Anda di halaman 1dari 9

HILANGNYA NILAI PANCASILA PADA MASA

ERA REFORMASI - SEKARANG

Oleh:

Eva Kumala Sari

NIM (150533601530)

S1 Pendidikan Teknik Informatika Off B,Jurusan Teknik Elektro

Fakultas Teknik,Universitas Negeri Malang

Abstrak

Reformasi memiliki makna suatu pergerakan untuk memformat ulang atau


menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan pada format atau
bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan rakyat. Salah
satu tujuan reformasi dibidang politik dan hukum adalah mengembalikan UUD
1945 dan Pancasila sebagai falsafah dasar kehidupan bangsa dan Negara.
Gerakan reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil Presiden
Prof. Dr. BJ. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti
dengan pembentukan kabinet Reformasi pembangunan.
Di masa era reformasi, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Terlepas dari kelemahan masa lalu,
Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan yang
kompleks seperti globalisasi,krisis ekonomi, dinamika politik, dan intoleransi.
Pancasila hanyalah terlihat sebagai simbol Negara saja, mereka (baik masyarakat
ataupun pemerintah) hanyalah mengerti bahwa Pancasila sebagai dasar Negara,
tetapi pada kenyataannya, ternyata banyak sekali masyarakat yang tidak
memerhatikan pentingnya Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Salah satu cara yang perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali
penanaman nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan menerapkan
Pendidikan Pancasila dimulai dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi
karena Pancasila harus dipahami secara benar agar mampu mengantarkan
Bangsa Indonesia mencapai tujuan nasionalnya.
kata kunci
Reformasi , Pancasila

LATAR BELAKANG

Pada hakikatnya Pancasila mengandung dua pengertian pokok, Sebagai


pandangan hidup bangsa Indonesia dan sebagai dasar Negara Republik Indonesia. Dari
kedua pengertian pokok ini,Pancasila merupakan dasar ideologi Negara Republik
Indonesia secara resmi tercantum di dalam alinea ke-empat pembukaan undang-undang
dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah
bangsa Indonesia (Koento Wibisono, 2001) memberikan tahapan perkembangan
Pancasila sebagai dasar negara dalam tiga tahap yaitu :
(1) tahap 1945 – 1968 sebagai tahap politis
(2) tahap 1969 – 1994 sebagai tahap pembangunan ekonomi, dan
(3) tahap 1995 – 2020 sebagai tahap repositioning Pancasila.
Penahapan ini memang tampak berbeda lazimnya para pakar hukum
ketatanegaraan melakukan penahapan perkembangan Pancasila Dasar Negara yaitu :
(1) 1945 – 1949 masa Undang-Undang Dasar 1945 yang pertama ;
 (2) 1949 – 1950 masa konstitusi RIS ;
(3) 1950 – 1959 masa UUDS 1950 ;
(4) 1959 – 1965 masa orde lama ;
(5) 1966 – 1998 masa orde baru dan
(6) 1998 – sekarang masa reformasi.
Hal ini patut dipahami, karena adanya perbedaan pendekatan yaitu dari segi
politik dan dari segi hukum.
Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan
menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik
dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai
pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Pancasila diindikasikan mulai
dilupakan masyarakat Indonesia. Sendi-sendi kehidupan di masyarakat sudah banyak
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila.
Terlepas dari kelemahan masa lalu, Pancasila harus tetap sebagai ideologi
kebangsaan. Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan
yang kompleks seperti globalisasi, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya,
dinamika politik dan konflik internal yang masih rawan.
          Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan politik ketika
negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era reformasi, Negara Indonesia tetap
berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara.Sebagai dasar negara tentulah
Pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global yang terus
berkembang. Di   reformasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga kepribadian  bangsa  Indonesia.

PEMBAHASAN

Sejarah Reformasi

Makna reformasi secara etimologis berasal dari kata Reformation dengan akar
kata “reform “yang bermakna  “make or become better by removing  or putting right
what is bad wrong”. Secara harfiah Reformasi memilki makna suatu pergerakan untuk
memformat ulang atau menata kembali hal-hal yang menyimpang untuk dikembalikan
pada format atau bentuk semula sesuai dengan nilai-nilai ideal yang dicita-citakan
rakyat.

