“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)"
Allah juga menegaskan keesaannya melalui surat Al-baqarah ayat 163 yang berbunyi
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha
Pemurah lagi Maha Penyayang”
Teori yang disimpulkan dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk
mengobservasi. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern berpendapat bahwa
kebanyakan pandangan pengetahuan modern, hanya merupakan interpretasi terhadap
pengamatan dan pandangan tersebut belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak
sarjana percaya padanya hakikat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana mana pun
tidak mampu melangkah lebih jauh tanpa berpegang pada kata-kata seperti: “Gaya” (force),
“Energy”, “alam” (nature), dan “hukum alam”. Padahal tidak ada seorang sarjana pun yang
mengenal apa itu: “Gaya, energi, alam, dan hukum alam”. Sarjana tersebut tidak mampu
memberikan penjelasan terhadap kata-kata tersebut secara sempurna, sama seperti ahli teologi
yang tidak mampu memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan
bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak boleh tidak
memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu “Akal”
yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya “ada” dan percaya pula
bahwa alam ini “ada”. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk
kegiatan ilmiah dan kehidupan. Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus
percaya tentang adanya Pencipta Alam.
3. Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Hukum kedua termodinamika” (Second law of Thermodynamics) yang dikenal dengan hukum
keterbatasan energi membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin bersifat azali. Hukum
tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari keadaan panas beralih menjadi
tidak panas maupun sebaliknya. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara
“energi yang ada” dengan “energi yang tidak ada”. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa
alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah kehilangan
energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi kehidupan di alam ini. Oleh
karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan yang bergerak mengelilingi bumi dan
menyelesaikan setiap edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi
yang berputar mengelilingi matahari pada porosnya setiap setahun sekali. Di samping bumi
terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi, yang mengelilingi matahari dengan
kecepatan luar biasa. Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan
organisasi yang teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan
sendirinya, bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar
yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha besar tersebut
adalah Tuhan.
Kesimpulan : filsafat ketuhanan dalam islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai
Yang Tunggal dan Maha Kuasa, konsepsi inilah yang disebut dengan Tauhid yang didasarkan
dari Al – Quran dan hadis