Anda di halaman 1dari 12

Seorang yang berprofesi pada bidang Kehumasan dituntut untuk bisa merangkul semua

kalangan, mulai dari media, masyarakat, Non-Governmental Organization (NGO), hingga

pemerintah.

Untuk itu, Manajer Kehumasan harus mampu merancang mekanisme interaksi yang baik

dengan siapa saja, termasuk pemerintah yang pada ujungnya adalah terwujudnya

dukungan positif.

Government Relation dalam sebuah Perusahaan merupakan upaya sistematis untuk

mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam membantu mencapai tujuan tertentu atau

melindungi kepentingan tertentu di publik.

A. Kebijakan Pemerintah Terkait Perusahaan

Pemerintah merupakan salah satu dari sekian banyak pemangku kepentingan yang

hubungannya perlu dijaga dengan baik oleh perusahaan. Meskipun hanya merupakan

salah satu dari sekian banyak. Pemerintah dapat dipandang sebagai pemangku

kepentingan istimewa yang memerlukan perhatian, bahkan penanganan khusus.

Pemerintah memiliki wewenang yang sangat luas sebagai pengatur kehidupan bernegara

dan bermasyarakat. Pemerintah (baik pusat maupun pemerintah provinsi) beserta seluruh

pejabat mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai bentuk industri. Bahkan

Pemerintah pun dapat berperan sebagai penengah dalam mengatasi krisis


Perusahaan perlu membina hubungan baik dengan pemerintah untuk mengurangi

ketidakpastian dalam peraturan dan meningkatkan pemahaman satu sama lain. Dalam

kegiatan Kehumasan, pemerintah dianggap penting bukan karena pembuat peraturan

atau kebijakan saja, melainkan pemerintah juga terdiri dari orang-orang yang mempunyai

pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat dan kegiatan bisnis. Hal ini juga diasumsikan

oleh Frazier Moore (2004:471) tentang praktik government relations, yaitu

1. Pemerintah dengan undang- undangnya, bisa melakukan banyak pembatasan

bagi perusahaan, misal dengan kebijakan upah minimum, isu monopoli,

pengekangan perdagangan, persaingan harga yang tidak sehat, transportasi,

promosi dan aspek bisnis lainnya.

2. Hampir di setiap jalan bisnis dipengaruhi pemerintah yang menetapkan dan

memaksakan peraturan bisnis dan menentukan iklim dimana bisnis harus

berfungsi. Hubungan dengan pemerintah (government relations) ditujukan untuk

dapat memperlancar jalannya operasional perusahaan

Selain itu, dalam dunia usaha sendiri, Pemerintah memiliki beberapa kepentingan

antara lain;

1. Dunia usaha adalah penggerak pembangunan yang memutar roda

perekonomian. Dunia usaha diharapkan mampu menciptakan lapangan

pekerjaan kepada orang banyak.

2. Dunia usaha dipungut pajak. Semakin besar perusahaan tentu akan semakin

besar pula pajak yang dapat disetorkan kepada pemerintah.

3. Dunia usaha adalah mitra pemerintah untuk mengelola hasil bumi dan

kekayaan negara. Kepentingan pemerintah yang besar pada dunia usaha

sering dimanfaatkan oleh dunia usaha ketika menghadapi krisis. Misalnya,

adanya masalah perburuhan, isu kesalahan produksi, dsb.


Dengan demikian government relations menduduki posisi yang sangat penting dan

vital karena perusahaan dapat memberikan fakta / bujukan kepada pemerintah, parlemen

untuk melindungi bisnis perusahaan.

Selain itu, adapun Tugas yang diemban oleh Kehumasan dalam kaitannya dengan
government relations adalah:

1. Meningkatkan komunikasi dengan pejabat pemerintah dan lembaga tinggi negara.

2. Memantau lembaga pembuat keputusan dan peraturan pada area yang


mempengaruhi bidang usaha mereka.

3. Mendorong partisipasi para pemilih (rakyat) pada setiap lapisan masyarakat.

4. Mempengaruhi undang-undang yang berdampak pada ekonomi rakyat dan


pelaksanaanya.

5. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman para pembuat keputusan.

6. Mengurangi ketidakpastian karena tidak dapat membaca tanda-tanda peraturan.

7. Mempercepat keluarnya keputusan yang berkaitan dengan operasi perusahaan,


seperti ijin eksploitasi hasil alam dan sebagainya.

8. Meningkatkan pemahaman satu sama lain.

9. Mendapatkan perlindungan dan pembelaan pada saat perusahaan menghadapi


krisis.

