Anda di halaman 1dari 16

REAKTUALISASI IDEOLOGI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Pancasila
Yang dibina oleh Ibu Nurul Ratnawati, M.Pd.

Oleh
Kelompok 1
Dominggus Alfarosa K. (150533604130)
Eny Winarsih (150533602273)
Eva Kumala Sari (150533601530)
Faizathi Sunarto (150533604509)
Moch. Noor Alfan (150533605014)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Reaktualisasi Ideologi Pancasila di Era Globalisasi.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila dan kerjasama kelompok dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mohon kritik dan sarannya untuk membangun makalah ini.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian amiiin.

Malang, 9 september 2015

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Globalisasi membawa perubahan-perubahan dalam tatanan dunia
internasional, yang berpengaruh langsung terhadap perubahan-perubahan di
berbagai Negara. Globalisasi tidak hanya berhasil mengubah selera dan gaya
hidup suatu masyarakat bangsa menjadi sama dengan bangsa lain, tetapi juga
menyatukan orientasi dan budaya menuju satu budaya dunia.
Salah satu dampak serius dari perubahan-perubahan tersebut adalah adanya
kecenderungan memudar nya nasionalisme bangsa Indonesia. Keadaan tersebut
jelasakan memunculkan gejala penolakan terhadap konsep persatuan dan kesatuan
sebagai sebuah kekuatan mendasar bagi Indonesia seperti dalam Bhineka Tunggal
Ika.
Sebagai akibat tantangan global dan liberalisasi yang melanda rakyat
Indonesia, maka budaya dan moral social politik dalam tatanan kebangsaan dan
kenegaraan sudah jauh menyimpang daripada cita-cita, identitas dan integritas
NKRI sebagai Negara proklamasi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Apabila bangsa Indonesia tidak dapat mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila ,maka Indonesia akan terkubur dalam ideology kapitalis yang dirancang
untuk diberlakukan sebagai satu-satunya nilai yang akan menyatukan umat
manusia. Oleh karena itu diperlukan reaktualisasi ideology Pancasila di era
globalisasi agar kita tetap berpegang teguh kepada ideologi Pancasila serta cita-
citaProklamasi 17 Agustus 1945.
B. Rumusan Masalah
 Apa yang dimaksud dengan ideologi?
 Apa fungsi Pancasila sebagai ideologi negara?
 Apa saja tantangan Pancasila sebagai ideologi negara di era globalisasi
ini?
 Bagaimana cara mengaktualisasikan kembali nilai-nilai Pancasila?
C. Tujuan
Meningkatkan rasa cinta pada ideologi pancasila di era globalisasi dan
dalam era globalisasi, bangsa Indonesia harus berupaya menata kembali
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan nilai-nilai
filosofi bangsa indonesia, yaitu nilai-nilai luhur pancasila. Namun dalam
kenyataanya reformasi di era globalisasi sekarang ini mengarah pada kebebasan
yang tidak memiliki arah yang jelas, sehingga demokrasi yang seharusnya
menghasilkan kehidupan kenegaraan yang sejahtera, justru terdistrorsi kekancah
anarkhi, serta semakin merosotnya kesejahteraan masyarakat.
Globalisasi memang tidak memang tidak dapat dihindari, tetapi bangsa
Indonesia harus berbuat, harus menetapkan tekad untuk membangun kemandirian
dengan semangat modernisasi di era global, dan tetap berpegang teguh pada
ideologi pancasila serta cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945. Karena hanya
dengan kemandirian serta berpegang teguh kepada ideologi pancasila serta cita-
cita proklamasi 17 Agustus 1945, maka eksitensi bangsa Indonesia dan
kesejahteraan warga negara dapat di jamin pencapaiannya.
BAB II
PEMBAHASAN
REAKTUALISASI IDEOLOGI PANCASILA DI ERA GLOBALISASI

