Anda di halaman 1dari 28

2014/2015

Modul Praktikum Fisika Teknik

Taufal.Hidayat
Institut Teknologi Padang

1
Joobsheet 1. Pengukuran
Alat Ukur panjang : Jangka sorong dan micrometer sekrup
Alat Ukur Massa :Nerasa pegas
Menghitung massa jenis benda beraturan.

Joobsheet 2. Hukum newton I


Menghitung kesetimbangan gaya.

Joobsheet 3. Hukum Newton II


Menghitung gaya gesek statis dengan kosep vector gaya
Menghitung gaya gesek kinetis dengn konsep hukum newton dan GLBB

Joobsheet 4. Hukum Newton III


Reaksi titik Tumpuan

Joobsheet 5. Hukum Archimedes


Menghitung massa jenis benda tak beraturan
Menghitung gaya Archimedes
Menghitung massa jenis zat cair

Joobsheet 6. Getaran harmonik


Menghitung periode dan frekuensi getaran
Menrunkan persamaan getaran harmonic
Menghitung percepatan gravitasi bumi dari getaran

Joobsheet 7. Rangkaian Tahanan dan pengukuran komponen listrik


Menggunakan multimeter untuk mengukur hambata, tegangan adan arus
Memahami breadboard dan PCB Bolong
Merangkaian rangaian seri dan parallel dan transformasi rangkaian
Mengukur komponen utama dalam listrik

Joobsheet 8. Hukum Ohm


Membuktikan hukum ohm ; V = I x R

Joobsheet 9. Hukum Kirchoof 1


Membuktikan hukum kirchoff satu ( tentang arus)

Joobsheet 10. Hukum Kirchoof 2


Membuktikan hukum kirchof 2 (tentang tegangan)

2
Adapun tujuan dari pratikum ini dimana, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menggunakan berbagai alat ukur yaitu : jangka sorong, micrometer, dan neraca
pegas. dengan benar untuk mengukur benda yang diberikan.
2. Menentukan ketelitian masing masing alat ukur

A. Nilai Skala Terkecil (NST) alat ukur.


Setiap alat ukur memiliki nilai skala terkecil. Skala ini merupakan garis lurus,
busur, atau angka digital. Pada skala terdapat goresan besar dan kecil sebagai
pembagian dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik jarak antara dua goresan besar dan
kecil sebagai pembagian dibubuhi nilai tertentu. Secara fisik jarak antara dua
goresan terkecil yang bedekatan jarang kurang dari 1 mm. Hal ini disebabkan
karena mata manusia (Tanpa alat bantu) agak sukar melihat jarak kurang dari 1
mm dengan tepat. Keadaan jadi lebih buruk lagi bila ujung atau pinggir dari objek
yang diukur tidak tajam. Nilai skala sesuai dengan jarak terkecil itu disebut NTS
alat ukur tersebut.
B. Mistar
Kemampuan alat ukur ini sesuai dengan panjangnya, ketelitian adalah 1 mm.
C. Jangka Sorong
Jangka sorong mempunyai tiga komponen yang digunakan sesuai dengan benda
yang akan diukur (kupingnya untuk dibagian dalam, rahang untuk bagian luar, dan
lidah untuk kedalamannya). Ketelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini;

Ketelitian Besar pada Skala Nonius


Skala utama Besaran Jumlah Skala Panjang
0,10 mm 1 mm 0,9 mm 10 mm 9 mm
0,05 mm 1 mm 0,95 mm 20 mm 19 mm
0,05 mm 2 mm 1,95 mm 20 mm 39 mm
D. Mikrometer
Mikrometer hanya dapat mengukur benda kecil (0,25 25 mm). Skala nonius alat
ini terdapat pada selubungnya, yang terdiri dari 50 skala. Bila selubung diputar
sampai satu putaran, maka selubung akan bergeser sejauh 0,5 mm. Jadi
ketelitiannya adalah 0,5/50 = 0,01 mm.
E. Neraca Pegas
Neraca pegas merupakan alat ukur berat benda. Neraca pegas bekerja dengan
menggunakan prinsip gaya pegas.

