Anda di halaman 1dari 17

KEDUDUKAN KORPORASI DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak Korporasi[1] dalam rangka turut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan tidak diatur secara tegas dalam peraturan perundang-undangan. Hanya saja dalam tataran praktek korporasi sebagai bagian dari subjek hukum seringkali turut andil dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan. Hal itu dapat terlihat dari aspek kebijakan-kebijakan Pemerintah yang memberikan ruang yang cukup luas dan menguntungkan bagi kalangan korporasi yang sangat dekat dengan Pemerintahan. Kebijakan-kebijakan Pemerintahan banyak dipengaruhi oleh kalangan korporasi,[ ] hal itu lebih disebabkan oleh adanya sumbangan yang bersi!at tidak mengikat kepada oknum Pejabat Publik pada saat sebelum atau akan proses rekrutment serta pemilihan dalam jabatan Pemerintahan, sehingga pada saat terpilih sebagai pejabat yang memegang kendali tugas, "e"enang serta kebijakan-kebijakan yang strategis, maka dengan sendirinya dapat dikendalikan oleh kalangan s"asta atau korporasi. #e"asa ini korporasi memiliki peranan yang sangat penting terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara.[$] %ahkan, dalam beberapa aspek peranan korporasi melebihi peran dan pengaruh suatu negara. #alam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara korporasi seringkali melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada pelanggaran hukum bahkan pelanggaran terhadap hak asasi manusia.[&] #alam kondisi yang demikian korporasi berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mempertahankan eksistensinya guna mengembangkan bisnis dan jaringannya, yang tujuannya akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya yang merupakan tujuan pokok setiap korporasi.

#engan terjadinya persaingan di era globalisasi yang semakin pesat, peran korporasi semakin tidak terelakkan lagi, sehingga jangkauan korporasi tidak hanya masyarakat sebagai objek dari pencari keuntungan dari korporasi, akan tetapi juga sudah menjalar kepada tingkatan Negara dan pemerintahan untuk dapat menguasai pasar serta kebijakan-kebijakan strategis yang menguntungkan pribadi dan golongan.['] Kondisi yang demikian tentu akan berdampak negati(e bagi perkembangan bernegara. )engingat indepedensi terhadap produk-produk kebijakan yang dihasilkan cenderung akan memihak sehingga tidak berdasarkan pada tujuan yang benar, melainkan tujuannya untuk menguntungkan segelintir oknum yang merupakan bagian dari korporasi. Keberadaan suatu korporasi sebagai badan hukum tidak lahir begitu saja. *rtinya korporasi sebagai suatu badan hukum bukan ada dengan sendirinya, akan tetapi harus ada yang mendirikan, yaitu pendiri atau pendiri-pendirinya yang diakui menurut hukum perdata memiliki ke"enangan secara hukum untuk dapat mendirikan korporasi. )enurut hukum perdata, yang diakui memiliki ke"enangan hukum untuk dapat mendirikan korporasi adalah orang +manusia, atau natural person dan badan hukum atau legal person.[-] .eperti halnya dalam hal matinya suatu korporasi. .uatu korporasi hanya dapat dinyatakan mati apabila dinyatakan mati oleh hukum perdata, yaitu tidak ada lagi keberadaan atau eksistensinya (berakhir) sehingga karena tidak ada lagi, maka dengan demikian korporasi tersebut tidak dapat lagi melakukan perbuatan hukum atau dalam istilah hukumnya dikatakan bah"a korporasi tersebut mati atau bubar.[/] Namun demikian lahir, bubar atau bahkan berkembangnya korporasi juga erat kaitannya dengan inter(ensi negara dan Pemerintahan, mengingat segala sesuatu yang berkaitan dengan Korporasi segala bentuk perijinannya juga erat hubungannya dengan Pemerintah.[0] #alam hukum pidana 1ndonesia memberikan pengertian korporasi dalam arti luas. Korporasi menurut hukum pidana indonesia tidak sama dengan pengertian korporasi dalam hukum perdata. Pengertian korporasi menurut hukum pidana lebih luas daripada pengertian menurut hukum perdata. )enurut hukum perdata, subjek hukum, yaitu yang dapat atau yang ber"enang melakukan perbuatan hukum dalam bidang hukum perdata, misalnya membuat perjanjian, terdiri atas dua jenis, yaitu orang perseorangan +manusia atau natural person, dan badan hukum +legal person,.[2] .ebagaimana telah dikemukakan di atas, yang dimaksud dengan pengertian korporasi menurut hukum perdata ialah badan hukum +legal person,. Namun dalam hukum pidana

