Anda di halaman 1dari 19

ULUMUL QUR’AN (HES 211)

Tentang

“Asbabun Nuzul”

Dosen Pengampu: Zufriani, M.HI

Oleh:

Kelompok 5 HES 2B

1. Husni zayin fraizal


Nim:2010102016
2. Tania mantara
Nim:2010102055

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH

IAIN KERINCI

TAHUN PELAJARAN 2020/2021

III
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita mampu menyusun makalah ini yang
Insya Allah dapat memberikan manfaat.

Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada Baginda kita Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan hingga zaman
terang benderang ini, tanpa beliau dan tanpa izin Allah mungkin kita tidak mungkin
akan mengetahui tentang banyak nya Ilmu pengetahuan baik bersifat umum maupun
religi.

Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Ulumul
Quran yang telah membimbing kami dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa
juga kami ucapkan terima kasih kepada keluarga, serta rekan-rekan yang ikut
mendukung dalam penyusunan makalah ini.

Dengan disusunnya makalah ini kami menyadari penyusunan masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kami harap rekan-rekan sekalian dapat memberikan
kritikan serta masukan agar kedepannya kami dapat menyusun makalah lebih baik.

Kamis, 22 April 2021

Penulis

Kelompok 5

III
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................2
PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. Pengertian Asbabun Nuzul.................................................................................2
B. Cara Mengetahui Kebenaran Asbabun Nuzul....................................................9
C. Jenis-Jenis Riwayat Asbab al-Nuzul................................................................10
D. Fungsi dari Asbabun Nuzul..............................................................................13
BAB IV........................................................................................................................15
PENUTUP..................................................................................................................15
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Banyak ayat Al Quran yang turun namun kita tidak memahami


mengapa sebabnya ayat tersebut diturunkan. Asbabun Nuzul ada kalanya
berupa kisah tentang peristiwa yang terjadi, atau berupa pertanyaan sahabat
pada zaman Rasul yang disampaikan kepada Rasulullah SAW untuk
mengetahui hukum suatu masalah atau jawaban dari pertanyaan, sehingga
ayat Al-Qur'an pun turun sesudah terjadi peristiwa atau pertanyaan tersebut.
Diturunkannya ayat tersebut karena sesuai dengan kebutuhan diwaktu itu,
namun tidaklah semua turunnya ayat dalam Al Quran mempunyai sebabnya.
Al-Qur'an diturunkan untuk memahami petunjuk kepada manusia ke
arah tujuan yang sesuai dengan ketetapan Allah juga Rasul nya. Sebagian
besar Al-Qur'an pada mulanya diturunkan untuk menyaksikan banyak
peristiwa sejarah, Namun ayat Al Quran bukan hanya menceritakan banyak
nya peristiwa sejarah, tetapi diantara ayat ayat tersebut menjelaskan secara
khusus tentang penjelasan hukum Allah SWT juga jawaban tentang
pertanyaan sahabat Rasulullah SAW.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian asbabun nuzul ?


2. Bagaimana cara mengetahui riwayat kebenaran asbabun nuzul ?
3. Bagaimana cara mengetahui jenis riwayat asbabun nuzul ?
4. Apa fungsi asbabun nuzul ?

C. Tujuan

1. Mampu mengetahui pengertian Asbabun Nuzul dan fungsinya.


2. Mampu mengetahui cerita yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul.
3. Mampu mengetahui kriteria riwayat kebenaran Asbabun Nuzul.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabun Nuzul

Menurut bahasa Asbabun nuzul berasal dari dua kata yaitu asbabun dan
nuzul. Asbabun artinya sebab atau karena, sedangkan nuzul artinya turun. Jadi
asbabun nuzul adalah sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an. (Wikipedia:2017).

Menurut Al-Zarqani, asbab al-nuzul adalah suatu kejadian yang


menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat, atau suatu peristiwa yang dapat
dijadikan petunjuk hukum berkenaan turunnya sutu ayat.

Menurut Shubhi al-Shalih, asbab al-nuzul adalah sesuatu yang


menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat yang memberi jawaban terhadap
sebab itu, atau menerangkan hukumnya pada masa terjadinya sebab itu.

Ash-Shabuni mendefinisikan asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau


kejadian yang menyebabkan turunnya beberapa ayat yang berhubungan dengan
kejadian itu, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada nabi SAW ataupun
kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.

