Anda di halaman 1dari 23

LAMPIRAN

PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA
BUKITTINGGI
Nomor :
37/PER/DIR/ISBT/XI/2015
TENTANG ASESMEN DAN
MANAJEMEN NYERI

BAB I
DEFINISI

Beberapa pengertian yang di maksud dalam panduan ini sebagai berikut :


1. Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang diakibatkan adanya
kerusakan jaringan yang sedang atau akan terjadi, atau pengalaman sensorik dan
emosional yang merasakan seolah-olah terjadi kerusakan jaringan.
2. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki
hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit.
3. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri
kronik adalah nyeri yang terus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan
dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti.
4. Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa nyeri pada pasien di
rumah sakit yang terdiri dari asesmen awal dan asesmen ulang nyeri.
5. Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa sakit / nyeri
pada saat pasien dilayani pertama kali di IGD, rawat jalan, maupun rawat inap.
6. Asesmen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian ulang terhadap
rasa sakit / nyeri pada pasien yang telah dilakukan asesmen nyeri awal maupun
yang telah dilakukan pengelolaan nyeri baik di rawat jalan, IGD, ruang rawat inap,
rawat khusus ICU, sampai pasien terbebas dari rasa nyeri.
7. Manajemen nyeri adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk menjaga pasien
dalam kondisi senyaman mungkin. Manajemen nyeri memerlukan kerja sama tim
yang baik, antara pasien, dokter, perawat, dan staf lain yang memberikan pelayanan
manajemen nyeri.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 1


8. Nyeri berdampak pada tingkat aktifitas nafsu makan, pola tidur, penggunaan energy
dan mood. Mengatasi nyeri dapat membantu pasien merasa lebih baik dan akan
menolong mereka untuk sembuh lebih cepat.
9. Analgetika adalah : obat yang digunakan untuk mengatasi / menghilangkan rasa
nyeri
10. Analgetika Opiod adalah : obat yang digunakan untuk mengatasi / menghilangkan
rasa nyeri yang tergolong dalam golongan obat narkotika.
11. AINS / Anti Inflamatory Non Steroid adalah : obat yang digunakan untuk mengatasi
/ menghilangkan rasa nyeri dengan mekanisme penghambatan terhadap sintesa
prostaglandin yang merupakan mediator nyeri.
12. Terapi non medikamentosa adalah : terapi / tindakan untuk mengatasi /
menghilangkan nyeri tanpa menggunakan obat – obatan.
13. Terapi medikamentosa adalah : terapi / tindakan untuk mengatasi / menghilangkan
nyeri dengan menggunakan obat – obatan.
14. Daftar obat nyeri adalah : daftar obat yang digunakan untuk mengatasi /
menghilangkan rasa nyeri yang tersedia di farmasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi
15. Tim manajemen nyeri adalah : tim rumah sakit yang merupakan sumber bantuan
dan informasi yang terdiri dari dokter, perawat, perawat spesialis, Apoteker sebagai
penyedia obat analgetika. Tim diketuai oleh dokter spesialis anestesi.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Manajemen nyeri merupakan salah satu pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit
kepada pasien, karena menjadi hak pasien untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan
kebutuhannya. Manajemen nyeri mengatur tata cara pengelolaan nyeri yang dimulai dari
identifikasi, pengklasifikasian dan tatalaksana nyeri dengan mengacu pada standar WHO.
Manajemen nyeri dilakukan di IGD, rawat jalan, rawat inap, OK, dan perawatan intensif.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 3


BAB III
KEBIJAKAN

Keputusan Direktur Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi Nomor : 47/SK-
DIR/ISBT/V/2015 tentang Pelayanan Pasien yang berisikan :
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan
asesmen apabila ada rasa nyerinya
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai panduan dan protokol
4. Komunikasi dengan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 4


