Anda di halaman 1dari 17

1.

Poros
Poros adalah suatu bagian stasioner yang berputar, biasanya berpenampang
bulat diameter pasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pully, flywheel, engkol,
sprocket dan elemen pemindah lainnya. Poros bias menerima beban lentur, beban
tarikan, beban teka atau beban puntur yang bekerja sendiri-sendiri atau berupa
gabungan satu dengan lainnya.

A. Fungsi Poros

Poros dalam sebuah mesin berfungsi untuk meneruskan tenaga bersama sama
dengan putaran. Setiap elemen mesin yang berputar, seperti cakara tali, puli sabuk mesin,
piringan kabel, tromol kabel, roda jalan dan roda gigi, dipasang berputar terhadap poros
dukung yang tetap atau dipasang tetap pada poros dukung yang berputar. Contohnya
sebuah poros dukung yang berputar, yaitu poros roda keran pemutar gerobak.

B. Macam-macam Poros
A. Berdasarkan pembebanannya
1. Berdasarkan Pembebanannya
a. Poros Transmisi

Poros Transmisi (transmission shaft) atau sering hanya disebut dengan poros
(shaft) digunakan pada mesin rotasi untuk metransmisikan putaran dan rotasi dari satu
lokasi kelokasi yang lainnya. Poros mentransmisikan torsi dan driver (motor atau
engine) ke driven. Komponen mesin yang sering digunakan bersamaan dengan poros
adalah roda gigi, puli dan sprocket. Transmisi torsi antar poros dilakukan dengan
pasangan roda gigi, sabuk atau rantai. Poros bisa menjadi satu dengan driver, seperti
pada poros motor dan engine crank shaft, bisa juga poros bebas yang dihubungakan
ke poros lainnya dengan kopling. Sebagai dudukan poros, digunakan bantalan.
b. Poros Spindle

Poros Spindle adalah poros tranmisi yang relative pendek, seperti poros utama
mesin perkakas, dimana beban utama berupa puntiran, disebut spindle. Syarat yang
harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya yang harus kecil, dan bentuk serta
ukuran haruslah teliti.
1

Gambar 2. Poros Spindle

c. Gandar

Gandar adalah poros yang tidak mendapatkan beban punter, bahkan kadang
kadang tidak boleh berputar. Contohnya seperti yang terpasang diantara roda-roda
kereta barang dll.
Gandar

Gambar 3. Gandar
B. Berdasarkan Bentuknya
1) Poros Lurus dan Bertingkat
Misalnya poros baling-baling kapal, poros generator listrik dan lain-lain.
2) Poros Engkol
Misalnya, poros motor-motor torak (motor bakar), poros kompressor torak dan lain lain.
3) Poros Flexibel
Poros-poros yang dapat dibengkokkan kesegala arah misalnya poros-poros untuk alat-alat
finishing logam, poros semacam ini umumnya dibuat dari jalinan kawat baja yang dapat
berputar suatu selubung baja, yang juga fleksibel
4) Poros dengan Bentuk Khusus
Misalnya poros nok, poros-poros pengatur otomatis pada mesin-mesin otomatis dan lain-
lain.
C. Berdasarkan Arah Gaya yang Bekerja Pada Poros
1. Poros Radial
Poros yang arah kerja gayanya tegak lurus dengan sumbu poros. Misalnya poros gerbong
kereta api 
2. Poros Aksial
Arah gaya yang bekerja menurut arah sumbu poros, misalnya poros baling-baling kapal,
poros ulir, dan poros yang lainnya
3. Poros Aksial – Radial
Arah gaya yang bekerja adalah aksial – radial. Misalnya poros transmisi, roda gigi tirus,
roda gigi cacing dan lain-lain

D. Berdasarkan Penampang Melintang Bahan


1. Poros Berlubang (Poros Bolong)
Misalnya poros-poros kilang, poros transmisi beban dan lain-lain
2. Poros Pejal
Umumnya poros ukuran kecil dan sedang

