlibat dalam
aktivitas kreatif, seperti bermain, dan menggambar dapat memfasilitasi proses ini. Anak-anak
merasa lega jika mereka dapat mengekspresikan dan berkomunikasi dengan mereka perasaan di
lingkungan yang aman dan mendukung.
Orang dewasa yang lebih tua, terutama dalam isolasi dan mereka yang mengalami penurunan
kognitif / demensia, bisa menjadi lebih cemas, marah, stres, gelisah, dan ditarik selama wabah / saat
di karantina. Berikan dukungan praktis dan emosional melalui jaringan informal (keluarga) dan
kesehatan profesional.
Silahkan mencari pertolongan profesional apabila anda merasa terdapat gangguan yang bermakna
dalam sehari – hari. Kami siap memberikan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial karena wabah
COVID-19
REFERENSI :
Source : http://www.rstmc.co.id/rstmc/index.php/dokter/artikel-kesehatan/225-siap-mental-
menghadapi-covid-20