Sebenarnya jika yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul adalah hal-hal


yang menyebabkan turunnya ayat-ayat al-Qur’an, maka semua ayat Al-Qur’an
mempunyai Asbabun Nuzul nya. Karena tujuan utama diturunkannya Al-Qur’an
ialah hendak mentransformasikan umat Nabi Muhammad dari zaman jahiliyah ke
arah yang lebih baik agar kita senantiasa berada di jalan Nya. Kondisi objektif
yang lebih buruk itulah yang menjadi sebab ayat ayat Al-Qur’an diturunkan.
Selama kurang lebih 23 tahun ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan bagaikan suatu
paket yang tak dapat dipisahkan antara satu ayat dengan yang lainnya.

Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui bahwa


asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga berupa pertanyaan,
kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu sendiri terbagi menjadi 3
macam yaitu :

2
1. Peristiwa berupa pertengkaran

Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100. Yaitu yang bermula dari
adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari
surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.

2. Peristiwa berupa kesalahan yang serius

Seperti kisah turunnya surat an-Nisa’ : 43. Saat itu ada seorang Imam
shalat yang sedang dalam keadaan mabuk, sehingga salah mengucapkan surat
al-Kafirun, surat An-Nisa’ turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam
keadaan mabuk.

3. Peristiwa berupa cita-cita/keinginan

Seperti contoh, cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam


Ibrahim sebagai tempat shalat, ‫والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى‬ al baqarah 125

Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3 macam yaitu :

1. Pertanyaan tentang masa lalu seperti :


ً‫ك عَن ِذي ْالقَرْ نَ ْي ِن قُلْ َسأ َ ْتلُو َعلَ ْي ُكم ِّم ْنهُ ِذ ْكرا‬
َ َ‫َويَسْأَلُون‬

“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain.


Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya". (QS. Al-Kahfi:
83)

2. Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung


pada waktu itu seperti ayat:

ً‫وح قُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن أَ ْم ِر َربِّي َو َما أُوتِيتُم ِّمن ْال ِع ْل ِم إِالَّ قَلِيال‬ َ َ‫َويَسْأَلُون‬
ِ ُّ‫ك َع ِن الر‬
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85)

3. Pertanyaan tentang masa yang akan datang

“(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad) tentang hari


kebangkitan, kapankah terjadinya?” Ayat tersebut terdapat dalam surat An
Naziat ayat 42.

3
Menurut Al-Zarqoni dan Al-Ja’bari, dilihat dari peristiwa yang terkait
dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1.  Ayat yang diturunkan dengan mubtada’an tanpa ada peristiwa yang terjadi
saat ayat itu diturunkan Allah SWT. Turunnya ayat ini semata-mata karena
Allah memberikan petunjuk kapada manusia. Kehendak-Nya untuk
memberikan petunjuk inilah yang menjadi asbabun nuzul dari ayat atau
beberapa ayat tersebut. Ayat-ayat ini lebih banyak jumlahnya terutama
mengenai prinsip-prinsip keimanan, keislaman, dan akhlak yang luhur.

2.  Ayat yang diturunkan Allah SWT dengan sebab khusus atau peristiwa
tertentu. Ayat ini jumlahnya tidak banyak. Misalnya, Allah SWT menurunkan
surah al-anfal (8) yang menjelaskan berbagai persoalan mengenai perang,
surah al-tholaq (65) yang membicarakan masalah yang berkaitan dengan
talaq. Peristiwa sebelum atau saat ayat turun itu para mussafir
menganggapnya sebagai asbabun nuzul.

Dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbabun nuzul terbagi menjadi
sbb :

•   Ta’addud al-asbab wa al-nazil wahid ( sebab turunnya lebih dari satu, dan
ini persoalan yang terkandung dalam ayat atau kelompok ayat yang turun satu).

•   Ta’addud al-nazil wa al-asbab wahid ( ini persoalan yang terkandung


dalam satu ayat atau kelompok ayat lebih dari satu, sedangkan sebab turunnya satu).

•   Redaksi Asbabun nuzul, yang dimaksud dengan ungkapan (redaksi) ini


terkadang sebab nuzul ayat dan terkadang pula kandungan hukum ayat.

Ungkapan-ungkapan yang di gunakan oleh para sahabat untuk menunjukkan turunnya


al-qur’an tidak selamanya sama. Ungkapan-ungkapan itu secara garis besar di
kelompokkan dalam dua kategori;

1.      Sarih (jelas)

Ungkapan riwayat “sarih” yang memang jelas menunjukkan asbab an-nuzul dengan
indikasi menggunakan lafadz (pendahuluan).

