Anda di halaman 1dari 4

lobi adalah Salah satu bentuk komunikasi politik dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa sumber mencoba mendefinisikan dan memberikan pengertian tentang lobi. lobi
seringkali dianggap sebagai kegiatan atau pembicaraan secara tidak resmi (informal). Terkadang
kegiatan lobi politik bersifat informal, tetapi dapat juga bersifat formal seperti dilakukan dalam
forum yang melibatkan aturan atau tata tertib seperti dalam proses pengambilan kebijakan. 1
Melobi adalah melakukan sebuah pembicaraan dengan orang lain. Namun, pembicaraan yang
dilakukan tersebut mempunyai maksud dan tujuan yang jelas. Dalam pembicaraan tersebut
mengandung proses komunikasi persuasif dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Karena
melibatkan proses komunikasi persuasif, dibutuhkan sentuhan tersendiri agar pesan yang ingin
disampaikan bisa diterima dengan baik oleh lawan bicara atau sasaran lobi. Jadi, pesan yang
ingin disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh sasaran lobi. lobi yang baik membutuhkan
persiapan memadai serta dukungan pemahaman terkait strategi lobi yang efektif sebelum
kegiatan lobi dimulai agar lawan bicara tidak salah dalam mengartikan pesan yang disampaikan.
aktivitas lobi banyak bersentuhan dengan dimensi komunikasi. kepatuhan pada prinsip-prinsip
komunikasi akan menentukan keberhasilan proses lobi itu sendiri. Karena itu, berbagai hambatan
komunikasi yang mungkin terjadi dalam lobi perlu diperhatikan dengan seksama baik oleh
komunikator maupun komunikan.

pembahasan
Menurut Joos (2011), lobi atau representasi kepentingan erat kaitannya dengan politisi atau
otoritas administratif yang biasanya menyasar kelompok tertentu. Lobi bertujuan untuk
mendapatkan pengaruh yang pasti dan seolah-olah hampir bisa diukur pada keputusan politik
tertentu. Jika lobi membahas konten yang cenderung sensitif, maka kerahasiaan dan
kebijaksanaan menjadi penting. Lobi dapat dikatakan sukses jika perencanaan di awal cukup
terperinci dan orang yang melakukan lobi harus memiliki pengetahuan mendalam tentang arena
politik. Lobi selama ini dianggap memiliki asosiasi yang negatif baik di media maupun
masyarakat umum. Lobi sering disalah artikan sebagai representasi sepihak kepentingan bisnis
kepada orang lain. Lobi dinilai tidak menguntungkan, serba rahasia, atau bahkan dikaitkan
dengan tindakan korupsi dan nepotisme (Joos, 2011). Maka dari itu, lobi kerap dihindari karena
dianggap mampu mengurangi sahnya negosiasi. Padahal, lobi dan negosiasi saling terkoneksi
satu sama lain. Melalui lobi yang efektif, negosiasi dapat dipastikan berjalan dengan sukses
(Fauzan, 2015). Dalam komunikasi politik, l obi politik dan retorika negosiasi sebaiknya
dilakukan secara face to face dan door to door. Keduanya membutuhkan ruang yang lebih
1
(Ardial, 2009:193)
personal agar tujuan mempersuasi lebih dalam dapat dimungkinkan sehingga terjadi dialog dan
kompromi. Komunikasi politik melalui antarpersonal dapat dimulai melalui percakapan telepon,
chatting, dan berujung dengan pertemuan tatap muka. Bahasa dan retorika yang baik dalam hal
ini menjadi perlu diperhatikan. Retorika bertujuan memengaruhi tiap pribadi individu mengambil
sikap secara pribadi tanpa dipengaruhi oleh orang yang berada disekitarnya. Retorika juga dapat
menciptakan negosiasi yang berlangsung secara berkelanjutan (Shahreza, 2018).

Grunig dan Hunt memaparkan mengenai kegiatan lobbying meliputi2:


a. Membangun koalisi dengan organisasi-organisasi lain, berbagai kepentingan dan tujuan-
tujuan untuk melakukan usaha bersama dalam memengaruhi wakil-wakil legislative.
b. Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili
posisi organisasi dalam isu-isu kunci
c. Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh, dan wakil-wakil dari
agensi yang menyatu.
d. Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi terhadap
legislator
e. Memusatkan debat pada isu kunci, fakta, dan bukti-bukti yang mendukung posisi
organisasi. Dalam melakukan proses lobbying, terdapat dua bentuk atau cara untuk
berkomunikasi dengan komunikan.

Barry Hessenius (2007:57) membagi lobbying menjadi dua bentuk3:


a. Direct Lobbying: “when nonprofits state their position on specific legislation to legislators
or other government employees who participate in the formulation of legislation, or urge
their members to do so”. Artinya organisasi non profit menghubungi pemerintah pembuat
kebijakan secara langsung untuk memengaruhi satu kebijakan tertentu.
b. Grass Roots Lobbying: “when nonprofits state their position on specific legislation to the
general public and ask them to contact legislators or other government employees who
participate in the formulation of legislation”. Artinya organisasi non profit mencari
dukungan terlebih dahulu dengan publik dan secara bersama menghubungi pembuat
kebijakan untuk memengaruhi kebijakan tertentu.