Reformasi sendiri bergulir di Indonesia dengan di motori oleh tokoh-tokoh


bangsa ini dan mahsiswa yang merasa bahwa krisis yang melanda negara ini di awali
dari krisis ekonomi ternyata telah membawa kita pada krisis yang lebih besar seperti
krisis politik, kepemimpinan dan akhirnya terjadi pergantian kepemimpinan secara
nasional.Tentu telah banyak korban yang berguguran dalam proses reformasi tersebut
semisal contoh mahasiswa Trisakti yang menjadi korban dalam tragedi semanggi I-II,
kerusuhan masa yang anakis dan brutal dengan melakukan penjarahan, pemerkosaan,
pengerusakan fasilitas-fasilitas umum di Jakarta, Solo, Medan, dan kota-kota lain di
Indonesia. Semangat dan jiwa reformasi yang digulirkan menjadi tidak tentu arah dan
justru malah menodai nilai dan tujuannya sendiri.

Gerakan reformasi

Pelaksanaan  GBHN 1998 pada PJP II pelita ke tujuh ini bangsa Indonesia
mengahadapi bencana hebat, yaitu dampak krisis ekonomi  Asia terutama Asia
Tenggara sehingga menyebabkan stabilitas politik menjadi goyah. Terutama praktik-
praktik pemerintahan di bawah Orde Baru, ekonomi rakyat menjadi semakin terpuruk
system ekonomi menjadi kapitalistik  di mana kekuasaan ekonomi di Indonesia hanya
berada pada sebagian kecil penguasa dan konglomerat.
          Terlebih lagi merajelelanya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, pada
hampir seluruh instansi serta lembaga pemerintahan, serta penyalahgunaan kekuasaan
dan wewenang dikalangan para pejabat dan pelaksana pemerintahan Negara membawa
rakyat semakin menderita.
       Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional,
maka timbullah gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa, cendikiawan dan
masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya reformasi di segala
bidang terutama bidang politik, ekonomi, dan hukum.
Awal keberhasilan gerakan reformasi ditandai dengan mundurnya Presiden
Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian disusul dengan dilantiknya Wakil
prisiden Prof. Dr. BJ. Habibie menggantikan kedudukan Presiden. Kemudian diikuti
dengan pembentukan kabinet Reformasi pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah
yang merupakan pemerintahan transisi yang akan mengantarkan rakyat Indonesia untuk
melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama pengubahan 5 paket UU. Kemudian
diikuti dengan reformasi ekonomi  yang menyangkut perlindungan hukum sehingga
perlu diwujudkan UU anti monopol, UU persaingan sehat, UU kepailitan, UU Usaha
kecil , UU Bank sentral, UU perrlidungan konsumen dan lain sebagainya.

          Yang lebih mendasar lagi reformasi dilakukan pada kelembagaan tinggi yaitu
pada susunan DPR dan MPR dengan diawali pengubahan :
a)    UU Tentang susunan dan kedudukan MPR,DPR, dan DPRD (UU No. 16/1969 jis.
UU No. 5/1975 dan UU No. 2/1985).
b)   UU Tentang partai polotik dan Golongan Karya (UU No. 3/1975, jo.UU. No.
3/1985).
c)  UU Tentang pemilihan Umum (UU no. 16/1969 jis UU No. 4/1975,UU No.2/1980,
dan UU No. 1/1985).
Reformasi terhadap UU politik tersebut diatas harus benar-benar dapat
mewujudkan politik yang demokratis sesuai dengan kehendak pasal 1 ayat (2) UUD
1945 bahwa kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh majelis
permusyawaratan rakyat.

Gerakan reformasi sebagai upaya untuk menata ulang dengan melakukan perubahan-
perubahan sebagai realisasi dan keterbukaan pancasila dalam kebijaksanaan dan
penyelenggaraan Negara. Sebagai ideologi yang bersifat terbuka dan dinamis pancasila
harus mampu mengantisipasi perkembangan zaman terutama perkembangan dinamika
aspirasi rakyat.

Nilai Pancasila pada masa era reformasi

Pancasila yang terdiri dari lima sila (Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia) merupakan satu kesatuan yang saling mengikat/menjiwai dan
memiliki motto Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi
tetap satu. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam
budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

 Namum semenjak reformasi nilai-nilai Pancasila kian tersingkirkan,


keberadaanya dan mulai dilupakan oleh generasi penerus bangsa serta pengaruh
globalisasi yang semakin besar menjadi salah satu faktor menurunnya pemahaman
Pancasila pada generasi muda bangsa ini. Akibatnya, merosotnya moral dan lunturnya
rasa kebersamaan dan persatuan bangsa Indonesia. Ini sudah terbukti dengan banyaknya
pertikaian di masyarakat dan aturan/undang-undang dibuat lebih mementingkan
kelompok daripada kepentingan nasional atau bangsa yang ujung-ujungnya  berdampak
pada aturan yang tidak tegas dan pertikaian.
Pancasila yang seharusnya sebagai nilai dasar moral etik bagi negara dan aparat
pelaksana Negara, dalam kenyataannya digunakan sebagai alat legitimasi
politik.Puncak dari keadaan tersebut ditandai dengan hancurnya ekonomi nasional,
maka timbullah berbagai gerakan masyarakat yang dipelopori oleh mahasiswa,
cendekiawan dan masyarakat sebagai gerakan moral politik yang menuntut adanya
“reformasi” di segala bidang politik, ekonomi dan hukum (Kaelan, 2000: 245).
       Di masa era reformasi, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi
dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Terlepas
dari kelemahan masa lalu, Pancasila harus tetap menjadi dasar dari penuntasan
persoalan kebangsaan yang kompleks seperti globalisasi,krisis ekonomi, dinamika
politik, dan intoleransi.
Oleh karena itu yang harus dilakukan Indonesia sebagai bangsa yang daulat,
Pancasila harus dimaknai secara proposional dan kontekstual. Proposional dan
kontekstual dapat diartikan, Pancasila harus ditempatkan pada realitas masyarakat
dalam pendekatan kultural-demokratis,bukan hanya dipandang saja tetapi juga harus
diresapi dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Artinya, bangsa ini harus
tetap menempatkan Pancasila dengan konsisten pada pemikiran para pendiri bangsa
kita, dan memiliki kemampuan adaptasi terhadap perkembangan dunia .

Peranan Pancasila Di Era Reformasi


1.      Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan
Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila menjadi kerangka

berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar negara. . Sebagai
dasar negara, Pancasila tercantum di dalam alinea IV pembukaan UUD 1945 yang
merupakan landasan yuridis konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi Negara.
Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini berarti, bahwa
setiap gerak langkah bangsa dan negara Indonesia harus selalu dilandasi oleh sila-sila
yang terdapat dalam Pancasila. Sebagai negara hukum setiap perbuatan, baik dari warga
masyarakat maupun dari pejabat-pejabat dan jabatan-jabatan harus berdasarkan hukum,
baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak
dapat dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
2.      Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang sosial politik
Pancasila sebagai paradigma pembangunan bidang sosial politik mengandung
arti bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai wujud cita-cita Indonesia merdeka di
implementasikan sebagai berikut:
a.       Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik, budaya, agama,
dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.
b.      Mementingkan kepentingan rakyat / demokrasi dalam pemgambilan keputusan ;
c.       Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan berdasarkan konsep
mempertahankan kesatuan .
d.      Dalam pelaksanaan pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan kemanusiaan
yang adil dan beradab .
3.      Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang ekonomi
Pancasila sebagai paradigma nasional bidang ekonomi mengandung pengertian
bagaimana suatu falsafah itu diimplementasikan secara benar dan sistematis dalam
kehidupan nyata atau dengan kata lain dalam pelaksanaan ekonomi di Indonesia harus
sesuai dengan sila-sila yang ada pada pancasila.
4.      Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang kebudayaan
mengandung pengertian bahwa Pancasila adalah etos budaya persatuan, dimana
pembangunan kebudayaan sebagai pengikat persatuan dalam masyarakat. Oleh karena
itu semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan pelaksanaan UUD 1945 yang menyangkut
pembangunan kebudayaan bangsa hendaknya menjadi prioritas, karena kebudayaan
nasional sangat diperlukan sebagai landasan media sosial yang memperkuat persatuan.
5.      Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional bidang pertahanan
Dengan berakhirnya peran sosial politik, maka paradigma baru TNI terus
diaktualisasikan untuk menegaskan, bahwa TNI telah meninggalkan peran sosial
politiknya atau mengakhiri fungsinya dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari
sistem nasional.
6.      Pancasila sebagai paradigma ilmu pengetahuan
Dengan memasukai kawasan filsafat ilmu (philosophy of science) ilmu
pengetahuan yang diletakkan diatas pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami
dasar dan arah penerapannya
Lebih dari itu, dengan penggunaan Pancasila sebagai paradigma, merupakan keharusan
bahwa Pancasila harus dipahami secara benar.

Nilai Pancasila pada era sekarang


Tanggal 20 mei yang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional bangsa
Indonesia. Sayangnya, sampai pada tumbangnya rezim Orde Baru Soeharto, hingga
reformasi sama sekali tidak mewujudkan makna kebangkitan nasional yang
sesungguhnya. Di masa sekarang ini, nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila
mulai terkikis. Akibatnya, konflik terjadi di mana-mana, korupsi merajalela, dan
keadilan tercabik-cabik. Sekarang ini, Pancasila hanya ada di dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Negara yang katanya merupakan kesatuan bangsa yang
bernama Republik Indonesia. Dia hanya dijadikan pajangan, slogan, alat politik dan alat
pencitraan dari para elit politiknya.

Di masa sekarang ini, keeksistensian Pancasila sangatlah memburuk, Pancasila


hanyalah terlihat sebagai simbol Negara saja, mereka (baik masyarakat ataupun
pemerintah) hanyalah mengerti bahwa Pancasila sebagai dasar Negara, tetapi pada
kenyataannya, ternyata banyak sekali masyarakat yang tidak memerhatikan akan
pentingnya Pancasila dalam hidup berbangsa dan bernegara. Saat ini kita harus
tumbuhkan semangat Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, sudah seharusnya Pancasila
dijadikan sebagai pondasi dan acuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara agar setiap warga negara Indonesia memiliki pemahaman yang sama  dan
mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, yaitu hakikat
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam kelima sila pancasila. Salah satu cara yang
perlu dilakukan adalah perlu digalakkan kembali penanaman nilai-nilai pancasila
melalui proses pendidikan dan menerapkan Pendidikan Pancasila dimulai dari Sekolah
Dasar sampai ke Perguruan Tinggi karena Pancasila harus dipahami secara benar agar
mampu mengantarkan Bangsa Indonesia mencapai tujuan nasionalnya.

Penutup
Setelah membaca keseluruhan bagian artikel diatas ini maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa nilai Pancasila pada masa era reformasi sampai sekarang ini
sangatlah memprihatinkan bahkan kadang terlupakan, buktinya masih banyak terjadi
konflik, KKN, pemerasan, dll, semuanya dikarenakan tidak adanya kesadaran bersama
untuk mengamalkan nilai Pancasila.
          Kita sebagai warga Negara Indonesia sudah seharusnya mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-sehari. Agar Negara kita menjadi seperti apa yang
dicita-citakan Pancasila itu sendiri.
Daftar rujukan
Kaelan, Pendidikan Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2004.h.237-239

H. Subandi Al-Marsudi.2003 Pancasila dan UUD 1945 Dalam Paradigma reformasi,


Jakarta:Rajagrafindo persada.

Abdul karim, Menggali Muatan Pancasila Dalam Perspektif Islam, Yogyakarta:Surya


Karya, 2004, h. 29

Anda mungkin juga menyukai