pengertian korporasi tidak hanya mencakup badan hukum, seperti perseroan terbatas, yayasan, koperasi, atau perkumpulan yang telah disahkan sebagai badan hukum yang digolongkan sebagai korporasi, menurut hukum pidana, !irma, perseroan komanditer atau 34, dan persekutuan atau maatschap juga termasuk korporasi. .elain itu yang juga dimaksud sebagai korporasi menurut hukum pidana adalah sekumpulan orang yang terorganisasi dan memiliki pimpinan dan melakukan perbuatan-perbuatan hukum, seperti melakukan perjanjian dalam rangka kegiatan usaha atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh pengurusnya untuk dan atas nama kumpulan orang tersebut.[15] %agaimana pengertian korporasi dari aspek hukum administrasi negara, hal ini yang menjadi cukup menarik untuk dianalisis dan dijadikan bahan kajian bersama, mengingat pertanyaan yang mendasar bagaimanakah posisi dan kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan pemerintahan seperti yang telah diurai diatas. 6ntuk mengamankan kebijaksanaan ekonominya, pemerintah antara lain melakukannya dengan memperluas peraturan yang mengatur kegiatan bisnis, baik melalui peraturan baru maupun penegkan yang lebih keras terhadap peraturan-peraturan yang ada. #alam menghadapi keadaan yang demikian, korporasi dapat melakukannya dengan cara melanggar peraturan yang ada, seperti pelanggaran terhadap peraturan perpajakan, memberikan dana-dana kampanye yang ilegal kepada para politisi dengan imbalan janji-janji untuk mencaut peraturan yang ada atau memberikan proyek-proyek tertentu, mengekspor perbuatan ilegal ke negara lain.[11] 7akta-!akta tersebut sudah tidak dapat terelakkan, sesuai dengan tujuan korporasi yakni sebagai organisasi bisnis dan akti(itas komersial untuk memperoleh pro!it dengan menjalankan suatu akti(itas yang menghasilkan barang atau jasa. .ehingga tujuan hukum tidak tercapai sebagaimana tertuang dalam pembukaan 6ndang-6ndang #asar 12&'.[1 ] %erdasarkan uraian diatas, maka kedudukan, peran dan !ungsi korporasi dalam turut andil penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan sangat signi!ikan, meskipun secara normati! tidak disebutkan mengenai hak-hak korporasi dalam upaya ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan. Hal demikian memunculkan banyak pertanyaan mengenai kedudukan Korporasi dalam Pemerintahan, apakah memang terdapat hubungan kedudukan antara korporasi dengan penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan, ataukah tidak terdapat hubungan antara penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan dengan korporasi. 6ntuk itulah penulis sangat

tertarik untuk menelaah dan meneliti mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. 1.2. Ru u!an Ma!ala" %erdasarkan penjelasan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah yang akan dirumuskan berkaitan dengan kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya sebagai berikut 8 a. *pakah subjek hukum korporasi dapat ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan 9 b. )engapa korporasi di 1ndonesia dapat secara leluasa ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan 9 c. %agaimana kedudukan korporasi dalam rangka ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan 9 1.#. Tu$uan Penel%t%an %erdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada bab sebelumnya mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan maka tujuan penelitian diantaranya sebagai berikut 8 a. b. c. )enjelaskan apakah subjek hukum korporasi dapat ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan )engetahui mengapa korporasi di 1ndonesia dapat secara leluasa ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan )emahami kedudukan korporasi dalam rangka ikut serta dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan 1.&. Man'aat Penel%t%an *dapun man!aat yang diperoleh dalam pembahasan mengenai kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan diantaranya adalah 8 a. .ecara teoritis dapat menambah dan memperdalam keilmuan dalam bidang Hukum :ata Negara dan *dministrasi Negara serta Hukum %isnis yang berkaitan dengan kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan.

b. )an!aat praktis adalah untuk membangun kesadaran dan pemahaman kepada publik akan kedudukan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan

1.(. Kerangka Te)r%t%! 1.(.1. Te)r% Su*$ek Huku .ubyek Hukum adalah segala sesuatu yang pada dasarnya memiliki hak dan ke"ajiban dalam lalu lintas hukum.[1$] .ubjek hukum juga merupakan sesuatu yang menurut hukum berhak;ber"enang untuk melakukan perbuatan hukum atau siapa yang mempunyai hak dan cakap untuk bertindak dalam hukum. .elain itu subjek hukum adalah sesuatu pendukung hak yang menurut hukum ber"enang;berkuasa bertindak menjadi pendukung hak. *da juga yang berpendapat segala sesuatu yang menurut hukum mempunyai hak dan ke"ajian. )enurut teori tradisional, subjek hukum adalah orang yang merupakan subjek dari suatu ke"ajiban hukum atau suatu hak. :eori tradisional mengidentikkan konsep "subjek hukum" dengan konsep "person". #e!inisi Person menurut teori tradisional adalah manusia sebagai subjek dari hak dan ke"ajiban. Konsep pemegang hak dan ke"ajiban memainkan peran sangat penting dalam teori tradisional yang membahas tentang konsep "legal person". <ika pemegang hak dan ke"ajiban adalah manusia, berarti yang dibicarakan oleh teori tradisional adalah =orang secara !isik= +physical person,, jika pemegang hak dan ke"ajiban itu merupakan entitas lain, berarti yang dibicarakan teori tradisional adalah =badan hukum= (juristic person).[14] >ang termasuk dalam subyek hukum yaitu 8 a. )anusia atau ?rang (naturlijke person) b. %adan Hukum (vichtperson) adalah suatu badan yang terdiri dari kumpulan orang yang diberi status =persoon= oleh hukum sehingga mempunyai hak dan ke"ajiban. %adan hukum dapat menjalankan perbuatan hukum sebagai pemba"a hak manusia. .eperti melakukan perjanjian, mempunyai kekayaan yang terlepas dari para anggotanya dan sebagainya. Perbedaan badan hukum dengan manusia sebagai pemba"a hak adalah badan hukum tidak dapat melakukan perka"inan, tidak dapat diberi hukuman penjara, tetapi badan hukum dimungkinkan dapat dibubarkan. a. Subjek Hukum Manusia