BAB IV
TATA LAKSANA

Manajemen nyeri diselenggarakan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi


berdasarkan prinsip-prinsip pemberian pelayanan yang bermutu, berorientasi pada
keselamatan pasien dan melibatkan peran pasien serta keluarga. Tatalaksana manajemen
nyeri Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi, meliputi:
1. Anamnesis
a. Riwayat penyakit dahulu.
b. Riwayat penyakit sekarang.
c. Riwayat psikososial.
d. Riwayat pekerjaan.
e. Riwayat obat-obatan dan alergi.
2. Penilaian Nyeri dilakukan dengan menggunakan :
a. Numeric Rating Scale :
Untuk menggunakan pengukuran ini, pasien perlu menghitung dan
memperkirakan kuantitas angka, sehingga pengukuran dengan rasio numeral
cocok digunakan pada pasien anak umur > 6 tahun dan dewasa yang mampu
berkomunikasi.
Caranya : pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan, yang
dilambangkan dengan angka 1 - 10

K
e
t
Kerangan:
0 = tidak nyeri.
0-3 = nyeri ringan ( sedikit terganggu aktivitas sehari- hari)
4-6 = nyeri sedang ( gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari )
7-10 = nyeri berat ( tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan pasien
sampai menangis )

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 5


b. Wong Baker Faces (Gambar wajah tersenyum-cemberut-menangis) atau Visual
Analog Scale :
Cara penilaian ini digunakan pada pasien yang tidak dapat menggambarkan
intensitas nyerinya dengan angka atau pasien anak umur > 3 tahun dan dewasa
yang sulit berkomunikasi.

Keterangan:
0 : nyeri tidak dirasakan oleh pasien
1-3 : nyeri ringan ( nyeri dirasakan sedikit saja )
4–6 : nyeri sedang ( nyeri dirasakan hilang timbul dan agak mengganggu
aktifitas )
7 – 10 : nyeri yang dirasakan pasien secara keseluruhan (tak tertahankan dan
pasien sampai menangis )

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 6


c. Flacc Scale ( Face, Legs, Activity, Cry, Consolability)
Cara penilaian ini digunakan pada pasien bayi/anak usia 3 bulan sampai 6 tahun,
dan dapat digunakan juga untuk pasien anak yang tidak dapat berkomunikasi.

Score Nilai
Kategori
0 1 2 Score
Menyeringai,
Tidak ada mengerutkan Dagu gemetar,
Face
ekspresi khusus, dahi, tampak gerutu berulang
(Wajah)
senyum tidak tertarik (sering)
(kadang-kadang)
Posisi normal Menendang, kaki
Leg (Kaki) Gelisah, tegang
atau santai tertekuk
Berbaring
Activity tenang, posisi Menggeliat, tidak
Kaku atau tegang
(Aktivitas) normal, gerakan bisa diam, tegang
mudah
Merintih,
Cry merengek, Terus menangis,
Tidak menangis
(Menangis) kadang-kadang berteriak
mengeluh,
Dapat
Consolabilit
ditenangkan
y Sering mengeluh,
Rileks dengan sentuhan,
(Kemampua sulit dibujuk
pelukan, bujukan,
n Consol)
dapat dialihkan
Skala 0 = Nyaman, Skala 1 – 3 = Kurang nyaman,
Skala 4 – 6 = Nyeri Sedang, Skala 7 – 10 = Nyeri hebat
Total Score

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 7


d. Behavioral Pain Scale (BPS)
Penilaian derajat nyeri pada pasien penurunan kesadaran menggunakan skala
sikap dan prilaku pasien / Behavioral Pain Scale (BPS), yaitu dengan melihat
ekspresi wajah, pergerakan atau posisi ekstremitas atas, dan toleransi terhadap
ventilasi mekanik.
Penilain SKOR
nyeri BPS
Skala 1 2 3 4
Ekspresi Tenang Sebagian Seluruh Wajah
wajah wajah tegang wajah menyeringai &
/ (dahi tegang mengkerut
mengkerut) (kelopak
mata
menutup)
Pergerakan Tenang Sebagian Menekuk Menekuk total
ekstermitas pada daerah total dengan dengan terus
atas atau siku menekuk jari-jari menerus
posisi mengepal
toleransi Bisa Adanya Melawan Tidak mampu
terhadap mengikuti respon batuk pola mentoleransi
ventilasi irama/pola tetapi tetap ventilasi pola ventilasi
mekanik ventilasi masih dapat
/ventilator mengikuti
pola ventilasi
TOTAL

