Artikel ini ditulis tanggal 28 Januari 2007 manakala banyak pesawat mengalami kecelakaan
fatal di Indonesia
Berbagai berita yang berkembang dalam media cetak dan elektronik menunjukkan gejala yang
mengkhawatirkan sebagai akibat kesimpang-siuran arus informasi yang bersifat spekulatif, hal
mana dapat meresahkan masyarakat serta menghambat upaya perbaikan dalam mencari solusi
sistim transportasi publik, khususnya angkutan udara.
Pada dasarnya, sesuai statistic industri transportasi mencatat bahwa transportasi udara adalah
moda transportasi yang paling aman sampai saat ini. Hal mana diatur secara ketat secara
internasional sebagaimana disebut dalam International Civil Aviation Organization (ICAO)
Annex 1 s/d Annex 18 yang secara universal pula diatur oleh setiap negara, yang dalam hal di
Indonesia diatur melalui Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 1 s/d 830 belum
termasuk berbagai Circular (Edaran).
Keselamatan dan keamanan menjadi persyaratan utama dalam industri transportasi udara yang
harus ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan
keselamatan dan keamanan penerbangan dalam sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat
dengan sistim keselamatan dan keamanan di pihak otorita penerbangan sipil, bandar udara,
pengatur lalu-lintas udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat, badan meteorologi, dan
menyangkut pemahaman masyarakat yang dalam hal ini diwakili para pengguna jasa transportasi
udara. Sehingga sistim keselamatan dan keamanan industri penerbangan menjadi sangat unik,
karena sangat tergantung dengan budaya keselamatan dan keamanan sebuah bangsa secara
keseluruhan.
Salah satu elemen keselamatan yang tidak diatur secara langsung adalah persyaratan keselamatan
dan keamanan bagi para pengguna jasa penerbangan. Ketentuan ini mengenai ini, biasanya
diberlakukan oleh otorita penerbangan sipil melalui masing-masing maskapai atau bandar udara.
Contoh mengenai ketentuan ini misalnya; penggunaan hand phone di dalam pesawat terbang,
pembatasan berat dan ukuran bagasi kabin, ketentuan barang berbahaya, dst.
Dengan demikian, sesungguhnya sistim keselamatan dan keamanan penerbangan telah disusun
secara rinci dan sedemikian menyeluruh. Ketaatan dalam melaksanakan sistim keselamatan dan
keamanan penerbangan secara sungguh-sungguh, bukan hanya menjadi tanggung jawab
pemerintah atau operator penerbangan semata, namun menuntut tanggung jawab bersama
seluruh unsur terkait, termasuk pengguna jasa penerbangan itu sendiri.
Sebuah pesawat terbang diproduksi dengan sangat aman yang dilengkapi berbagai mekanisme
sistim peralatan dan cadangan yang berlapis-lapis serta dioperasikan melalui prosedur kerja yang
sangat rinci demi menghindari terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, sebuah kecelakaan
pesawat terbang sipil selalu melibatkan berbagai macam penyebab yang kait mengkait atau tidak
ada factor tunggal sebagai penyebab kecelakaan.
Memahami rekonstruksi kecelakaan pesawat terbang dapat dibagi dari berbagai factor penyebab:
1. Last Defense Failure: merupakan metode kerja atau sistim peralatan yang telah disusun
demikian rupa guna mencegah terjadinya kecelakaan pesawat.
2. Front Line Failures: Melalui pelatihan yang berkesinambungan maka diharapkan
mereka mampu mengendalikan peralatan kerja (pesawat) dalam situasi rutin atau kondisi
darurat secara handal. Kelalaian menjalankan tugas secara baik dan benar dapat
dimasukkan pada kategori ini. Hal yang sama berlaku untuk para petugas lapangan yang
lain, misalnya: awak kabin, petugas lalu-lintas udara, petugas check-in counter, petugas
muatan, petugas pemberangkatan pesawat, dsb.
3. Predetermine Contributing Factors: Situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan
dalam rangka pengoperasian pesawat terbang secara aman. Misalnya; prosedur yang
kurang lengkap, cuaca buruk, informasi cuaca yang kurang akurat, fasilitas bandara,
kerusakan salah satu sistim atau peralatan pesawat terbang, mengantuk, tekanan mental,
masalah rumah tangga, kurang pengalaman, dsb.
4. Supervisory Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh manajemen atau
para atasan langsung. Hal mana berlaku pula untuk para atasan pada setiap elemen sistim
keselamatan dan keamanan penerbangan. Misalnya; lemahnya fungsi control,
memberikan perintah yang melanggar ketentuan penerbangan, pelatihan yang kurang
memenuhi persyaratan, kurang kompeten pada bidang kerjanya, dsb.
5. Top Management Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh top
management atau para atasan tertinggi dalam tiap elemen sistim keselamatan dan
keamanan penerbangan dalam menentukan kebijakan tertinggi. Jika menyangkut otorita
penerbangan sipil maka dapat dikelompokkan dari para Kepala Bidang, Direktorat,
Direktur Jenderal, Menteri bahkan Presiden. Jika elemen maskapai maka termasuk CEO,
Direktur, Kepala Dinas, dst. Pengelompokan Top Management sangat tergantung dari
karakteristik organisasi masing-masing. Kelalaian yang umumnya terjadi adalah ketidak
sesuaian pada; Alokasi anggaran kerja, kebijakan awal, pemotongan biaya perawatan,
pemotongan biaya pelatihan, atau bahkan rendahnya komitmen terhadap aspek
keselamatan dan keamanan secara umum sebagai kurangnya pengetahuan atau wujud
kekurang pedulian, dsb.
Melalui penjelasan di atas, maka kecelakaan sebuah pesawat selalu melibatkan berbagai tindak
kelalaian atau kerusakan yang ditambah dengan factor penunjang tertentu dan bersamaan itu
pertahaan terakhir gagal dilaksanakan atau dioperasikan.
Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tentang Aircraft Accident Investigation, maka tujuan
utama dari proses investigasi kecelakaan pesawat semata-mata hanya dutujukan untuk
memahami penyebab kecelakaan sehingga dapat dipergunakan untuk menyusun langkah-langkah
perbaikan dalam rangka menghindari kejadian serupa terulang atau mengurangi dampak secara
maksimal bila kejadian serupa terulang. Hasil investigasi kecelakaan pesawat terbang tidak boleh
dipergunakan sebagai dasar hukuman atau tuntutan hukum.