*dalah setiap orang yang mempunyai kedudukan yang sama selaku pendukung hak dan ke"ajiban. Pada prinsipnya orang sebagai subjek hukum dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. *da juga golongan manusia yang tidak dapat menjadi subjek hukum, karena tidak cakap dalam melakukan perbuatan hukum yaitu, *nak yang masih diba"ah umur, belum de"asa, dan belum menikah serta orang yang berada dalam pengampunan yaitu orang yang sakit ingatan, pemabuk, pemboros. .ecara yuridisnya ada alasan yang menyebutkan manusia sebagai subjek hukum yaitu manusia mempunyai hak-hak subyekti! dan Ke"enangan hukum. .yarat-syarat cakap hukum yakni seseorang yang sudah de"asa berumur 1 tahun +6ndang Perka"inan No.1;12/& dan K6HPerdata,[1'], .eseorang yang berusia diba"ah 1 tahun tetapi pernah menikah, .esorang yang sedang tidak menjalani hokum dan berji"a sehat dan berakal sehat. .yarat-syarat tidak cakap hukum adalah seseorang yang belum de"asa, sakit ingatan, kurang cerdas, orang yang ditaruh diba"ah pengampuan dan seseorang "anita yang bersuami +Pasal 1$$5 K6H Perdata,. [1-] *. Subjek Hukum Badan Hukum %adan Hukum adalah badan;kumpulan manusia yang oleh hukum diberi status sebagai orang yang memiliki hak dan ke"ajiban. %adan hukum ialah suatu badan usaha yang berdasarkan hukum yang berlaku serta berdasarkan pada kenyataan persyaratan yang telah dipenuhinya telah diakui sebagai badan hukum, yakni badan usaha yang telah dianggap atau digolongkan berkedudukan sebagai subjek hukum sehingga mempunyai kedudukan yang sama dengan orang, meskipun dalam menggunakan hak dan melaksanakan ke"ajibannya harus dilakukan atau di"akilkan melalui para pengurusnya. 3ontoh-contoh badan hukum8 P: +Perseroan :erbatas,, >ayasan, PN +Perusahaan Negara,, Perjan +Perusahaan <a"atan,, dan sebagainya. %adan hukum mempunyai syarat-syarat yang telah ditentukan oleh hukum yakni memiliki kekayaan yang terpisah dari kekayaan anggotanya dan Hak dan ke"ajiban badan hukum terpisah dari hak dan ke"ajiban para anggotanya. %adan hukum dibedakan dalam bentuk, yaitu 8[1/] %adan Hukum Publik %adan Hukum Pri(at *da bebrapa teori tentang hakikat badan hokum, yaitu8[10]

1. Teori fiksi dari Freidrich Carl Von avign! Hanya manusia lah yang menjadi subjek hokum, sedangkan badan hokum dikatakan sebagai subjek hokum hanyalah !iksi, yaitu sesuatu yang sebenarnya tidak ada tetapi orang menghidupkannya dalam bayangannya. %adan hokum itu ciptaan Negara;pemerintah yang "ujudnya tidak nyata, untuk menerangkan sesuatu hal. ". Teori organ dari otto von gierke %adan hokum adalah organ seperti halnya manusia yang menjelma dalam pergaulan hokum yang dapat meyatakan kehendak melalui alat-alat yang ada padanya +pengurus, anggota, seperti halnya manusia. %adan hokum itu nyata adanya. #. Teori harta kek!aan bertujuan dari brin$ %adan hokum merupakan kekayaan yang bukan kekayaan perorangan, tapi serikat tujuan tertentu. %adan hokum itu mempunyai pengurus yang berhak dan berkehendak. %. Teori keka!aan bersama dari molengraaft *pa yang merupakan hak dan ke"ajiban badan hokum pada hakekatnya merupakan hak dan ke"ajiban para anggota bersam-sama. Kekayaan badan hokum juga merupakan kekayaan bersama seluruh anggotanya. &. Teori ken!ataan !uridis dari paul scholter %adan hokum itu merupakan kenyataan yuridis. %adan hokum sama dengan manusia hanya sebatas pada bidang hokum saja 1.(.2. Te)r% Ke+enangan ,an Kekua!aan #iskusi permasalahan hukum tentunya akan berkaitan erat dengan masalah kekuasaan dan "e"enang. Hubungan hukum dengan kekuasaan dapat di rumuskan dengan slogan 'hukum tanpa kekuasaan adalah angan(angan) kekuasaan tanpa hukum adalah kelaliman'. [12] #alam artian bah"a dalam penerapan hukum, maka di perlukan kekuasaan sebagai pendukung, salah satu sebabnya adalah di karenakan hukum bersi!at memaksa, karena tanpa adanya paksaan, maka pelaksanaan hukum akan mengalami hambatan. Namun semakin tertib masyarakatnya, maka semakin berkurang kekuasaan sebagai pendukungnya. Karena begitu eratnya kaitan antara hukum dan kekuasaan, maka seakan tidak dapat memisahkan antara keduanya. %ahkan ada yang menyebutkan bah"a hukum sendiri sebenarnya adalah kekuasaan.[ 5] Hukum merupakan salah satu sumber dari kekuasaan, namun juga