C. Hal-Hal yang penting Dalam Perencanaan Poros


1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara
puntir dan  lentur seperti telah diutarakan diatas. Juga ada poros yang dapat beban tarik atau
tekan seperti poros baling-baling kapal atau turbin dan lain-lain .
2. Kekakuan Poros
Meskipun poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi
puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau
getaran dan suara (misalnya pada turbin dan kotak roda gigi). Karena itu samping kekuatan
poros, kekakuan juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesini yang akan
dilayani poros tersebut.
3. Putaran Kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikan pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran
yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin,
motor torak, motor listrik, dan lain-lain. Dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan
bagian-bagian lainnya. Jika mungkin poros harus direncanakan sedemikian rupa hingga
putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kristisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan tahan korosi (termasuk plastik) harus dipilih untuk poros propeler dan
pompa. Bila terjadi kontak dengan fluida yang koresif. Demikian pula poros-poros yang
terancam kavitas, dan poros-poros mesin yang sering berhenti lama, sampai batas tertentu
dapat pula dilakukan perlindungan terhadap korosi.
5. Bahan Poros
Poros untuk mesin umumnya biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan difinis.
Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C) yang dihasilkan dari igot yang di “Kill
(baja yang dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan cor ; kadar karbon terjamin ( jis 63123 )
Poros-poros  yang dipakai untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat umumnya dibuat
dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. Seperti baja
khrom nikel dan lain-lain. Berikut tabel-tabel yang sangat penting sehubungan dengan bahan
poros.

D. Perancangan Poros

Tegangan dan defleksi adalah parameter yang harus diperhatikan pada perancangan
poros. Defleksi sering menjadi parameter kritis, karena defleksi yang besar akan
mempercepat keausan bantalan dan mengakibatkan terjadinya misalignment pada roda gigi,
sabuk dan rantai. Tegangan pada poros bisa dihitung hanya pada posisi tertentu yang ditinjau
dengan mengetahui beban dan penampang poros. Tetapi, untuk menghitung defleksi yang
terjadi, harus diketahui terlebih dahulu geometri seluruh bagian poros. Sehingga dalam
merancang poros, pertama kali yang dilakukan adalah berdasar tegangan yang terjadi, baru
kemudian menghitung defleksi berdasar geometri yang telah ditentukan. Perancangan poros
juga dipengaruhi hubungan frekuensi pribadi poros (pada pembebanan bending dan torsi)
terhadap frekuensi pembebanan terhadap waktu. Jika frekuensi pembebanan mendekati
frekuensi pribadi poros, akan terjadi resonansi, sehingga timbul getaran, tegangan dan
defleksi yang besar.

1. Aturan umum perancangan poros :


a. Untuk meminimalisasi defleksi dan tegangan, poros diusahakan sependek mungkin
dan meminimalisasi keadaan ‘overhang’,
b. Sebisa mungkin menghindari susunan batang kantilever, dan mengusahakan tumpuan
sederhana, kecuali karena tuntutan perancangan. Hal ini karena batang kantilever
akan terdefleksi lebih besar,
c. Poros berlubang mempunyai perbandingan kekakuan dengan massa (kekakuan
spesifik) lebih baik dan frekuensi pribadi lebih besar dari pada poros pejal, tetapi
harganya akan lebih mahal dan diameter akan lebih besar,
d. Usahakan menghindarkan kenaikan tegangan pada lokasi momen bending yang besar
jika memungkinkan dan meminimalisasi efeknya dengan cara menambahkan fillet
dan relief.
e. Jika tujuan utamanya adalah meminimalisasi defleksi, baja karbon rendah baik untuk
digunakan karena kekakuannya setinggi baja dengan harga yang lebih murah dan
pada poros yang dirancang untuk defleksi, tegangan yang terjadi cenderung kecil,
f. Defleksi pada roda gigi yang terpasang pada pada poros tidak boleh melebihi 0.005
inch dan slope relatif antar sumbu roda gigi harus kurang dari 0.03º.
g. Jika digunakan plain bearing, defleksi poros pada arah sepanjang bantalan harus
kurang dari tebal lapisan oli pada bantalan,
h. Jika digunakan non-self-alligning rolling element bearing, defleksi sudut poros pada
bantalan harus dijaga kurang dari 0.04º,
i. Jika terjadi gaya aksial, harus digunakan paling tidak sebuah thrust bearing untuk
setiap arah gayanya. Jangan membagi gaya aksial pada beberapa thrust bearing
karena ekspansi termal pada poros akan mengakibatkan overload pada bantalan.
j. Frekuensi pribadi pertama poros minimal tiga kali frekuensi tertinggi ketika gaya
terbesar yang diharapkan terjadi pada saat operasi. Semakin besar akan semakin baik,
tetapi akan semakin sulit untuk dicapai.
2. Perhitungan Diameter Poros.
Dalam perhitungan diameter poros ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni faktor
koreksi yang dianjurkan ASME dan juga dipakai disini. Faktor koreksi akibat terjadinya
tumbukan yang dinyatakan dengan Kt, jika beban dikenakan beban secara halus, maka dipilih
sebesar 1,0. Jika terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, maka dipilih sebesar 1,0-1,5. Jika
beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan besar, maka dipilih sebesar 1,5-3,0. Dalam
hal ini harga Kt diambil sebesar 3 karena cangkang terhisap langsung kedalam mesin fan
sehingga mendapatkan beban kejut atau tumbukan yang besar secara tiba-tiba. Meskipun
dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terdiri atas momen puntir saja,
perlu ditinjau pula apakah ada kemungkinan pemakaian dengan beban lentur. Dimana untuk
perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban hanya terjadi karena momen puntir saja dengan
harga diantara 1,2-2,3 (jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb
diambil 1,0), dalam perencanaan diambil faktor koreksinya sebesar 1,2. Maka rumus untuk
merencanakan diameter poros ds diproleh:

