Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS PERMASALAHAN BENIH DAN

BEBERAPA INFORMASI TENTANG VARIETAS UNGGUL


YANG DILEPAS UNTUK DIKEMBANGKAN

Burlis Han dan Nazariah

PENDAHULUAN
Permasalahan tidak cukup tersedia benih yang bermutu dalam rangka
pengembangan produktivitas tanaman pangan, baik padi maupun palawija pada setiap
tahun/setiap musim adalah merupakan persoalan yang selama ini tidak pernah selesai.
Persoalan seperti itu yang mendorong diadakan pertemuan yang hampir setiap
tahun anggaran atau setiap akan memasuki musim tanam untuk membicarakan persoalan
yang sama, yaitu tidak cukupnya benih bermutu. Beberapa kesimpulan hasil pertemuan
forum Perbenihan Propinsi Daerah Istimewa Aceh pada 31 Januari 2000 di Banda Aceh
menyatakan bahwa sasaran areal tanam intensifikasi musim tanam 2000 adalah; 1). padi
159.740 ha dengan kebutuhan benih 3.993.500 kg, 2). kedelai 63.140 ha membutuhkan
benih 2.525.600 kg, 3). jagung 43.890 ha membutuhkan benih 1.316.700 kg. Sedangkan
target penggunaan benih bermutu (label biru dan merah jambu) pada musim tanam tahun
2000 tersebut adalah: padi 44 % (1.757.140 kg), kedelai 10 % (25.560 kg) dan jagung 19
% 250.173 kg) dari sasaran areal tersebut diatas.
Upaya untuk mengatisipasi kebutuhan benih pada musim tanam tersebut hanya
melalui penangkaran benih kegiatan SPL-OECF INP-22 dan KSP yaitu untuk padi
732.000 kg dan kedelai 38.500 kg. Sehingga kekurangan akan dipasok dari pasar bebas
dari Propinsi lain yang akan disalurkan oleh swasta, BUMN dan Koperasi. Realisasinya
secara kwantitatif tidak terpantau seberapa banyak benih tersebut terpenuhi.
Dari uraian tersebut tergambar bahwa kesanggupan kita dalam memenuhi
kebutuhan benih bermutu rendah dibandingkan kekurangan yang ada. Berbagai kendala
yang sangat komplek yang harus diatasi agar mampu untuk berbuat memenuhi kebutuhan
akan benih bermutu tersebut. Maka untuk itu dalam tulisan ini dicoba penganalisa
permasalahan yang komplek tersebut dalam usaha penyediaan benih bermutu serta
memberikan informasi tentang varietas unggul yang telah dilepas untuk dikembangkan.

I. PERMASALAHAN DAN SASARAN PEMECAHAN


MASALAH BENIH

A. Permasalahan Benih
Permasalahan utama yang menyebabkan tidak cukup tersedianya benih bermutu
pada setiap musim tanam adalah karena kurang berkembangnya petani penangkar atau
kurangnya produksi penangkaran. Hal tersebut disebabkan kurangnya motivasi petani
untuk melaksanakan penangkaran, beberapa faktor penyebabnya diduga sebagai berikut:

1
1. Usaha penangkaran belum memberikan harapan keuntungan yang lebih baik
- Murahnya harga beli benih yang dihasilkan oleh penagkar pedagang benih
swasta/ BUMN yang ditunjuk oleh Pemerintah.
- Tidak ada jaminan pasar dari Pemerintah/Swasta yang akan menampung
produksi penangkar.
- Mahalnya harga sarana produksi dan besarnya upah dalam pelaksanaan
penangkaran.
2. Belum terlaksananya Pembinaan Manajemen dan Tehnologi Penangkaran Yang
Lebih Baik Oleh Petugas Yang Berwenang.
- Kurang atau lambatnya transfer informasi tehnologi kepada petugas
pembina sebagai akibat dari kurangnya pelatihan ketrampilan tentang
tehnologi benih, dan kurang lancarnya informasi tentang varietas unggul
yang telah dilepas untuk dikembangkan.
- Kurangnya kesempatan petugas untuk melakukan pembinaan sebagai akibat
dari minimnya sarana petugas serta bertumpang tindihnya tugas yang harus
dikerjakan oleh seorang petugas.
3. Susahnya Mendapatkan Benih Sumber.
Keadaan ini sering terjadi karena petani penangkar belum terbiasa untuk
berhubungan dengan penangkar-penangkar diluart daerah atau Pusat-pusat
perbanyakan benih sumber disamping mangandalkan Balai Benih Induk dan
Utama yang ada di daerah.
4. Kurangnya Modal Usaha Penangkaran.
Setiap usahatani apa saja yang dilakukan oleh petani, seperti usaha penangkaran
benih sudah barang tentu bermuara kepada persoalan ketersediaan dana.
Walaupun ada kesempatan bagi petani untuk memanfaatkan jasa perbankan
tetapi petani sering khawatir seandainya tidak bisa mengembalikan akibat tidak
ada jaminan pasar dari benih yang dihasilkan.