merupakan pembatas bagi kekuasaan. ?leh karena itu tidak dapat dibenarkan apabila kekuasaan di gunakan sebagai alat untuk bertindak se"enang-"enang. Karena dalam tataran praktis dilapangan orang akan cenderung ingin memiliki kekuasaan yang melebihi dari apa yang telah di gariskan. Padahal hukum memang membutuhkan kekuasaan, tetapi ia juga tidak bisa membiarkan kekuasaan itu untuk menunggangi hukum.[ 1] )iriam %udiardjo memberikan arti kekuasaan sebagai kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah-lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.[ ] Kekuasaan ini yang kemudian oleh sebagian besar di cari atau bahkan menjadi rebutan dalam setiap kehidupan masyarakat modern seperti sekarang ini. Hal itu di pengaruhi oleh adanya hasrat dan keinginan manusia yang bermacam-macam sehingga dirasa perlu untuk memaksakan kemauan dirinya atas orang lain. Hal yang sama juga di katakan )ac 1(er yang merumuskan kekuasaan sebagai berikut 8 :he capacity to control the beha(ior o! other either directly by !iat or indirectly by the manipulation o! a(ailable means, yang artinya kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia. [ $] @ebih lanjut )iriam %udiardjo bah"a kekuasaan dalam masyarakat selalu berbentuk piramida yang bersumber pada kekerasan !isik, kedudukan dan kepercayaan.[ &] *gar kekuasaan dapat di jalankan maka di butuhkan penguasa atau organ sehingga negara itu di konsepkan sebagai himpunan jabatan-jabatan itu diisi oleh sejumlah pejabat yang mendukung hak dan ke"ajiban tertentu berdasarkan subjek-ke"ajiban.[ '] #engan demikian, lahirlah teori yang menyatakan bah"a negara merupakan subjek hukum buatan atau tidak asli atau yang di sebut teori organ atau organis.[ -] *sal atau sumber kekuasaan dalam suatu negara secara umum dapat di golongkan menjadi +dua, bagian. *ertama, erat kaitannya dengan teori teokrasi, yang mana menyatakan bah"a asal mula kekuasaan berasal dari :uhan. :eori ini berkembang pada Aaman abad pertengahan yakni abad ke 4 sampai abad ke B4.[ /] .edang +edua berhubungan dengan teori hukum alam yang secara umum memberikan pemahaman bah"a kekuasaan berasal dari rakyat.

Kekuasaan dari rakyat tersebut yang kemudian di serahkan kepada seseorang +raja, untuk menyelenggarakan kebutuhan masyarakat. %ila di hadapkan pada persoalan kekuasaan, maka orang berpendapat bah"a kekuasaan itu sering diartikan hanya dalam bidang politik saja.[ 0] Padahal kekuasaan dapat beraspek dua keilmuan, yakni berkaitan dengan hukum dan politik. #alam hukum tata negara, "e"enang (bevoegdheid) di deskripsikan sebagai kekuasaan hukum (rechtsmacht), dalam hukum publik, "e"enang berkaitan dengan kekuasaan.[ 2] Kekuasaan mempunyai makna yang sama dengan "e"enang karena kekuasaan yang dimiliki oleh legislati!, ekskuti! dan yudikati! adalah kekuasaan !ormal. Kekuasaan dapat berasal dari dua bagian, pertama berasal dari peraturan perundangundangan dan yang kedua berasal dari bukan peraturan perundang-undangan atau karena jabatan yang dimilikinya. .edangkan ke"enangan hanya berasal dari peraturan perundang-undangan yang sah dan diakui oleh suatu negara. %erdasarkan uraian diatas, maka kekuasaan memiliki dua aspek, yakni aspek politik dan aspek hukum. .edangkan ke"enangan hanya beraspek hukum saja. #apat diartikan bah"a kekuasaan bersumber pada peraturan perundang-undangan dan di luar peraturan perundangundangan, sedangkan ke"enangan harus harus berdasarkan peraturan perundang-undangan. #engan demikian dapat dikatakan bah"a ke"enangan merupakan kekuasaan yang sah, yang bersumber pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. .ehingga dapat disimpulkan bah"a kekuasaan belum tentu ke"enangan, akan tetapi ke"enangan sudah tentu merupakan kekuasaan. Ke"enangan dan "e"enang tentunya memiliki perbedaan yang mendasar. #alam bahasa %elanda "e"enang di sebut juga 'bevoegheid'. )enurut Philipus ). Hadjon, ada perbedaan antara ke"enangan dengan "e"enang, perbedaannya terletak pada karakter hukumnya. 1stilah 'bevoegheid' digunakan baik dalam konsep hukum publik maupun dalam konsep hukum hukum pri(at. #alam hukum kita istilah ke"enangan atau "e"enang seharusnya di gunakan dalam konsep hukum publik.[$5] #alam konsep hukum tata negara, ,bevoegheid' +"e"enang, di deskripsikan sebagai ,rechtmacht' +kekuasaan hukum,. <adi dalam hukum publik "e"enang berkaitan dengan kekuasaan.[$1] .edangkan dalam konsep hukum administrasi %elanda, soal "e"enang selalu