3
Standar deviasi digunakan untuk menentukan angka ketidak pastian untuk
pengukuran berulang, missal pengukuran dilakukan sebanyak n kali dan
menunjukkan hasil (x1 , x2 , x3 , …. Xn), maka standar deviasi yaitu :

Maka penulisan pengukuran berulang menjadi : ẍ ± s

Perambatan ketidak pastian :


Variable yang Operasi Hasil ketidakpastian
dilibatkan
a ±Fa Pejumlahan P=a+b Fp = Fa + Fb

Δr Δa Δb
b ±Fb Pengurangan q=a–b Fq = Fa – Fb
= +
Perkalian r=axb

Δs Δa Δb
= +
Pembagian S=a/b

Δt Δa
=
Pangkat T = an

1. Mistar
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer
4. Neraca O Haus
5. Tabung besi

A. Cara penggunaan alat ukur


Mistar
1. Mengukur benda percobaan
2. Memasukkan hasil pengukuran kedalam tabel
Jangka Sorong
1. Memegang benda percobaan dengan tangan kiri dan jangka sorong dengan
tangan kanan
2. Menggunakan bagian jangka sorong sesuai dengan benda percobaan
3. Mengukur benda percobaan (melihat tabel) dengan menggeser jangka rahang
jangka sorong.
Mikrometer
1. Meletakkan benda percobaan diantara rahang micrometer.

4
2. Memutar selubungnya secara perlahan lahan sampai terdengar bunyi tertentu,
kunci selubung agar tidak bergeser.
3. Membaca angka pada skala utama dan skala nonius
Neraca pegas
1. Menimbang berat benda yang diberika dengan menggunakan neraca pegas
2. Membaca skala yang ditunjukkan alat ukur

B. Prosedur Percobaan :
1. Mengukur volume benda
Tentukan NST setiap alat ukur yang akan digunakan
Pengukuran Balok
Ukur tinggi tabung menggunakan mistar dan jangka sorong masing
masing sebanyak 5 kali untuk masing masing nya, lalu tuliskan hasilnya
pada table
Ukur Diameter tabung menggunakan jangka sorong dan micrometer
sekrup masing masing sebanyak 5 kali untuk masing masing nya, lalu
tuliskan hasilnya pada tabel
Hitung hasil pengukuran berulang menggunakan standar deviasi
Hitung volume dari balok menggunakan perambatan ketidak pastian
Pengukuran massa Balok dan Bola
Ukur massa balok dan Bola dengan neraca pegas dengan aturan
pengukuran tunggal, tulis hasil pengukuran menggunakan dengan angka
ketidakpastian
- Menghitung massa jenis balok dan bola
Hitung masa jenis bola dan balok (ρ=m/V), dan gunakan rambatan ketidak
pastian.

V. Data Praktikum
1. Dimensi balok

Alat ukur tinggi diameter Neraca


ohaus
pegukuran mistar Jangka Mikrometer mistar Jangka Mikrpmeter Massa
sorong sekrup sorongg sekrup (m)
1
2
3
4
5

2. Dimensi Bola
Alat ukur Jangka sorong Micrometer sekrup Massa
Pengkuran ke Diameter (D) Diameter (D)

5
1
2
3
4
5

6
- Mahasiswa mampu memahami tentang hukum kelembaman (Hukum Newton
I)
- Mahasiwa mampu mengitung besar gaya pada suatu kesetimbangn.

!" ! " #

Ilmuan kebangsaan itali bernama GALILEO GALILEI (1564 1642) mengatakan bahwa
untuk mengubah kecepatan suatu benda diperlukan suatu gaya luar, akan tetapi untuk
mempertahankan kecepatan pada suatu nilai (arah) tertentu tidaklah diperlukan gaya luar.

Prinsip Galileo ini diambil oleh Isaac newton (1642 1727), dimana dalam bentuk hokum
Newton, prinsip Galileo dinatakan sebagai berikut, setiap benda tetap berada pada keadaan
diam atau gerak lurus beraturan, kecuali jika benda itu dipaksa untuk mengubah keadaan
tersebut oleh gaya gaya yang dikerjakan padanya.

Maka gaya dapat didefinisikan sebagai apa yang menyebabkan perubahan kecepatan. Untuk
mengukur gaya berdasarkan pada pengukuran perubahan bentuk atau ukuran sebuah beda
dalam keadaan diam disebut dengan cara pengukuran gaya static.

Cara pegukuran static ini berdasarkan pada kenyataan bahwa jika pada sebuah benda bekerja
beberapa gaya, sedang benda mempunyai percepatan nol, maka jumlah vector dari semua
gaya bekerja pada benda sama dengan nol.

Alat yang bisa digunakan untuk mengukur gaya dengan cara statis adalah timbangan pegas.
Alat ini terdiri dari pegas kumparan dengan jarum yang dipasang pada salah stau ujungnya.
Jarum ini dapat bergerak pada sebuah skala. Suatu gaya yang bekerja pada timbangan
merubah panjang pegas.