B. Sasaran Pemecahan Permasalahan


Setelah jelas permasalahan utama sampai ke akar penyebab permasalahan itu
sendiri, maka perlu ditetapkan sasaran pemecahan permasalahan tersebut sebagai berikut
:
1. Usaha penanghkaran harus dapat memberikan harapan keuntungan yang lebih
baik.
Kondisi itu akan terwujud apabila beberapa kendala penyebabnya dapat
diatasi antara lain :
- Harga benih yang layak oleh pedagang yang ditunjuk Pemerintah.
- Ada jaminan pasar oleh Pemerintah/Swasta yang akan membeli atau perlu
adanya persaingan bebas antara pedagang (tidak monopoli).

2
- Murah dan layaknya harga sarana produksi dan efisien upah pelaksanaan
penangkaran.
2. Terlaksananya pembinaan manajemen dan tehnologi penangkaran yang lebih
baik oleh petugas yang berwenang.
- Mempercepat transfer tehnologi kepada petugas pembina
- Memperbanyak kesempatan latihan ketrampilan tentang tehnologi benih.
- Memperlancar informasi tentang varietas unggul yang sudah dilepas untuk
dikembangkan.
- Memperbanyak kesempatan bagi petugas untuk melakukan pembinaan
penangkaran dengan cara sebagai berikut :
- Mencukupkan sarana petugas
- Diusahakan tidak bertumpang tindihnya beban tugas yang harus dilaksanakan
oleh seorang petugas.
3. Memberikan kemudahan bagi Penangkar untuk memperoleh benih sumber.
Untuk ini harus ada suatu kebijakan dalam rangka mempermudah mendapatkan
benih sumber tersebut. Kalau perlu benih sumber yang akan dikembangkan oleh
penangkar disesuaikan dengan karakter agroekosistem dan kesukaan petani
setempat serta secara berkala diatur perguliran benih yang dikembangkan.
4. Mencukupkan Modal.
Untuk hal tersebut diharapkan ada kemudahan jasa perbankan atau swasta
penyandang dana yang tidak menjerat. Untuk itu semuanya tentunya perlu
manajemen usaha yang baik.

Dengan teratasinya beberapa faktor tersebut, maka diharapkan akan ada motivasi
petani untuk melaksanakan penangkaran benih bermutu. Dengan demikian petani
penangkar akan berkembang dan produksi bisa meningkat. Sehingga permasalahan
kelangkaan atau tidak cukup ketersedianya benih bermutu pada setiap musin tanam dapat
teratasi.

C. Prioritas Kegiatan Pemecahan Masalah


Diantara empat sasaran pemecahan permasalahan yang akan diharapkan, maka
perlu ditetapkan strategi alternatif proiritas kegiatan. Penetapan prioritas ini didasarkan
atas tingkt urgensi dan besarnya pengaruh sampingan terhadap sasaran pemecahan
masalah yang lain serta keterkaitan dengan tupoksi dari institusi terkait. Sehubungan
dengan hal tersebut, prioritas kegiatan pertama oleh BPTP NAD adalah program
kegiatan mempermudah tersedianya benih sumber dari varietas unggul yang spesifik
lokasi. Operasionalnya adalah dengan mengadakan kegiatan pengkajian uji adaptif
beberapa varietas padi, jagung, atau kedelai unggul baru pada suatu agroekosistem
spesifik. Dengan tersedianya benih sumber yang unggul dan spesifik, maka petani dapat
melakukan penangkaran baik secara pribadi maupun kelompok guna mencukupi

3
kebutuhan benih unggul yang berkwalitas untuk suatu usahatani di propinsi Nanggroe
Aceh darussalam ini. Tanpa adanya usaha mengembangkan penangkar benih, tidak ada
jaminan akan meningkatkan produktivitas dan produksi suatu komoditi.