Katagori penilaian
1) Ringan : < 6
2) Sedang : 6-8
3) Berat : ≥ 9

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 8


e. Pengkajian Nyeri Untuk Neonatus, NIPS (neonatal infant paint score)
Untuk bayi cukup bulan 0 hari sampai dengan 30 hari atau bayi premature 0 hari
sampai dengan usia gestasi < 40 minggu
Uraian Skore
1. Ekspresi wajah
Otot wajah rileks,ekspresi netral 0
Otot wajah tegang, alis berkerut, rahang, dagu meruncing 1
2. Tangisan
Tenang, tidak menangis 0
Megerang, sebentar- sebentar menangis 1
Terus menerus menangis, menangis kencang, melengking 2
3. Pola nafas
Rileks, nafas reguler 0
Pola nafas berubah : tidak teratur, lebih cepat darfi biasanya, 1
tersedak, menahan nafas
4. Tangan
Rileks, otot tangan tidak kaku, kadang bergerak tidak beraturan 0
Fleksi/ekstensi kaku, meluruskan tangan tapi dengan cepat melakukan 1
fleksi/ekstensi yang kaku
5. Kaki
Rileks, otot kaki tidak kaku, kadang bergerak tidak beraturan 0
Fleksi/ekstensi kaku, meluruskan kaki tapi dengan cepat melakukakan 1
fleksi/ekstensi yang kaku
6. Kesadaran
Tidur pulas atau cepat bangun, alert dan tenang 0
Rewel, gelisah dan meronta-ronta 1
TOTAL
Kategori :
Skala nyeri :
0 – 2 = tidak nyeri
3 - 4 = nyeri ringan – nyeri sedang

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 9


>4 = nyeri hebat

Intervensi
0–2 = Tidak ada
3 - 4 = Intervensi tanpa obat, dievaluasi selama 30 menit
>4 = Intervensi tanpa obat, bila masih nyeri Lapor DPJP, Pemberian
analgesic dan dievaluasi selama 30 menit

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium dan radiologi apabila diperlukan.
4. Terapi
Sebelum melakukan penanganan nyeri , dokter/ perawat terlebih dahulu melakukan
asesmen nyeri yang dirasakan pasien karena nyeri merupakan pengalaman
interpersonal dari pasien sendiri.

Penanganan terhadap nyeri secara umum dilakukan dengan cara Non Farmakologis
dan Farmakologis.

Penanganan nyeri Non Farmakologis berdasarkan tingkat berat ringannnya nyeri


yang dirasakan pasien.

a. Nyeri Ringan ( skala 1-3 )


Pada pasien dengan nyeri ringan atau skala 1-3 ,secara umum penanganannnya
dilakukan melalui tindakan non farmakologi yang disesuaikan menurut
kemampuan pasien seperti tindakan dibawah ini :
b. Stimulasi Kulit
Tehnik ini mendistraksi pasien dan menfokuskan perhatian pada stimulas taktil
jauh dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri.
Beberapa tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri adalah :
1) Massage :
Suatu tindakan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien sehingga
dapat membantu relaksasi dan menurunkan ketegangan otot dan dapat
mengurangi kecemasan
Caranya : mengusap, menekan, gesekan, getaran dan menepuk

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 10


2) Kompres panas atau dingin
Melakukan pengompresan pada daerah yang nyeri
Seperti : mandi hangat, bantalan pemanas, kompres panas atau dingin,
rendam air hangat atau dingin : secara umum dapat meredakan nyeri dan
meningkatkan pemulihan area cidera.
c. Immobilisasi
Pembatasan gerak bagian tubuh yang sakit dapat membantu mengatasi nyeri
akut. Dapat juga diberi beban atau alat penyangga untuk nyeri akut pada area
persendian.
d. Teknik distraksi
Untuk mengalihkan perhatian pasien ke dalam hal lain yang dapat menurunkan
atau mengurangi rasa nyeri bahkan sampai dengan mampu meningkatkan
toleransi terhadap nyerinya sehingga pasien merasa berada dalam suasana yang
nyaman dan menyenangkan.