“sebab turun ayat ini adalah...”

“telah terjadi..... maka turunlah ayat…..”

4
“rasulullah saw pernah di tanya tentang ....... maka turunlah ayat…..”

Contoh lain: Q.S. al-maidah, ayat : 2

“hai orang-orag yang beriman, janganlah kamu melanggar shi’ar-shi’ar Allah, dan
jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) binatang-
binatang had-ya, dan binatang-binatang qala-id, dan jangan pula mengganggu orang-
orang yang mengunjungi baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keridhoannya
dari tuhannya dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah
berburu. Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena
mereka menghalang-halangi kamu dari masjid al-haram, mendorongmu membuat
aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam(mengerjakan)
kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat
siksa-Nya ”.(Q.S. almaidah : ayat 2).

Asbab an-nuzul dari  ayat berikut; ibnu jarir mengetengahkan subuah hadits dari
ikrimah yang telah bercerita,” bahwa hatham bin hindun al-bakri datang kemadinah
bersrta kafilahnya yang membawa bahan makanan. Kemudian ia menjualanya lalu ia
masuk ke madinah menemui nabi saw.; setelah itu ia membaiatnya masuk islam.
Tatkala ia pamit untuk keluar pulang, nabi memandangnya dari belakang kemudian
beliau bersabda kepada orang-orang yang ada di sekitarnya, ‘sesungguhnya ia telah
menghadap kepadaku dengan muka yang bertampang durhaka, dan ia pamit dariku
dengan langkah yang khianat. Tatkala al-bakri sampai di yamamah, ia kembali
murtad dari agama islam. Kemudian pada bulan dhulkaidah ia keluar bersama
kafilahnya dengan tujuan makkah. Tatkala para sahabat nabi saw. Mendengar
beritanya, maka segolongan sahabat nabi dari kalangan kaum muhajirin dan kaun
ansar bersiap-siap keluar madinah untuk mencegat yang berada dalam kafilahnya itu.
Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,’ hai orang-orang yang beriman, janganlah
kamu melanggar shiar-shiar Allah...(Q.S. al-maidah : 2 ) kemudian para sahabat
mengurungkan niatnya (demi menghormati bulan haji itu).

Hadits serupa ini di kemukakan pula oleh asadiy.” Ibnu abu khatim mengetengahkan
dari zaid bin aslam yang mengatakan, bahwa  rasulullah saw. Bersama para sahabat
tatkala berada di hudaibiah, yaitu sewaktu orang-orang musyrik mencegah mereka
untuk memasuki bait al-haram peristiwa ini sangat berat dirasakan oleh mereka,
kemudian ada orang-orang musyrik dari penduduk sebelah timur jazirah arab untuk
tujuan melakukan umroh. Para sahabat nabi saw. Berkata, marilah kita halangi
mereka sebagaimana(teman-teman mereka) merekapun menghalangi sahabat-sahabat

5
kita. Kemudian Allah SWT. Menurunkan ayat,”janganlah sekali-kali mendorongmu
berbuat aniaya kepada mereka...” (Q.S. al-maidah ayat : 2)

2.      Muhtamilah (masih kemungkinan atau belum pasti)

Ungkapan “mutammimah”adalah ungkapan dalam riwayat yang belum dipastikan


asbab an-nuzul karena masih terdapat keraguan. Hal tersebut dapat berupa ungkapan;

...“ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...”

“saya kira ayat ini diturunkan berkenaan dengan ...........”

“saya kira ayat ini tidak diturunkan kecuali berkenaan dengan.....”

Contohnya: Q.S. al-baqarah: 223

“istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, mak datangilah
tanah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan
kerjakanlah (amal yang baik)untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan
ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-
orang yang beriman.”(QS. Al-baqarah, ayat ;223)

Asbab an-nuzul dari ayat berikut ;dalam sebuah riwayat yang dikeluarkan oleh abu
daud dan hakim, dari ibnu abbas di kemukakan bahwa penghuni kampung di sekitar
yatsrib (madinah), tinggal berdampingan bersama kaum yahudi ahli kitab. Mereka
menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak
meniru dan menganggap baik segala perbuatannya.Salah satu perbuatan kaum yahudi
yang di anggap baik oleh mereka ialah tidak menggauli istrinya dari belakang.