Pelaksanaan Lobi
1. Pelobi
Kegiatan lobi bertujuan untuk memengaruhi pihak yang dilobi. Kegiatan melobi dapat
dilakukan secara perorangan (individu) atau kelompok. Pelobi biasanya melakukan
tekanan (pressure) ketika kegiatan lobi berlangsung; pressure biasanya dilakukan secara
halus dan biasanya tidak disadari oleh pihak yang dilobi.
2. Pihak yang Dilobi
Pihak yang dilobi (sasaran lobi) biasanya adalah individu yang berpengaruh, kelompok,
lembaga swasta, lembaga pemerintah atau nonpemerintah. Sasaran lobi ini juga bisa jadi
merupakan bagian dari upaya mendapatkan teman yang berguna (koalisi) baik itu bagi
pelobi maupun untuk perusahaan tempat pelobi bekerja. Pihak yang berkomunikasi

2
(dalam Partao, 2006:23)
3
Barry Hessenius (2007:57)
dalam proses lobi juga harus punya kemauan bersama guna mengurangi berbagai
perbedaan pandangan agar proses lobi berlangsung efektif.4

STRATEGI LOBI YANG EFEKTIF5


1. Urutan Prioritas
Urutan prioritas berhubungan dengan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan lobi.penetapan
prioritas ini maksud dan tujuannya adalah untuk memperoleh efek domino atau efek bola
salju.” bila satu sudah ditangan yang lain akan mengikuti” untuk itu kita harus mengingat
lima aktivitas yang menjadi fungsi melobi yaitu;
 Membangun koalisi dengan organisasi-organisasi lain, berbagai kepentingan dan
tujuan-tujuan untuk melakukan usaha bersama dalam mempengaruhi wakil-wakil
legislatif.
 Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili
posisi organisasi dalam isu-isu kunci.
 Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh dan wakil-wakil dari
agensi yang menyatu.
 Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi
terhadap legislator.
 Memusatkan debat pada isi kunci, fakta dan bukti- bukti yang mendukung posisi
organisasi.Situasi yang akan dibangun, siapa yang akan dilobi, tujuan yang akan
dicapai, akan menentukan dari lima aktivitas tersebut mana yang harus didahulukan.6

SASARAN LOBI
1. Golongan masyarakat yang biasa disebut dengan Kalangan Kosmopolit. Mereka
adalah orang yang memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas, yang tidak
diragukan lagi kemampuan maupun kecakapannya.
2. Anggota organisasi yang memiliki kontak paling penting dengan pihak-pihak
legislatif, eksekutif maupun yudikatif.
3. Tokoh masyarakat yang sudah dikenal kredibilitasnya, integritas maupun
reputasinya, tokoh LSM, dan individu-individu berpengaruh lainnya.
4. Kalangan jurnalis (wartawan dan redaktur) yang memiliki networking dan jaringan
informasi cukup luas, serta memiliki power untuk membentuk opini.
5. Pejabat tinggi negara seperti anggota legislative (DPR/D), eksekutif (pejabat
pemerintah, seperti menteri, dirjen, gubernur, walikota, dan sebagainya) dan yudikatif
(MA, Departemen Kehakiman dan HAM), yang keputusankeputusannya bisa
mengubah segalanya baik di bidang politik, hukum, perundang-undangan, sosial
ekonomi, dan sebagainya.7

4
Harries Madiistriyatno , Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis, 2019, Tangerang: Indigo
Media,hlm 9-10
5
Harries Madiistriyatno , Catatan Praktis Lobi & Nego untuk Bisnis, 2019, Tangerang: Indigo
Media,hlm 19-20
6
Zainal Abidin Partao,MM Teknik Lobi dan Diplomasi, Indeks, Jakarta. hal 69-113
7
ibid
Siapa yang dilobi akan menentukan tempat dan waktu. Hal ini terkait dengan:
a. Posisi jabatan, atau kewenangannya dalam memutuskan. Apakah orang itu memiliki
kewenangan mengambil sebuah keputusan, atau hanya sekadar memberikan saran?
Apabila hanya memiliki kewenangan memberi saran, sejauh mana tekanan (pressure)
yang bisa dilakukannya;
b. Situasi psikologis dan sosiografis yang akan dibangun dan disiapkan;
c. Anggaran yang disediakan;
d. Waktu dan tempat;
e. Kedalaman isi pesan, fakta, dan data yang memungkinkan untuk disampaikan pada
saat itu (tak semua fakta dan data dapat diberikan di sembarang tempat)

2. Menyiapkan Argumen Lobi yang berhasil adalah lobi yang didasari pendekatan yang
baik. Namun, lobi yang mampu “membantu” upaya pencapaian tujuan organisasi atau
perusahaan tidaklah sesederhana itu. Jadi, lobi harus dilengkapi berbagai informasi dan
data statistik yang dibutuhkan untuk meyakinkan sasaran lobi.
3. Merumuskan Ide dan Usulan, Setelah rencana dirumuskan maka kunci terakhirnya adalah
bagaimana anda menjual idenya. Lobi adalah teknik komunikasi. Bagaimana anda
menjual pesan agar pesan tersebut dibeli oleh sasaran lobi, itu sangat tergantung pada
pedoman dibawah ini; Komponen yang dibutuhkan dalam membungkus sebuah ide
adalah:
a. Menjadikan ide seolah berasal dari sasaran lobi;
b. Ide pelobi dapat mendukung ide-ide yang dimiliki sasaran lobi;
c. Ide pelobi seolah meringankan tugas sasaran lobi;
d. Ide pelobi akan bermanfaat besar bagi masyarakat luas
4. Memberi makan rohani pelobi : Makanan rohani dimaksudkan untuk tetap membuat
anda mampu mengisi kegiatan lobi dengan pemikiran – pemikiran yang brilian.Memberi
makan rohani berarti banyak membaca, banyak berdiskusi, banyak mengikuti seminar
dan sebagainya. juga harus tahu cara penanganan, cara pelayanan dan cara
mengkonsumsi minuman, table manner, memahami berbagai jenis menu makanan,
tempat untuk memperoleh makanan, dan mampu mencari tema-tema pembicaraan yang
cocok dengan sasaran lobi.

Anda mungkin juga menyukai