Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN

GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI) DAN GLOBAL REPORTING INITIATIVE


PORTING FRAMEWORK

OLEH :
KELOMPOK 2 :

MADE RATIH DEVIANTARI (1517051058)


YONA IRFANY PUTRI (1517051152)
SANG AYU NYOMAN NIRMALA SRI JAYANTI (1517051258)

KELAS VD

JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM S1


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2017
Definisi Pelaporan Keberlanjutan
Laporan Keberlanjutan merupakan laporan tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan
sosial yang disebabkan oleh aktivitas sehari-hari perusahaan. Sedangkan Pelaporan
Keberlanjutan merupakan pelaporan tentang kebijakan ekonomi, lingkungan, dan sosial ;
dampak dan kinerja perusahaan dan produk yang mereka hasilkan dalam konteks pembangunan
berkelanjutan (triple bottom line reporting). Laporan Keberlanjutan (sustainability reporting)
disebut juga sustainability report, corporate social responsibility report, social and
environmental reporting, sustainable development report, dan corporate citizenship report.
Laporan Keberlanjutan memuat tiga dimensi kinerja perusahaan yaitu kinerja ekonomi,
lingkungan, dan sosial. Kinerja ekonomi meliputi: (1) nilai ekonomi yang dihasilkan dan
didistribusikan, (2) implikasi ekonomi akibat perubahan iklim, (3) pembangunan infrastruktur,
dan (4) dampak ekonomi. Kinerja lingkungan meliputi: (1) material yang dikonsumsi, (2) limbah
energy, emisi, limbah, (3) penggunaan air, (4) keanekaragaman hayati, (5) dampak produk, dan
(6) kepatuhan terhadap hokum. Kinerja sosial meliputi: (1) ketenagakerjaan, (2) hubungan kerja,
(3) kesehatan dan keselamatan kerja, (4) pelatihan dan pendidikan, (5) keragaman dan
kesempatan yang sama dalam perkembangan karir, dan (6) hak asasi manusia.
Laporan ini menjadi sarana bagi para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menilai
sejauh mana perusahaan mengatasi isu keberlanjutan seperti penghematan dan konservasi energi,
pengelolan air, pengelolaan limbah, upaya mengatasi pencemaran udara serta isu sosial seperti
partisipasi perusahaan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat
a. Sejarah Perkembangan Organisasi Global Reporting Initiative (GRI) dan
Standar GRI
Global Reporting Initiative (GRI) merupakan organisasi independen yang didirikan di
Boston, Amerika Serikat pada tahun 1997. Organisasi GRI didirikan oleh organisasi non-profit
Amerika yaitu the Coalition for Environmentally Responsible Economies (CERES) bekerja sama
dengan the Tellus Institute (organisasi yang bergerak dalam bidang penelitian lingkungan) dan
The United Nations Environment Programme/UNEP (organisasi Perserikatan Bangsa Bangsa
yang bergerak dibidang program lingkungan). Global Reporting Initiative adalah organisasi
multi-stakeholder berbasis jaringan yang meliputi: akademisi, entitas bisnis, civil society,
governments, financial markets, organisasi ketenagakerjaan, dan mediating institutions. Global
Reporting Initiative memiliki visi menciptakan ekonomi global yang berkelanjutan dimana
organisasi mengelola kinerja ekonomi, lingkungan, sosial dan tata kelola serta dampaknya secara
bertanggung jawab dan melaporkannya secara transparan. Dan misi dari organisasi Global
Reporting Initiative adalah membuat standar praktik pelaporan keberlanjutan dengan
memberikan panduan dan dukungan kepada organisasi
Pada tahun 1998 kantor sekretariat pusat GRI dipindahkan ke Amsterdam, Belanda.
Sekretariat bertindak sebagai penghubung untuk mengkoordinasikan kegiatan banyak mitra
jaringan Global Reporting Initiative. Global Reporting Initiative memiliki beberapa kantor
regional yaitu: kantor regional Focal Point di Australia, Brazil, Cina, India dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2000 diperkenalkan standar GRI generasi pertama (GRI G.1). Standar GRI
menciptakan satu bahasa yang sama untuk organisasi dan para pemangku kepentingan, sehingga
dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial dari organisasi-organisasi itu dapat dikomunikasikan
dan dipahami. Standar ini dirancang untuk meningkatkan komparabilitas (keterbandingan) global
dan
kualitas informasi tentang dampak ini, sehingga memungkinkan transparansi dan akuntabilitas
organisasi yang lebih besar.
Pelaporan keberlanjutan yang berdasarkan pada Standar GRI harus
memberikan representasi yang seimbang dan wajar dari kontribusi positif dan negatif organisasi
terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Informasi yang tersedia melalui pelaporan
keberlanjutan memungkinkan para pemangku kepentingan internal dan eksternal untuk
membentuk opini dan untuk membuat keputusan terinformasi tentang kontribusi organisasi pada
tujuan pembangunan berkelanjutan.
GRI kemudian melakukan revisi terhadap panduan laporan keberlanjutan dalam kurun
waktu tertentu dan pada umumnya menggunakan penamaan atau pengkodean yang spesifik. GRI
G2 atau versi 2 diterbitkan pada tahun 2002.
Kemudian GRI G3, GRI G3.1, GRI G4 diluncurkan berurutan pada tahun 2006,
2011, dan 2013.
Di antara perubahan berbagai versi GRI, transformasi GRI G3.1 ke GRI G4 memiliki
perubahan yang cukup signifikan dalam hal penyusunan laporan keberlanjutan. Panduan GRI
versi G3.1 dan versi yang sebelumnya masih mengusung konsep “application level”. Skema ini
membagi laporan ke dalam tiga level, yaitu A, B, dan C sesuai kriteria tertentu dan berdasarkan
jumlah indicator yang diungkapkan. Pengungkapan indikator pada level C relatif yang paling
sedikit dan level A relatif yang terbanyak sesuai konteks perusahaan masingmasing.
Pada panduan GRI G4, “application level” ditiadakan karena perusahaan berlomba-
lomba “melaporkan indikator sebanyak mungkin” pada laporan keberlanjutannya agar mencapai
level A. Perusahaan dan para penyusun laporan keberlanjutan saat itu banyak yang memiliki
persepsi bahwa semakin banyak melaporkan indikator akan semakin baik. Padahal, laporan
keberlanjutan idealnya fokus pada isu-isu yang relevan dan material terhadap konteks
keberlanjutan ekonomi, sosial, lingkungan perusahaan, dan para pemangku kepentingan
sekitarnya. Standar GRI G.4 memiliki beberapa tujuan yaitu: lebih mudah digunakan,
meningkatkan kualitas teknis, selaras dengan referensi pelaporan internasional lainnya, fokus
pada konten material, menawarkan panduan bagaimanan menghubungkan keberlanjutan melalui
pelaporan terintegrasi, dan memperbaiki akses data (XBRL).
Standar GRI G.4 memberikan beberapa manfaat bagi organisasi yaitu: (1) menawarkan
prinsip pelaporan dan pengungkapan standar dan manual implementasi untuk penyusunan
laporan keberlanjutan oleh semua jenis organisasi, (2) menawarkan referensi internasional untuk
semua pihak yang tertarik dengan pengungkapan pendekatan tata kelola dan kinerja
keberlanjutan beserta dampak organisasi, (3) digunakan dalam menyiapkan berbagai dokumen
yang memerlukan pengungkapan, (4) dikembangkan proses multi-stakeholder global, dan (5)
dikembangkan selaras dengan dokumen pelaporan terkait yang diakui secara internasional.
Fokus standar pelaporan GRI G4 adalah: (1) melaporkan apa yang benar-benar penting dan apa
yang benar-benar menjadi masalah, (2) topik-topik material lebih penting dibandingkan
menunjukkan kesiapan perusaaan dalam mengungkapkan berbagai indikator, dan (3)
mengarahkan pelaporan keberlanjutan ke level strategis. Standar GRI mencakup semua konsep
dan pengungkapan utama dari Pedoman GRI G4,
ditingkatkan dengan struktur yang lebih fleksibel, persyaratan yang lebih jelas,
dan bahasa yang lebih sederhana.
Pada tahun 2015, GRI membentuk Global Sustainability Standard Board (GRI GSSB)
yang secara spesifik bertugas menangani pengembangan standar laporan keberlanjutan.
Menjelang kuartal keempat tahun 2016, GRI GSSB mulai memperkenalkan GRI Standards yang
kemudian diluncurkan di Indonesia pada tahun 2017. GRI Standards akan mulai efektif berlaku
pada tanggal 1 Juli 2018.
Penggunaan GRI Standards tidak akan berdampak signifikan bagi perusahaan yang telah
membuat laporan keberlanjutan berbasiskan GRI G4. Secara umum, isi keduanya tidak jauh
berbeda. Hanya ada 2 indikator spesifik yang “discontinued” dan total 42 yang direvisi.
Selebihnya mengalami perubahan minor atau perubahan klasifikasi indikator. Standar GRI G4
maupun GRI
Standards juga memiliki penekanan yang sama. Keduanya sama-sama memperhatikan isu
kesetaraan gender dan keterlibatan value chain dalam setiap aspek keberlanjutan. Prinsip-prinsip
laporan keberlanjutan juga masih sama. Materiality dan boundary masih menjadi landasan dalam
menentukan isi laporan.
Standar GRI G4 dan GRI Standards juga tetap mendorong proses assurance oleh pihak
independen atas laporan keberlanjutan yang diterbitkan. Pilihan core dan comprehensive dalam
menyusun laporan juga masih berlaku.
GRI Standards mengusung perubahan signifikan dalam hal struktur dokumen dan
penggunaan bahasa. Pertama, GRI Standards menggunakan skema dokumen modular dengan
total 36 modul. Dengan demikian, setiap modul dapat ditambah, dikurangi atau diubah kapan
saja sesuai dengan dinamika aspek keberlanjutan. Misalnya, jika GRI ingin menambah indikator
pada topik energi, maka GRI akan menerbitkan GRI 302-6, GRI 302-7 dan seterusnya,
melanjutkan GRI 302-5 yang saat ini sudah ada. Penambahan tersebut dapat dilakukan kapan
saja. Ini berbeda dengan versi panduan GRI sebelumnya yang memerlukan revisi secara periodik
dengan menerbitkan versi terbaru secara keseluruhan, misalnya GRI G4.1 atau GRI G5. Hal ini
juga yang menjadi alasan penyebutan “GRI Standards”, bukan “GRI Standard” (dalam Bahasa
Inggris, “standards” berarti
“standard dalam bentuk jamak” atau lebih dari satu). Artinya, setiap modul-modul panduan
laporan keberlanjutan dapat diakui sebagai unit-unit modul tersendiri meski saling terkait satu
sama lain.
Kedua, GRI Standards mengubah penggunaan kata dan gaya bahasa agar lebih mudah
dimengerti oleh para pemangku kepentingan. Misalnya, menggunakan kata “disclosure”
daripada “indicator”, menggunakan kata “topic” dari pada “aspect”, dan menggunakan kata
“management approach disclosure” untuk menggantikan istilah “disclosure of management
approach” atau DMA. Gobal Reporting Initiative Standards menempatkan pembahasan
“management approach” pada GRI 103 bersama-sama dengan pembahasan materiality dan
boundary. Pada versi sebelumnya, management approach, disebut dengan DMA, dibahas khusus
dan tersebar pada berbagai indikator. Dengan adanya perubahan ini, diharapkan pemahaman
tentang management approach akan lebih mudah dan penulisannya di laporan juga menjadi tidak
terlalu sulit karena terpusat pada satu bagian pengungkapan saja.
Dalam hal struktur penulisan, GRI Standards dengan jelas membedakan klausul yang
harus dipenuhi (requirements) dan yang direkomendasikan
(recommendations). Hal ini akan memudahkan penyusun laporan keberlanjutan untuk
menentukan prioritas penulisan data dan informasi pada hal-hal “requirements” terlebih dahulu
b. Struktur dan Format Standar Global Reporting Initiative (GRI)
Standar GRI disusun sebagai serangkaian standar yang saling terkait. Standar-standar ini
telah dikembangkan terutama untuk digunakan bersama-sama dalam membantu organisasi
menyiapkan laporan keberlanjutan yang didasarkan pada Prinsip-Prinsip Pelaporan dan berfokus
pada topik yang material. Menyiapkan laporan sesuai dengan Standar GRI menunjukkan bahwa
laporan tersebut memberikan gambaran lengkap dan seimbang tentang topik material organisasi
dan dampak terkait, serta bagaimana dampak-dampak tersebut dikelola.
Sebuah laporan sesuai dengan Standar GRI dapat diproduksi sebagai laporan
keberlanjutan yang berdiri sendiri, atau dapat merujuk informasi yang diungkapkan dalam
berbagai lokasi dan format (misalnya, berbasis kertas atau elektronik). Setiap laporan yang
disusun sesuai dengan Standar GRI diwajibkan mencantumkan indeks isi GRI, yang disajikan
dalam satu lokasi dan mencakup nomor halaman atau URL untuk semua pengungkapan yang
dilaporkan. Suatu organisasi juga dapat menggunakan Standar GRI yang dipilih, atau bagian dari
isinya, untuk melaporkan informasi spesifik, asalkan Standar yang relevan dirujuk dengan benar.
Standar GRI G.4 disajikan dalam dua dokumen terpisah, yaitu: Prinsip Pelaporan dan
Pengungkapan Standard dan Panduan Penerapan. Prinsip Pelaporan GRI adalah kriteria yang
harus digunakan untuk memandu pilihan reporter, agar mencapai pelaporan GRI yang efektif.
Pengungkapan Standar adalah „pertanyaan‟ GRI yang reporter jawab dalam laporan
keberlanjutan. Panduan penerapan merupakan bagian cara dan memberikan saran serta
rekomendasi terperinci untuk pelaporan dengan G4. Dokumen Prinsip Pelaporan dan
Pengungkapan Standard memuat tentang: (1) bagaimana menggunakan standar GRI G4, (2)
kriteria-kriteria sesuai dengan pengungkapan, (3) prinsip-prinsip pelaporan yang meliputi: isi dan
kualitas laporan, dan (4) pengungkapan-pengungkapan standar pelaporan yang meliputi standar
umum dan standar khusus.Dokumen Panduan Penerapan memuat tentang: (1) pedoman untuk
prinsip-prinsip dan pengungkapan-pengungkapan standar pelaporan dan (2) daftar referensi
lengkap.
Manfaat dan Tantangan Pelaporan Keberlanjutan
Standar pelaporan keberlanjutan GRI dapat digunakan oleh semua tipe organisasi baik itu
perusahaan multinasional, usaha kecil menengah, pemerintahan, non pemerintahan, diberbagai
belahan dunia. Pelaporan keberlanjutan memberikan beberapa manfaat bagi organisasi, yaitu:
1. Mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan entitas bisnis dan manajemen
2. Mengidentifikasi resiko dan peluang organisasi
3. Mengembangkan sistem manajemen dan penetuan tujuan
4. Menghubungkan setiap departemen dalam organisasi dan mendorong inivasi
5. Sumber keunggulan konpetitif dalam upaya menjadi pemimpin pasar
Pelaporan keberlanjutan selain memberikan manfaat bagi organisasi juga melahirkan tantangan
bagi organisasi untuk:
1. Memastikan komitmen dati setiap staff dari semua level manajemen
2. Memahami metodologi pelaporan keberlanjutan
3. Memilih dan melibatkan stakeholders utama
4. Memutuskan isu penting apa yang akan dilaporkan
5. Berurusan dengan topik-topik yang tidak tercakup dalam peraturan daerah
6. Menetapkan tujuan praktis yang dapat dicapai untuk periode pelaporan
7. Menyiapkan prosedur dan sistem pelaporan yang tepat
8. Mengumpulkan dan mengelola informasi-informasi yang diperlukan
DAFTAR PUSTAKA
Yulianita Dewi. 2017. BUKU AJAR AKUNTANSI SOSIAL DAN LINGKUNGAN,
SINGARAJA

Anda mungkin juga menyukai