mellitus type II melalui senam kaki diabetik terhadap resiko jatuh di Wilayah
Desember 2019. Maka pada bab ini peneliti akan membahas tentang kesenjangan
antara teori dan kasus. Adapun pembahasan ini meliputi proses dari pengkajian,
4.1 Pengkajian
acuan dalam pengkajian ini terdiri dari: data umum, riwayat pekerjaan,
pemeriksaan penunjang.
November 2019 didapatkan data Ny. E mengatakan kaki kiri dan kanan terasa
lemas. Ny. E mengatakan pusing saat berdiri lama, tidak mampu berdiri lama
tanpa tongkat. Tidak dapat melakukan sebagian aktivitas dan dibantu oleh
dan minuman yang manis. Ny. E mengatakan jarang melakukan kontrol gula
jatuh sedang. Tanda-tanda vital tekanan darah: 150/80 mmhg, nadi: 85 x/i,
genggaman tangan tidak kuat, pandangan mata kabur, postur tubuh tidak
lemas dan pusing, dan jarang berolahraga yang teratur, kaki kebas. Hasil
frekuensi pernapasan 22 kali per menit, frekuensi nadi 88 x/menit, suhu 370c.
Hasil Pemeriksaan kadar gula darah 237 mg/dl. Berg balance scale 38.
Judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. S.H Dengan Diabetes
Penyantun Lansia Budi Agung Kupang didapatkan hasil pengkajian Ny. S.H
mengatakan suka makanan manis, ujung jari kaki sering terasa kram waktu
berjalan, tidak kuat berdiri lama dan kalua berjalan harus menggunakan
tongkat.
teori menurut Sujono & Sukarmin dalam Raharjo, 2018 dimana dijelaskan
gejala yang muncul pada penderita diabetes meliitus antara lain kadar gula
darah melebihi batas normal, rasa baal atau kebas pada kaki akibat neuropati,
154
luka yang lama sembuh, kelainan ginekologi dan mata kabur akibat
Kesimpulan sesuai data yang didapat dari hasil pengkajian bahwa Ny.
E merasakan keluhan sesuai dengan teori yaitu kadar gula darah diatas normal
ditandai dengan hasil GDS: 247 mg/dl, Ny. E mengatakan kaki kebas,
pengkajian pada Ny. E, klien mengatakan kaki kebas, kepala pusing, badan
terasa lemas, jarang melakukan pengecekan kadar gula darah secara mandiri
menegakkan diagnosa ini karena sesuai dengan hasil pengkajian pada Ny. E
pada tanggal 29 November 2019 yaitu klien mengatakan kaki kebas, kesulitan
(Poka PPNI, 2017) dimana penyebab dan tanda gejala gangguan mobilitas
dan gejala yang muncul yaitu mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, ekuatan
otot menurun, entang gerak menurun, nyeri saat bergerak, enggan melakukan
pergerakkan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, gerakkan tidak terkoordinasi,
ditandai dengan usia 65 tahun, riwayat jatuh, penggunaan alat bantu berjalan,
memiliki riwayat jatuh 3 bulan terakhir, Usia Ny. E 65 tahun, kaki terasa
kebas, pandangan mata kabur, dan menggunkaan alat bantu saat berjalan.
156
ekstremitas bawah 4
PPNI, 2017) dimana faktor resiko pada diagnosa resiko jatuh yaitu Usia 65
tahun atau lebih atau dibawah 2 tahun pada anak, riwayat jatuh, Anggota geeak
perubahan fungsi kognitif, lingkungan tidak aman, kondisi pasca operasi, hipotensi
dan resiko jatuh pada Tn. R b.d ketidak mampuan keluarga mengenal masalah
Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Ny. S.H Dengan Diabetes Melitus
pada Ny. S.H ada tiga yaitu keperawatan resiko ketidakstabilan kadar glukosa
darah b.d proses penyakit, hambatan mobilitas fisik b.d agen cidera biologis
3. Defisit Nutrisi
4. Risiko Syok
6. Risiko Infeksi
7. Retensi Urine
10. Keletihan
Ny. E terdapat tiga diagnosa keperawatan yang peneliti tegakkan dari sebelas
mellitus sesuai dengan teori yaitu resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
resiko jatuh resiko jatuh ditandai dengan usia 65 tahun, riwayat jatuh,
ini telah disesuaikan dengan keluhan yang dirasakan oleh Ny. E dan teori
ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
stabilan kadar glukosa darah yaitu Setelah dilakukan kunjungan selama 5 hari
dan kadar glukosa darah membaik dalam rentang normal <200 mg/dl.