Sehingga mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang tidak dapat disederhanakan dengan
hanya mencari “human error” sebagaimana sering disebut-sebut. Dalam industri penerbangan,
human error diartikan sebagai kelalaian manusia (bukan kesalahan) mengingat tidak ada
kecelakaan pesawat terbang yang terjadi sebagai akibat unsur kesengajaan. Tingkat kelalaian
yang paling sederhana adalah lupa (lapse), lalu salah tindak (slip), selanjutnya kesalahan atau
kekeliruan baik pemahaman atau tindakan (mistake) dan pelanggaran (violation). Tiga kelalaian
pertama biasanya tidak dilandasi oleh factor kesengajaan, sedangkan pelanggaran lebih
cenderung dilandasi oleh factor kesengajaan. Oleh karena itu, membicarakan human error dalam
kaitan kecelakaan pesawat seyogyanya ditinjau secara menyeluruh dari human error setiap
elemen atau factor pemicu kecelakaan pada setiap tingkatan, dan bukan semata-mata
mengkonotasikan dengan “pilot error” atau “mechanic error” dst.
Sebagai akibat perbedaan pengertian ini, maka justru tidak akan meyelesaikan persoalan jika
“pelaku” atau “saksi” kecelakaan pesawat dihukum, apalagi dipandang sebagai tindak kriminal.
Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tersebut, hanya ada beberapa Negara di dunia yang
menerapkan hukuman kriminal terhadap pelaku tindak kecelakaan pesawat terbang, misalnya
negara Jepang (itupun sepengetahuan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa cq ICAO) sehingga
untuk itu, kepolisian Negara tersebut dibekali pemahaman yang memadai tentang seluk beluk
industri penerbangan. Kesimpulannya, melakukan penuntutan hukum kepada para pelaku
kecelakaan pesawat terbang hanya akan menyelesaikan persoalan yang tampak di permukaan
saja, padahal justru yang diharapkan adalah terjadinya perubahan secara sistimatis dan
menyeluruh terhadap sistim keselamatan dan keamanan penerbangan dengan harapan kejadian
serupa tidak terulang dikemudian hari.
Terlepas berbagai kesangsian yang berkembang, maka sesuai ICAO Annex 13 tersebut, satu-
satunya badan yang berwenang menyelidiki kecelakaan transportasi umum, termasuk pesawat
terbang komersial di Indonesia adalah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT),
sehingga memang terasa “ganjil” jika kita mendengar ada pelaku kecelakaan pesawat terbang di
“periksa” dan di “penjara” oleh pihak berwajib, barangkali hanya terjadi di Indonesia tanpa
sepengetahuan PBB.
Sedangkan satu-satunya badan yang berwenang untuk melakukan pencarian dan penyelamatan
korban kecelakaan transportasi umum di Indonesia adalah Badan Search and Rescue Nasional
(Basarnas) dengan dibantu berbagai unsur instansi atau kemasyarakatan yang ada.
Di Indonesia, tercatat lebih dari 34 juta penumpang pesawat udara komersial menikmati moda
transportasi ini ke berbagai kota tujuan dan industri penerbangan telah membukukan lebih dari
360.000 tinggal landas yang dilalui dengan selamat oleh berbagai maskapai penerbangan
nasional pada tahun 2006. Hal mana sangat menunjang perekonomian nasional secara luas.
Terlepas dari berbagai kekurangan atau ketidak sempurnaan yang ada, maka dipandang perlu
agar para pihak menghentikan silang pendapat seputar kecelakaan transportasi umum yang
memperkeruh suasana dengan pemberian informasi yang kurang akurat atau berspekulasi tentang
penyebab kecelakaan. Hal mana justru sangat merugikan masyarakat umum dan mempersulit
proses perbaikan ke depan, serta dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap
transportasi udara yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ekonomi dan ketahanan nasional
pada umumnya.
Contoh ke 222
BAB I
PENDAHULUAN
Transportasi adalah suatu alat pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat
lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di
negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk
disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan
angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi
darat, laut, dan udara. Salah satunya yang akan dibahas disini adalah transportasi udara,
transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki
teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat
dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.Transportasi udara memiliki peran penting dalam
kehidupan di Indonesia. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri lebih dari 17.508 pulau, dan
menggunakan transportasi udara ini merupakan cara tercepat untuk berpergian.
Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu
sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector). Peran
transportasi udara sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa
transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga
berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan.
Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan
transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai – maskapai
baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang sangat
kompetitif. Malahan apabila dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul bisa sebaliknya. Hal
ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu memberikan nilai tambah
berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang lebih cepat dan tentunya hal ini
berarti penekanan biaya produksi.
Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa
transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah dan
pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah pelosok termasuk
yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk setempat, sehingga
akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya juga pendapatan
pemerintah.
Rentang wilayah negara mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan
udara secara terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan
efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan kelemahannya. Moda
transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem agar dapat menjawab tujuan
perangkutan, yakni melayani perpindahan atau mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke
tempat lain.
Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan
mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus
menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa,
membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung
pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan
hubungan internasional. Maka dari itu, di ciptakan lah transportasi yang dapat beroperasi dengan
cepat yaitu transportasi udara, salah satunya peswat terbang. Transportasi udara adalah alat
transportasi yang dioperasikan di udara dari satu tempat ke tempat yang lain baik tempat yang
dekat maupun tempat yang jauh dengan proses yang cepat.
1. B. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara
teoritis, makalah ini dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan
udara dan hukum perlindungan konsumen. Sedangkan secara praktis makalah ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan pengangkutan
udara niaga, antara lain :
● Pemerintah selaku regulator dalam kegiatan pengangkutan udara khususnya dalam
rangka penyusunan kebijakan.
● Perusahaan atau maskapai penerbangan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam
rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa transortasi udara.
● Kalangan akademisi dapat dijadikan bahan informasi awal dalam melakukan penelitian
dan pengkajian yang lebih mendalam
● Penulis sendiri adalah menambah wawasan keilmuan, terutama pada bidang transportasi
udara
1. C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Pada awal dekade tahu 1990, pemakaian internet secara umum mendorong timbulnya sebuah
konsep baru yang disebut dengan elektronik bisnis atau e-business dan e-commerce. Kalakota
dan Robinson dalam Aisyah 2010 menyatakan bahwa e-commerce mengacu pada penjualan
produk dan layanan melalui web, sementara e-business adalah transformasi dari kunci bisnis
proses perusahaan melalui penggunaan teknologi internet. Sebagai contoh dari e-business yaitu
penerapan Enterprise Resource Planning, Customer Relationship Management, Supply Chain
Management, dan Human Resources Management. Dalam hal ini, perusahaan menerapkan e-
business karena pada dasarnya konsumen adalah pencari harga, kenyamanan, layanan terbaik
bagi mereka sehingga perusahaan yang dapat survive adalah perusahaan yang mampu merespon
dengan baik keinginan dan harapan pelanggannya.