A. Pendahuluan
Ideologi berasal dari bahasa Yunani, eidos dan logos. Eidos artinya melihat,
memandang, pikiran,idea, atau cita-cita. Sedangkan logos, artinya ilmuilmu.
Secara sederhana ideologi diartikan sebagai : apa yang dipikirkan, diinginkan atau
dicita-citakan. Pada umumnya yang dimaksud dengan ideologi adalah seperangkat
cita-cita, gagasan-gagasan yang merupakan keyakinan, tersusun secra sistematis,
disertai petunjuk cara-cara mewujudkan cita-cita tersebut.
Ideologi adalah suatu gagasan yang berdasarkan suatu idea-idea tertentu.
Ideologi bisa berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran. Ideologi
merupakan keseluruhan pandangan, cita-cita nilai dan keyakinan yang ingin
diwujudkan oleh para pendukungnya dalam kenyataan hidup yang konkrit.
Ideologi merupakan pedoman kegiatan untuk mewujudkan nilai-nilai yang
terkandung didalamnya. Ideologi memuat orientasi pada tindakan, namun persepsi
yang menyertai orientasi, pedoman, dan komitmen memiliki peran yang sangat
penting dalam memberikan warna pada sikap serta tingkah laku saat melakukan
tindakan, kegiatan ataupun perbuatan dalam rangka mewujudkan atau
merealisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi itu.
Sebagai suatu pedoman unutk diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, maka
ideologi dalam berbagai bidang gerak aktivitasnya cenderu ng berupaya secara
sistematis unutk menanamkan keyakinan pada para pendukungnya untuk
menyamakan aksi, gerak dan tingkah laku yang sejalan dengan garis ideologi
yang sedang dikembangkan. Oleh karena itu, sangat logis apabila suatu ideologi
kepad mereka yang meyakini kebenarannya untuk memiliki persepsi, sikap, serta
tingkah laku yang tepat, wajar, dan baik tentang dirinya tidak lebih dan tidak
kurang. Dengan cara itulah diharapkan dapat lahir dan berkembang serta sikap
serta tingkah laku yang tepat dalam proses mewujudkan ideologi dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia, sebagai hasil
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Sejalan
dengan hal itu maka antara ideologi dan kenyataan hidup masyarakat selalu terjadi
hubungan dialektis, yang dapat mengakibatkan timbulnay pengaruh timbal balik
yang terwujud dalam interaksi kedua belah pihak, yang mana pihak masyarakat
dapat memacu ideologi semakin realistis dan di lain pihak ideolgi dapat
mendorong masyarakat semakin mendekati bantuk yang ideal. Ideologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat., tetapi sekaligus juga membentuk
masyarakat menuju kepada cita-cita yang diinginkan bersama. Dengan demikian,
nampak bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belak, tetapi
ideologi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan.
Soerjono Poespowardojo (1993:44) menyatakan, bahwa pemahaman tentang
ideologi ada dua acuan dengan isi yang berbeda, bahkan bertentangan, karena
yang satu dalam pengertian negatif dan yang lain dalam pengertian positif.
Ideologi ditangkap dalma artian yang negatif, karena di konotasikan dengan sifat
yang totaliter yaitu memuat pandangan dan nilai yang menentukan seluruh segi
kehidupan manusia secara total, serta secara mutlak menuntut manusia hidup dan
bertindak sesuai dengan yang digariskan oleh ideologi itu, sehingga akhirnya
mengingkari kebebasan pribadi manusia serta membatasi ruang geraknya.
Namun apabila kita menengok sejarah kemerdekaan negara-negara dunia
ketiga di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang pada umumnya telah mengalami
masa-masa penjajahan oleh bangsa lain, maka ideologi merupakan pengertian
yang positif, karena menunjuk kepada keseluruhan pandangan, cita-cita, nilai dan
keyakinan yang ingin mereka wujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit.
Ideologi dalam arti ini bahkan di butuhkan, karena dianggap mampu
membangkitkan kesadaran akan kemerdekaan, memberikan orientasi mengenai
dunia beserta isinya serta antar kaitannya, dan menanamkan motivasi dalam
perjuangan masyarakat untuk bergerak melawan penjajahan, dan selanjutnya
mewujudkannya dalam sistem penyelenggaraan negara. Sebagai suatu ajaran,
ideologi berfungsi sebagai:
1. Pengikat kelompok atau bangsa menjadi satu kesatuan untuk mengejar cita-
cita bersama.
2. Pedoman untuk bertindak.
3. Pendorong bagi suatu bangsa untuk berjuang di dalam mengejar tujuan
bersama.
Berkaitan dengan ideologi sangat menarik pernyataan Mustafa Rejai
(Yudohusodo, 2008:1) dalam bukunya Political Ideologis, ia menyatakan bahwa
ideologi itu tidak pernah mati, yang terjadi adalah emergence (kemunculan),
decline (kemunduran), dan resurgence of ideologies (kebangkitan kembali suatu
ideologi). Oleh karena itu kurang tepat apabila ada pandangan yang menyebutkan
bahwa dalam abad XXI ini semua ideologi telah mati. Bahkan dalam realitanya
untuk melakukan perubahan-perubahan sosial dalam skala besar dan mendasar
tetap diperlukan suatu ideologi.
Apabila kita mengkaji sejarah politik dunia, ternyata persaingan ideologis
dalam dimensi global telah mengalami perubahan bentuk berkali-kali. Dunia
pernah bercorak multipolar, bercorak bipolar, dan terakhir ada kecendrungan
unilateralisme Amerika Serikat. Corak multipolar terjadi pada jaman penemuan
benua baru, kolonialis/imperialis saling bertempur merebutkan daerah jajahan.
Kemudian berubah ke corak bipolar yaitu pada saaat perang dingin antara
liberalisme/kapitalisme dengan komunisme, dan dalam perang dingin ini diwarnai
dengan persaingan ideologis antara Blok Barat yang mempromosikan liberalisme,
kapitalisme, disentralisme/federalisme, dan Blok Timur yang mempromosikan
komunisme dan sentralisme. Selanjutnya setelah runtuhnya komunisme, dunia
sempat bercorak multipolar, yang akhirnya sekarang walaupun nampak memiliki
fokus pada dimensi ekonomi, namun secara geopolitik bentuknya sangat komplek
dan dibayangi adanya kecenderungan Unilateralisme Amerika Serikat.