berikan asupan cairan oral, konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala
menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl, anjurkan
monitor kadar gula darah secara mandiri, anjurkan kepatuhan terhadap diet
dan olahraga.
meningkat (otot ekstremitas atas dan bawah 5), rentang gerak meningkat,
159
ionitor tanda vital sebelum dan sesudah latihan. Tindakan teraupetik motivasi
dari regular menjadi rutin, berikan reinforcement jika aktivitas fisik sesuai
jelaskan manfaat aktivias fisik dan ajarkan teknik latihan sesuai kemampuan.
diharapkan adalah kejadian jatuh tidak terjadi dengan penerapan senam kaki
diabetik dengan kreteria hasil tidak terjadi jatuh dari tempat tidur, jatuh saat
duduk, jatuh saat berjalan, jatuh saat naik tangga, jatuh dikamar mandi, dan
jatuh saat membungkuk tidak terjadi. Selain itu Mobilitas fisik pergerakan
bantu berjalan. Tindakan edukasi anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak
peneliti menerapkan terapi senam kaki diabetik selama seminggu dua kali
latihan kaki. Latihan atau gerakan-gerakan yang dilakukan oleh kedua kaki
pergelangan kaki dan jari-jari kaki. Pada prinsipnya, senam kaki dilakukan
kemampuan pasien. Dalam melakukan senam kaki ini salah satu tujuan yang
otot dan nyeri otot, mengganti defisit oksigen dan mengurangi pusing setelah
latihan.
sendiri dan otot dapat bergerak dengan mudah. Intervensi keperawatan yang
sensitivitas kaki dan GDS sebelum dans esudah latihan, ajarkan senam kaki,
kesehatan.
menggunakan tongkat atau alat bantu berjalan, sarankan alas kaki yang aman
(tidak licin), dorong aktifitas fisik senam kaki, keselamatan kamar mandi.
kadar glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia, monitor intake
dan output cairan, monitor keton urin, kadar agd, elektrolit, tekanan darah
ortostatik dan frekuensi nadi. Tindakan teraupetik berikan asupan cairan oral,
konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl,
terhadap diet dan olahraga, ajarkan indikasi dan pentignya pengujian keton
berikan reinforcement jika aktivitas fisik sesuai dengan jadwal yang telah
jatuh intervensi utama untuk diagnosa resiko jatuh adalah pencegahan jatuh
163
Fall morse scale, berg balance score, monitor kemampuan berpindah diri
dari tempat tidur ke kursi roda. Tindakan teraupetik atur tempat tidur pada
posisi terendah pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci, pasang handrail tempat tidur, atur tempat tidur mekanis pada posisi
perawat
4.2 Implementasi
glukosa darah (hasil GDS: 247 mg/dl), memonitor tanda dan gejala
konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada atau
lebih dari 250 mg/dl, menganjurkan monitor kadar gula darah secara mandiri,
21x/i, N:82x/i, s: 36.2o C, GDS: 245 dan sesudah latihan Tekanan darah
150/90 penafasan 21x/i, nadi 86x/I, s : 36o C, GDS : 220. Memotivasi untuk
165
dari regular menjadi rutin (aktivitas fisik dilakukan selama 2 kali seminggu
scale: skore 6 resiko jatuh sedang, menggunakan alat bantu berjalan pasien
N:82x/i, s: 36.2o C, GDS: 245 dan sesudah latihan Tekanan darah 150/90
penafasan 21x/i, nadi 86x/I, s : 36o C, GDS : 220, memonitor kondisi umum
Desember 2019 untuk masalah resiko ketidakstabilan kadar gula darah adalah
166
glukosa darah (hasil GDS: 237 mg/dl), memonitor tanda dan gejala
140/80, pernafasan: 20x/i, N:80x/i, s: 36.3o C, GDS: 237 dan sesudah latihan
Tekanan darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi 84x/I, suhu: 36,4 o C, GDS :
jika aktivitas fisik sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan bersama,
balance scale: skore 6 resiko jatuh sedang, menggunakan alat bantu berjalan
pernafasan: 20x/i, N:80x/i, s: 36.3o C, GDS: 237 dan sesudah latihan Tekanan
darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi 84x/I, s : 36,4 o C, GDS : 218, memonitor
kadar glukosa darah (hasil GDS: 224 mg/dl), memonitor tanda dan gejala
pernafasan: 18x/i, N:80x/i, s: 36.3o C, GDS: 224 dan sesudah latihan Tekanan
darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi 84x/i, suhu: 36,4o C, GDS: 196 mg/dl,
nyeri atau keluhan fisik lainnya, memonitor frekuensi jantung dan tekanan
36.3o C, dan sesudah latihan Tekanan darah 150/90 mmhg penafasan 21x/i,
nadi 84x/i, suhu 36,4o C, mg/dl, memonitor kondisi umum selama melakukan
kadar glukosa darah (hasil GDS: 204 mg/dl), memonitor tanda dan gejala
dan sesudah latihan Tekanan darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi 80x/i, s:
36,4o C, GDS: 178 mg/dl. memotivasi untuk tetap melakukan aktivitas fisik
kemampuan.