B. Menentukan Lembaga Pemerintah Yang Terkait dengan Perusahaan

Fungsi dan peran menjalin hubungan baik dengan Pemerintah ini kebanyakan di

emban oleh Government Relations, yang merupakan salah satu bagian dari fungsi corporate

communications. Kunci utama dalam tugas berhubungan dengan Pemerintah adalah

mengenali berbagai lembaga yang bersangkutan, mengenali struktur dan birokrasi-nya

dan memenuhi persyaratan atau peraturan.

Selain itu Government Relations, pada dasarnya dilakukan perusahaan bertujuan

untuk:
1. Mengubah berbagai peraturan yang menyulitkan ruang gerak perusahaan.

2. Membatalkan rancangan regulasi yang sedang disiapkan oleh legislatif atau

eksekutif.

Dengan demikian melakukan lobi adalah suatu keharusan, yang diperhatikan dalam

kegiatan government relations. Lewat lobi tidak berarti segala sesuatu bisa dibeli, karena itu

meski lobi perlu dan ditujukan pada orang penting dalam pemerintahan maka lakukanlah

dengan profesionalisme tinggi

Terkait dengan melobi pemerintah masih sering dilakukan sendiri oleh Pemimpin

Puncak ataupun pemilik Perusahaan. Sebagai seorang pelobi tentunya memiliki berbagai

persyaratan yakni :

1. Memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan/menentukan tokoh yang

harus dan patut dihubungi,

2. Memiliki integritas (menguasai substansi permasalahan dan dapat dipercaya),

3. Mampu menjalin hubungan kemitraan (hubungan setara)

4. memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif (cara, saat dan lokasi yang

tepat dan bila perlu menemukan pendamping yang memahami substansi masalah).

Pelobian diartikan sebagai “bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu

atau kelompok untuk menghubungi para pejabat pemerintah atau pemimpin politik

dengan tujuan mempengaruhi keputusan atau masalah yang dapat menguntungkan

sejumlah orang”.

Menurut Tarsis Tarmudji, Lobi adalah “sebuah (bentuk) pressure group yang

mempraktekkan seni mendapatkan teman yang berguna dan mempengaruhi orang lain”.

AB Susanto menyebutkan melobi pada dasarnya merupakan “usaha yang

dilaksanakan untuk mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk

sudut pandangan positif terhadap topik lobi, dengan demikian diharapkan memberikan

dampak positif bagi pencapaian tujuan”.


Selanjutnya menurut Tarsis Tarmudji dikemukakan pokok pikiran yang menjelaskan

tentang lobi sebagai berikut:

1. Kegiatan lobi melibatkan beberapa pihak yaitu pihak pelobi dan pihak yang

dilobi.

2. Sasaran pelobi, orang atau pihak yang dilobi adalah para pembuat

undang-undang, pejabat pemerintah, pimpinan politik dan sejumlah tokoh yang

memiliki pengaruh dan kekuasaan.

3. Kegiatan lobi dapat dilakukan individu atau berkelompok dengan sasaran lobi

juga individual atau lembaga.

4. Kegiatan lobi juga dimaksudkan untuk memperoleh teman yang berguna bagi

pelobi maupun organisasi

5. Pelobi melakukan kegiatan lobinya dengan tujuan untuk mempengaruhi

mereka yang menjadi sasaran lobi.

6. Ada unsur pressure (tekanan) pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung

7. Lobi adalah kegiatan yang bersifat informal.

Alasan untuk melakukan lobi oleh PR terhadap pemerintah

Menurut Frank Jefkins adalah:

1. Segala bentuk campur tangan pemerintah, seperti kebijakan ekonomi,

peraturan perpajakan, dan sebagainya akan memberikan dampak bisnis

perusahan

2. Beberapa bisnis menjadi sukses karena mereka telaten mengadakan dialog

dengan pemerintah
3. Suatu aspek penting dalam pemerintahan demokratis adalah mendiskusikan

berbagai rencana dan rancangan undang-undangnya dengan pihak-pihak

terkait yang akan terkena dampaknya.

4. Di Pihak parlemen juga ada kelompok lobi.

5. Penting untuk mendapatkan informasi dan bahkan mengadakan pertemuan

serta mengenal para anggota parlemen, terutama yang berkepentingan pada

bidang bisnis perusahaan dan memerlukan informasi tentang apa yang

perusahaan kerjakan.

6. Anggota parlemen adalah pembentuk opini. Kalau anda tidak tahu mereka,

maka jangan salahkan mereka jika mereka tidak tahu anda.