B. Pancasila Sebagai Ideologi


Rumusan pancasila sebgai dasar negara Republik Indonesia, dimuali ketika
dibentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Pada waktu sidang umum pertama BPUPKI diadakan, pertanyaan
pertama dan utama yang harus dijawab oleh para anggota BPUPKI adalah tentang
apa dasar Negara Indonesia apabila merdeka kelak di kemudian hari. Para anggota
tersebut bekerja keras untuk menjawab pertanyaan itu, hingga akhirnya sampailah
mereka pada suatu keputusan yang telah sam-sama kita ketahui dalam
sejarah,bahwa Dasar Negara Indonesia Merdeka tersebut adalah Pancasila.
Pancasila adalah falsafah (pandangan hidup), yang digali dari nilai-nilai luhur
masyarakat. Tatkala unsur-unsur masyarakat yang telah dipresentasikan oleh para
anggota BPUPKI (Kemudian menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia/PPKI) itu memutuskan untuk membentuk diri sebagai bangsa, maka
nilai-nilai luhur masyarakat itu diangkat dan diabstraksikan menjadi pandangan
hidup bangsa. Selanjutnya, setelah bangsa Indonesia bersepakat membentuk
Negara Indonesia, maka pandangan hidup bangsa itupun diangkat dan
diabstraksikan lagi menjadi pandangan hidup negara. Nilai-nilai yang terkandung
dalam pandangan hidup negara itu telah mengalami sistematisasi, sehingga dapat
disebut sebagai ideologi bangsa dan ideologi negara (Darmodiharjo, tt:1).
Menurut Notonagoro, Pancasila yang terumus dalam Pembukaan Undang-
Undang Dasar 1945/UUD 1945 (UUD 1945 Singkatan dari Undang-Undang
Dasar1945 Naskah Asli) adalah sebagai kaidah negara yang fundamental
(Staaatsfundamentalnorm) bersifat tetap. Artinya, pembukaan UUD 1945 (setelah
perubahan disebut dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945 disingkat UUD NRI 1945) tidak dapat diubah oleh siapapun, dan lembaga
apapun termasuk Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hasil pemilihan umum
(Pidato Prof. Dr. M.r. Notonagoro pada Dies Natalis I Universitas Airlangga 10
Nopember 1955 di Surabaya). Notonagoro mengatakan : “...merubah Pembukaan
UUD 1945 (Sekarang UUD NRI 1945), berarti merubah Negara Proklamasi yang
didirikan oleh pendiri negara (PPKI). Karena rumusan dasar negara di dalam
Pembukaan UUD NRI 1945 ini hanya disusun satu kali, untuk negara yang
kemudian di Proklamasikan 17 Agustus 1945 sebagai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945. Oleh karena itu
merubah Pembukaan UUD NRI 1945 dapat diartikan merubah dan/ atau
membubarkan negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Sebagai dasar negara, Pancasila dijadikan dasar atau landasan dalam
menjalankan pemerintahan negara. Pancasila dalam hal ini tidak hanya sebagai
suatu pemikiran filsafat dan dasar negara, melainkan berlanjut dalam bentuk
gagasan bertindak yang kita sebut ideologi. Ideologi ini tidak saja berkaitan
dengan kehidupan kenegaraan, melainkan juga kehidupan masyarakat. Dengan
demikian ideologi ini merupakan ideologi negara dan bangsa Indonesia , jadi
merupakan ideologi nasional. Berdasarkan analisis demikian dapatlah dikatakan
bahwa ideologi nasional merupakan keseluruhan ide atau gagasan yang bersum
bersumber dan berdasar pada prinsip-prinsip pemikiran (filsafat bangsa:
Pancasila) yang termaktub di dalam Pembukaan dan Pasal-Pasal Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia 1945/UUD NRI 1945 (UUD NRI 1945 sebutan
dari UUD 1945 setelah perubahan) sebagai pedoman yuridis konstitusional untuk
pelaksanaan guna mencapai cita-cita dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia ini, adalah kerangka