Adapun penduduk kamping sekitar quraish (makkah) menggauli istrinya dengan


segala keleluasannya.Ketika kaum muhajirin (orang makkah) tiba di madinah salah
seorang dari mereka kawin dengan seorang wanita ansar (orang madinah).Ia berbuat
seperti kebiasaannya tetapi di tolak oleh istrinya dengan berkata: “kebiasaan orang
sini, hanya menggauli istrinya dari muka.” Kejadian ini akhirnya sampai pada nabi
saw, sehingga turunlah ayat tersebut di atas yang membolehkan menggauli istrinya
dari depan, balakang, atau terlentang, asal tetap di tempat yang lazim.

Peristiwa atau pertanyaan yang disebut sebagai asbabun nuzul itu terjadi pada
masa Rasulullah SAW atau pada masa saat ayat al-qur’an diturunkan. Jadi kita
mengetahui asbabun nuzul itu dari penuturan para sahabat Nabi yang menyaksikan
peristiwa itu. Hal ini berarti asbabun nuzul haruslah berupa riwayat yang dituturkan
para sahabat. Para sahabat dalam menuturkan sebab nuzul menggunakan ungkapan
(redaksi) yang berbeda dari satu peristiwa dengan peristiwa lainnya. Perbedaan

6
ungkapan itu tentunya mengandung perbedaan makna yang memiliki impikasi pada
status sebab nuzulnya.Macam-macam ungkapan (redaksi) yang digunakan para
sahabat untuk menuturkan sebab nuzulnya , antara lain :

1.  Kata ‫سبب‬ (sebab) , contohnya

‫ َسبَبُ نُ ُزوْ ِل هَـ ِذ ِه االَ يَ ِة كــ َذا‬  (sebab turunnya ayat ini)

Ungkapan (redaksi) ini disebut ungkapan (redaksi) yang sharih (jelas/tegas).


Maksudnya, sebab nuzul yang menggunakan redaksi ini, menunjukkan betul-betul
sebagai latar belakang turunnya ayat tidak mengandung makna yang lain.

2.  Kata ‫فـــ‬ (maka) , contohnya
ُ‫( َح َدثَتَ َك َذا َو َك َذا فَـنَ َزلَت اآليَة‬telah terjadi peristiwa ini dan itu maka turunlah ayat)

Ungkapan (redaksi) ini sama pengertiannya dengan penggunaan kata sababu, yakni
sama-sama sharih (jelas/tegas).

3.  Kata ‫( في‬mengenai/tentang), contohnya

‫ت هَ ِذ ِه اآليَةُ فِ ْي َك َذا و َكـ َذا‬


ْ َ‫نَ َزل‬ (ayat ini turun mengenai ini dan itu)

Ungkapan seperti ini tidak secara tegas (ghairu sharih) menyebutkan sebab turunnya
ayat. Masih terdapat kemungkinan terkandung makna lain.

•   Satu Ayat dengan Sebab Banyak

Jika ditemukan dua riwayat atau lebih mengenai sebab turunnya ayat-ayat dan
masing-masing menyebutkan suatu sebab yang jelas dan berbeda dari yang
disebutkan lawannya, maka riwayat ini harus diteliti dan dianalisis. Permasalahannya
ada empat bentuk, yakni :

o  Pertama, salah satu dari keduanya shahih dan yang lainnya tidak.

o  Kedua, kedua riwayatnya shahih akan tetapi salah satunya memiliki penguat
(Murajjih) dan yang lainnya tidak

o  Ketiga, keduanya shahih dan keduanya sama-sama tidak memiliki penguat


(Murajjih). Akan tetapi keduanya dapat diambil sekaligus.

o  Keempat, keduanya shahih dan keduanya tidak memiliki penguat (Murajjih),akan


tetapi keduanya tidak mungkin diambil sekaligus.

•   Banyaknya Nuzul dengan Satu Sebab

7
Terkadang banyak ayat yang turun sedangkan sebabnya hanya satu. Karena
itu banyak ayat yang turun dalam berbagai surat mengenai satu peristiwa. Contohnya
ialah apa yang diriwayatkan oleh Said bin Manshur, Abdurrazaq, At-Tirmidzi, Ibnu
Jarir, Ibnul Mundzir, Ibnu Abu Hatim, Ath-Tharbani, dan Al-Hakim mengatakan
shahih, dari Ummu Salamah, ia berkata :

“Wahai Rasulullah, aku tidak mendengar Allah menyebut kaum perempuan


sedikitpun mengenai hijrah. Maka Allah Menurunkan QS. Ali-Imran :195 untuk
menjawabnya.”