balance scale: skore 47 resiko jatuh sedang, menggunakan alat bantu berjalan
GDS: 204 dan sesudah latihan Tekanan darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi
sederhana yang harus dilakukan yaitu senam kaki diabetik selama 30 menit.
kadar glukosa darah (hasil GDS: 195 mg/dl), memonitor tanda dan gejala
memonitor tanda vital sebelum latihan TD: 140/80 mmhg, pernafasan: 18x/i,
N:82x/i, suhu: 36.4oC, GDS: 195 dan sesudah latihan tekanan darah 150/80
penafasan 21x/i, nadi 84x/i, suhu 36,4oC, GDS: 166 mg/dl. memotivasi untuk
risiko jatuh dengan menggunakan skala berg balance scale: skore 52 resiko
195 dan sesudah latihan Tekanan darah 150/90 penafasan 21x/i, nadi 80x/i, s:
neuropaty diabetik.
170
pada Ny. S.H Dengan Diabetes Melitus Penerapan Senam Kaki Diabetik di
dengan waktu 30 menit pada Ny. S.H pada diagnosa hambatan mobilitas fisik
akibat neurpati.
beberapa implementasi yang tidak dilakukan pada hari berikutnya hal ini
November 2019 pada diagnosa resiko ketidak stabilan kadar gula darah
dan jarang melakukan pemeriksaan kadar gula darah dan akan melakukan
fisik dan mengatur pola makan. Data objektif Kes. Composmentis, Klien
neuropaty perifer, klien tampak paham dengan penjelasan tentang DM, klien
tampak mengerti tentang kepatuhan diet dan olahraga, GDS 245 mg/dl,
171
Tekanan darah: 150/80, pernapasan 21x/i, N: 82x/i, suhu 36.2 oC, Klien
dilanjutkan.
Untuk gangguan mobilitas fisik pada hari pertama data subjektif: klien
menggunakan alat bantu seperti tongkat sapu, klien mengatakan tidak ada
nyeri pada kaki hanya terasa kebas dan lemas pada area kaki, klien mampu
intervensi dilanjutkan.
Untuk resiko jatuh pada hari pertama klien mengatakan mengerti cara
pencegahan jatuh klien mengatakan jalan belum stabil karena kaki masih
kesulitan berjalan, skor BBS : 33 Resiko Jatuh sedang, tidak ada keluhan
nyeri, kaki terasa keram dan kebas, klien tampak menggunakan alat bantu
berjalan, Klien mengikuti dengan antusias saat diajarkan senam kaki diabetik,
klien masih dibantu oleh keluarga, TTV sebelum latihan: TD: 150/80,
pernapasan: 21x/i, nadi: 82x/i suhu: 36.2o C, GDS: 245, Klien tampak paham
172
21x/i, N: 86x/i, suhu 36o C, GDS: 220. Assesment masalah resiko jatuh belum
2019 pada diagnosa resiko ketidak stabilan kadar gula darah adalah: Data
kontrok gula darah, masih pusing saat berdiri lama, kakinya masih kebas,
pandangan sedikit kabur dan sudah membatasi makanan manis. Data objekif
tentang kepatuhan olahraga, Kadar gula darah 237 mg/dl, TD: 140/80
dilanjutkan.
Evaluasi pada masalah gangguan mobilitas fisik dihari kedua adalah data
subjektif klien mengatakan masih menggunakan alas kaki saat berjalan dan
harus menggunakan alat bantu seperti tongkat sapu, klien mengatakan kaki
masih terasa kebas dan lemas pada area kaki, klien mampu melakukan
senam kaki diabetik sehabis bangun tidur, data objektif klien mengalami
intervensi dilanjutkan.