berfikir yang senantiasa memerlukan penyempurnaan. Karena tidak ada satupun
ideologi yang disusun dengan begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap dan
bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi. Setiap ideologi
memerlukan hadirnya proses dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya dan
tetap adaptif dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini, setiap warna
negara Indonesia yang mencintai negara dan bangsa ini berhak ikut dalam proses
merevitalisasi ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam kerangka ini kita wajib bersyukur karena Pancasila adalah ideologi
terbuka, sehingga Pancasila diharapkan selalu tetap komunikatif dengan
perkembangan masyarakat yang dinamis.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan jaman dan adanya dinamika secara internal. Sedangkan yang
dimaksud dengan pancasila sebagai ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dasar
Pancasila tetap kita pegang teguh dan tidak boleh berubah. Keterbukaan itu
menyangkut penjabaran pelaksanaannya yang dapat disesuaikan dengan
kebutuhan dan tantangan nyata yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam setiap
kurun waktu.
Sebagai ideologi terbuka Pancasila mengandung tiga tatanan nilai (Oesman,
1992:379 dan BP7 Pancasila/P4, 1996:8) sebagai berikut:
1. Nilai Dasar
Adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang bersifat mutlak, kita
menerima nilai dasar sebagai suatu hal yang tidak dipertanyakan lagi. Nilai
dasar ini merupakan prinsip yang bersifat abstrak, umum tidak terikat akan
waktu dan tempat sehingga bersifat abadi. Nilai-niali dasar yang berbentuk
kaidah, kaidah paling hakiki, atau intisari yang dikandung Pancasila tetap kita
pegang teguh dan tidak boleh berubah. Hal ini terkait dengan eksistensi
negara, cita-cita dan tujuannya, tatanan dasar dan ciri-ciri khas nya, antara
lain kemerdekaan, peri kemanusiaan, peri keadilan, persatuan, sikap religius,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, semangat
kekeluargaan dan lain-lain.
2. Nilai instrumental
Merupakan penjabaran dari nilai dasar. Nilai instrumental adalah
pelaksanaan umum dari nilai dasar, yang merupakan arahan kinerja untuk
kurun waktu tertentu dan unutk kondisi tertentu. Niali instrumental biasanya
berupa norma sosial ataupun norma hukum yang selanjutnya akan
terkristalisasi dalam lembaga-lembaga. Sifatnya sangat dinamis dan
kontekstual yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang
dihadapi oleh Bangsa Indonesia dalam setiap kurun waktu. Walaupun nilai
instrumental ini kedudukannya lebih rendah dibandingkan nilai dasar, namun
tidak kalah penting dengan nilai dasar. Karena nilai instrumenatal merupakan
tafsir positif dari nilai dasar yang masih bersifat umum. Nilai instrumental ini
dapat berbentuk kebijakan, strategi , organisasi, sistem, rencana, dan program
yang merupakan tindak lanjut dari nilai dasar.namun yang perlu digaris
bawahi, karena nilai instrumental ini menjabarkan nilai dasar, maka nilai
instrumental ini harus tetapbersumber dari nilai dasar, harus tetap mengacu
kapada nilai-nilai dasar yang dijabarkan tersebut dan tentu saja tidak boleh
bertentangan dengan nilai-nilai dasar.
3. Nilai Praksis
Adalah nilai ynag sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan, yang
merupakan interaksi antara nilai instrumental dengan nilai konkrit, dan
sifatnya dinamis. Nilai praksis inilah ynag sesungguhnya akan merupakan
batu ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental itu sungguh-sungguh