Begitu pula dengan hadist yag diriwayatkan Ahmad, Ibnu Jarir, Ibnul
Mundzir, Ath-Thabrani dan Ibnu Mardawaih dari Ummu Salamah, ia berkata :

“Aku telah bertanya, Wahai Rasulullah, mengapakah kami tidak disebutkan


dalam Al-Qur’an seperti kaum laki-laki? ‘Maka pada suatu hari aku dikejutkan
dengan seruan Rasulullah di atas mimbar. Beliau membacakan: “Sungguh, laki-laki
dan perempuan Muslim, laki-laki dan perempuan Mukmin, laki-laki dan perempuan
yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan
perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah Menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Al-Hakim meriwayatkan dari Ummu Salamah, ia berkata: “Kaum laki-laki


berperang sedang perempuan tidak. Di samping itu kami hanya memperoleh warisan
setengah bagian dibanding laki-laki. Maka Allah menurunkan ayat: “Dan janganlah
kamu iri hati terhadap karunia yang telah Dilebihkan Allah kepada sebagian kamu
atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka
usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan.
Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu.” (An-Nisaa’ : 32)

Ketiga ayat di atas diturunkan karena satu sebab.

•   Beberapa Ayat yang Turun Mengenai Satu Orang

Terkadang seorang sahabat mengenai peristiwa lebih dari satu kali dan Al-
Qur’an turun mengenai satu peristiwa,maka dari itu kebanyakan al-quran turun sesuai
dengan peristiwa yang terjadi, misalnya seperti apa yang diriwayatkan oleh Bukhari

8
dalam kitab al-adahi mufiat tentang berbakti kepada orang tua, dari Saad bin Abi
Waqos ada empat ayat al-quran turun berkenaan dengan aku:

Pertama, ketika ibuku bersumpah dia tidak akan makan dan minum sebelum
aku meninggalkan Muhammad lalu Allah menurunkan ayat, ” Dan jika memaksamu
untuk mempersekutukan aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang
itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergilah keduanya di dunia
dengan baik.”(luqman:15)

Kedua, ketika aku mengambil sebuah pedang dan mengaguminya, maka aku
berkata kepada Rasulullah, ”berikan aku pedang ini” maka turunlah ayat. Mereka
bertanya kepadamu tentang pembagian harta rampasan perang (al-anfal:01).

Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah mengunjungiku dan aku bertanya
kepada beliau: ”Rasulullah aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku
mewasiatkan separuh nya?” Beliau menjawab: ”tidak” aku bertanya: ”bagaimana jika
sepertiganya?” Rasulullah diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu
diperbolehkan.

Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khomr) bersama kaum
ansor, seorang memukul hidungku dengan tulang rahang unta, lalu aku datang kepada
Rasulullah , maka Allah swt melarang minum khomr. Dalam hal ini telah turun
wahyu yang sesuai dengan banyak ayat.

B. Cara Mengetahui Kebenaran Asbabun Nuzul

Asbab al-nuzul diketahui melalui riwayat yang disandarkan kepada nabi


Muhammad Saw. Tetapi tidak semua riwayat yang disandarkan kepadanya dapat
dipegang. Riwayat yang dapat dipegang ialah riwayat yang memenuhi syarat-
syarat tertentu sebagaimna ditetapkan para ahli hadist.

Secara khusus dari riwayat asbab al-nuzul ialah riwayat dari orang yang
terlibat dan mengalami peristiwayang diriwayatkannya ( yaitu pada saat wahyu
diturunkan). Riwayat yang berasal dari para tabi’in yang tidak merujuk pada
rasulullah dan para sahabatnya, yang dianggap lemah (dha’if) tidak boleh. Sebab
itu seseorang tidak dapat begitu saja menerima pendapat seseorang penulis atau
orang seperti itu bahwa suatu ayat diturunkan dalam keadaan tertentu. Karena itu,
kita harus mempunyai pengetahuan tentang siapa yang meriwayatkan peristiwa
tersebut, dan apakah waktu itu ia memang sunguh-sungguh menyaksiakan, dan
kemudian siapa yang menyampaikannya kepada kita.