dimana : ds = diameter poros yang direncanakan (mm)

σ a = kekuatan tarik bahan (kg/mm2) aτ


Kt = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya tumbukan
Cb = faktor koreksi untuk kemungkinan terjadinya beban
lentur.
a. Pembebanan Tetap (constant loads)
1) Poros yang hanya terdapat momen puntir saja.
Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen puntir saja (twisting
moment only) dapat diperoleh dari persamaan berikut :

Dimana : T = Momen puntir pada poros


r = Jari – jari poros
J = Momen Inersia Polar
Selain dengan persamaan diatas, besarnya momen puntir pada poros (twisting
moment) juga dapat diperoleh dari hubungan persamaan dengan variable-variable lainnya,
misalnya :
a) Daya yang ditransmisikan

buk penggerak (belt drive) : T = (T1 – T2) x R


dimana T1 = tarikan yang terjadi pada sisi kencang
T2 = tarikan yang terjadi pada sisi kendor
R = jari-jari pulley

2) Poros yang hanya terdapat momen lentur saja.


Untuk menghitung diameter poros yang hanya terdapat momen lentur saja (bending
moment only), dapat diperoleh dari persamaan berikut :

dimana : M = Momen lentur pada poros


I = Momen Inersia
y = jari-jari poros
σ = Bending stress
Untuk poros yang berbentuk bulat padat besarnya momen Inersia dirumuskan :

3) Poros dengan kombinasi momen lentur dan momen puntir.


Jika pada poros tersebut terdapat kombinasi antara momen lentur dan momen puntir
maka perancangan poros harus didasarkan pada kedua momen tersebut. Banyak teori telah
diterapkan untuk menghitung elastic failure dari material ketika dikenai momen lentur dan
momen puntir.
a) Maximum shear stress theory atau Guest’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang dapat diregangkan (ductile), misalnya baja
lunak (mild steel).
b) Maximum normal stress theory atau Rankine’s theory
Teori ini digunakan untuk material yang keras dan getas (brittle), misalnya besi cor
(cast iron). Pada pembahasan selanjutnya, cakupan pembahasan akan lebih terfokus pada
pembahasan baja lunak (mild steel) karena menggunakan material S45C sebagai material
poros. Terkait dengan Maximum shear stress theory atau Guest’s theory bahwa besarnya
maximum shear stress pada poros dirumuskan :

Dengan mensubsitusikan ke persamaan akan diperolah :