Garuda Indonesia merupakan perusahaan yang berorientasi pada kepuasan konsumen yang
menerapkan penambahan value pada produk dan serangkaian kegiatan perusahaan. Untuk
menunjang proses pengelolaan pelanggan dan bisnis perusahaan, Garuda Indonesia telah
membuat website sebagai sarana pendukung bisnis. Pada tahun 2008 Garuda Indonesia juga
meluncurkan produk baru yaitu e-travel, sebuah situs yang dirancang untuk mengakomodasi
keinginan konsumen secara lebih ringkas dan menarik dalam web perusahaan. Internet telah
merubah cara pandang orang dalam melakukan bisnis dan bagaimana cara perusahaan
berkomunikasi dengan pelanggan dan menawarkan kepada pelanggan tentang berbagai layanan
dan keuntungan yang mampu diberikan perusahaan.
Proses bisnis pada Garuda Indonesia telah menerapkan teknologi informasi yang
mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan, yakni dengan cara pemasangan software
tertentu yang sesuai dengan berbagai divisi yang ada yakni mulai dari bidang produksi service
dan jasa layanan, Procurement perusahaan, Research and Development (R&D) atau
Enggineering dan Marketing perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masing-
masing divisi saling berhubungan satu sama lain sehingga dalam pelaksanaannya saling
terintegrasi.
Proses pengembangan produk baru dalam Garuda Indonesia dalam hal ini pada industri
penerbangan domestik dimulai dari kegiatan market research meliputi analisis industri dan
harapan pasar. Analisis industri dalam hal ini dilakukan terlebih dahulu untuk persaingan usaha
dalam industri penerbangan domestik. Analisis harapan pelanggan juga dilakukan untuk
mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan dan diinginkan pelanggan saat menggunakan jasa
Garuda Indonesia. Kemudian Garuda Indonesia melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk menguji keterterimaan produknya di pasar dengan sebelumnya merancang desain layanan
dan sarana apa saja yang dibutuhkan. Analisis terhadap seluruh komponen tersebut tentu saja
dilakukan dengan tetap mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan.
Sehingga gap yang terjadi dapat diketahui lebih awal sehingga strategi yang diterapkan oleh
perusahaan berjalan tepat sasaran. Sebagai contoh yaitu ketika Garuda Indonesia meluncurkan
produk service penerbangan domestik baru dengan konsep low cost carrier yaitu Citilink.
Garuda Indonesia yang dikenal sebagai maskapai dengan Full Service Carrier-nya merespon
harapan pasar dengan juga meluncurkan produk service baru di sektor low cost carrier.
Perusahaan sebelumnya telah menganalisa peta persaingan dalam industri penerbangan, analisis
harapan konsumen serta preferensi konsumen. Sebagaian besar maskapai penerbangan bergerak
di sektor low cost carrier yaitu fasilitas jasa layanan yang minimal namun sesuai dengan
kebutuhan dari target pasar perusahaan.
Banyak hal telah dilakukan oleh Garuda Indonesia terkait dengan pertambahan nilai yang
diberikan pada serangkaian proses operasional perusahaan melalui kegiatan elektronik-isasi.
Dalam setiap bagian rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael Porter, Garuda Indonesia
secara teru menerus meningkatkan nilai tambah yang dilakukan dengan mengembangkan
elektronic building baik itu di aktivitas utama bisnis perusahaan yaitu yang terkait dengan
aktivitas inbound dan outbond logistics operasi perusahaan, , pemasaran, penjualan tiket
perusahaan, dan layanan atau service kepada konsumen, melainkan juga pada aktivitas
penunjang perusahaan seperti infrastruktur baik itu fisik maupun informasi, manajemen
sumberdaya manusia (human resources management systems) dengan optimalisasi program e-
learning untung memperbaiki sistem human capital manual, pengembangan teknologi
(technology development) dengan e-travel dan kegiatan procurement dengan e-procurement.
Garuda Indonesia harus mampu melihat titik kunci pertemuan antara apa yang diharapkan oleh
pelanggan dengan produk yang disediakan perusahaan melalui website perusahaan. Isi atau
content website atau media lainnya seperti flyer yang ditampilkan harus dapat menjadi
komunikator perusahaan agar hubungan antara perusahaan dan pelanggan semakin erat karena
sebenarnya menjaga loyalitas pelanggan yang telah memakai produk dan jasa perusahaan akan
lebih membutuhkan biaya dibandingkan dengan menemukan pelanggan baru. CRM berkaitan
dengan kegiatan penjualan terpadu, marketing dan strategi pelayanan kepada pelanggan.. Melalui
CRM Garuda Indonesia menggunakan jaringan pelanggan yang ada saat ini untuk meningkatan
pendapatan perusahaan, memperoleh informasi yang lengkap untuk memberikan layanan prima,
dan sekaligus memperkenalkan channel procedures yang konsisten.
CRM PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan untuk membina dan menjaga hubungan antara
pelanggan dengan pihak manajemen. Secara lebih jauh, pemahaman yang mendalam terhadap
pelanggan akan mampu menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan preferensi
konsumen sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan. Selain itu CRM di
Garuda Indonesia bermanfaat untuk memperoleh informasi yang dapat dibagikan kepada partner
bisnis perusahaan.
Untuk mendukung CRM, Garuda Indonesia senantiasa memberikan frequent-flyer dalam dua
bahasa yang berisi tentang informasi-informasi terkini perusahaan kepada pelanggan yang loyal
melalui email. Hal ini selain bersifat apresiasi juga bersifat marketing dan pengelolaan loyalitas
pelanggan. Kegiatan yang berhubungan dengan CRM pada perusahaan ini adalah dengan
penggunaan sistem informasi (website) yang bisa diakses oleh semua kalangan tanpa batas,
mulai dari penyediaan informasi perusahaan, produk, forum diskusi antara pelanggan dengan
pihak manajemen sampai pada proses pemesanan.
Manajemen kontak dan akun pada PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan dengan penggunaan
database, website (meliputi email, facebook, telepon dan faksimile (yang sudah tertera di
website)
1. Sales
Penjualan tiket Garuda Indonesia dilakukan via internet, berhubungan dengan pelanggan (secara
langsung maupun tidak) baik dalam skala personal maupun corporat.
Pemasaran dan pemenuhan pemesanan tiket perusahaan ini bisa dilakukan melalui web atau
dengan promosi di media massa, baik cetak (koran, selebaran) maupun elektronik (website,
telepon, email, faksimile) serta melalui jaringan kemitraan perusahaan.
Layanan dan dukungan untuk pelanggan juga telah disediakan oleh PT Garuda Indonesia, Tbk
yakni melaui forum diskusi pada website http://www.garuda-indonesia.com dan call center
Garuda Indonesia.
Program retensi dan loyalitas yang diterapkan pada PT Garuda Indonesia, Tbk adalah dengan
memberikan frequent flyer yang berisi mengenai informasi-informasi terkini tentang perusahaan
kepada para pelanggan yang senantiasa loyal menggunakan jasa perusahaan.