hidup atau tidak di dalam masyarakat. Karena nilai praksis adalah gelanggang
pertarungan antara idealisme dan realita. Harapan kita tentu saja nilai
praksisini semangatnya sama dengan nilai dasar dan nilai instrumental.
Disamping itu, menurut Alfian (Oesman, 1992:192) sutu ideologi terbuka
menjadi tiga dimensi, yaitu :
1. Dimensi Realita, yakni bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
ideologi tersebut secara real berakar dan hidup dalam masyarakat;
2. Dimensi idealisme, yaitu bahwa ideologi tersebut memberikan harapan
tantang ,masa depan yang lebihbaik; dan
3. Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan, yaitu bahwa ideolgi
tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan yang memungkinkan
pengembangan pemikiran.
Pancasila tidak diragukan memiliki tiga dimensi tersebut: pertama, bahwa
nilai dasar yang terdapat dalam Pancasila memang senyatanya, secara riil terdapat
dalam kehidupan di berbagai pelosok tanah air, sehingga nilai dasar tersebut
bersumber dari budaya dan pengalaman sejarah bangsa. Kedua, bahwa nilai dasar
yang terdapat dalam {ancasila memberikan harapan tentang masa depan yang
lebih baik, menggambarkan cita-cita yang terdapat dalam kehidupan bersama.
Ketiga, bahwa Pancasila memiliki keluawesan yang memungkinkan dan bahwa
Pancasila memiliki keluwesan yang memungkinakn dan bahkan merangsang
pengembangan pemikiran-pemikiran baru yang relevan tentang dirinya tanpa
menghilangkan atau mengingkari hakekat atau jati diri yang terkandung dalam
nilai dasarnya.
Dengan demikian jelas, bahwa nilai-nilai dasar Pancasila adalah tetap dan
harus semakin dihayati serta dibudayakan. Keterbukaan Pancasila terletak pada
pengalamannya dan pengembangannya yang harus memberikan kekuatan dan
kemampan untuk mewujudkan cita-citadan tujuan Proklamasi Kemerdekaan RI 17
Agustus 1945 di tengah-tengah pergaulan bangsa-bangsa di sunia yang penuh
gejolak, serta tantangan dan peluang yang harus dapat diatasi dan diraih sebaik-
baiknya. Sehingga ideologi terbuka, Pancasila diharapkan selalu tetap komunikatif
dengan perkembanganmasyarakatnya yang dinamis dan sekaligus mempermantap
keyakinan masyarakat terhadapnya. Oleh karena itu ideologi Pancasila harus
dibudayakan dan diamalkan, sehingga akan menjiwai serta memberi arah proses
pembangunan dalam berbagai budang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Apabila ideologi Pancasila tidak dibudayakan dan diamalkan, maka nilai-
nilai luhur Pancasila hanya akan menjadi cita-cita normatif saja dan tidak akan
pernah menjelma jadi kenyataan keseharian dalam bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.Dengan demikian tugas bangsa Indonesia termasuk generasi mudanya
sekarang ini adalah memperjuangkan agar nilai-nilai luhur Pancasila benar-benar
dpat dirasakan kehadirannya dalam realita kehidupan sehari-hari. Hal ini sejalan
dengan amanat Bung Karno dalam pidatonya yang bersejarah pada tanggal 1 Juni
1945 pada sidang BPUPKI. Pada masa itu Bung Karno sudah memperingatkan
bangsa Indonesia pada satu hal yang maha penting: “.... bahwa tidak ada
weltanshaung dapat menjelma dengan sendirinya, menjadi realit dengan
sendirinya. Tidak ada weltanshaung dapat menjadi kenyataan, menjadi realiteit,
jika tidak dengan perjuangan”.
Dalam kaitannya dengan hal itu, Prestasi bangsa Indonesia untuk
memperjuangkan dan mewujudkan nilai-nilai luhur pancasila dalam keseharian
akan menentukan prestasi Pancasila ditengah percaturan ideologi dunia saat ini
dan di masa mendatang.

C. Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara di Era Global


Menjelang berakhirnya abad ke-20,dunia telah diguncang peristiwa tak
terduga dan membawa perubahan drastis.Blok negara-negara yang semula terbagi
terutama blok komunis dan blok kapitalis kini berubah dalam satu dunia global.
Globalisasi membawa perubahan-perubahan dalam tatanan dunia
internasional.Arus globalisasi yang di fasilitasi kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi menjadi kekuatan yang menembus ke seagala penjuru dunia tanpa
terkecuali Indonesia.
Salah satu dampak serius dari perubahan-perubahan tersebut adalah
adanya kecenderungan memudarnya nasionalisme bangsa Indonesia.
Kecenderungan tersebut timbul karena posisi nasionalisme Indonesia sedang
dalam kisaran tarik-menarik antara kekuatan arus perubahan global dengan
kekuatan komitmen kebangsaan dan ke Indonesiaan yang ingin dipertahankan
oleh bangsa Indonesia.
Keadaan tersebut jelas akan mereduksi semangat yang memunculkan
gejala penolakan terhadap konsep persatuan dan kesatuan sebagai kekuatan
mendasar bagi bangunan Indonesia seperti dalam Bhineka Tunggal Ika. Sebagai
akibat tantangan global yang melanda Indonesia, maka budaya dan moral sosio
politik dalam tatanan kebangsaan sudah jauh menyimpang dari pada cita-cita
NKRI sebagai negara proklamasi berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

D. Reaktualisasi Nilai-Nilai Pancasila


Mengapa kita harus kembali membicarakan Pancasila?.Penegasan ini
mengajak kepada Bangsa Indonesia untuk meletakkan Pancasila dalam konteks
makna sejati reformasi yang kita lakukan.
Sesungguhnya apabila Pancasila dipahami,dihayati ,dan diamalkan secara
jujur dan benar setiap anggota masyarakat ,utamanya para penyelenggara negara
dan para elit politik dalam melaksanakan gerakan reformasi untuk mewujudkan
Indonesia masa depan yang dicita-citakan,maka Pancasila dapat menjadi perekat
dan mengarahkan kekuatan bangsa untuk mencapai tujuan besar dan mulia berupa
tegaknya kedaulatan negara.
Pancasila tidak hanya mengandung nilai budaya bangsa,tetapi juga
menjadi sumber hukum dasar nasional,dan merupakan perwujudan cita-cita luhur
disegala aspek kehidupan bangsa. Permasalahasannya ialah bagaimana
mengaktualisasi dasar dan rambu-rambu tersebut ke dalam kehidupan nyata
sebagai pribadi warga negara.
Apabila bangsa Indonesia tidak dapat mengakualisasi nilai-nilai
Pancasila,maka Indonesia akan terkubur dengan ideologi kapitalisme yang
memang dirancang untuk diberlakukan sebagai satu-satunya nilai yang
menyatukan umat manusia.
Pada akhirnya yang paling penting adalah mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam berbagai bidang kehidupan. Bangsa Indonesia harus tetap optimis
mengenai masa depannya. Optimisme masa depan bangsa Indonesia akan menjadi
kekuatan besar untuk mendorong kemajuan.
Namun optimisme itu harus disertai langkah-langkah yang tepat,cepat dan
simultan. Perubahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia kan berjalan semakin
cepat. Bangsa Indonesia perlu bekerja lebih keras dan lebih cerdas. Itulah bentuk-
bentuk baru semangat kebangsaan Indonesia.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembahasan dari atas yang berjudul”REAKTUALISASI IDEOLOGI
PANCASILA DI ERA GLOBALISASI “ dapat disimpulkan bahwa ideologi
pancasila di era globalisasi semakin maju seiring dengan majunya dunia Iptek,
diharapkan pada masa era globalisasi selanjutnya pancasila tetap sama
menjunjung tinggi TriSula yang sudah dibangun selama masa kejayaan Bangsa
Indonesia.
B. Saran
Kami berharap agar Ideologi Pancasila Di Era Globalisasi tetap kuat dan
menjadi dasar Tubuh bangsa Indonesia
DAFTAR RUJUKAN

Karsadi. 2014. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi, : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai