Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

Peyakit Akibat Kerja, Analisa Risiko dan Pengendalianya

Dosen Pengampu:
Devi Mega Risdiana, M.Kom

Disusun Oleh:
Dhany Dwi K (201810370311168)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INFORMATIKA
2020/2021
A. Pengertian Kesehatan Kerja
Definisi kesehatan kerja menurut WHO tahun 1950 adalah kesehatan kerja
adalah suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahteraan fisik,
mental dan sosial yang setinggitingginya bagi semua pekerja pada semua pekerjaan dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan
psikologi dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan manusida dan setiap manusia
terhadap pekerjaan. Definsi tersebut mengalami perubahan, sehingga pada tahun 1995
oleh gabungan WHO dan ILO mendefinisikan kesehatan kerja pada tiga fokus yang
berbeda, yaitu: 1) Pemeliharaan dan promosi kesehatan karyawan dan kapasitas kerja, 2)
Peningkatan lingkungan kerja dan pekerjaan yang kondusif terhadap K3 karyawan dan 3)
Pengembangan, pengorganisasian kerja dan budaya kerja ke arah yang mendukung
kesehatan dan keselamatan di tempat kerja dan dalam mengerjakan yang demikian itu
juga meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar dan dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Konsep budaya kerja yang dimaksudkan dalam kerangka ini adalah suatu
refleksi dari sistem nilai pokok yang diadopsi oleh perusahaan tertentu. Budaya yang
demikian itu diwujudkan dalam praktek sebagai sistem manajemen, kebijakan personalia,
prinsip partisipasi, kebijakan pelatihan dan manajemen mutu dari perusahaan.
B. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan,
proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian, penyakit akibat kerja merupakan
penyakit yang artifisual atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja (PAK) ialah gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas
kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan.

• Penyebab Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja disebabkan oleh pajanan lingkungan kerja. Lingkungan kerja adalah
kondisi sekitar pekerja atau karyawan terbuka maupun tertutup, baik di dalam ruangan
maupun di lapangan. Pajanan sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja bisa
bersumber dari faktor fisik, kimia, biologis dan ergonomi psikologi. FaktoR fisik lingkungan
kerja terdiri dari kebisingan, getaran pencahayaan, radiasi, tekanan udara dan iklim kerja.

• Macam – macam penyakit akibat kerja :


1. Pencemaran udara
2. Pneumoconiosis
3. Penyakit Silikosis
4. Penyakit Asbestosis
5. Penyakit Bisnosis
6. Penyakit Antrakosis
7. Penyakit Beriliosis
8. Penyakit Saluran Pernafasan
9. Penyakit Kulit
10. Kerusakan Pendengaran
11. Gejala pada Punggung dan Sendi
12. Kanker
13. Coronary Artery
14. Penyakit Liver
15. Masalah Neuropsikiatrik
16. Penyakit yang Tidak Diketahui Sebabnya

• Diagnosis Penyakit Akibat Kerja


a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
c. Menentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut
d. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
e. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi.
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

• Pencegahan Penyakit Akibat Kerja :


a. Pencegahan Pimer – Healt Promotion
1. Perilaku kesehatan
2. Faktor bahaya di tempat kerja
3. Perilaku kerja yang baik
4. Olahraga 5. Gizi
b. Pencegahan Skunder – Specifict Protection
1. Pengendalian melalui perundang-undangan
2. Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja
3. Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD) 4. Pengendalian jalur
kesehatan imunisasi
c. Pencegahan Tersier
1. Pemeriksaan kesehatan pra-kerja
2. Pemeriksaan kesehatan berkala
3. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
4. Surveilans
5. Pengobatan segera bila ditemukan gangguan pada pekerja
6. Pengendalian segera ditempat kerja
C. ANALISIS RISIKO
Risiko atau dapat juga kita sebut dengan potensi bahaya adalah suatu hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan, atau bahkan
kematian yang berhubungan dengan proses dan sistem kerja. Pengelompokan berdasarkan
kategori umum antara lain: Hazardous substances, pressure hazards, thermal hazards,
electrical hazards, mechanical hazards, dan lain sebagainya.
Menurut Ramli (2009), bahaya adalah segala hal yang berpotensi menimbulkan
kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya. Bahaya dapat dibagi
berdasarkan jenis dan sumbernya. Jenis jenis bahaya diantaranya bahaya mekanis, listrik,
kimiawi, fisis, dan biologis. Sumber sumber bahaya diantaranya bahan eksplosif, bahan yang
mengoksidasi, bahan yang mudah terbakar, bahan beracun, bahan korosif, dan bahan
radioaktif.
Dalam mengidentifikasi bahaya, kita dapat menggunakan teknik pasif, semi proaktif,
maupun teknik proaktif dimana harus mempertimbangkan kondisi dan kejadian yang dapat
menimbulkan potensi bahaya, serta jenis kecelakaan dan PAK yang mungkin dapat terjadi.
Kegiatan dalam mengidentifikasi bahaya dapat kita lakukan dengan konsultasi dengan orang
yang berpengalaman, pemeriksaan fisik lingkungan kerja, mencatat cidera dan sakit pada
insiden waktu yang lalu, dan lain sebagainya. Manfaat dari kegiatan tersebut adalah untuk
mengetahui bahaya-bahaya yang ada, mengetahui potensi bahaya tersebut, mengetahui lokasi
bahaya, dan lain sebagainya.
Pokok-pokok yang harus dicermati dari catatan insiden diantaranya adalah benda yang
menjadi sumber kecelakaan, jenis kecelakaan, kondisi tidak standar yang menimbulkan
insiden, tindakan tidak aman yang menimbulkan insiden, bagian tubuh yang cedera, jenis
jenis deviasi / penyimpangan yang ditemukan dari hasil inspeksi terdahulu, dan lain
sebagainya.

D. PENGENDALIAN RISIKO
Prinsip analisa keselamatan dan kesehatan kerja adalah mencari penyebab dari seluruh
tingkat lapisan, dari lapisan umum sampai dengan pokok penyebabnya dicari secara tuntas,
hingga dapat diketahui penyebab utamanya dan melakukan perbaikan. Setelah bahaya
diidentifikasi dan dinilai, maka harus melakukan perencanaan pengendalian resiko dengan
mengikuti pendekatan hirarki pengendalian.
Terdapat dua pendekatan hirarki pengendalian resiko, yaitu Long Term Gain dan Short
Term Gain. Long Term Gain adalah pengendalian berorientasi jangka panjang dan bersifat
permanen sedangkan Short Term Gain adalah pengendalian berorientasi jangka pendek dan
bersifat sementara.
Dalam melakukan pengendalian resiko, haruslah memiliki rencana awal sehingga
nantinya dapat berjalan dengan lancar. Rencana pengendalian risiko antara lainnya yaitu
eliminasi (memilah prioritas utama), substitusi (menggantikan bahan bahan dan peralatan
yang lebih berbahaya dengan bahan bahan dan peralatan yang kurang berbahaya atau yang
lebih aman), rekayasa teknik (merubah struktur obyek kerja untuk mencegah seserang
terpapar potensi bahaya), isolasi (memisahkan seseorang dari obyek kerja), pengendalian
administrasi (menyediakan suatu sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan
seseorang terpapar potensi bahaya), dan alat pelindung diri (membatasi antara tubuh dengan
potensi bahaya). Jika pengendalian resiko tersebut belum memadai, maka harus menentukan
tindakan pengendalian baru untuk menghilangkan atau menekan resiko sampai pada tingkat
serendah mungkin yaitu tindakan pengendalian teknik, administrasi, atau pemantauan
kesehatan.
Penanganan masalah keselamatan kerja harus dilakukan secara serius oleh seluruh
komponen pelaku usaha, tidak bisa secara parsial dan harus dilakukan secara menyeluruh.
Jika terdapat gejala gejala yang memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja, maka langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah menghilangkan, mengamankan, dan mengendalikan
sumber-sumber bahaya atau gejala-gejala tersebut.
Contohnya adalah melakukan standarisasi, inspeksi, riset teknis, riset medis, riset
psikologis, riset statistik, pendidikan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, latihan,
persuasi, asuransi dan lain sebagainya. Cara lainnya dalam mencegah dan menanggulangi
kecelakaan yang lainnya adalah melakukan pencegahan kecelakaan melalui penerapan
peraturan perundangan, menerapkan standarisasi kerja, pemeriksaan kesehatan, dan lain lain.
Lalu melakukan penanggulangan kecelakaan di dalam lift maupun terhadap zat berbahaya.
Dan yang terakhir pendekatan keselamatan lain yang dimulai dengan perencanaan,
ketatarumahtanggaan yang baik dan teratur, pakaian kerja, dan peralatan perlindungan diri.

Anda mungkin juga menyukai