II. KARAKTER VARIETAS PADI DAN KEDELAI YANG DIKEMBANGKAN


BERDASARKAN AGROEKOSISTEM

A. Padi
1. Lahan Sawah
Varietas yang dikembangkan harus memiliki sifat sebagai berikut :
- Potensi hasil tinggi dengan tipe seperti IR-36 dan Cisadane.
- Anakan produktif banyak, tahan rebah, berbunga serentak, malai lebat,
gabah besar dan bernas (+ 30 g/1000 bulir) , kehampaan rendah, dormansi
sedang, kerontokan sedang, daun bendera tegak dan lambat tua.
- Tahan atau toleran terhadap hama penyakit utama seperti Wereng Coklat,
Wereng Hijau, Wereng Punggung Putih, Ganjur, Penggerek batang,
Bakteri busuk daun, Bakteri daun bergaris, Busuk pelepah daun dan
sebagainya.
- Berumur genjah (100 – 125 hari)
- Mutu beras baik dan rasa nasi enak, sifat rasa nasi disesuaikan dengan
selera konsumen setempat.
- Beberapa contoh varietas : IR-36, Cisadane, Digul, Barumun, IR-70, IR-
72, IR-74, IR-42, Cisokan, Widas, Ketanggo, Cisatana, Cikarang, Tukad
Balian, Tukad Petana, Tukad Unda dan lain-lain (Sunihardi dan Hermanto,
2000)

4
2. Dataran Tinggi
Sifat yang diperlukan untuk padi dataran tinggi sama dengan padi
sawah dataran rendah kecuali penambahan sifat toleran terhadap suhu rendah
dan cuaca berkabut serta lebih tahan terhadap penyakit daun (khusus blas).
Varietas pembanding seperti Adil, Batang Agam dengan umur + 140 hari.
Contoh varietas lain adalah : Gemar (76), Makmur (76), Batang Ombilin (84),
Batang Sumani (89) (Kasim. H dan Djunainah, 1993).
3. Lahan Kering (padi gogo)
Varietas padi gogo harus disesuaikan dengan kondisi lahan, Curah
hujan dan topografi. Untuk lahan marginal, curah hujan cukup seperti
sebahagian besar lahan kering seperti Sumatera dan Kalimantan yang terdiri
dari tanah podsolid merah kuning diperlukan sifat sebagai berikut :
- Potensi hasil sedang dan mantap melebihi Sentani sebagai pembanding.
- Tinggi tanaman + 1 m, tumbuh cepat, tegap, anakan sedang, batang besar
dan kokoh, perakaran dalam, daun agak terkulai, malai panajang dan lebat.
- Tahan terhadap Blas, Bercak coklat, Bakteri busuk daun, Busuk pelepah
daun, Lalat bibit dan Wereng coklat.
- Toleran terhadap pH rendah dan kekeringan.
- Umur genjah (110 – 125 hari), untuk Indonesia bahagian Timur harus sangat
genjah (95 - 100 hari ).
- Contoh-contoh varietas : Genjah Lampung (60), Seratus malam (60),
Kartuna (63), Gata (76), Gati (76), Sentani (83), Tondano (83), Singkarak
(83), Arias (84), Ranau (84), Maninjau (85), Danau Bawah (87), Batur (88),
Danau Atas (88), Poso (89), Laut Tawar (89), Danau Tempe (91),
Situgintung (92), Limboto (99), Tawuti (99) (Musaddad. A, dan kawan,
1993 dan Sunihardi, 2000).
4. Padi Rawa
Terdiri dari dua bahagian yaitu : Rawa Lebak (dangkal, tengah dan
dalam) dan pasang surut.
a. Padi Lebak Dangkal
- Tinggi tanaman (100 – 150 cm) tipe seperti varietas Pelita dan Barito.
Cepat tumbuh, batang kuat, tahan terhadap rendaman, kekerungan dan
lahan bermasalah, mempunyai daya memanjang.
- Tahan terhadap bakteri Busuk daun, Blas, Bercak coklat, Cercospora,
Virus Tunggro, Wereng hijau dan Wereng coklat.
- Umur sedang (125 – 135).
b. Padi Lebak Tengah dan Dalam (air dalam).
Varietas yang mampu beradaptasi didaerah rawa dengan genangan 0,5
– 2 m harus cepat tumbuh, toleran terhadap rendaman (5 – 7 hari),