Tegangan geser yang diizinkan untuk pemakaian umum pada poros dapat diperoleh
dari berbagai cara, salah satu cara diantaranya dengan menggunakan perhitungan berdasarkan
kelelahan puntir yang besarnya diambil 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya kira-
kira 45% dari kekuatan tarik. Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik,
sesuai dengan standar ASME. Untuk harga 18% ini faktor keamanan diambil sebesar . Harga
5,6 ini diambil untuk bahan SF dengan kekuatan yang dijamin dan 6,0 untuk bahan S-C
dengan pengaruh masa dan baja paduan. Faktor ini dinyatakan dengan . Selanjutnya perlu
ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga karena pengaruh
konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga harus diperhatikan.
Untuk memasukan pengaruh ini kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan
dalam yang besarnya 1,3 sampai 3,0

b. Pembebanan Berubah-ubah (fluctuating loads)


Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai pembebanan tetap (constant
loads) yang terjadi pada poros. Dan pada kenyataannya bahwa poros justru akan mengalami
pembebanan puntir dan pembebanan lentur yang berubah-ubah. Dengan mempertimbangkan
jenis beban, sifat beban, dll. yang terjadi pada poros maka ASME (American Society of
Mechanical Engineers) menganjurkan dalam perhitungan untuk menentukan diameter poros
yang dapat diterima (aman) perlu memperhitungkan pengaruh kelelahan karena beban
berulang

Jenis Pembebanan Km Kt
1. Poros tetap
a. Beban perlahan 1,0 1,0
b. Beban tiba-tiba 1,5 - 2,0 1,5 – 2,0
2. Poros yang berputar
a. Beban perlahan ataupun tetap 1,5 1,0
b. Beban tiba-tiba kejutan ringan 1,5 – 1,5 – 2,0
2,0
c. Beban tiba-tiba kejutan berat 2,0 – 1,5 – 3,0
3,0

.
Daya Poros

Di stasiun Kernel pada Pabrik Kelapa Sawit, poros Depericarper Fan akan
mendapatkan daya dari boiler. Daya tersebut akan ditransmisikan dari turbin ke poros melalui
V-Belt. Daya merupakan daya nominal output dari motor penggerak dalam hal ini turbin uap.
Daya yang besar mungkin diperlukan pada saat mulai (start), atau mungkin beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian sering diperlukan koreksi pada daya rata-rata
yang diperlukan dengan menggunakan faktor koreksi pada perencanaan.

Ada beberapa jenis faktor koreksi sesuai dengan daya yang akan ditransmisikan
sesuai dengan tabel 2.1.
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang ditransmisikan

Daya yang ditransmisikan fc


Daya rata-rata yang diperlukan 1,2 – 2,0
Daya maksimum yang diperlukan 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 – 1,5

Dalam perhitungan poros ini diambil daya rata-rata sebagai daya rencana dengan
faktor koreksi sebesar fc = 2,0. Harga ini diambil dengan pertimbangan bahwa daya yang
direncanakan akan lebih besar dari daya maksimum sehingga poros yang akan direncanakan
semakin aman terhadap kegagalan akibat momen puntir yang terlalu besar. Sehingga besar
daya rencana Pd yaitu :

Dimana : Pd = daya rencana (kW)


fc = faktor koreksi
N = daya normal keluaran motor penggerak (kW)
Dengan adanya daya dan putaran, maka poros akan mendapat beban berupa momen
puntir. Oleh karena itu dalam penentuan ukuran-ukuran utama poros akan dihitung
berdasarkan beban puntir serta kemungkinan-kemungkinan kejutan/tumbukan dalam
pembebanan, seperti pada saat motor mulai berjalan. Besarnya momen puntir yang dikerjakan
pada poros dapat dihitung :
Dimana : T = momen puntir rencana (kg.mm)
Pd = daya rencana (kW)
n = putaran (rpm)
Bahan poros yang direncanakan adalah baja cor yaitu jenis baja karbon tinggi
dengan kadar C > 0,5 %. Baja karbon konstruksi mesin (disebut bahan S-C)
dihasilkan dari ingot yang dikil (baja yang dioksidasikan dengan ferrosilikon dan
dicor), kadar karbon terjamin. Jenis-jenis baja S-C beserta dengan kekuatan tariknya
dapat dilihat dari tabel 2.2.