Jika sebuah benda dengan berat 1 newton digantung pada pegas, maka pegas akan bertambah
panjangnya, sampai tarikan oleh pegas mempunyai besar yang sama dengan berat benda.
Suatu tanda dapat dibuat skala dimana jarum berada da diberi tulisan 1 newton. Dengan cara
yang sama benda yang beratnya 2 , 3 newton dan sebagai nya dapt digantung pad apegas dan
tanda yang bersangkutan diberikan pada letak jarum pada nilai beban diatas.

7
1. Papan gaya
2. Spring balance
3. Busur derajat
4. Benang
5. Beban
6. Mistar
7. Pensil

1. Merakit alat seperti pada gambar


2. Mengantung beban m1 dan m2 dengan massa sesuai dengan table
3. Menahan spring balance sehingga terjadi kesetimbangan dan mencatat reaksi pada
spring balance
4. Mengukur dengan busur derajat besar sudut yang terletak antara dua gaya
5. Mengulangi percobaaan dengan variasi gaya gaya sesuai pada table.

Gaya neraca Massa massa Sudut a Sudut b


pegas benda a benda b
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3

8
$

Tujuan dari praktikum ini yaitu :


- Memahami konsep vector gaya
- Memahami dan dapat mengihiung besar koefisien gesekan statis

Gaya merupakan besaran vector, yang besaran yang memiliki nilah dan arah. untuk
menghitung resultan gaya biasanya gaya di gambarkan dalam komponen sumbu
koordinat. Beberapa gaya yang bisanay terdapat pada suatu benda yaitu :

- Gaya berat
Besar nya W = m .g
Arah nya : selalu menuju pusat bumi
- Gaya gesek
Besar nya N
Arah nya selalu tegak lurus ke rah luar dari bidang

Gaya gesek merupakan gaya yang terjadi ketika dua bidang benda bersentuhan, gaya
gesek dapat dibedakan jadi 2 jenis yaitu :

- Gaya gesek statis


Gaya gesek yang terjadi saat benda diam. Gaya gesek statis nilai berubah
rubah sesuai dengan gaya yang diberika untuk meggerkan benda pada arah
yang sama dengan gaya gesek. Ketika benda diam maka gaya gesek statisnya
=0
Besar gaya gesek dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fgs = µs . N
Nilai µs berubah ubah dari 0 µsmaksimum
- Gaya Gesek Kinetis
Gaya gesek yang terjadi saat benda bergerak, nilai nya tetap dan arahnya
selalu berlawanan dengan arah gerak benda.
Fgk = µk . N
Gesekan statis terjadi pada saat balok luncur cenderung untuk bergerak setelah menerima
gaya. Gaya tarik (F) dan gaya gesek statis (Fs) selalu berlawan arah. Jika Fs < F maka
balok tidak akan bergerak. Jika Fs = F maka balok tepat akan bergerak.
Beberapa sifat dari gaya gesekan statis adalah :
1. Arah gaya selalu berlawanan arah dengan arah gerak benda
2. Arah gaya gesekan tidak bergantng pada luar permukaan yang bersentuhan

9
Gaya gesekan statis dapat ditentukan dengan rumus :

Fs = µ . N

Dimana : µ1 = koefisien gesekan statis

N = Gaya bormal (N = W = m . g)

Sehingga pada saat balok tepat akan bergerak diperoleh :

µs = F / N

1. Unit percobana gesekan statis


2. Balok luncur
3. Beban dan penggantung
4. Katrol
5. Benang
-

- Ukur berat benda menggunakan neraca pegas


- Letakkan benda di atas unit percobaan gesekan statis
- Naikkan sisi alat percobaan bagian atas pelan pelan sehingga membentuk
kemiringan tertentu.
- Hentikan dan tahan unit yang dinaiikan ketika benda tepat akan bergerak
- Hitung sudut yang dibentuk
- Hitung besar koefisien gesekan statis
- Ulangi untuk dua benda lainnya.

Benda 1 Berat benda sudut


A
B
C

- Menentukan koefisien gesekan kinetis antara dua permukaan

10
Gesekan kinetis yaitu gaya gesek yang terjadi saat benda dalam keadaan bergerak, Gaya
gesekan statis arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak benda.

Gaya gesek kinetis dapat dicari dengan menggunaan hukum newton II.


=

Misalkan kita merangkai

&
1) Unit percobana gesekan statis
2) Balok luncur
3) Beban dan penggantung
4) Katrol
5) Benang

!"' ( ' )*
1. Merakit alat seperti pada gambar
Menimbang berat balok luncur W1 dan W2 dengan neraca pegas
$ Biarkan benda bergerak, ukur waktu benda bergerak dari posisi awal sampai posisi
tertentu, ukur juga posisinya.
+ Hitung percepatan benda 1 dengan rumus GLBB
, Hitung koefisien gesekan statis
- Ulangi untuk benda W2 yang berbeda sedangan W1 sama
. Ulangi untk benda W1yang berbeda sedangan W2 sama

/
pengukuran Masa benda Waktu tempuh jarak yang
ditempuh
Benda di Benda
papan digantung
Benda 1 dan 2
Benda 1 dan 3
Benda 3 dan 2

11
+

Setelah selesai melakukan pratikum mengenai Reaksi Titik Tumpuan ini, maka
diharapkan mahasiswa dapat menentukan gaya reaksi pada titik tumpuan.

Menurut Hukum Newton III setiap aksi membutuhkan reaksi yang besarnya sama
tetapi berlawanan arah. Bila pada batang bekerja gaya tegak lurus dan batang tersebut
bertumpu pada engsel dan rol, maka reaksi pada titik tumpuan dapat ditentukan
dengan cara analitis dan grafis. Secara analitis, menggunakan prinsip kesetimbangan
gaya :
ΣFx = 0
ΣFy = 0
Στ=0
ΣFx adalah jumlah gaya pada sumbu x, sementara itu ΣFy adalah jumlah gaya pada
sumbu y, Στ adalah jumlah momen gaya.
Secara lukisan kutub (grafis), menggunakan prosedur berikut :
1. Menentukan titik O secara bebas
2. Melukis gaya F1, F2, dan F3 pada satu garis lurus dengan skala (misal 1 N = 1
cm)
3. Menghubungkan garis kutub I, II, III, dan IV, sejajar dengan diagram (jarak titik
tangkap F1, F2, dan F3 harus ditentukan terlebih dahulu)
4. Memindahkan garis kutub I, II, III dan IV, sejajar dengan diagram (jarak titik
tangkap F1, F2 dan F3 harus ditentukan terlebih dahulu)
5. Hubungkan ujung garis kutub I dan IV
6. Memindahkan kembali garis X ke lukisan kutub sehingga memotong garis tegak
lurus (gaya vertikal)
7. Besar gaya reaksi R1 dan R2 dapat diukur, dan diskalakan kembali ke satuan
Newton.

Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah :


1. Beban
2. Benang
3. Rangka batang/ mistar
4. Neraca pegas

Langkah langkah yang dilakukan pada pratikum ini adalah :


1. Merakit alat seperti pda gambar rangkaian percobaan

12
2. Menempelkan kertas pada papan gaya
3. Mengatur posisi batang agar mendatar
4. Mencatat angka yang ditunjukkan oleh kedua neraca pegas sebagai mA dan mB
5. Menggantung bebang pada benang penggantung dengan jarak yang tetah
ditentukan (d1, d2, dan d3)
6. Mengatur sekerup neraca pegas agar batang kembali ke posisi semula
7. Mencatat angka yang ditunjuk oleh kedua neraca pegas sebagai Ra dan Rb
8. Mengulangi percobaan dengan massa beban dan jarak yang berbeda
9. Menghitung gaya reaksi Ra dan Rb dengan cara analitis dan lukisan kutub

/
Massa mistar

Massa Massa Jaraj d1 Jarak d2 Jarak d3 Gaya titik Gaya titik


benda 1 benda 2 tumpu 1 tumpu 2

13
,
/

&
Setelah menyelesaikan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat :
- Mengukur massa benda dengan timbangan dan menuliskan satuan massa dalam
Kg
- Mengukur volume benda dengan melihat kenaikan air pada gelas ukur bila objek
telah dicelupkan dan menulsikan satuannya dalam m3
- Menghitung massa jenis dalam masing masing objek dalam kg/m3
- Menghitung massa jenis relative suatu benda

A. Massa
Massa adalah kualitas zat yang dikandung oleh sebuah benda. Alat untuk
mendapatkan massa benda dengan mempergunakan timbangan berat, berat
adalah massa benda dikalikan denga gravitasi bumi
W = m.g
Dimana :
W = berat (Newton)
m = massa (Kg)
g = gravitasi bumi

B. Benda
Benda dapat digolongkan atas dua bentuk :
Benda bentuk beraturan
Contoh : empat persegi panjang, segitiga, persegi empat, lingkaran,
kerucut prisma, dll
Benda bentuk tak beraturan
Contoh : batu, kerikil, pasir, semen, powder

Alat untuk menentuka volume benda tak beraturan no a s/d d adalah gelas ukur +
air, sedangkan untuk no e adalah gelas ukur + minyak tanah.
Setalah dapat massa dan volume benda maka :
Massa jenis = massa / volume (Kg/m3)

- Gelas ukur dan kaca atau plastic


- Air secukupnya, balok kayu, balok semen, porselin
- Mistar, timbangan , benang
- Botol dasar datar

14
- Pasir halus

1. Menentukan massa dengan timbangan


- Memasang timbangan dengan baik, dengan mempelajari timbangan terlebih
dahulu. Kalau mempergunakan arun balance, letakkan alat pemberat timbangan
arah keatas. Disesuaikan kekuatan timbangan dengan benda yang akan akan
ditimbang
- Menimbang massa objek yang sudah disediakan satu persatu (benda tak beraturan)
dan membaca skala pada timbangan untuk mengetahui massa dari objek.
Membaca skala timbangan sebaiknya dari depan jarum penunjuk skala, jangan
dari samping.
- Mencatat hasil pembacaan, kemudian mencatatkannya pada table yang sudah ada.

2. Menentukan Volume benda dengan gelas ukur dan air


- Mengisi gelas ukur dengan air setinggi 500 cc, mencatat ketinggian air tersebut
(h1), kemudian mengubah satuannya menjadi m3
- Mengikat objek dengan benang dan mencelupkan objek tersebut seluruhnya ke
dalam air.
- Mencatat ketinggian air sekarang (h2) dan meguba satuannya menjadi m3
- Menghitung volume dari objek (h2 – h1) dan mencatat pada table.
- Untuk benda beraturan (balokkayu) diukur panjang, lebar dan tigginya, kemudia
dicari volume nya.

3. Menentukan massa jenis benda


- Dengan telah didapatkanya massa dan volume benda, maka jenis bend adapt
dicari, kemudian dicatat pada tabel

4. Menentukan massa jenis relative


- Mengambil botol dasar dasar datar yan telah ditentukan volumenya, kemudia
menimbang botol tersebut untuk mencari massanya dan hasilnya dicatat pada table
- Mengisi botol tersebut dengan pasir halus kira kira setemgahnya, kemudian
menimbang massa botol tanpa pasir dan dicatat pada table
- Mencari massa pasir
- Memasukkan air ke dalam botol yang berisi pasir pada langkah dua yang
ditentukan takaranya sampai botol penuh berisi air, kemudian botol ditimbang
yang berisi pasir dan air tersebut, kemudian mencatat hasilnya pada table.
- Mencari volume pasir dan mencatat hasilny apda table
- Mencari massa air dan mencatat pada table
- Dari data data yang diperoleh ditentukan massa jenis relative beda atau pasir
berdsarakan rumus diatas.

15
/

Jenis benda Massa benda Volume benda

% /

&
- Menghitung besar gaya tekan ke atas yang dimiliki oleh benda
- Menghitung massa jenis zat cair menggunakan hukum Archimedes

Bunyi hukum Archimedes :

“ Besar gaya tekan ke atas yang dimiliki oleh benda yang berada dalam suatu zat cair
sama dengan berat zat cair yang dipisahkan”

Perumusan dari hukum archimedes ini yaitu :

Fa = ρ . g . V

Dimana :

- Fa = gaya tekan ke atas benda dalam zat cair (Newton)


- ρ = masajenis zat cari (Kg/m3)
- g = gravitas bumi (m/s2)
- V = volume benda yang tercelup

- Gelas ukur dan kaca atau plastic


- Air secukupnya, balok kayu, balok semen, porselin
- Mistar, timbangan , benang

!"( 0!" " # ' !'


- Timbang masing masing benda yang telah disiapkan dengan neraca pegas,
- Masukkan benda ke dalam zat cair, lalu timbang lagi bendaketika berada di dalam
air
- Kurangkan berat benda di udara dengan benda benda dalam zat cair
- Hitung besar gaya tekan ke atas yang dimiliki oleh benda dengan menggunakan
hukum Archimedes, dan bandingkan dengan hasil pengurangan pada poin
sebelumya

16
!"( 0!" * ! 1 2 )
3 ganti air dengan zat cair lainnya, (minyak tanah), timbang berat benda di udara dan
didalam zat cair.
3 hitung menggunakan Hukum Archimedes massa jenis zat cair

Jenis benda Massa Berat Berat benda dalam air Volume zat yang
benda benda di dipisahkan
udara
Zat cair 1 Zat cair 2 Zat cair 1 Zat cair 2
Benda 1
masuk
semua
Benda 1
masuk
setengah
Benda 2
masuk
seluruhnya
Benda 2
masuk
setengah

17
-

- Mahasiswa memahami tentang besaran besaran pokok pada gelombang, yaitu


frekuensi, periode, simpangan, amplitude, sudut fase dan fase
- mahasiswa mampu menurunkan persamaan gelombang
- mahasiswa mampu memhami konsep perambatan dan resonansi gelombang.

Getaran adalah Gerakan bolak balik melewati titi keseimbangan.

Besaran besaran pokok pada getaran harmonic yaitu :

- Periode (T) : waktu yang diperlukan untuk satu kali getaran


- Frekuensi (f): banyaknya gelombang yang terjadi tiap satuan waktu
- Simpangan (y) : jarak benda yang di getarkan dengan titik keseimbangan nya
- Amplitudo (A) : Simpangan terjauh dari benda
- Sudut fase (ϴ) : besaran sudut yng dibentuk saat simpangan tertentu
- Fase (φ) : besar sudut fase dibagi dengan satu putaran gelombang (2π)

Getaran dapat dirumuskan sebagai berikut :

y = A sin ϴ

y = A sin ω . t

y = A sin t

y = A sin 2πf . t

Peride dan frekuensi bend adapat dicari dengan menggunakn persamaan berikut :

1
=
2

=2

- Set bandul dengan panjang tali berbeda


- Benda benda dengan massa berbeda
- Mistar
- Stopwatch

18
- Getarkan bandul dengan benda yang telah disiapkan
- Ukur amplitude dari gerataran
- Hitung perioda dan frekuensi dari bandul
- Ulangi untuk benda yang berbeda
- Ulangi untuk panjang bandul yang berbeda
- Hitung periode dan frekeunsi dengan rumus yang telah diberikan, bandingkan
hasilnya
- Turunkan rumus umum getaran harmonic untuk masing masing benda
- Hitung gravitasi bumi dari nilai periode/frekuensi yang diperoleh

Jenis Massa amplitudo Jumlah getaran waktu getaran


benda benda
L = 5 cm L= 10 cm L = 5 cm L = 10 cm

19
.

Tujuan yang akan dicapai dengan diadakannya praktek ini adalah agar mahasiswa
dapat :
1. Menetukan nilai tahanan bedasarkan kode warna
2. Mengidetifikasi dan mengukur komponen pokok dalam listrik ; resistor, kapasitor,
induktor, diode, transistor.

A. KODE WARNA TAHANAN


Nilai tahanan karbon dapat diketahui dengan membaca kode warna yang terdapat
pada tahanan tersebut. Misalkan dengan sebuah tahanan dengan kode warna
kuning, ungu, merah, emas, mempunyai nilai tahanan sebesar 4700 Ohm, toleansi
± 5%

Rangkaian Seri

Tahanan R1 dan R2 seri, tahanan totalnya adalah Rs = R1 + R2

Rangkaian Paralel

Tahanan R1 dan R2 paralel, tahanan totalnya adalah 1/Rp = 1/R1 + 1/R2

Rangkaian Campuran Seri Paralel

Nilai tahanan total untuk rangkaian campuran seri paralel ditentukan oleh bentuk
rangkaiannya. Tahanan total untuk rangkaian diatas adalah :

Rt = R1 + R2.R3/R2+R3

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek ini adalah :


1. Multitester
2. Tahanan 150 Ohm, 470 Ohm, 1 Kohm, 1,5 Kohm, 2,2 Kohm, 4,7 Kohm
3. Breadboard
4. Kabel

Langkah langkah yang dilakukan dalam praktek ini adalah :


1. Menentukan nilai tahanan sesuai dengan tabel yang ada, bedasarkan kode
warnanya
2. Mengukur nilai tahanan yang diberikan sesuai dengan tabel yang ada
3. Membuat rangkaian sesuai dengan rangkaian pada gambar rangkaian

20
4. Mengukur nilai tahanan total rangkaian tersebut
5. Mengukur nilai tahanan rangkaian selanjutnya

21
4

&
- Mengukir nilai tahanan total pada rangkaian tahanan seri, parallel dan campuran
seri parallel
- Menghitung nilai tahanan total suatu rangkaian tahanan dengan metode rangkaian
seri paralel dan transformasi segitiga bintang
- Mengukur arus dan tegangan dalam suatu rangkaian listrik
- Menghitung besar arus dan tegangan pada rangkaian dengan menggunakan hukum
ohm

Transformasi Rangkaian Segitiga Ke Rangkaian Bintang

R1, R2, dan R3 dalam rangkaian segitiga dapat ditransformasikan kedalam rangkaian bintang
dengan tahanan R12, R23 dan R13 yang nilainya sebagai berikut :

R12 = R1R2 / R1 + R2 + R3

R23 = R2R3 / R1 + R2 + R3

R13 = R1R3 / R1 + R2 + R3

Arus dalam suatu rangkaian listrik nilainya ditentukan oleh nilai tegangan dari tahanan dalam
rangkaian tersebut. Menurut ahli fisika bangsa jerman yang bernama GEORGE SIMON
OHM, besar arus dalam suatau rangkaian listrik berbading lurus dengan tegangan terbalik
dengan tahanan dalam rangkaian tersebut, hokum ini dapat dinyatakan dalam bentuk :

- I=
Dimana :
I = arus dengan ampere (a)
R = Tahanan (ohm)
V = tegangan (volt)

- Multimeter
- Miliampere
- Tahanan 47 ohm, 100 ohm, 470 ohm dan 1000 ohm
- Sumber tegangan DC 6 V
- Kabel
- Papan rangkaian

22
1. Rangkaian a
- Rangkai rangkaian di breadboard sesuia dengan rangkaian (a), perhatiian tanda
positif (+) dan negativ
ve ( )
- Ukur besar arus I, V1 , V2 , I1 dan I2
- Variasikan nilai hambbatan sesuai dengan tabel hambatan yang diberikkan

2. Rangkaian B
- Rangkai rangkaian di breadboard sesuia dengan rangkaian (a), perhatiian tanda
positif (+) dan negativ
ve ( )
- Ukur besar arus I, V1 , V2 , V3, I1 , I2 dan I3
- Variasikan nilai hambbatan sesuai dengan tabel hambatan yang diberikkan

Rangkaian percobaan

I
I

(a)
(b)

23
5

Tujuan dari pelaksanaan pratikum ini, dimana paratikan diharapkan dapat :


1. Mengukur arus total dan arus cabang dalam suatu rangkaian listrik
2. Menghitung besar arus total dan cabang dalam suatu rangkaian listrik
3. Menyelidiki hubungan anatara arus total dan arus cabang dalam rangkaian tahanan

Hukum kirchoff I merupakan hukum arus kirchoff yang dapat dinyatakan sebagai
berikut : jumlah arus yang menuju titik cabang sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan titik tersebut.

Misalkan A adalah titik cabang. Arus yang menuju titik A adalah I1, arus yang
meninggalkan titik A adalah I2. I3, dan I4, maka I1 = I2 – I3 + I4
Dalam rangkaian seperti gambar 2 terdapat dua sumber arus bebas sebesar 30 mA dan
10 mA, dan sebuah arus tak bebas atau sumber arus terkontrol sebesar 2 Ix. Sumber arus
tak bebas adalah suatu sumber arus dimana arusnya ditentukan oleh arus yang terdapat
di setiap bagian rangkaian. Tentukan besar arus Ix dan Iy dalam rangkaian tersebut.

Solusi :
Dengan menggunakan hukum arus kirchoff pada masing – masing titik cabang dalam
rangkaian diperoleh dua persamaan :
- Untuk titik cabang A :
30 = Ix – Iy ........................................................................................................ (1)
- Untuk titik cabang B :
2Ix – Iy = 10 .......................................................................................................(2)

- Multimeter
- Miliampere
- Tahanan 47 ohm, 100 ohm, 470 ohm dan 1000 ohm
- Sumber tegangan DC 6 V
- Kabel
- Papan rangkaian

- Rangkai rangkaian di breadboard sesuia dengan rangkaian (a), perhatian tanda


positif (+) dan negative ( )
- Ukur besar arus I, I1 , I2 , I3 , I4 , I5

24
- Variasikan nilai hambbatan sesuai dengan tabel hambatan yang diberikkan

Rangkaian percobaann :

25
6

- Mengukur arus dan tegangan dalam rangkaian listrik satu loop dan dua loop
- Menghitung besar arus dan tegangan dalam rangkaian listrik sat loop dan dua loop
dengan menggunakan hokum tegangan kirchof dan hUkum ohm

Hukum tegangan kirchof dapat dinyatakan sebagai berikut : dalam suatu rangkaiantertutup
(loop), jumlah gaya gerak listrik (GGL) sama dengan jumlah hasil kali arus dan tahanan
dalam loop itu, hokum ini dapat dinyatakan dalam bentuk :

∑E = ∑IR

Aturan yang harus digunakan adalah :

- Terapkan arah arus loop pada setiap loop


- Tegangan sumber diberi tanda positif bilaa searah dengan arah arus loop dan
sebaliknya
- Arus diber tanda positif bila searah dengan arah arus loop dan sebaliknya tahanan
selelu diberi tanda positif
- Teganngan antara dua titik dalam rangkaian, misalnya VAB dapat ditentukan
dengan menggunakan hokum ohm sebagai berikut :
VAB = ∑IR ∑E
Aturan yang harus dipenuhi adalah :
- Arah positif adalah dari A ke B
- I dan E diberi tanda positif bila searah dengan arah positif dan sebaliknya
- R selalu diberi tanda positif (+)

Pad agambar I diketahui dua sumber tegangan E1 = 30 volt dan E2 = 120 volt, tahanan
dalamnya diabaikan, tahana R1 = 30 ohm , R2 = 15 ohm. Dapat ditentukan arus, tegangan
pada masing masing tahanan dan tegangan antara titik A dan B. terlebih dahulu ditentukan
arah arus dalam rangkaian, misalkan searah dengan arah putaran jarum jam. Dengan
menggunakan hokum ohm diperoleh besar arus dalam rangkaian :

∑E = ∑ IR

E1 + E2 = I R1 + I R2

E1 diberi tanda negative karena berlawaan dengan arah 1

30 + 120 = I (30 + 15)

Diperoleh I = 2 ampere

26
Tegangan pada masing masing tahanan adalah :

VR1 = I .R1 = 2 x 30 = 60 volt

VR2 = I . R2 = 2 x 15 = 30 volt

Tegangan antar titik A dan B dihitung sebagai berikut :

Arah positif adalah dari titik A ke B yang melalui R1 dan E1

VAB = ∑ I R ∑E

= I . R1 – ( E1)

= 2 x 30 + 30

Dari gamabr 2 kita diminta untuk menetukan I2, E2, E3 dan beda potensial atanta titik A dan B

Arah arus I1 , I2 dan I3 dapat kita ambil sembatang. Pada titik A berlaku hubungan ,

I1 – I2 – I3 = 0

I2 = I1 – I2 = 1 2 = 1 ampere (berarti arus yang diambil terbalik)

Hal ini tidak menjadi masalah, asal kita mempertahankan tanda negative untuk menetukan E1
dan E2 pada loop I digunakan rumus,

∑E = ∑I. R

∑E = E1 – E2

∑IR = I2 . R3 + I2 R2 + I1 R4 + I1 R1

Perhatikan bahwa E2 diberi tanda negative karena malawan arah loop 1

E1 – E2 = I2 R5 + I2 r2 + I1 R4 + I1 R1

20 – E2 = 1 ( 4 + 1) + 1 ( 6 + 1)

E2 = 20 – 2 = 18 volt

Untuk loop 2 digunakan rumus :

∑E = ∑ IR

∑E = E2 – E3

∑IR = I3 R3 + I3 R6 – I2 R2 – I2 R5

- Multimeter

27
- Miliampere
- Tahanan 47 ohm, 100
0 ohm, 470 ohm dan 1000 ohm
- Sumber tegangan DC 6 V
- Kabel
- Papan rangkaian

1. Rangkaian a
- Rangkai rangkaian di breadboard sesuia dengan rangkaian (a), perhatiian tanda
positif (+) dan negativ
ve ( )
- Ukur besar arus V1 , V2 , V3
- Variasikan nilai hambbatan sesuai dengan tabel hambatan yang diberikkan

2. Rangkaian B
- Rangkai rangkaian di breadboard sesuai dengan rangkaian (a), perhatiian tanda
positif (+) dan negativ
ve ( )
- Ukur besar arus V1 , V2 , V3 , V4 dan I2
- Variasikan nilai hambbatan sesuai dengan tabel hambatan yang diberikkan
-
Rangkaian Percobaann :

(a) (b)

28

Anda mungkin juga menyukai