C. Merancang Hubungan dengan Pemerintah Berdasarkan Good


Corporate Governance

Pengertian Corporate Governance

The Indonesia Institute for Corporate Governance (IICG) menyatakan bahwa:

“Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang mengarahkan dan


mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan berjalan sesuai dengan
harapan para pemangku kepentingan (stakeholder).”

Jika dilihat berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-MBU/2002,


corporate governance adalah:

“Suatu proses dan struktur yang digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder, berlandaskan peraturan
perundangan dan nilai-nilai etika.”

Organization for Economic Co-Operation and Development (OECD) juga memberikan


pendapat mengenai pengertian corporate governance. Menurut OECD, corporate governance
merupakan sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, pemegang
saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa corporate


governance merupakan suatu mekanisme yang diterapkan oleh organisasi sebagai
landasan organisasi dalam mengelola hubungan dan kepentingan berbagai pihak
(seperti pemegang saham, direksi, kreditor, pemasok, pelanggan, pegawai
perusahaan, pemerintah, masyarakat, dan lainnya) dalam rangka mencapai
keberhasilan usaha dan menjaga akuntabilitas perusahaan

Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip tata kelola perusahaan yang baik,
yang dibangun untuk menciptakan kepercayaan stakeholder terhadap perusahaan. Prinsip
ini diambil dari good governance atau tata kelola pemerintahan yang bersih dan transparan.

GCG dipercaya sebagai praktik terbaik dalam sistem ekonomi pasar untuk
mendorong persaingan yang sehat dan iklim usaha yang kondusif. Praktik ini juga
diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.

Pedoman Umum GCG bukan merupakan aturan hukum yang mengikat, melainkan
etika yang menjadi acuan bagi semua perusahaan dalam menjalankan bisnis secara baik.
GCG didasarkan pada tiga pilar utama, yaitu:

1. Negara sebagai pembuat peraturan perundang-undangan dan penegak hukum


untuk menunjang iklim usaha yang sehat, efisien, dan transparan.

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar yang menerapkan GCG sebagai pedoman
dasar menjalankan perusahaan.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk/jasa dan pihak yang terkena dampak


dari keberadaan perusahaan berperan melakukan kontrol sosial secara
objektif.

5 Prinsip Dasar GCG adalah sebagai berikut:

1. Transparansi

Perusahaan harus menyediakan informasi yang relevan serta mudah diakses dan
dipahami oleh stakeholder, termasuk hal-hal penting untuk pengambilan
keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya

Contoh :
Asas keterbukaan selalu diterapkan dalam menjalankan bisnis melalui
penyediaan informasi yang material dan relevan serta dengan cara yang mudah
diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Informasi yang seluas-luasnya
diberikan kepada publik dan pemegang saham, dengan memperhatikan peraturan
OJK maupun atas inisiatif sendiri. Laporan-laporan diterbitkan secara berkala dan
tepat waktu, yang mencakup Laporan Keuangan Triwulan, Laporan Keuangan
Semester, dan Laporan Keuangan Tahunan yang diaudit, serta Laporan Tahunan.
Informasi juga diberikan melalui paparan publik, media cetak dan elektronik, serta
forum investor.

2. Akuntabilitas

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja secara transparan dan


wajar

Contoh:

Perseroan memiliki sistem pengelolaan perusahaan yang mendukung


terciptanya kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban kinerja organ
perusahaan. Prinsip akuntabilitas diterapkan antara lain melalui langkah-langkah
pelaporan Direksi kepada Dewan Komisaris mengenai rencana anggaran tahunan
dan evaluasi bersama atas kinerja keuangan Perusahaan, penyampaian laporan
keuangan pada RUPS Tahunan, pembentukan Audit Internal dan penunjukan
auditor eksternal, serta pemberlakuan etika bisnis dan pedoman perilaku
Perusahaan

3. Tanggungjawab

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta menjalankan


tanggung jawab masyarakat dan lingkungan untuk mendukung kesinambungan
usaha jangka panjang sekaligus mendapat pengakuan sebagai good corporate
citizen.

Contoh :

Perusahaan memiliki sistem pengelolaan yang mendukung terciptanya kejelasan


fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban kinerja perusahaan. Prinsip
akuntabilitas diterapkan antara lain melalui langkah-langkah pelaporan Direksi
kepada Dewan Komisaris mengenai rencana anggaran tahunan dan evaluasi
bersama atas kinerja keuangan Perusahaan, penyampaian laporan keuangan pada
RUPS Tahunan, pembentukan Audit Internal dan penunjukan auditor eksternal,
serta pemberlakuan etika bisnis dan pedoman perilaku Perusahaan.

4. Independensi

Untuk menjalankan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga


masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak pula
diintervensi oleh pihak lain.

Contoh :

Perusahaan selalu memastikan bahwa pengelolaan dilakukan secara independen


sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain. Sebagai contoh, Dewan Komisaris dan Direksi
Perseroan memiliki pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang
diambil, namun dimungkinkan untuk mendapatkan saran dari konsultan
independen, hukum, sumber daya manusia dan komite-komite untuk menunjang
kelancaran tugasnya. Saat ini Dewan Komisaris Perseroan beranggotakan 3 (tiga)
orang, 1 (satu) Komisaris Utama dan 2 (dua) lainnya Komisaris

5. Kewajaran dan Kesetaraan

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus memperhatikan kepentingan


pemegang saham dan stakeholder lain berdasarkan asas kewajaran dan
kesetaraan

Contoh :

Dalam sebuah Perusahaan, kepentingan pemegang saham dan pemangku


kepentingan lainnya selalu mendapatkan perhatian khusus. Perusahaan juga selalu
menerapkan perlakuan yang setara baik kepada publik, otoritas pasar modal,
komunitas pasar modal, maupun para pemangku kepentingan. Sementara itu
hubungan dengan karyawan dijaga dengan memperhatikan hak dan kewajibannya
secara adil dan wajar.

Nah, Berdasarkan penjelasan dari kelima prinsip di atas, sangat diperlukan


bagi organisasi atau perusahaan dalam menerapkan konsep Good Corporate
Governance (GCG), yang mana konsep ini dapat dijadikan sebagai standar
pengukuran kesesuaian dan penyimpangan dalam pencapaian tujuan organisasi
atau perusahaan. Konsep ini juga dapat digunakan melihat sejauh mana organisasi
atau perusahaan dalam mengelola sumber daya-sumber daya yang tersedia dan
dapat diinformasikan, dipertanggungjawabkan dan dapat dipertanyakan alokasinya
kepada para pemangku kepentingan.

Disamping itu, melalui konsep ini pula, dapat dilihat pula sejauh mana
organisasi atau perusahaan mampu memberikan melakukan tata kelolanya sendiri
dan tetap pada jalur yang tepat dalam mencapai tujuan, dengan memperhatikan
pemerataan kesempatan yang ada kepada seluruh bagian organisasi atau
perusahaan yang disesuaikan pada porsi dan kemampuannya masing-masing.

D. Evaluasi Hubungan Dengan Pemerintah

Proses Hubungan dengan Pemerintah


Hasil Hubungan Pemerintah dan Organisasi

HUBUNGAN PEMERINTAH YANG BAIK HUBUNGAN PEMERINTAH BURUK

1. Membantu dalam melindungi 1. Tujuan organisasi tidak dapat dicapai


kepentingan organisasi
2. Tidak ada pengaruh pada
2. Membantu dalam memiliki suara dalam undang-undang yang mempengaruhi
undang-undang apa yang diundangkan organisasi

3. Berperan dalam menentukan kebijakan 3. Organisasi menjadi penonton, bukan


fiskal pemerintah, penonton, bukan peserta dalam pembentukan kebijakan
perpajakan pemerintah
SUMBER MATERI

Kasali, R., (2000), Manajemen Public Relations, Jakarta,Grafiti

Partao, Z.A , (2006), Teknik Lobi & Diplomasi untuk insan Public Relations, Jakarta, Indeks

Hassan, F., Government Relation : Membangun Hubungan dengan Pemerintah, 15 April 2015 (Online).
Available at
https://fakhrurrojihasan.wordpress.com/2015/04/15/government-relations-membangun-hubungan-den
gan-pemerintah/ (Accessed :6 July 2021)

Margaretha, Titi Mora (2012), Strategi Komunikasi dalam Hubungan Pemerintahan (Government
Relation) Pada Industri Minyak Gas dan Bumi (Studi Kasus PT Mosesa Petrolum) (Online). Available at
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20318058-S-Titi%20Mora%20Margaretha%20S.pdf (Accessed : 6 July
2021)

Rizvi, H.R (2012) Government Relations - A Public Relations project, Power Point Slide, (Viewed :6 July
2021)

Sebastian, H.(2015) PERTEMUAN 1 GOVERNMENT RELATIONS, Poer Point Slide, (Viewed :6 July 2021)

Anda mungkin juga menyukai