menjadi bagian penting dan bagian a"al dari hukum administrasi karena objek hukum administrasi adalah ,bestuursbevoegdheid' +"e"enang pemerintahan,.[$ ] <adi perbedaan antara ke"enangan dan "e"enang adalah pertama kali harus membedakan antara (authorit!) ge$ag) dan "e"enang (competence) bevoegdheid). CeAag adalah ciptaan orang-orang yang sebenarnya paling berkuasa.[$$] Ke"enangan yang disebut juga Dkekuasaan !ormalE yang berasal kekuasaan yang di berikan oleh 6ndang-6ndang atau legislati! dari kekuasaan ekskuti! atau administrati! yang bersi!at utuh atau bulat. .edangkan "e"enang hanya mengenai suatu bagian tertentu saja dari ke"enangan. #i dalam ke"enangan terdapat "e"enang-"e"enang (rechtsbe voegdheben).[$&] Fe"enang juga merupakan dalam ruang lingkup tindakan hukum publik, lingkup "e"enang pemerintahan, tidak hanya meliputi "e"enang membuat keputusan pemerintahan (besluit), akan tetapi meliputi "e"enang dalam rangka pelaksanaan tugas serta distribusi "e"enang utamanya di tetapkan dalam 6ndang6ndang #asar. .edangkan ke"enangan dapat diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi maupun mandat.[$'] *tribusi adalah "e"enang yang melekat pada suatu jabatan, sedang delegasi adalah pemindahan;pengalihan suatu ke"enangan yang ada.[$-] .ecara sederhana dapat diartikan atribusi merupakan ke"enangan yang asli atas dasar konstitusi +6ndang-6ndang #asar,, sedang ke"enangan delegasi pelimpahan "e"enang kepada organ pemerintahan yang lain dan mandat pemberian "e"enang untuk bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat. *da perbedaan khusus antara delegasi dan mandat. #elegasi merupakan pemberian, pelimpahan atau pengalihan ke"enangan oleh suatu organ pemerintahan kepada pihak lainuntuk menganmbil keputusan atas tanggung ja"ab sendiri, sedangkan mandat bertanggung ja"ab atas nama atau tanggung ja"abnya sendiri mengmbil kepuusan.[$/] *kan tetapi sebenarnya dalam teori pendelegasian, apabila suatu ke"enangan sudah di delegasikan, maka tidak dapat lagi di tarik kembali oleh lembaga pemberi delegasi. 1.-. Met),e Penel%t%an 7okus penelitian[$0] pada penelitian ini adalah akan mengkaji mengenai Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. .edangkan )etode yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah metode penulisan hukum normati![$2], yaitu cara penulisan yang didasarkan pada analisis terhadap beberapa asas hukum dan teori

hukum serta peraturan perundang-undangan yang sesuai dan berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. Penelitian hukum normati! ini adalah suatu prosedur dan cara penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari segi normati!nya. [&5] .edangkan pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah terdiri dari $ +tiga, pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual[&1](conceptual approach), dan pendekatan perbandingan (comparative approach).[& ] Pendekatan perundang-undangan (statute approach) di gunakan untuk meneliti dan mengkritisi[&$] peraturan perundang-undangan yang dalam penormaannya masih terdapat kekurangan dalam hal Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. Pendekatan konseptual (conceptual approach) dipakai untuk memahami konsepkonsep dan teori[&&] yang berkaitan dengan Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia, serta pendekatan perbandingan (comparative approach) di pakai untuk meneliti perbandingan Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia dengan Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di beberapa negara di dunia. %ahan hukum merupakan bahan dasar yang akan dijadikan acuan atau pijakan dalam penulisan penelitian ini. *dapun yang menjadi bahan hukum dalam penulisan penelitian ini terdiri dari $ +tiga, bagian, yakni bahan hukum primer, skunder dan tersier. %ahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersi!at autoritati! artinya mempunyai otoritas.[&'] %ahan-bahan hukum primer terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim. %ahan hukum skunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.[&-] *dapun bahan hukum skunder yang digunakan untuk memberikan penjelasan mengenai materi yang terdapat dalam bahan hukum primer berasal dari beberapa literatur, buku tesk, jurnal hukum, karangan ilmiah dan buku-buku lain yang berkaitan langsung dengan tema penulisan penelitian ini.%ahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan skunder.[&/] %ahan hukum ini sebagai alat bantu dalam penulisan penelitian ini. *dapun bahan hukum tersier ini dapat berupa kamus-kamus hukum yang berkaitan langsung dengan penelitian ini.