Dari semua hubungan e-business yang dilakukan oleh Garuda Indonesia, transaksi B2B (bisnis
ke bisnis) menghasilkan nilai bisnis yang paling tinggi, maka Garuda Indonesia memutuskan
untuk mengembangkan kinerja operasional dalam proses pembelian dengan menerapkan e-
procurement system. Layanan e-procurement menyediakan metode bisnis yang modern dan
praktik komersial dari sektor swasta dan pemerintah dan merupakan teknik baru yang
dihasilkan dari kemampuan internet dalam memberikan peluang untuk penghematan biaya
bagi kedua pemasok dalam melakukan transaksi bisnis maupun kontrak bisnis. Garuda
Indonesia memilih para pemasoknya dengan mempertimbangkan daya saing, fleksibilitas, dan
inovasi yang dilakukan oleh pemasok sehingga dari program e-procurement ini sendiri
mengindikasikan adanya supplier database system yang dimiliki oleh Garuda Indonesia.
Kekurangan yang masih muncul pada program e-procurement ini yaitu di setiap halaman berisi
pilihan bahasa yang berbeda. Misalnya, pada halaman pengadaan didukung dalam dua bahasa,
sedangkan halaman yang lainnya masih dalam satu bahasa. Hal ini akan mengurang peluang
akses dari pihak asing untuk dapat berkolaborasi dengan bisnis yang dijalankan oleh Garuda
Indonesia
Brand Garuda Indonesia mengembangkan dua jenis e-Commerce, yaitu Business to Business dan
Business to Customer. B2B dilakukan Garuda dengan menyediakan Coporate Online dan
Agency Online, sedangkan B2C dilakukan dengan personnal online booking.
Fitur e-Commerce untuk brand Garuda Indonesia sangat lengkap bila dibandingkan dengan fitur
e-Commerce dari brand maskapai penerbangan lainnya. Garuda Indonesia menawarkan e-
Commerce terpadu yang disebut dengan 28 Customer Touch Points yang memungkinkan
calon/penumpang Garuda Indonesia mengakses service online dari before flying sampai after
arrival yang disediakan melalui web. Fitur-fitur tersebut sangat jelas dan mudah dimengerti.
Beberapa fitur tersebut adalah:
● Book Flight
Calon penumpang Garuda Indonesi dapat melakukan pemesana tiket secara online melalu web.
Terdapat beberapa pilihan yang harus diputuskan oleh calon penumpang, antara lain kota asal
dan kota tujuan penerbangan, tanggal keberangkatan dan kepulangan, jenis tiket apakah one-way
atau return, kelas penerbangan, dan jumlah penumpang dewasa serta anak-anak.
Dengan adanya jadwal dan tarif untuk setiap rute yang diperbarui setiap hari akan memudahkan
calon penumpang untuk menyesuaikan waktu penerbangan yang akan dilakukan dan pembayaran
yang akan dilakukan.
● e-Payment
e-Payment memudahkan calon penumpang Garuda Indonesia untuk pembelian tiket secara
online lewat web Garuda Indonesia. Setelah melakukan reservasi, calon penumpang Garuda
Indonesia akan menerima booking code dan 13 digit payment code. Untuk pembayaran melalui
kartu kredir Visa atau Master Card, calon penumpang dapat langsung menelepon call center
Garuda di 08041807807 atau (021) 23519999 lalu menyebutkan 16 digit nomer kartu kredit
sebaga otorisasi pembayaran. e-Payment dapat juga dilakukan menggunakan ATM dari berbagai
bank, antara lain BCA, BNI, Bank Mandiri, Bank Niaga, Lippo Bank, Permata Bank, BRI dan
BII; Telehone Banking dari Bank Mandiri, BNI and BCA; Mobile Banking dari Bank Mandiri,
BCA dan Permata Bank; Internet Banking dari Bank Mandiri, BCA, BNI dan Lippo Bank.
Garuda Indonesia melalui web-nya, juga melakukan promosi atas produk layanan yang
dimilkinya. Promosi ini sangat ditunjang dengan adanya pengembangan touch point, dimana
calon penumpang yang akan membeli tiket Garuda Indonesia akan merasakan bagaimana
dilayani secara online, mulai dari proses reservasi, pembayaran, memperoleh tiket, check-in,
sampai kedatangan. Dimana Garuda Indonesia mampu menyajikan lokasi-lokasi terbaik untuk
tempat pariwisata di kota tujuan penerbangan yang dipilih calon penumpangnya sekaligus
fasilitas hotel dan transportasi yang dapat dipilih sesampainya di kota tujuan.
Corporate/Agency Online
Suatu perusahaan yang akan masuk ke B2B dengan Garuda Indonesia diwajibkan mengisi data
perusahaan secara online. Bagi perusahaan partner bisnis garuda Indonesia keuntungan
bertransaksi B2B dengan Garuda Indonesia adalah:
● Special Corporate Fares dengan diskon yang atraktif baik untuk kelas penerbangan
bisnis dan ekonomi.
● Priority waiting list
● Incentives awarding
● Fasilitas pecial untuk dapat mengkreditkan VAT pada tiket.
● Laporan yang komprehensif setiap bulannya
Pembelian dan pemesanan tiket melalui berbagai cara dengan menyebutkan corporate
memberhip, yaitu GA Sales Office, Corporate Online Payment, Corporate Online Booking dan
Corporate appointed Travel Agencies Sebagai bentuk CRM, Garuda Indonesia membuat
microsite yang ditujukan khusus untuk penegang kartu Garuda Frequent Flyer.
IV. Human Resources Management System pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Unit SDM melakukan transformasi peran dan fungsinya agar menciptakan nilai tambah sejalan
dengan strategi bisnis perusahaan. Transformasi SDM dimulai di tahun 2008 dengan
meluncurkan beberapa inisiatif program diantaranya yaitu penentuan penempatan para karyawan
berdasarkan level organisasi dan tingkat pendidikan, termasuk di dalamnya penataan organisasi
yang efisien dan efektif agar dapat memudahkan proses penerjemahan visi, misi dan sasaran
bisnis kepada seluruh pihak internal. Knowledge Based Management dilakukan di unit ini
sehingga perencanaan sumberdaya manusia dapat diimplementasikan dengan tepat.
Program e-Recruitment Garuda Indonesia tidak hanya mencakup tools publish vacant position,
namun juga seluruh proses administrasi dan pencatatannya. Sistem ini telah diterapkan sejak
bulan September 2010 dengan merekrut posisi Awak Kabin, untuk selanjutnya digunakan untuk
posisi lainnya seperti Penerbang dan para profesional. Dalam bidang rekrutmen pekerja atau
karyawan, perusahaan juga menyadari pentingnya rekrutmen yang baik di tengah persaingan
yang demikian ketat dalam memperebutkan sumber daya manusia yang handal. Untuk itu faktor
penyajian informasi, penyediaan proses dan kecepatan waktu menjadi penting artinya dalam
memperoleh karyawan berkualitas sesuai kebutuhan perusahaan.