5
mempunyai daya memanjang + 5 cm/hari dan toleran terhadap lahan
bermasalah, sifat lainnya sama dengan Padi Lebak dangkal.
c. Padi Pasang Surut
- Tanaman harus tinggi seperti Pelita, cepat tumbuh dan kuat serta
toleran terhadap pengaruh genangan air pasang surut.
- Toleran terhadap pH rendah, Salinitas dan kekeringan
- Tahan terhadap hama penyakit seperti pada padi lebak.
- Umur genjah 120 – 130 hari (Harahap. Z, TS. Silitonga, 1993).
- Contoh varietas : Barito (81), Mahakam (83), Kapuas (84), Nagara
(86), Tapus (86), Alabio (86), Musi (88), Lematang (91), Celilin (91),
Lalan ( ), IR-66 ( ), Banyuasin ( ), Batanghari (99), Dendang (99),
Pagur (2000), Indragiri (2000) (Musaddad. A dan kawan, 1993 dan
Sunihardi, 2000).
B. Kedelai
1. Lahan Sawah Jenis Tanah Vertisol
Varietas yang sesuai untuk lahan sawah jenis tanah ini adalah : Wilis
(83), Argomulyo ( ), Kawi ( ), untuk umur sedang (80 – 90 hari) dan untuk
umur genjah adalah: Lokon (82), Malabar (92), Leuser ( ) dan Dieng (91)
(75 – 80 hari).
2. Lahan Sawah Jenis Tanah Hidromorf
Dianjurkan varietas yang berumur genjah, antara lain ; Lokon (82),
Malabar (92), Genjah Slawi ( ), Tengger (91), Dieng (91), Lumajang
Bewok (89), Petek (89), Argomulyo dan Leuser.
3. Lahan Sawah Irigasi Jenis Tanah Entisol
Sebaran jenis tanah Entisol berbahan baku Aluvial - Datar Regosol
yang memiliki strukturt remah, drainase sedang sampai baik, kesuburan
sedang sampai tinggi sangat cocok untuk semua varietas.

6
4. Lahan Kering Alfisol
Jenis tanah ini umumnya dipantai utara Jawa Timur, Madura bagian
Selatan, Yogjakarta Selatan, Wonogiri, Purwodadi, Cianjur, Sukabumi dan
Garut. Tanah ini berwarna muda sampai tua, pH tanah sedikit Netral sampai
Alkalin, sering mengalami kekurangan hara S dan Zn. Varietas yang spesifik
adalah yang berumujr genjah, berbiji sedang, warna biji kekuningan seperti:
Lawu (91), Dieng (91), Tengger (91) atau Varietas Unggul Lokal. Varietas
kedelai berumur sedang yang dianjurkan antara lain: Wilis (83), Kerinci (83),
Pangrango ( ), Tampomas (92), Krakatau (92).
5. Lahan Kering Podsolik Merah Kuning dan Ultisol
Jenis tanah ini sebahagaian besar terdapat di Pulau Sumatera bagian
Barat, di Kalimantan tersebar di Tengah, Timur dan Barat, di Sulawesi
tersebar di Sulawesi Tengah dan Selatan. Tanah Ultisol mempunyai lapisan
olah tipis, mudash tererosi, drainase sedang sampai cepat, pH rendah,
kandungan Al dan Mn tinggi serta hara NPK rendah (Adisarwanto. T dan
kawan, 2000; Puslitbangtan, 1993b). Varietas yang dianjurkan adalah; Wilis
(83), Kerinci (85), Dempo (84), Singgalang (92), Slamet ( ), Sindoro ( ).
6. Lahan Pasang Surut
Tanah dilahan ini sering mengandung gambut, berwarna coklat
kehitaman dengan kadar organik yang cukup tinggi, pH tanah + 4. Sering
mengalami kekurangan (kahat) hara P, K dan hara Mikro. Varietas yang
dianjurkan diantaranya; Wilis (83), Kerinci (85), Dempo (84), Singgalang
(92) (Adisarwanto. T dan kawan, 2000; Kasim. H, 1993 dan Musaddad. A
dan kawan, 1993 ).

DAFTAR BACAAN

Adisarwanto, Nasir Saleh, Marwoto, Novianti Sumarlin. 2000. Teknologi Produksi Kedelai.
Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. 25 Hal.
Harahap. Z Dan Ts. Silitonga. 1993. Perbaikan Varietas Padi Dalam Ismunaji Dan Kawan-Kawan. 1993.
Padi. Buku -2 Cetakan Ke 2. Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. Hal. 335 – 361.
Kasim H. Dan Djunainah. 1993. Deskripsi Varietas Unggul Palawija Jagung, Sorgum, Kacang-Kacangan
Dan Umbi-Umbian, 1918 – 1993. Puslitbangtan . Badan Litbang Pertanian. 55 Hal.
Musaddad A, A. Husni Kasim, Sunihardi. 1993. Varietas Unggul Tanaman Pangan. High-Yielding Of
Food Crops 1918 -1993. Puslitbangtan . Badan Litbang Pertanian. 18 Hal.
Sunihardi Dan Hermanto. 2000. Deskripsi Varietas Unggul Padi Dan Palawija 1999 – 2000.
Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. 40 Hal.

Anda mungkin juga menyukai