Dalam perencanaan poros ini dipilih bahan jenis S30C yang dalam perencanaannya
diambil kekuatan tarik sebesar . Maka tegangan puntir izin dari bahan dapat diperoleh dari

rumus :

Dimana :
τa = tegangan geser izin (kg/mm2)
σb = kekuatan tarik bahan (kg/mm2)
Sf1 = faktor keamanan yang bergantung kepada jenis bahan.
Sf2 = faktor keamanan yang bergantung pada bentuk poros (harga 1,3-3,0)

Sesuai dengan standar ASME, batas kelelahan puntir adalah 18% dari
kekuatan tarik, dimana untuk harga ini faktor keamanan diambil sebesar =5,6. Harga
5,6 diambil untuk bahan SF dan 6,0 untuk bahan S-C dengan pengaruh massa dan
baja paduan. Harga Sf1 diambil 6 karena dalam perencanaan pemilihan bahan diambil
jenis S30C. Sedangakan nilai Sf2, karena poros yang dirancang merupakan poros
bertingkat, sehingga dalam perencanaannya faktor keamanan diambil 1,4. bσ10,18

1. Pemeriksaan Kekuatan Poros

Ukuran poros yang telah direncanakan harus diuji kekuatannya. Pengujian dilakukan
dilakukan dengan memeriksa tegangan geser yang terjadi (akibat momen puntir) yang bekerja
pada poros. Apabila tegangan geser ini melampaui tegangan geser izin yang dapat ditahan
oleh bahan maka poros mengalami kegagalan. Besar tegangan geser akibat momen puntir
yang bekerja pada poros diperoleh dari:

dimana:
τp = tegangan geser akibat momen puntir ( kg/mm2 )
T = momen puntir yang terjadi (direncanakan) ( kg.mm )
ds = diameter poros ( mm )

2. Pasak

Pasak merupakan sepotong baja lunak (mild steel), berfungsi sebagai pengunci yang
disisipkan diantara poros dan hub (bos) sebuah roda pulli atau roda gigi agar keduanya
tersambung dengan pasti sehingga mampu meneruskan momen putar/torsi. Pemasangan
pasak antara poros dan hub dilakukan dengan membenamkan pasak pada alur yang terdapat
antara poros dan hub sebagai tempat dudukan pasak dengan posisi memanjang sejajar sumbu
poros. Pasak (key) adalah sebuah elemen mesin berbentuk silindris, balok kecil atau silindris
tirus yang berfungsi sebagai penahan elemen seperti puli , sprocket roda Gigi atau Kopling
seperti puli , sprocket roda gigi atau kopling pada poros. (Sonawan, H., “Perancangan
Elemen Mesin”, 2009). Mengapa pemasangan pasak harus benar ? Jika pasak tidak terpasang
dengan benar antara puli dengan poros maka kemungkinan akan terjadi slip diantara bagian
yang berkontak lubang puli akan cepat aus. . Piye Carane ? Harus dibuatkan alur sebagai
tempat duduknya pasak pada permukaan poros yang akan dipasangkan puli. Contoh
pemasangan pasak padaporos motor listrik dan puli.

A. Fungsi Pasak
secara umum pasak memiliki fungsi :
1. Mentransmisikan torsi ke penghubung maupun sebaliknya
2. Mencegah gerakan relatif yang terjadi antara poros dengan elemen mesin yang disatukan