C. Jenis-Jenis Riwayat Asbab al-Nuzul

9
Riwayat-riwayat asbab al-nuzul dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu
riwayat-riwayat pasti dan tegas, dan riwayat-riwayat yang tidak pasti (mumkin).

Kategori pertama, para periwayat dengan tegas menunjukkan bahwa peristiwa


yang diriwayatkannya berkaitan erat dengan asbab al-nuzul, misalnya Ibn Abbbas
meriwayatkan tentang Q.s. al-Nisa/4:59:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan rasul-Nya,dan


orang-orang yang memiliki kekuasaan (ulil amr) diantara kamu. Kemudian jika kamu
berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an)
dan rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Abdullah ibn Hudzaifah ibn Qais
ibn Adi ketika rasul menunjuknya sebagai panglima sariyya (detasemen, sebuah
satuan tugas tentara). Sedangkan kategori kedua (mumkin) periwayat tidak
menceritakan dengan jelas bahwa peristiwa yang diriwayatkannya berkaitan erat
dengan asbab al-nuzul, tetapi hanya menjelaskan kemungkinan-kemungkinannya,
misalnya riwayat Urwah tentang kasus Zubair yang bertengkar dengan seseorang dari
kalangan Anshar, karena masalah aliran air (irigasi di al-Harra). Rasulullah
bersabda:” Wahai Zubair, aliri air tanahmu, dan kemudian tanah-tanah disekitarmu.”
Sahabat Anshar tersebut kemudian memprotes:” Wahai Rasulullah, apakah karena ini
keponakanmu?” Pada saat itu Rasulullah dengan rona wajah yang memerah
kemudian berkata :” Wahai Zubair, alirkan air ketanahnya hingga penuh, dan
kemudian biarkan selebihnya mengalir ketetanggamu.” Tampak bahwa Rasulullah
Saw memungkinkan Zubair memperoleh sepenuh haknya justru sesudah Anshar
memnujnjukkan kemarahannya. Sebelumnya Rasulullah telah memberikan perintah
yang adil bagi mereka berdua. Zubair berkata: “ Saya tidak bisa memastikan, hanya
agaknya ayat itu turun berkenaan dengan peristiwa tersebut.” Ayat yang dimaksud
ialah Q.s. al-Nisa /4:65:

Artinya:   “Maka demi Tuhan mu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman


hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan,
kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terahdap
putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya “.

Mengenai jenis-jenis asbab al-nuzul dapat dikategorikan kedalam beberapa bentuk


sebagai berikut:

1.         Sebagai tanggapan atas suatu peristiwa umum

10
Bentuk sebab turunya ayat sebagai tanggapan terhadap suatu peristiwa,
misalnya riwayat ibn Abbas bahwa Rasulullah perna ke al-Bathha, dan ketika turun
dari gunung beliau berseru: “ Wahaw para sahabat, berkumpullah!” Ketika melihat
orang-orang Quraisy  yang juga ikut mengelilinginya, maka beliau pun bersabda:”
apakah engkau akan percaya, apabila aku katakan bahwa musuh tengah mengancam
ari balik punggung gunung  dan mereka bersiap-siap menyebrang entah dipagi hari
ataupun dipetang hari?” Mereka menjawab:” Ya, kami percaya wahai Rasulullah!”
Kemudian Nabi melanjutkan,” Danaku akan menjelaskan kepada mu tentang
beberapa hukuman.” Maka Abu Lahab berkata:” Apakah hanya untuk masalah seperti
ini engkau kumpulkan kami, wahai Muhammad?” Maka Allah kemudian
menurunkan Q.s.al-Lahab/111

Artinya:”Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan


binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang dia usahakan.
Kelakdia akan masuk kedalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya,
membawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali sabut.”

2.         Sebagai tanggapan atau suatu peristiwa khusus

Contoh sebab turunnya ayat sebagai tanggapan atas suatu peristiwa khusus ialah
turunnya surah al-Baqarah/2:158, sebagaimana telah diuraikan terdahulu.

3.         Sebagai jawaban terhadap pertanyaan kepada Nabi

Asbab al-nuzul lainnya ada dalam bentuk pertanyaan kepada Rasulullah, seperti
turunnya Q.s. al-Nisa/4:11:

Artinya: “Allah mensyariatkan bagimi tentang (pembagian pusaka untuk)


anak-anakmu. Yaitu bagian anak-anak laki-lakisama dengan bagian dua anak
perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua penting dari harta yang
ditinggalkan. Jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separuh
harta. Dan untuk dua orang ibu-bapak bagi masing-masing seperenam dari harta yang
ditinggalkan.”

Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban secara tuntas terhadap


pertanyaan Jabir kepada Nabi, sebagaimana diriwayatkan Jabir: “Rasulullah datang
bersama Abu Bakar, berjalan kaki mengunjungiku (karena sakit) di perkampungan
Banu Salamah. Rasulullah menemukanku dalam keadaan tidak sabar sehingga beliau
meminta agar disediakan air, kemudian berwudhu, dan memercikkan sebagian pada
tubuhku. Lalu aku sadar, dan berkata: “Ya Rasulullah! Apakah yamg Allah

11
perintahkan bagiku berkenaan dengan harta benda milikku?” Maka turunlah ayat di
atas.

4.         Sebagai jawaban dari pertanyaan Nabi

Salah satu bentuk lain ialah Rasulullah Saw mengajukan pertanyaan, seperti turunnya
Q.s Maryam/19:64:

Artinya: “Dan tidaklah kami (Jibril) turun,kecuali dengan perintah Tuhanmu.


Kepunyaan-Nya lah apa-apa yang dihadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita,
dan apa-apa yang ada diantara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.”

Ayat tersebut turun untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan Nabi,


sebagaimana diriwayatka Ibn Abbasbahwa Rasulullah bertanya kepada Malaikat
Jibril, “aApa yamg menghalangi kehadiranmu, sehingga lebih jarang muncul
ketimbang masa-masa sebelumnya?” Maka turunlah ayat di atas.

5.         Sebagai tanggapan atas pertanyaan yang bersifat umum

Dalam bentuk lain, ayat-ayat al-Qur’an diturunkan dalam rangka memberi


petunjuk perihal pertanyaan bersifat umum, yang muncul di kalangan sahabat
Nabi,seperti turunnya Q.s. al-Baqarah/2:222:

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah: ”Haid itu


adalah suatu kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita
diwaktu haid,dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.”

Ayat itu turun perihal pertanyaan yang bersifat umum dari kalangan sahabat
Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh Tsabit oleh Anas bahwa di kalangan Yahudi,
apabila wanita mereka sedang haid, mereka tidak makan bersama wanita tersebut,
atau juga tidak tinggal serumah. Para sahabat yang mengetahui masalah itu kemudian
bertanya kepada RasulullahSaw tentang hal ini., maka turunlah ayat di atas.

6.         Sebagai tanggapan terhadap orang-orang tertentu

Kadangkala ayat-ayat al-Qur’an turun untuk menanggapi keadaan tertentu


atau ornag-orang tertentu, seperti turunnya Q.s. al-Baqarah/2:196:

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah. Jika


kamu terkepung (terhalang oleh musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban

12
yang mudah didapat dan jangan kamu mencukur kepalamu sebelum korban sampai di
tempat penyembelihannya. Jika ada diantara kamu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah berfidyah, yaitu berpuasa atau
bersedekah atau berkorban.”

Ka’b ibn Ujrah meriwayatkan bahwa ayat di atas turun berkenaan dengan
pelaksanaan haji dan umrah.jika ada seseorang yang merasa sakit atau ada gangguan
di kepala, maka diberi kemudahan baginya. Ka’b ibn Ujrah sendiri merasakan ada
masalah dengan kutu-kutu yang banyak di kepalanya, lalu ia sampaikan kepada Nabi,
dan Nabi menjawab: “Cukurlah rambutmu dan gantikanlah dengan berpuasa tiga hari,
atau menyembelih hewan kurban atau memberi makan untuk enam orang miskin,
untuk masing-masing orang miskin satu sha.”

Contoh lain adalah rujukan tentang Nabi Muhammad Saw, di dalam al-Qur’an,
seperti turunnya Q.s. al-Qiyamah/75:16-18:

Artinya: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur’an


karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah
mengumpulkannya (di dadamu) dan membuatmu pandai membacanya. Apabila
Kami  telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu.”

Menurut riwayat Ibn Abbas, ayat ini turun ketika Malaikat Jibril
menyampaikan wahyu kepada Nabi. Nabi tampak menggerak-gerakkan lidah dan
bibirnya, hal ini tampak amat berat baginya, dan gerakan tersebut merupakan
petunjuk bahwa wahyu sedang turun.