Contoh : Pada pasien anak dapat diarahkan untuk melihat gambar pada buku,
bermain puzzle, meniup balon

Pada pasien dewasa dengan membaca koran, nonton TV (visual) dan


mendengarkan musik, humor (audiometri) sesuai dengan selera dan tingkat
volume yang dapat ditoleransi oleh pasien

e. Relaksasi
Merupakan bagian dari terapi perilaku kognitif yang bertujuan untuk
mengendalikan nyeri dengan menurunkan ketegangan fisiologis tubuh.
3 hal utama yang diperlukan untuk relaksasi :
1. Posisi yang nyaman berbaring ataupun duduk
2. Fikiran tenang / beristirahat
3. Kepala ditopang
4. Lingkungan yang tenang
5. Relaksasi nafas dalam

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 11


f. Guided imagery
Tehnik menggunakan imajinasi seseorang untuk mencapai efek postif tertentu
dapat juga dikombinasikan dengan tehnik relaksasi nafas dalam sehingga
menghasilkan ketenangan dan kedamaian.
(Smeltzer, bare, Hinkle & Cheever, 2010)
Intervensi nyeri ringan :
a. Kaji ulang nyeri setiap 7 – 8 jam
b. Edukasi pasien dan keluarga mengnal nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi, distraksi, guided imagery, immobilisasi dan stimulasi
kulit
d. Bila perlu berikan Non Steroid Anti Inflamatory Drugs (NSAID)/Parecetamo
sesuai dengan keadaan pasien (atas persetujuan DPJP)
g. Nyeri Sedang ( skala 4 - 6 )
Pada pasien dengan nyeri sedang atau skala 4-6 , penanganannya dapat
dilakukan melalui tindakan non farmakologi dan dikombinasi dengan
farmakologi. Pada nyeri tingkat sedang ini perawat harus melakukan kolaborasi
dengan DPJP.
Intervensi nyeri sedang :
1) Kaji ulang nyeri setiap 2 jam sampai nyeri teratasi (VAS < 4)
2) Lakukan intervensi nyeri ringan
3) Kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian terapi
4) Evaluasi 2 jam setelah pemberian terapi I, bila nyeri < 4 evaluasi dilakukan
setiap shift dinas sesuai dengan evaluasi vital sign
h. Nyeri Berat ( skala 7 - 10)
Pada pasien dengan nyeri berat atau skala 7 - 10, penanganannya secara umum
menggunakan farmakologis.
Intervensi nyeri berat
1) Kaji ulang nyeri setiap 1 jam, sampai nyeri menjadi sedang dikaji setiap 2 jam,
dan bila nyeri telah teratasi setiap 7-8 jam
2) Lakukan intervensi nyeri sedang

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 12


3) Kolaborasi dengan DPJP untuk pemberian terapi, jika obat yang diberikan
oleh DPJP tidak dapat mengatasi nyerinya maka DPJP perlu untuk melakukan
kolaborasi dengan dokter anestesi.
4) Pada pasien yang mengalami nyeri kardiak ( jantung ) lakukan asesmen ulang
setiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat – obatan intravena
Penanganan nyeri dengan farmakologis :
Bedasarkan jenis terapi :
a. Non medikamentosa
1) Fisioterapi
2) Akupuntur
3) Hipnoterapi
4) Psikoterapi
Berikan edukasi kepada pasien antara lain:
1) Faktor psikologis yang dapat menjadi penyebab nyeri
2) Menenangkan ketakutan pasien
b. Medikamentosa :
1) Analgetika (topical dan sistemis)
2) NSAID
3) Opioid
4) Obat spesifik
Penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan diagram based on the 3 step WHO
analgesic Ladder, yaitu :
a. Nyeri ringan – sedang diberikan Analgesik Non Opioid (Aspirin,
Paracetamol/ibuprofen).
b. Nyeri sedang diberikan Weak Opioid, Non Opioid, dan analgesik adjuvant
( codein, tramadol and buprenorphine) used combination with a non opioid,
e.g aspirin, paracetamol or ibuprofen).
c. Nyeri Berat diberikan Strong Opioid ( Morphin, hydromorphone, oxycodone
or buprenorphine) may be caused alone or in combination with a non opioid.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 13


Dibawah ini diagram based on the 3 – step WHO Analgesic Ladder

Beberapa obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah :


1. Paracetamol
a. Efek analgesik untuk nyeri ringan - sedang dan anti piretik. Dapat
dikombinasikan dengan Opoid untuk memberikan efek analgesik yang
lebih besar.
b. Dosis 10 mg/kg BB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk dewasa
dapat diberikan dosis 3-4 kali 500 mg/hari.
2. Obat Anti Inflamasi Non Steroid( OAINS )
a. Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan-
sedang, antipiretik.
b. Kontra indikasi : pasien dengan Triad Franklin (polip hidung,angioedema
dan urtikaria ) karena sering terjadi reaksi anafilaktik)
c. Efek samping : gastrointestinal (erosi/ulkus gaster), disfungsi renal,
peningkatan enzym hati.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 14


3. Keterolak
a. Merupakan satu-satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral. Efektif
untuk nyeri sedang-berat.
b. Bermanfaat jika terdapat kontraindikasi opioid atau dikombinasikan
dengan opioid untuk mendapat efek sinergistik dan meminimalisasi efek
samping opioid (depresi pernafasan, sedasi,statis gastrointestinal).
Sangat baik untuk terapi.
4. Tramadol
a. Merupakan analgetik yang lebih paten dari OAINS oral, efek samping
lebih sedikit /ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi OAINS
b. Indikasi : efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang (nyeri
kanker, osteoarthritis, nyeri punggung bawah, neuropati DM,
fibromyalgia, neuralgia pasca herpetik, nyeri pasca operasi.
c. Efek samping : pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi.
d. Pemberian : IV, epidural, rektal, oral.
e. Dosis tramadol oral : 3-4 kali 50-100 mg perhari.
f. Dosis maximal : 400 mg dalam 24 jam
5. Opioid
a. Merupakan analgetik paten (tergantung dosis ) dan efeknya dapat
ditiadakan oleh nalokson.
b. Contoh opioid yang sering digunakan adalah : morfin, fentanyl.
c. Dosis opioid yang diberikan disesuaikan tiap individual untuk
mendapatkan dosis yang tepat, pemberian melalui titrasi.
d. Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk
penatalaksanaan nyeri akut.
e. Efek samping :
1) Depresi pernafasan , dapat terjadi bila :
• Overdosis : pemberian dosis besar, akumulasi akibat pemberian
secara infus, opioid long acting.
• Pemberian sedasi bersamaan ( benzodiazepin, antihistamin,
antiemetik tertentu )

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 15


• Adanya kondisi tertentu seperti : gangguan elektrolit,
hipovolemi,uremia, gangguan respirasi dan peningkatan TIK.
• Obstruksi jalan nafas intermiten
2) Sedasi
3) Sistem saraf Pusat: Euforia,halusinasi, miosis, kekakuan otot dan
coma (pemberian petidin)
4) Toksisitas metabolit :
• Clopedin menimbulkan tremor, twitching,multifocal, kejang.
• Petidin tidak boleh digunakan >72 jam untuk penatalaksanaan
nyeri pasca bedah.
• Pemberian morfin kronik : menimbulkan gangguan fungsi ginjal
terutama pada pasien usia >70 th.
5) Efek kardiovaskular :
• Tergantung jenis, dosis dan cara pemberian , status volume
intravascular serta level aktifitas simpatetik.
• Morfin menimbulkan vasodilatasi
• Petidin menimbulkan takikardi.
6) Gastrointestinal : mual, muntah.

6. Efek analgesik pada Antidepresan


a. Mekanisme kerja : memblok pengambilan kembali adrenalin dan
serotonin sehingga meningkatkan efek neurotransmitter tsb dan
meningkatkan aktivasi neuron inhibisi nosiseptif.
b. Indikasi : nyeri neuropatik ( neuropati DM, neuralgia pasca-
herpetik,cedera saraf perifer, nyeri sentral )

7. Anti-konvulsan
a. Bomgetol : efektif untuk nyeri neuropatik.
b. Efek samping : somnolen,gangguan berjalan,pusing
c. Gabapentin : merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri
neuropati.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 16


8. Antagonis kanal natrium
a. Lidocain : nyeri neuropatik dan pasca operasi.

5. Assesmen/penilaian nyeri
a. Penilaian nyeri dilakukan oleh perawat / DPJP /dokter ruangan / dokter jaga
b. Asesmen nyeri yang komprehensif dilakukan setiap kali melakukan asesmen pada
pasien IGD, rawat jalan dan rawat inap
c. Perawat mengkomunikasikan nyeri pasien dengan menggunakan skala nyeri yang
tepat
d. Perawat memberikan edukasi rencana penatalaksanaan nyeri pasien termasuk
tujuannya
e. Penilaian nyeri > 4 lapor DPJP