B. Macam-Macam Pasak
Beberapa tipe yang digunakan pada sambungan elemen mesin, adalah :
1. Pasak jenis ini dipasang terbenam setengah pada bagian poros dan setengah pada bagian
hub. Terdiri atas beberapa jenis :
a. PB Persegi Panjang (penampang memanjang tirus perbandingan 1 : 1000)
b. PB Sama sisi/persegi (Disini lebar pasak sama dengan tebalnya).
c. PB Sejajar (sama dengan PB Persegi Panjang tetapi penampang memanjang tidak
tirus) Bentuk seperti ini dimaksudkan agar hub atau sebaliknya poros dapat digeser
satu sama lain di sepanjang sumbu poros.
d. PB Kepala (Memiliki bentuk yang sama dengan PB Persegi Panjang tetapi
dilengkapi kepala pada salah satu bagian ujungnya. Berfungsi untuk memudahkan
proses bongkar pasang).
e. PB Ikat (Pasak diikat pada poros, bebas pada hub atau sebaliknya agar bagian yang
bebas bisa digerakkan aksial (searah poros). Merupakan pasak tipe khusus untuk
memindahkan torsi/momen putar sekaligus diizinkan adanya pergerakan aksial
disepanjang sumbu poros).
f. PB Segmen (Merupakan jenis pasak yang dapat disetel dengan mudah, karena pasak
dibenam pada alur yang berbentuk setengah lingkaran pada poros).
Jenis ini digunakan secara luas pada mesin-mesin kendaraan dan perkakas.
Kelebihan dari jenis pasak ini adalah :
- dapat menyesuaikan sendiri dengan kemiringan (ketirusan) bentuk celah yang
terdapat pada hub.
- Sesuai untuk poros dengan konstruksi tirus pada bagian ujungnya, karena
mencegah kemungkinan lepasnya pasak.
Kekurangannya :
- Alur yang terlalu dalam pada poros akan melemahkan poros
– Tidak dapat difungsikan sebagai PB Ikat.
2. Pasak Pelana
Terdiri dari dua tipe, yakni :
- Pasak Pelana Datar Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alur hub dan datar
pada lengkung poros, jadi mudah slip pada poros jika mengalami kelebihan beban torsi.
Sehingga hanya mampu digunakan untuk poros-poros beban ringan sebagai penyortir
beban.
- Pasak Pelana Lengkung Merupakan pasak tirus yang dipasang pas pada alurnya dihub
dan bagian sudut bawahnya dipasang pas pada bagian lengkung poros.

3. Pasak Bulat
Merupakan pasak berpenampang bulat yang dipasang ngepas dalam lubang antara poros
dan hub. Kelebihannya adalah pembuatan alur dapat dilakukan dengan mudah setelah hub
terpasang pada poros dengan cara dibor. Umumnya digunakan untuk poros yang
meneruskan tenaga putar kecil. Ada dua posisi pemasangannya atau kedudukannya pada
poros dan hub, yakni :
a. dipasang membujur (sejajar sumbu poros)
b. dipasang melintang (tegak lurus sumbu poros)

4. Pasak Bintang (Spline)


Pasak jenis ini memiliki kekuatan yang lebih besar dibanding dengan tipe-tipe lainnya.
Karena konstruksi pasaknya dibuat lansung pada bahan poros dan hub yang saling terkait.
Umumnya digunakan untuk poros-poros yang harus mentrasmisikan tenaga putar besar,
seperti pada mesin-mesin tenaga dan sistim transmisi kendaraan.
Bahan pasak dan poros yang digunakan biasanya sama. Pasaknya yang berjumlah banyak
yakni : 4, 6, 8, 10 sampai 16 buah . Karena hampir menyerupai sehingga sering disebut
sebagai pasak bintang (Spline). Spline pada poros biasanya relatif lebih panjang, terutama
bagi hub yang dapat digeser-geser secara aksial. Dengan :
D = 1,25.d dan b1 = 0,25.D

C. Analisis gaya-gaya
Gaya-gaya yang bekerja pada pasak Saat poros digunakan untuk mentrasmisikan daya,
maka pada pasak akan bekerja gaya-gaya seperti :
a. Gaya Radial (FR) Gaya yang memberikan tekanan pada pasak dengan arah tegak
lurus sumbu poros.
b. Gaya Tangensial (FT)
Gaya yang menimbulkan tegangan geser dan tekanan bidang pada pasak. Pada saat
bekerja meneruskan tenaga putar, pada konstruksi pasak, Gaya Tangensial (FT) lah yang
memberikan nilai terbesar.

D. Menghitung Ukuran

a. Perhitungan Kekuatan Pasak Memanjang


Bila direncanakan poros tersebut mampu memindahkan daya sebesar P (KW) dengan
putaran (n) rpm, maka sudah barang tentu pasak yang akan direncanakan tersebut juga
harus mampu meneruskan daya dan putaran, sehingga besar torsi (T) yang bekerja pada
poros yaitu :
Daftar Pustaka

1. http://www.academia.edu/5646486/ELEMEN_MESIN_Perancangan_Poros.
2. http://www.academia.edu/5863621/POROS
3. http://www.academia.edu/5646486/ELEMEN_MESIN_Perancangan_Poros
4. Sularso. 2002. Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin. Jakarta, Pradnya
Paramita

Anda mungkin juga menyukai