Untuk mengoptimalkan SDM, perusahaan juga telah memetakan potensi SDM dan
mengalokasikan pada fungsi organisasi yang tepat (unit bisnis maupun grup Perusahaan). Selain
itu, Garuda juga terus berupaya menyempurnakan pengelolaan karir sehingga lebih mudah
memetakan pegawai potensial dalam talent pool (grup Perusahaan). Sistem pembelajaran e-
learning juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan. Sementara itu, sejalan
dengan strategi bisnis, Perusahaan berupaya menyempurnakan Human Capital Manual (HCM)
yang mengatur tentang kebijakan SDM, organisasi, rekrutmen dan seleksi, mutasi antar unit
maupun antar perusahaan dalam grup, sistem penilaian kinerja, pengembangan karir serta
kompensasi dalam Human Resources Management System sehingga menghasilkan SDM yang
kompetitif, inovatif dan memiliki integritas tinggi sesuai sasaran pencapaian bisnis perusahaan
Selain program tersebut di atas, dalam upaya menciptakan tenaga terampil dan profesional yang
diproyeksikan untuk menduduki jabatan tertentu di masa depan, Perusahaan membuka program
rekrutmen jalur khusus yaitu Program Management Trainee. Program ini bertujuan untuk
menyiapkan tenaga potensial yang diharapkan mampu menciptakan perubahan dalam pola kerja,
suasana kerja dan komitmen kerja yang tinggi. Melalui Program Management Trainee ini,
Perusahaan juga memastikan ketersediaan kandidat suksesi yang kompeten dan berkualitas.
V. Fungsi Enterprise Resource Planning pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Enterprise resource planning PT Garuda Indonesia, Tbk merupakan sebuah kerangka kerja
perusahaan secara menyeluruh yang berhubungan dengan pemrosesan pesanan penjualan tiket,
manajemen dan pengendalian atau maintenance unit pesawat, perencanaan produksi dan
distribusi jasa perusahaan, serta keuangan perusahaan. Garuda indonesia sendiri tentunya telah
menerapkan software khusus dalam merancang ERP perusahaan. Fungsi ERP dapat diuraikan
sebagai berikut :
Pada proses produksi jasa perusahaan ini telah didukung dengan perencanaan kebutuhan bahan
baku perusahaan secara keseluruhan.
Kegiatan operasional perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak adanya logistik yang
terintegrasi yakni mulai dari yang berhubungan dengan produksi jasa layanan hingga kepada
produk turunan perusahaan.
Semua dana untuk kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk haruslah dibukukan dalam
sebuah laporan keuangan tiap bulannya maupun tahunan. Pencatatan tersebut perlu dilakukan
untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan dana. Serta merupakan proses
evaluasi manajemen untuk kedepannya. Pencatatan itu disimpan dalam bentuk database yang
sistematis dan jelas, akan tetapi dalam hal ini database hanya bisa diakses oleh pihak-pihak
tertentu untuk menghindari user dalam penyalahgunaan data.
Kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk tidak bisa berjalan dengan baik tanpa
ketersediaan pekerja dan kualitas dari pekerja tersebut. Oleh karena itu perencanaan sumberdaya
manusia secara tepat perlu dilakukan oleh perusahaan.
Proses distribusi, penjualan dan pemesanan tiket PT Garuda Indonesia, Tbk didukung oleh
sistem informasi bisnis perusahaan yang didukung dengan kegiatan e-commerce perusahaan baik
itu sistem brokerage, affiliate, maupun manufacture.
BAB III
STUDI KASUS
Sejarah adanya e-business muncul setelah era internet. Akan tetapi istilah e-business pertama
kali dipopulerkan oleh IBM sekitar sepuluh tahun yang lalu. E-business dapat menjadi aset yang
strategis dan menjadi keunggulan suatu perusahaan jika mampu dimanfaatkan dengan baik.
Sebuah perusahaan harus mampu melakukan transformasi proses bisnis yang mereka lakukan
agar dapat memanfaatkan e-business dengan baik. Secara umum keuntungan yang tinggi akan
diperoleh jika e-business yang dimiliki dapat terkait secara langsung dan membentuk komunitas
dengan konsumen, rekan kerja, dan suppliers.
Selain itu dalam implementasi marketing perusahaan, kegiatan yang meliputi transaksi
bisnis antara perusahaan yang satu dengan yang lain telah berkembang dengan E-commerce.
Korelasi hubungan terjadi antara perusahaan dengan pelanggan, atau antara perusahaan dengan
institusi yang bergerak dalam pelayanan publik. Jika diklasifikan, sistem e-commerce terbagi
menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Electronic markets (EMs) yaitu sistem informasi antar organisasi yang menyajikan
fasiltas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi mengenai produk
dan service yang ditawarkan.
1. Electronic Data Interchange (EDI) yaitu sarana untuk mengefisiensikan
pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang berulang dalam jumlah besar
antara organisasi-organisasi komersial. Secara formal EDI didefinisikan oleh
International Data Exchange Asociation (IDEA) sebagai “transfer data tersruktur
dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem
komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”.
2. Internet Commerce yaitu penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi
dan komunikasi untuk perdagangan melingkupi kegiatan penjualan produk dan
jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian
barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang
ditransfer ke rekening penjual. Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan
saluran penjualan mempunyai keuntungan antara lain: internet merupakan media
pomosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih
murah dan pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran
barang sampai di tempat pemesanan.
3. B. Enterprise Application Architecture
Arsitektur aplikasi perusahaan ini menyajikan gambaran umum tentang berbagai aplikasi
lintas fungsi perusahaan yang utama, serta hubungan antar fungsi tersebut. Gambar arsitektur
aplikasi perusahaan dapat dilihat sebagai berikut:
Source: Adapted from Mohan Sawhney and Jeff Zabin, Seven Steps to Nirvana: Strategic
Insights into e-Business Transformation (New York: McGraw-Hill,2001), p. 175.
Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan ERP sebagai sebuah konsep untuk
merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal
untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas
organisasi tersebut.
Supply Chain Management adalah sebuah proses dimana produk diciptakan dan
disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah Supply Chain Management
merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan
partner bisnis untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen
(Kalakota, 2001).
E-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen dimana perusahaan
berusaha memanfaatkan teknologi internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja
perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya
yang dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
BAB IV
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Penerapan e-business pada PT Garuda Indonesia, Tbk telah terintegrasi dengan cukup baik. Hal
ini dilihat melalui arsitektur aplikasi perusahaan yang memberikan kerangka kerja konseptual
yang menghubungkan antar proses dan interface dari aplikasi e-business.
Bila kita identifikasi sesuai dengan arsitektur aplikasi e-business perusahaan, maka disana kita
akan melihat Garuda Indonesia memberikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan
antar proses dan interface dari aplikasi e-business yaitu mulai dari bagaimana customer
relationship management perusahaan, hubungan dengan pemasok atau supply chain
management perusahaan dengan e-procurement, e-commerce pada partner relationship
management, human resources development system di Garuda Indonesia dan enterprise resource
planning sebagai kolaborator dari keempat elektronik-isasi sistem bisnis yang ada di garuda.
About these ads
Cnth 333
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Selain itu bandar udara juga memiliki fungsi yang sama dalam hal pengoperasiannya,
seperti contoh bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan bandar udara yang dikelola oleh TNI
AU.
Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa
angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai
konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum, misalnya: tingkat
pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan prasarana dan sarana
optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.
Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan /
manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.
c. Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai
dengan penawaran atau “janji”-nya dan harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik
eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran
yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain.
Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam
setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap
waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar
udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data
barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas ekonomi.
Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib
dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung
dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas,
efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai
kualitasnya dengan standar internasional.
Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara,
dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan
efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya
kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling
efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.
2.4. Perbedaan Badara komersial dan Bandar Udara yang Dikelola oleh TNI AU
Dalam percakapan umum sering terdengar istilah bandara, lapter, dan lanud. Ketiga
istilah itu memang menunjuk pada sebuah fasilitas atau instalasi yang berkaitan dengan dunia
penerbangan. Lalu, apa sih sebenarnya perbedaannya?
Mari kita simak apa itu beda tiga istilah tersebut. Secara praktis, kita coba merujuk saja
pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Oh ya, sekadar pengingat
Undang-Undang ini merupakan revisi dari UU Penerbangan sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun
1992). Jika dirunut lebih jauh, UU Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari Ordonansi
Pengangkutan Udara (Luchtvervoer-Ordonnantie) di jaman Pemerintahan Hindia Belanda dulu
kala, yaitu Staadsblaad 1939 100 jo. 101. Kalau gak percaya, lihatlah tiket penerbangan, masih
ada lho airline yang mencantumkan UU No.15/1992 atau pun Ordonantie S. 1939-100 jo 101
tersebut.
Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan pangkalan udara adalah
sebagai berikut:
● Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
● Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di
perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan
untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan
negara oleh Tentara Nasional Indonesia.
Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area atau
fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk kepentingan
penerbangan sipil atau penerbangan militer. Bandar Udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara
adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan
negara).
Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara dan lanud itu
sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya hanyalah pada kepentingan
untuk kepentingan penerbangan militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada
lokasi parkir pesawat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal
penumpangnya berikut aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim
Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar udara untuk penerbangan
sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut
military enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata
Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan
militer.
Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai
bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan
beberapa bandar udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk
penerbangan militer atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut,
penerbangan selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada
otoritas penerbangan sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai penerbangan
sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas
bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk
sebagai pegawai negeri sipil.
Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam Undang Undang
Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya merupakan terjemahan dari kata
airfield. Dalam beberapa referensi terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu
wilayah daratan dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat
udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang terdapat
di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang
penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah bandar udara. Pada beberapa bandar udara
khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang atau kehutanan, sering
dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.
Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah menjadi istilah
standar dari “bandar udara”. Pada era terdahulu memang ada Direktorat Pelabuhan Udara dan
unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata
asing airport, sebagaimana Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada
Pelabuhan Laut.
Sayangnya, pada Bagian atau Jurusan atau Departemen Teknik Sipil Transportasi di
beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta rupanya masih mempergunakan istilah
Perencanaan Lapangan Terbang atau Perencanaan Pelabuhan Udara untuk bagian dari mata
kuliahnya. Nampaknya menjadi sesuatu yang khas di negeri ini, dunia praktisi tampaknya selalu
selangkah di muka dibandingkan dunia pendidikan dan penelitian.
Pada dasarnya semua pengelolaan bandar udara adalah memiliki tujuan yang sama yaitu
dalam hal penanganannya dalam memberikan kepuasan pada pelanggan untuk mendapatkan
pangsa pasar yang ada demi memajukan pendapatan bandar udara tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadikan sebuah bandar udara melakukan perombakan yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu salah satunya adalah masalah pengelolaan bandar udara.
BUMN merupakan salah satu badan yang banyak memegang pengelolaan bandar udara di
indonesia kemudian yang sisanya adalah dikelola oleh TNI AU atau ikut campur dalam
pengelolaannya. Pasti semua itu memberikakn dampak dalam kinerja bandara tersebut entah itu
dari segi sistem kerja atau cara dalam memajukan bandar udara tersebut.
Pada dasarnya bandar udara yang dikelola oleh TNI AU adalah berawal dari bandara
tersebut yang awal mula digunakan dalam hal pengkhususan TNI AU, namun dengan
berembangnya zaman bandara semakin berubah dengan memberikan andil komersial di
dalamnya yang dianggap menguntungkan dalam segi pendapatan bandar udara tersebut, seperti
bandar udara yang ada di malang dan lainnya.
BAB III
3.1. Kesimpulan
Pelibatan swasta sebenarnya dapat dilakukan melalui beberapa skema. Operations and
management contractdengan penguasaan kontrak manajemen dan leasing bandar udara selama
periodeyang disepakati. Kemudian operations and management contract with major
capitalexpenditure, yaitu penguasaan kontrak manajemen dan leasing Bandar udara selama
periode waktu tertentu disertai konsesi. Konsesi itu bergantung padakesepakatannya, apakah itu
build-transfer-opcrate, bnild-leasc-operate, danbnild-rehabilitate-operate-transftr contracts.
Kedua kesepakatan itu tidakmemengaruhi kepemilikan pemerintah terhadap aset bandar udara
yang dimiliki. Olehkarena itu, tipe kerja sama tersebut, terutama operations and
managementcontract with major capital expenditure, paling banyak direalisasikan dalamkerja
sama pemerintah dan swasta dalam” pengelolaan badar udara.
Maka sebenarnya pengelolaan dilakukan demi untuk memajukan bandar udara tersebut
mungkin dengan cara yang berbeda diantara keduanya dengan menerapkan sistem yang berbeda
pula di dalamnya.
3.2. Saran
Sebaiknya pengelolaan bandar udara dilakukan dengan tujuan yang sama yaitu untuk
memajukan bandar udara tersebut dengan memberikan pelayanan yang maksimal pada
pelanggannya bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan individu di dalamnya.
Maka sudah sepantasnya pemerintah ikut serta dalam mengontrol pergerakan semua
bandar udara yang ada di indonesia dengan cara memberikan arahan pada semua otoritas
pengelola bandar udara dan memberikan jaminan yang maksimal dalam pergerakan ke depannya.
3.3. Sumber
Berdasarkan data yang kami peroleh di atas ada beberapa sumber yang menjadi acuan
dalam pengerjaan tugas ini diantaranya adalah sebagai berikut :
∙ Wikipedia // penerbangan indonesia
∙ Word press // jjwidiasta.co.id
∙ Novalfaraichi.blogspot.com
CONTOH 4444
Keselamatan Penerbangan
BAB I
Pengertian Keselamatan Penerbangan
Keselamatan Penerbangan yaitu suatu keadaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara,
angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum
lainnya.
VISI:
"TERWUJUDNYA PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
UDARA YANG ANDAL, BERDAYA SAING DAN MEMBERIKAN NILAI
TAMBAH”.
MISI:
a. Memenuhi standar keamanan, keselamatan penerbangan dan pelayanan;
menyediakan sarana, prasarana dan jaringan transportasi udara yang andal, optimal
dan terintegrasi;
b. Mewujudkan iklim usaha dan transportasi udara yang kompetitif dan berkelanjutan
(sustainable);
c. Mewujudkan kelembagaan yang efektif dan efisien.
“a combination of measures, human and material resoursces that are
intended to safeguard civil aviation against acts of unlawful interference”.
(reff.annex 17-security)
“Gabungan sumber daya manusia dan materil yang digunakan untuk
melindungi penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum.
“suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari
tindakan melawan hokum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia
fasilitas dan procedure”
Keselamatan merupakan prioritas utama dalam dunia penerbangan, tidak ada
kompromi dan toleransi. Pemerintah berkomitmen bahwa "Safety is Number One"
sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992.
Penyelenggaraan transportasi udara tidak dapat dilepaskan dari pertumbuhan
ekonomi masyarakat pengguna jasa transportasi udara yang dilayani dan juga
kecenderungan perkembangan ekonomi global. Sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi nasional yang semakin membaik, peran Pemerintah yang semula sebagai
penyedia jasa dan pelaku kegiatan ekonomi, akan berubah peran menjadi sebagai
regulator.
Sebagai regulator, Pemerintah hanya bertugas menerbitkan berbagai aturan,
melaksanakan sertifikasi dan pengawasan guna menjamin terselenggaranya
transportasi udara yang memenuhi standar keselamatan penerbangan.
Pemerintah telah mempunyai Program Nasional Keamanan Penerbangan
Sipil (National Civil Aviation Security Programme) yang bertujuan untuk
keamanan dan keselamatan penerbangan, keteraturan dan keberlanjutan
penerbangan sipil di Indonesia dengan memberikan perlindungan terhadap
penumpang, awak pesawat udara, pesawat udara, para petugas di darat dan
masyarakat, dan instalasi di kawasan bandar udara dari tindakan melawan hukum.
Pemerintah memandang perlunya paradigma baru bahwa keselamatan
penerbangan merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Perusahaan
Penerbangan dan Masyarakat pengguna jasa.
Sebagai langkah konkrit ke depan sesuai dengan ketentuan ICAO yang baru,
Pemerintah telah memberlakukan Sistem Manajemen Keselamatan (Safety
Management System/ SMS) di bidang penerbangan.
Sistem Manajemen Keselamatan (SMS) adalah suatu sistem monitoring
yang berupa tim atau organisasi di dalam suatu perusahaan penerbangan yang
memiliki tugas dan tanggung jawab yang memonitor kinerja keselamatan dari
perawatan dan pengoperasian serta memprediksi suatu bahaya, menganalisa resiko
dan melakukan tindakan pengurangan resiko tersebut dengan membahas perihal
keselamatan secara berkala yang dipimpin oleh Presiden Direktur Perusahaan
Penerbangan sebagai pemegang komitmen safety.
Pemerintah melakukan revisi Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Keselamatan Penerbangan/CASR untuk memasukkan persyaratan Sistem
Manajemen Keselamatan berupa tanggung jawab keselamatan oleh Presiden
Direktur, sistem mengidentifikasi bahaya, menganalisa resiko dan tindaklanjut
mengurangi resiko, kewajiban melakukan evaluasi keselamatan secara berkala,
indikator keselamatan, internal evaluasi, emergency response plan yang dituangkan
dalam safety manual airline.
Perusahaan penerbangan menyiapkan safety manual sesuai dengan
persyaratan CASR dan dilaksanakan secara konsisten serta menentukan komitmen
keselamatan (safety) kepada Pemerintah dengan menetapkan safety target yang
dapat diterima (acceptable safety).
BAB II
Program Keselamatan Nasional
a. Peraturan keselamatan penerbangan;
Terkait dengan keamanan dan keselamatan penerbangan di Indonesia,
Pemerintah telah menetapkan peraturan perundang-undangan antara lain:
a. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan;
b. PP Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan;
c. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 18 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 135;
d. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 2 Tahun 2002 tentang Civil Aviation
Safety Regulation (CASR) part 121;
e. Peraturan Menteri Perhubungan lainnya yang berkaitan dengan keselamatan dan
keamanan penerbangan;
f. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang berkaitan dengan
keselamatan dan keamanan penerbangan.
Peraturan keselamatan juga meliputi :
a. Airspace Utilization
b. Aircraft Operation
c. Airport Development
b. Sasaran keselamatan penerbangan;
a) Target kinerja keselamatan penerbangan,
b) Indikator kinerja keselamatan penerbangan, dan
c) Pengukuran pencapaian keselamatan penerbangan
Kartu keselamatan terletak di kantung kursi di hadapan anda dan dapat membantu
dalam pemahaman bilamana memerlukan tambahan informasi atau ada yang
terlewatkan pada saat demo sedang berlangsung. Kartu ini juga bisa membuat anda
ingat dengan demo yang sudah diberikan sebelumnya.
1. Meletakkan barang bawaan di ruang penyimpanan di atas atau di bawah tempat
duduk di hadapan anda. Mengapa? Dikarenakan jika sewaktu-waktu terjadi
evakuasi maka barang bawaan anda tidak akan menghalangi jalur evakuasi.
2. Menegakkan sandaran kursi saat lepas landas dan sesaat sebelum mendarat.
Mengapa? Tindakan ini dapat dilihat dari beberapa fase. Pada saat lepas landas dan
akan mendarat, jika posisi kursi telalu miring maka kemungkinan kita akan
terlepas dari kursi kita sendiri bukanlah tidak mungkin. Pada saat terjadinya
evakuasi, maka kursi yang miring dapat memperlambat dalam proses.
3. Melipat meja yang terbuka pada saat lepas landas, mendarat, dan jika tidak
digunakan pada saat penerbangan. Mengapa? Seperti penjelasan pada nomor dua,
meja yang terbuka dapat memperlambat proses evakuasi.