#alam penelitian ini di gunakan metode analisis deduksi,[&0] yaitu metode analisa dengan melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan +rumusan masalah, yang terdapat dalam penelitian ini untuk kemudian di korelasikan dengan beberapa asas dan teori yang menjadi landasan atau pisau analisa dalam penulisan penelitian ini sebagai langkah untuk menemukan konklusi, jalan keluar maupun konsepsi ideal tentang hal-hal yang menjadi pembahasan. 1... S%!te at%ka Penul%!an #alam penelitian ini di susun dengan sistematika yang terbagi dalam & +empat, %ab. )asing-masing %ab terdiri dari atas beberapa subbab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. *dapun urutan dan tata letak masing-masing %ab serta pokok bahasannya adalah sebagai berikut 8 BAB 1 / PENDAHULUAN %ab ini berisi uraian latar belakang permasalahan munculnya Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. .elanjutnya di tetapkan rumusan masalahyang menentukan arah penelitian dan ruang lingkup pembahasan, sehingga akan secara komprehensi! memberikan gambaran pembahasan yang menjadi titik tekan pembahasan. #ilanjutkan dengan tujuan dan man!aat penulisan yang memberikan gambaran mengenai tujuan dan man!aat dari penulisan sesuai tema yang diambil, dan yang terakhir di jelaskan tentang metode penelitian, dalam metode penelitian diuraikan tipe penelitian bagaimana sebuah pendekatan masalah dilakukan sekaligus sumber bahan hukum, prosedur pengumpulan bahan hukum dan dasar analisis yang dipakai guna mendukung pembahasan. #alam bab ini diakhiri dengan pertanggung ja"aban sistematika, yakni gambaran dari masing-masing bab atau pembahasan. BAB 2/ LANDASAN TEORITIK KEDUDUKAN KORPORASI DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN Pada %ab 11 ini akan di uraikan tentang landasan teori Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia, beserta pertimbangan-pertimbangan yang dugunakan dalam membahas Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. #isitu akan disebutkan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. Pada sub bab berikutnya akan disinggung mengenai teori yang berkaitan dengan pembahasan, seperti teori subjek hukum, teori korporasi, teori ke"enangan dan kekuasaan. Hal itu diperlukan untuk memberikan gambaran atau sebagai pisau analisa dalam pembahasan berikutnya. .ehingga pedoman ber!ikir dalam pembahasan akan berpedoman pada teori-teori yang ada pada bab ini. BAB #/ POLA KEIKUTSERTAAN KORPORASI DALAM PENYELENYELENGGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN #alam bab $ ini akan diurai mengenai pola dan jenis-jenis keikutsertaan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara. #alam bab ini juga akan dikaji mengenai berbagai macam pola dan jenis-jenis keikutsertaan korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan yang ada di berbagai negara yang ada di dunia. #alam bab ini juga akan dibandingkan dengan beberapa negara yang dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahannya mengikutsertakan Korporasi untuk berperan akti! dalam penyelenggaraan negara dan pemerintahan. #engan demikian akan terjadi perbandingan Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia dengan berbagai negara yang ada di dunia, sehingga mampu memberikan gambaran mengenai Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia dan yang ada di berbagai negara di dunia. BAB I0 / KEDUDUKAN KORPORASI DALAM PENYELENGGARAAN NEGARA DAN PEMERINTAHAN DI INDONESIA #alam %ab ini pembahasan akan di !okuskan pada ja"aban atas perumusan masalah mengenai Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. Pada bab ini akan kedudukan korporasi sebagai apa dan sebaliknya negara perannya sebagai apa. )elalui pembahasan ini akan mengetahui akar pokok persoalan mengenai Kedudukan Korporasi dalam penyelenggaraan Negara dan Pemerintahan di 1ndonesia. .ehingga dapat memberikan ja"aban yang cukup mendasarkan pada !akta !iloso!is, yuridis dan sosiologis. BAB 0 / PENUTUP

Pada %ab ini akan di bagi menjadi dua bagian. *ertama, berisi kesimpulan yang merupakan ja"aban dari pertanyaan pada rumusan masalah pada %ab 1, ja"aban akan di tulis berdasarkan rangkuman analisa pada %ab 111 dan %ab 14 dalam penelitian ini. .edangkan yang kedua, saran yang berisi gagasan dan ide-ide konstrukti! yang dapat di jadikan masukan tentunya untuk mengatasi permaslahan-permasalahan yang berkaitan dengan pembahasan.

[1] Hak-hak korporasi dalam hukum tidak banyak disebutkan secara gamblang, meskipun dalam kenyataannya sebagai subjek hukum korporasi memiliki hak-hak yang secara nyata dapat dilihat secara kasat mata. )engenai hak-hak korporasi baca :. )ulya @ubis, ed. *eranan -ukum dalam *erekonomian di .egara /erkembang. <akarta8 >ayasan ?bor 1ndonesia, 120-. Hal. /

Hal itu yang menyebabkan adanya ketimpangan pelayanan publik yang diberikan pemerintah, dikarenakan kurang mampu memberikan pertimbangan rasional dalam upaya pengabdian kepada masyarakat. F. Gia"an :jandra. dkk, *eningkatan +apasitas *emerintah 0aerah dalam *ela!anan *ublik, Pembaruan, >ogyakarta, 55/, Hal 1'
[ ] [$] Pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan perkembangan hukum, hukum harus mempu mengimbangi perkembangan teknologi in!ormasi. %aca Hikmahanto <u"ana, -ukum 1konomi dan -ukum internasional. <akarta8 @entera Hati, 55 . Hal. '

%erkaitan dengan terminologi pengertian Hak *sasi )anusia secara gamblang dijelaskan melalui buku 8 .atya *rinanto, -ak 2sasi 3anusia dalam Transisi *olitik di 4ndonesia, Pusat .tudi H:N7H61, <akarta, 550, Hal '1-'$
[&]

6ntuk mengetahui bahaya yang diakibatkan oleh adanya inter(ensi s"asta terhadap Negara, baca Cunarto .uhardi, *eranan -ukum 0alam *embangunan 1konomi. >ogyakarta8 6ni(ersitas *tma <aya, 55 . Hal. [']

G. .hyam Khemani project director, D2 frame5ork for the design and implementation of competition la5 and polic!,E Forld %ank, ?H3#, 1220. hal. .
[-] [/]

Gudhi Prasetya, *erseroan Terbatas teori dan praktek, Craha 1lmu, <akarta, 552,

Hal $/
[0] Hubungan-hubungan antara korporasi dengan Pemerintah terdapat dalam buku *ndi *yyub .aleh, Tamas!a *erenungan -ukum dalam ,6a5 in /ook and 6a5 in 2ction' 3enuju *enemuan -ukum (7echtsvinding), >arsi! Fatampone, <akarta, 55-. Hal. $ [2] Hrman Gajagukguk, D-ukum 1konomi 4ndonesia 3emperkuat *ersatuan .asional) 3endorong *ertumbuhan 1konomi dan 3emperluas +esejahteraan osial ,E )akalah disampaikan pada .eminar dan @okakarya Pembangunan Hukum Nasional ke 4111 yang

diselenggarakan oleh %adan Pembinaan Hukum Nasional, #epartemen Kehakiman dan Hak *sasi )anusia, #enpasar, 1&-10 <uli 55$.
[15] *chmad *li, D+eterpurukan -ukum di 4ndonesia8 *en!ebab dan olusin!a ,E <akarta8 Penerbit Chalia 1ndonesia, 55 . hal. /-0. [11] Hikmahanto <u"ana, D*olitik -ukum 99 bidang 1konomi di 4ndonesia .E bahan kuliah ke- *spek Hukum dalam Kebijakan Hkonomi *ngkatan B4 P# Program )agister Perencanaan Kebijakan Publik-7H61. Hal./.