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 17


Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 18
BAB IV
DOKUMENTASI

Manajemen nyeri dilakukan dengan didukung formulir asesmen nyeri awal keperawatan
rawat inap, asesmen awal keperawatan rawat jalan dan asesmen awal keperawatan IGD
dan asesmen lanjutan nyeri. Semua asesmen dan pemberian obat – obatan / tindakan
harus dicatat didalam rekam medis pasien.

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 19


ASESMEN LANJUTAN NYERI

PENATALAKSANAAN DAN PENGKAJIAN ULANG NYERI


Skor nyeri Skor sedasi Protokol Penatalaksanaan Pengkajian ulang
0 : Tidak 4 : Somnolen, 1-3 : Penatalaksanaan non 1. 15 menit setelah
nyeri minimal/tidak farmakologi seperti : intervensi obat
respon terhdap Massage, tehnik injeksi
1-3 : Nyeri
rangsangan fisik kompres hangat/ 2. 1 jam setelah obat
ringan
3 : Sering mengantuk, dingin, immobilisasi, oral/lainnya
4-6 : Nyeri bisa teknik distraksi, 3. 1x /shift bila skor
sedang dibangunkan, relaksasi, guyded nyeri 1-3
mudah tertidur imagery.. 4. Setiap 2 jam bila skor
7-10 : Nyeri
saat sedang 4–6 : Penatalaksanaan non nyeri 4-6
berat
bicara farmakologi dan lapor 5. Setiap 1 jam bila skor
2 : Agak mengantuk, ke DPJP nyeri 7-10
udah 7–10: Laporkan DPJP untuk 6. Dihentikan bila skor
dibangunkan pengobatan dan DPJP nyeri 0
1 : Bagun dan sadar konsul ke anastesi
atau saraf

Tg Intervensi Interv Wakt


Tg Sko Skor TD H SH RR Nam l Farmakologi ens Nam u kaji
l r sed R a Ja Nama Dosi Ru Non a ulang
Ja ny asi Paraf m obat s te Farm Paraf
m eri Frek ak

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 20


LAMPIRAN
DAFTAR OBAT NYERI RINGAN

Nyeri Non opioid analgetik Paracetamol Dumin tablet 500mg


ringan Panadol tablet 500mg
Panadol syr 160mg/5ml
Sanmol sirup
Dumin sirup
Nsaid Asam mefenamat Mefinal tab 250mg,500 mg

Meloxicam Meloxicam 7,5 mg, 15 mg

Ibuprofen Proris tablet 200mg


Proris syr 100mg/5ml, 100
mg
Ketorolac Ketopain inj 30mg
tromethamine Toramin 30 mg

Diklofenac ka Eflagen 25 mg

Diklofenac na Flamar tab 25mg

Etoricoxib Arcoxia tab

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 21


60mg,90mg,120mg

Piroxicam Piroxicam 10 mg
Pirofel gel

Metamizole na Novaldo injeksi 500mg/ml

DAFTAR OBAT NYERI SEDANG


Nyeri Weak opioid Codein Codein tablet 10 mg, 20
sedang mg
Tramadol Tramal injeksi 50mg
Tramal capsul 50mg
Tramal suppos
Tramadol+paracetamol Patral tab

DAFTAR OBAT NYERI BERAT


Nyeri berat Strong opioid Morphine Mst tablet 10mg, 15
mg
Morphine injeksi
Pethidine Clopedine inj
100mg/2ml

Fentanyl Fentanyl injeksi


0,1mg/2ml
Durogesic patch 12mg
Durogesic patch 25mg

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 22


BAB V
PENUTUP

Setiap pasien masuk Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi yang merasakan nyeri
dilakukan asesmen nyeri komprehensif yang berpedoman pada panduan asesmen nyeri
dan manajemen nyeri. Intervensi nyeri sesuai dengan skor nyeri dan pelaksanaan sesuai
dengan manajemen nyeri yang telah ditetapkan di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Bukittinggi

Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Bukittinggi 23

Anda mungkin juga menyukai