D. Fungsi dari Asbabun Nuzul

Fungsi memahami asbab al-nuzul antara lain sebagai berikut:

1.    Mengetahui hikmah dan rahasia diundangkannya suatu hukum dan perhatian


syara’ terhadap kepentingan umum, tanpa membedakan etnik, jenis kelamin, dan
agama. Jika dianalisa secara cermat, proses penetapan hukum berlangsung secara
manusiawi, seperti penghapusan minuman keras, misalnya ayat-ayat  al-Qur’an
turun dalam empat kali tahapan, yaitu Q.s. al-Nahl/ 16:67, Q.s. al-Baqarah/2:219,
Q.s. al-Nisa/ 4:43, dan Q.s. al-Maidah/ 5:90-91.

2.    Mengetahui asbab al-nuzul akan membantu memberikan kejelasan terhadap


beberapa ayat. Misalnya Urwah ibn Zubair mengalami kesulitan dalam
memahami hukum fardhu sa’i antara Shafa dan Marwah, Q.s. al-Baqarah/2:158:

13
Artinya: “Sesungguhnya Shafa dan Marwah dalah sebagian dari syiar-syiar
Allah. Barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak
ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang
mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, sesungguhnya Allah Maha
Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.”

Urwah ibn Zubair kesulitan memahami “tidak ada dosa” di dalam ayat ini. Ia
lalu menanyakan kepada Aisyah perihal ayat tersebut lalu Aisyah menjelaskan
bahwa peniadaan dosa di situ bukan peniadaan hukum fardhu. Peniadaan di situ
dimaksudkan sebagai penolakan terhadap keyakinan yang telah mangakar di hati
kaum Muslimin ketika itu, bahwa melakukan sa’i diantara Shafa dan Marwah
termasuk perbuatan jahiliyah.

Keyakinan ini didasarkan atas pandangan bahwa pada masa pra Islam di bukit
Shafa terdapat sebuah patung yang disebut Isa dan di bukit Marwah ada sebuah
payung yang disebut Na ilah. Jika melakukan sa’i diantara dua bukit itu maka
orang-orang Jahiliyah sebelumnya mengusap kedu patung tersebut. Ketika Islam
lahir, patung-patung tersebut dihancurkan, dan sebagian umat Islam enggan
melakukan sa’i di tempat itu, maka turunlah ayat ini (Q.s. al-Baqarah/2:158)

3.    Pengetahuan asbab al-nuzul dapat mengkhususkan (takhshis) hukum terbatas


pada sebab, terutama ulama yang menganut kaidah “sabab khusus”. Sebagai contoh
turunnnya ayat-ayat zhihar pada permulaan surah al-Mujadalah, yaitu dalam kasus
Aus ibn al-Shamit yang menzihar istrinya, Khaulah binti Hakam ibn Tsa’labah.
Hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat ini khusus bagi keduanya dan tidak
berlaku bagi orang lain.

4.    Yang paling penting ialah asbab al-nuzul dapat membantu memahami apakah
suatu ayat berlaku umum atau berlaku khusus, selanjutnya dalam hal apa ayat itu
diterapakan. Maksud yang sesungguhnya suatu ayat dapat dipahami melalui
pengenalan asbab al-nuzul.

14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Asbabun Nuzul ada karena suatu masalah atau suatu peristiwa yang tidak
dipahami sahabat dan sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW. Akhirnya munculah
asbabun nuzul yang merupakan jawaban dari masalah dan pedoman hidup manusia.

Pada saat zaman para sahabat pengetahuan tentang asbabun nuzul sangat
penting untuk bisa memahami penafsiran Al Quran dengan benar. Karena itu, mereka
berusaha mempelajari ilmu ini. Asbabun nuzul digunakan sebagai pengetahuan agar
tidak salah dalam mengambil kesimpulan dari suatu masalah atau perkara yang tidak
kita pahami.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah Ulumul Quran tentang asbabun nuzul ini,
penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Quran
khususnya asbabun nuzul dengan membaca buku atau jurnal jurnal nya
karena disini penulis hanya mengambil garis besar dari bahasan asbabun
nuzul.
Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, sehingga kritik maupun saran yang membangun
untuk penulisan makalah selanjutnya sangat penulis harapkan. Semoga
makalah ini bermanfaat untuk pembaca khusunya untuk penulis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihon, 2006, Ulumul Quran ,Bandung : Pustaka Setia

Djalal,Abdul.2000. Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu

16

Anda mungkin juga menyukai