@iberalisme, Kapitalisme memunculkan banyak pelanggaran hukum, yang pada akhirnya memunculkan beberapa kerugian bagi keberlangungan kehidupan berbangsa dan bernegara. %aca .atjipto Gahardjo, D@iberalisme, Kapitalisme, dan Hukum 1ndonesia,E dalam buku D isi( isi 6ain 0ari -ukum 0i 4ndonesia)E <akarta8 Penerbit %uku Kompas, 55$. hal. 1. [1$] Pengertian secara umum berpedoman menurut pengertian ini. 6ntuk beberapa pengertian subjek hukum lainnya baca .oeroso, *engantar 4lmu -ukum, .inar Cra!ika, <akarta, 55'. Hal &1
[1 ] [1&] Hans Kelsen membagi pengertian badan hukum menurut keberlakuannya, apakah pada saat Aaman modern atau pada saat masa lampau. Kelsen Hans, Teori -ukum 3urni 0asar( 0asar 4lmu -ukum .ormatif, Nusa )edia, %andung, 515. Hal. -1 [1'] 6ntuk mengetahui lebih dalam mengenai hal ini, dijelaskan didalam bukum G. .oebekti, -ukum *erdata, P:. 3itra *ditya %hakti, %andung, 122 . Hal. '0 [1-] Hal ini masih timbul berdebatan, mengingat seiring perkembangan Aaman "anita juga bagian dar subjek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum secara pribadi. %aca Hlsi Kartika .ari dan *d(endi .imangunsong, -ukum dalam 1konomi, P:. Crasindo, <akarta, 55'. Hal. [1/]

). *rie! *mrullah, +ejahatan +orporasi, %ayu )edia, )alang. 55-, Hal 0-

[10] 6ntuk dapat menelaah teori-teori menganai hakikat badan hukum, dapat mebaca H. 6trecht, *engantar 0alam -ukum 4ndonesia, 3etakan Kesebelas, Penerbit %uku ichtiar %aru, <akarta, 1202, Hal. 10'. %andingkan dengan Hartono Hadisoeprapto, *engantar -ukum 4ndonesia, @iberty, >ogyakarta, 1222, Hal. &[12] *degium hukum ini yang selalu dijadikan argumentasi dalam setiap kita mempelajari ilmu hukum, untuk itu istilah ini menjadi populer di kalangan mahasis"a, dosen dan setiap orang yang secara langsung maupun tidak langsung mempelajari ilmu hukum. %aca )ochtar Kusumaatmadja, Fungsi dan *erkembangan -ukum 0alam *embangunan .asional +%andung8 *lumni, 122&,, Hal. /' [ 5] Hukum merupakan bagian dari kekuasaan, dan kekuasaan adalah hukum. %aca 4an *peldoorn, *engantar 4lmu -ukum, +Pradnya Paramita, <akarta, 12/-,, hal. -0. [ 1] Karakteristik hukum membutuhkan kekuasaan yakni untuk memberikan kepastian hukum. .atjipto Gahardjo, 4lmu -ukum, +P:. 3itra *ditya %akti, %andung, 555,, hal. 1&-. [ ] )iriam %udiardjo, 0asar(0asar 4lmu *olitik, +P:. Cramedia Pustaka 6tama, <akarta, 55 ,, hal.$'.

[ $] )ac 1(er, :he Feb o! Co(ernment, dalam )oh.Kusnardi dan %intan .iragih, 4lmu .egara, +Caya )edia Pratama, <akarta, 555,, hal 11-. [ &] :p Cit, hal. $[ '] Gudasi Kantapra"ira, -ukum dan +ekuasaan, +)akalah Pada 7akultas Hukum 6ni(ersitas 1slam 1ndonesia, >ogyakarta,, hal. $/-$0. [ -] 7. 1sj"ara, *engantar 4lmu *olitik, +#"i"antara, %andung,, 12-&, hal. 1 /-1 2 [ /] .oetomo, 4lmu .egara, +6saha Nasional, .urabaya, 122$,, hal. '1--2 [ 0] )oh. Kusnardi dan %intan .iragih, 4lmu .egara, +Caya )edia Pratama, <akarta, 555,, hal. 11-. [ 2] Philipus ). Hadjon, Tentang ;e5enang, +)akalah 6ni(. *irlangga, :anpa :ahun,, hal. 1 [$5] 4bid, hal. 1 [$1] 4bid, hal. 1 [$ ] 4bid, hal. 1 [$$] Kranenburg dan :k. %. .abaroedin, 4lmu .egara 9mum, +P:. Pradnya Paramita, <akarta, 120-,, Hal. 5 [$&] *bdul Gasyid :halib, ;e5enang 3ahkamah +onstitusi dan 4mplikasin!a 0alam istem +etatanegaraan 7epublik 4ndonesia, +P:. 3itra *ditya %akti, %andung, 55-,, hal. 11. [$'] )ustamin #C. )atutu.dkk, 3andat) 0elegasi) 2tribusi dan 4mplementasin!a di 4ndonesia , +611 Press, >ogyakarta, 55&,, hal. 152-1'2. [$-] Philipus ). Hadjon. dkk, Pengantar -ukum 2dministrasi .egara 4ndonesia, +Cajah )ada 6ni(ersity Press, 55 ,, hal. 1$5. [$/]<imly *shiddiIie, *erihal 9ndang(9ndang, +<akarta, Konstitusi Press, 55-,, hal. $/0. [$0] 7okus penelitian merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya penulisan karya tulis ilmiah, mengingat !okus penelitian erat kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu karya tulis. 6ntuk memahami mengenai ini, baca <ohn F. 3res"ell, 7eserch 0esign) <ualitative = <uantitative 2pproaches, +.*CH Publications, 1nternational Hducational and Pro!essional Peblisher, :housand ?aks, @ondon Ne" #elhi, 122&, Hal. . %andingkan .. Nasution, 3etode 7esearch (*enelitian 4lmiah) usulan *enelitian) 0esain *enelitian) -ipopenelitian) Validitas) ampling) *opulasi) :bservasi) ;a5ancara) 2ngket , +P:. %umi *ksara, <akarta, 3etakan ke-&, 511,, Hal. 1[$2] Penelitian hukum normati! ini merupakan kegiatan sehari-hari seorang sarjana hukum, bahkan penelitian hukum yang bersi!at normati! hanya mampu dilakukan oleh seorang sarjana Hukum, sebagai seorang yang sengaja dididik untuk memahami dan menguasai disiplin Hukum. .ebagaimana pendapat 3.7.C .unaryati Hartono, *enelitian -ukum di 4ndonesia pada 2khir 2bad ke("> , +%andung 8 Penerbit *lumni, cetakan ke- , 55-, 1#?

[&5] <ohnny 1brahim, Teori dan 3etodologi *enelitian -ukum .ormatif , +%ayu )edia Publishing, )alang, 55-,, Hal.'/ [&1] 6nsur pertama dari bahasa keilmuan merupakan konsep. Kegiatan membangun sebuah teori atau model, mirip dengan membangun rumah atau tembok, sebelum membangun seorang pengembang +de(eloper, tentu harus mengetahui struktur tanah, luas lahan, dan alokasi penggunaannya arah dan kekuatan tiupan angin dan lain sebagainya. 6ntuk itu konsep dapat diartikan sebagai symbol yang digunakan untuk memaknai !enomenon. %aca <ohn <.?.1 1halalau", /angunan Teori, +.alatiga 8 Penerbit 7akultas Hkonomi 6ni(ersitas Kristen .atya Facana, Hdisi )illenium, 555,, hal 5[& ] 6ntuk lebih lebih jelasnya tentang macam-macam pendekatan dalam penelitian hukum normati! bandingkan .oerjono .oekanto dan .ri )amuji, *enelitian -ukum .ormatif ( uatu Tinjauan ingkat) , +Gaja"ali Pers, <akarta, 551,, hal. 1&. dengan Peter )ahmud )arAuki, *enelitian -ukum, +Prenada media, <akarta, 55-,, hal. 2$-1$/ dan <ohnny 1brahim, :p Cit, Hal. 22-$ 1 [&$] #alam studi ini berupaya memberikan masukan kritik dan saran terhadap peraturan prundang-undangan yang kurang tepat dan baik baik dari segi penormaan maupun dalam realitas penyelenggaraannya, untuk itu kemudian dinamakan sebagai teori hukum kritis. 6ntuk mengetahui hal teori ini silakan baca Goberto ) 6nger, 6a5 and 3odern ociet! 8 To5ard a Criticism of ocial Theor! , +:he 7ree Press,, hal $'. %andingkan )unir 7uady, Filsafat dan Teori -ukum *ostmodern , +%andung 8 P:. 3itra *ditya %akti, cetakan ke-1, 55',, hal.15$ [&&] :eori hukum berbeda dengan hukum posoti!, teori hukum menjadi landasan dalam pembentukan dan cara pandang terhadap hukum positi!. 6ntuk itu kemudian terdapat hubungan antara kegiatan ber!ikir, bahasa hukum dan teori hukum. %aca <.<.H. %ruggink, 7echts 7eflecties) @rondbegrippen uit de 7echtstheori, +Hngland 8 Ka"uler, 122', hal. 1- . %andingkan H.G. ?tje .alman dan *nton 7. .usanto, Teori -ukum) 3engingat) 3engumpulkan dan 3embuka +embali , +%andung 8 Penerbit Ge!ika *ditama, cetakan ke- , 55',, hal. &' [&'] Peter )ahmud )arAuki, :p Cit, Hal. 1&1 [&-] :p Cit, Hal.1$ [&/] :p Cit, Hal. ' [&0] )etode deduksi adalah metode yang merupakan kesimpulan-kesimpulan umum yang diperoleh berdasarkan proses pemikiran setelah mempelajari peristi"a-peristi"a khusus atau peristi"a-peristi"a yang konkret. 6ntuk lebih jelasnya baca 8 .jachran %asah, 4lmu .egara) *engantar) 3etode dan ejarah *erkembangan, +P:. 3itra *ditya %akti, %andung,, Hal. /1. %andingkan Hrliana Hasan, Filsafat 4lmu dan 3etodologi *enelitian 4lmu Pemerintahan, +Chalia 1ndonesia, <akarta, 3etakan ke 1, 511,, Hal. 1/&

Anda mungkin juga menyukai