4. Menurunkan sandaran tangan. Mengapa? Sandaran tangan sangat membantu pada
saat terjadi goncangan yang secara tiba-tiba dan bersifat keras. Seperti turbulensi
atau
5. Membuka penutup jendela pada saat lepas landas dan mendarat.
6. Menon-aktifkan alat-alat elektronik seperti MP3, laptop, CD, handphone,dan lain-
lainnya. Selain dikarenakan akan memancarkan sinyal yang dapat mengganggu
alat-alat navigasi di dalam kokpit, jika ada tanda dan sinyal evakuasi, dapat
dipastikan anda tidak dapat mendengar dengan jelas.Tambahan: anda dapat
menggunakan alat-alat tersebut setelah lepas landas dan lampu tanda kenakan
sabuk pengaman dipadamkan. Jika menggunakan handphone, dapat
menggunakannya dalam flight mode dan harus di non-aktifkan kembali pada saat
akan mendarat. Pastinya anda juga tidak diharapkan untuk merokok selama
penerbangan. Jika tertangkap, maka ada sanksi atau hukumannya.
Jika terbang pada malam hari atau pagi hari dan masih gelap, pada beberapa
maskapai ada yang menggelapkan lampu kabin atau bahkan memadamkan
semuanya. Hal ini berhubungan dengan adaptasi mata terhadap gelap terang.
Kesimpulan: Hal-hal yang kita sebagai penumpang mungkin merepotkan atau
berlebihan terhadap perlakuan yang didapat percayalah, bahwa keselamatan dalam
penerbangan merupakan syarat dan alasan utama. Penting bagi kita untuk tahu,
menaati, dan mendukung upaya keamanan dan keselamatan bagi kita sendiri dan
sesama.
5. Gangguan dalam bentuk apapun termasuk jual beli tiket secara tidak sah /
liar ( calo ).
1. Peralatan pengamanan adalah barang / alat yang digunakan untuk mengamankan
sesuatu.
2. Petugas pengamanan adalah personil bandar udara atau personil pesawat udara
yang bersertifikat dan bertugas untuk melakukan pengamanan penerbangan sipil
Tugas unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara : Unit pengamanan
bandar udara memiliki tugas untuk memelihara, melindungi dan mengamankan
manusia dan material secara fisik dari segala bentuk ancaman keamanan yang
ditimbulkan oleh manusia dan barang di daerah lingkungan kerja bandar udara.
Fungsi unit pengamanan / petugas pengamanan bandar udara :
▪ Mengawasi dan memeriksa tanda pengenal / pas orang dan kendaraan yang
mempunyai hubungan ke / dari daerah steril dan kawasan sisi udara ( air side )
lainnya, terutama di sekitar pesawat udara.
▪ Membina hubungan yang erat dengan instansi – instansi lain yang terkait di bandar
udara ( misalnya : perusahaan angkutan udara, POLRI, Imigrasi, Bea & Cukai,
Karantina, dll)
▪ Selalu melakukan koordinasi dengan pihak yang berwenang atas perencanaan bandar
udara sehingga semua aspek yang menyangkut pengamanan penerbangan
mendapat perhatian dalam setiap perencanaan / desain / renovasi bangunan dan
fasilitas bandar udara.
3. infrastruktur,
Dalam hal ini, Pemerintah juga memegang peranan penting. Salah satunya dengan
memperbaiki infrastruktur penerbangan. Seperti bangunan, struktur, lampu
aerodrome, landasan pacu, kendaraan, fasilitas radar, komunikasi, situs web dan
lain-lain.
4. serta faktor alam.
Mungkin kita yang belum tahu bahayanya burung bagi pesawat terbang dapat
melihat pada beberapa saat yang lalu ada kecelakaan pesawat yang disebabkan
oleh kawanan burung yang bertabrakan dengan pesawat yang disebut dengan bird
strike, atau bird hit, atau BASH - Bird Aircraft Strike Hazard.
Beruntung, pilotnya bisa mendaratkan pesawat ke sungai meskipun semua mesin
dalam keadaan mati, dan Semua penumpang selamat.
KENAPA BURUNG BERBAHAYA?
Ancaman yang paling utama pada kasus bird strike adalah pada pesawat jet.
Maksud pesawat jet di sini adalah pesawat turbojet ataupun jet (ramjet, dll) pada
umumnya. Tidak seperti mobil yang mesinnya tertutup rapi, pada pesawat jet,
bagian depan mesin pesawat terbuka untuk menyedot udara untuk pembakaran.
Benda-benda yang tidak diinginkan bisa tersedot dan merusak bagian dalam mesin
pesawat. Benda-benda ini disebut FOD (Foreign Object Damage).
UPAYA MENANGGULANGINYA
Untuk mengusir burung di beberapa bandar udara di luar negeri mereka
memasang perangkat pengusir burung. Cara kerjanya adalah dengan pengeras
suara yang menghasilkan suara pemangsa burung-burung yang ada di sekitar
bandar udara. Dengan suara ini diharapkan burung-burung akan menyangka ada
bahaya pemangsa di dekat mereka dan akan pergi ke tempat lain untuk
menghindari pemangsanya tersebut.
Bandar udara tanpa perangkat canggih pun melakukan pengusiran burung
dengan cara konvensional, biasanya dengan menembakkan senapan dengan suara
yang keras untuk menakut-nakuti burung. Padahal suara pesawatpun sudah cukup
keras untuk mengusir burung. Tapi karena biasanya suara pesawat terdengar
setelah pesawat lewat maka pengusiran burung harus dilakukan sebelum pesawat
lewat untuk lepas landas atau mendarat.
Cara lain untuk mengusir burung adalah dengan burung pemangsa (falcon
dll), lampu, pyrotechnics (semacam kembang api), pesawat radio-controlled,
lasers, anjing dan lain-lain.
TNO, sebuah institut penelitian di Belanda telah berhasil mengembangkan
ROBIN (Radar Observation of Bird Intensity) untuk Royal Netherlands
Airforce. ROBIN adalah hampir real-time monitoring system untuk memantau
pergerakan burung terbang. ROBIN mengenali kumpulan burung dari radar
systems yang besar. Informasi ini digunakan untuk penerbang AU Belanda
sewaktu lepas landas dan mendarat. Tabrakan pesawat militer Belanda dengan
burung berhasil dikurangi sampai 50 % dengan sistem ini. Sayangnya belum ada
sistem yang sama yang digunakan oleh sipil.
BAHAYA LAIN
Selain burung, binatang lain juga bisa membahayakan penerbangan jika
mereka ada dan dibiarkan berlalu lalang di bandar udara pada waktu pesawatlepas
landas. Pada waktu mendarat, menabrak binatang di landas pacu mungkin tidak
terlalu membahayakan, biarpun dapat membuat kerugian yang sangat besar.
Kejadian yang cukup besar pernah terjadi di Indonesia adalah sebuah pesawat
B737 yang menabrak seekor kerbau di bandar udara Aceh beberapa tahun lalu.
Selain binatang, ternyata manusia juga bisa menyebabkan FOD pada saat
pesawat terbang. Yaitu dengan menerbangkan layang-layang di sekitar jalur lepas
landas dan pendaratan pesawat. Biarpun tidak bisa terbang tinggi, layang-layang
jika dimainkan tepat di jalur pendaratan pesawat atau jalur lepas landas
mempunyai efek bahaya yang sama dengan burung pada kasus bird strike.