173
Evaluasi pada hari kedua dengan diagnosa resiko jatuh yaitu data
subjekif klien mengatakan jalan belum stabil karena kaki masih kesemutan,
tidak ada jatuh. Data objektif keadaan umum baik, klien tampak masih
Resiko Jatuh sedang, tidak ada keluhan nyeri, kaki terasa keram dan kebas,
klien menggunakan sandal saat berjalan didalam rumah dan diluar rumah,
klien melakukan senam kaki diabetik dengan baik sesuai dengan arahan,
aktivitas klien masih dibantu oleh keluarga, TTV sebelum latihan: tekanan
darah 140/80, pernapasan : 20x/i, nadi: 80x/I suhu : 36.3 o C, GDS : 237
mg/dl, dan TTV sesudah latihan tekanan darah 150/90 pernapasan: 21x/I,
Nadi: 84x/I, suhu:36,4o C, GDS : 218 mg/dl. Assessment masalah resiko jatuh
2019 pada diagnosa resiko ketidakstabilan kadar gula darah yaitu data
subjektif klien mengatakan masih pusing saat berdiri lama, kakinya sudah
tidak terlalu kebas lagi, pandangan sudah tidak kabur, sudah rutin melakukan
aktivitas fisik setiap pagi dan mau tidur. Data objektif klien tampak berjalan
gula darah 224 mg/dl, tekanan darah 130/80 mmHg, pernpasan 18x/i, nadi:
berjalan dan kadang kadang masih menggunakan alat bantu seperti tongkat
sapu, kaki masih terasa kebas dan lemas pada area kaki, klien mampu
melakukan senam kaki diabetik sehabis bangun tidur secara mandiri. Data
intervensi dilanjutkan.
Evaluasi hari ketiga pada diagnosa resiko jatuh didapatkan data subjektif
saat berjalan, klien mengatakan tidak ada kejadian jatuh. Data objektif klien
sedang, klien melakukan senam kaki diabetik dengan baik sesuai dengan
sebelum latihan: tekanan darah: 130/80, pernapasan: 18x/i, nadi: 80x/i, suhu:
36.3o C, GDS: 224 mg/dl, tanda vital sesudah latihan: tekanan darah 150/90
mmHg, pernapasan: 21x/i, nadi: 84x/i suhu 36,4o C, GDS: 196 mg/dl.
dilanjutkan.
mengatakan jarang pusing lagi jika berdiri lama, klien mengatakan kakinya
masih kebas, klien mengatakan sering melakukan senam kaki diabetik saat
Kadar gula darah 204 mg/dl, tekanan darah: 140/90 mmHg, pernapasan:
20x/i, Nadi: 82x/i, suhu: 36o C, klien tampak paham cara pencegahan
klien mengatakan kebas pada kaki sudah berkurang. Sudah dapat digerakkan
secara aman, klien mengatakan sering melakukan senam kaki diabetik sehabis
dengan tongkat, klien mengatakan tidak ada kejadian jatuh. Data objektif
keadaan umum baik, klien tampak masih berjalan menggunakan tongkat, skor
BBS: 47 Resiko Jatuh rendah, klien melakukan senam kaki diabetik dengan
senam kaki sebelum latihan tekanan darah 140/90 mmHg, pernapasan 20x/i,
nadi: 82x/i suhu 36o C, GDS 204 mg/dl. TTV sesudah latihan Tekanan darah
150/90, pernapasan 21x/i, Nadi: 80x/i suhu 36,4o C, GDS: 178 mg/dl.
dilanjutkan.
darah yang dilakukan pada hari kelima tanggal 12 Desember 2019 didapatkan
data subjektif klien mengatakan sudah tidak pusing lagi jika berdiri lama,
tidak kabur. Data objektif klien tidak terdapat tanda dan gejala hiper glikemia,
Kadar gula darah 195 mg/dl, TD: 140/80 mmHg, pernapasan 18x/i, Nadi:
menggunakan sandal saat berjalan, sudah mampu berjalan tanpa alat bantu,
kebas pada kaki sudah tidak ada, kaki dudah dapat digerakkan seperti bisaa
sering melakukan senam kaki diabetik sehabis bangun tidur secara mandiri,
dan rutin melakukan senam kaki diabetik. Data objektif klien mampu
melakukan aktivitas sehari hari, klien sudah dapat bekerja, Klien tampak
dapat berjalan tanpa tongkat, Keseimbangan baik, tampak tidak ada kelainan
berjalan, klien mengatakan tidak ada kejadian jatuh, keadaan umum baik,
klien dapat berjalan tanpa menggunakan tongkat, skor BBS: 52 Resiko Jatuh
rendah. Data Objektif klien tampak tidak menggunakan sandal saat didalam
rumah, Klien melakukan senam kaki diabetik dengan baik sesuai dengan
arahan, tidak ada kejadian jatuh, klien mampu menjaga keseimbangan dengan
baik TTV sebelum latihan tekanan darah: 140/80 mmHg, Pernapasan: 18x/i,
Nadi: 83x/i, suhu 36.4o C, GDS: 195 mg/dl dan TTV sesudah latihan tekanan
darah 150/80 mmHg, pernapasan 21x/i Nadi: 84x/i, suhu: 36,4o C, GDS : 166
judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. S.H Dengan Diabetes
mobilitas fisik teratasi. Masalah resiko ketidak stabilan kadar glukosa darah
Latihan senam kaki dapat dilakukan secara teratur dengan posisi berdiri,
duduk, dan tidur, dengan cara menggerakan kaki dan sendi-sendi kaki. Peran
meningkatkan sintesis nitrat oksida (NO), dimana nitrat oksida (NO) dapat
dari nitrat oksida (NO) juga dapat mengakibatkan pemulihan fungsi saraf
pada pasien diabetes perifer neuropati (Tarwoto, dkk 2012 daam Yulita,
2019).
yang telah diberikan dari tiga diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan
gula darah mengalami perubahan menjadi normal dari 247 mg/dl menjadi 166
dengan interprestasi resiko jatuh rendah, Ny. E tidak menggunakan alat bantu
diberikan pada Ny. E yaitu terapi senam kaki diabetik diberikan selama 3
selain mudah dilakukan terapi senam kaki ini tidak memerlukan biaya yang
Ny. E dilakukan pada pagi hari selama 3 minggu dan menganjurkan klien
kadar gula darah sewaktu dan vital sign dilakukan pada saat sebelum dan
b. Jika dilakukan dalam posisi duduk maka posisikan klien duduk tegak di
d. Dengan meletakkan tumit salah satu kaki di lantai, angkat telapak kaki ke
atas. Pada kaki lainnya, jari-jari kaki diletakkan di lantai dengan tumit kaki
diangkatkan ke atas. Cara ini dilakukan bersamaan pada kaki kiri dan
e. Tumit kaki diletakkan di lantai. Bagian ujung kaki diangkat ke atas dan
g. Angkat salah satu lutut kaki, dan luruskan. Gerakkan jari-jari ke depan
h. Luruskan salah satu kaki di atas lantai kemudian angkat kaki tersebut dan
gerakkan ujung jari kaki ke arah wajah lalu turunkan kembali ke lantai
i. Angkat kedua kaki lalu luurskan. Ulangi langkah ke-8, namun gunakan
k. Luruskan salah satu kaki dan angkat, putar kaki pada pergelangan kaki,
tuliskan pada udara dengan kaki dari angka 0 hingga 10 lakukan secara
bergantian
bola dengan kedua kaki. Kemudian, buka bola itu menjadi lembaran
181
seperti semula menggunakan kedua kaki. Cara ini dilakukan hanya sekali
saja.
kebas lagi, sudah mampu berjalan tanpa menggunakan alat bantu seperti
telapak kaki klien mampu digerakkan tidak kaku lagi. Pasien mengatakan
tanpa menggunakan alat bantu jalan. Hasil pengkajian dari instrument Berg
resiko jatuh rendah dengan demikian dapat diartikan terdapat penurunan skor
38 setelah diberikan intervensi didapatkan nilai skor 47 dari nilai total skor
normal 56.
judul Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada Ny. S.H Dengan Diabetes
Penyantun Lansia Budi Agung Kupang didapatkan hasil pada resiko jatuh
182
Senam kaki diabetik adalah suatu kegiatan atau latihan yang dilakukan
oleh klien diabetes mellitus untuk mencegah terjadinya luka dan membantu
kelainan bentuk kaki, meningkatkan kekuatan otot betis, otot paha, mengatasi
sebanyak 2 kali perminggu selama 30 menit atau lebih secara teratur dan
Treatment senam kaki ini dilakukan tiap 3 hari sekali sesuai dengan
anjuran ADA (2014 dalam Santosa, 2016), bahwa olah raga dengan cara
menguatkan otot kaki, mencegah kelainan bentuk pada kaki dan mengatasi
diperbolehkan pada pasien DM yang mengalami dipsnea atau nyeri dada serta
183
nilai Ankle Brachial Index, mengurangi nilai resiko jatuh serta dapat
bagian kaki.
selama 30 menit. Setelah diberikan terapi senam kaki diabeitk pada Ny. E
dengan interprestasi resiko jatuh ringan. Selain itu, keluhan kaki kebas,
sudah tidak muncul pada evaluasi hari terakhir. Terdapat perbedaan waktu
dalam pemberian terapi dimana peneliti memberikan dengan teori yang ada.
pada hari kelima kunjungan masalah keperawatan sudah teratasi dan keluhan
sudah tidak ada. Hal ini dikarenakan Ny. E sering melakukan senam kaki
diabetes mellitus tidak didapatkan kesenjangan hasil antara teori dan praktik
lapangan.