Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

PERNAFASAN

Disusun oleh

Kelompok 1

Nabila Syifa (30901700055)

Nur Mu’alimatul K (30901700065)

Sonia Fitri I (30901700089)

Rizqi Novieyanti (30901700077)

Wina Purnama S (30901700100)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019/2020
Kasus 1

A. Pendahuluan
Asma merupakan salah satu penyakit yang selalu mengalami
kenaikan baik prevalensi, mortilitas maupun mobiditasnya di seluruh
dunia, dan asma pun dapat dialami oleh berbagai macam usia baik pria
maupun wanita. Dampak yang terjadi dari asma adalah menurunnya
kualitas hidup, produtivitas dan meningkatnya biaya kesehatan dan yang
paling parah adalah kematian ( H Triyoga, 2012)
Asma merupakan penyakit jalan nafas obstruktif intermitten yang
reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu. Dan penyakit ini dapat di turunkan kepada
anghota keluarga lainnya, asma dapat kambuh sesuai dengan alergen yang
mempengaruhinya. Pengkajian primer yang dapat dilakukan pada pasien
asma adalah ABCDE dan kemudian dilakukan pemeriksaan sekunder.
Pada serangan asma atau asma attack terapi yang paling baik
digunakan adalah nebulizer, nebulizer merupakan pilihan yang tepat untuk
inflamasi pada penderita asma. Penderita asma yang mengalami sesak
nafas pun dapat diberikan terapi latihan batuk efektif yang berguna unuk
melonggarkan saluran pernafasan dan mengatasi saluran pernafasan yang
disebabkan adanya sekret (tafdhila, ayu kurniawati, 2019).
B. Konsep
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimulasi tertentu. Jenis-jenis asma bronchiale dapat diklasifikasikan
sebagai berikut : asma bronchiale alergik (Ekstrinsik) yaitu tipe asma ini
disebabkan oleh alergen alergen dari luar misalkan bulu binatang, debu,
makanan, cuaca. Pasien asma alergik biasanya mempunyai riwayat
keluarga yang alergik. Asma bronchiale idiopatik atau nonalergik
(Instrinsik) yaitu tipe asma ini tidak berhubungan dengan alergen yang
spesifik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain common cold, infeksi
saluran napas atas, olahraga atau kegiatan jasmani yang berat, emosi,
stress psikologis. Asma bronchiale gabungan yaitu tipe asma ini
merupakan gabungan dari faktor alergik dan nonalergik.
Penatalkasanaan asma antara lain, memperluas jalan napas dengan
segera, pemberian obat bronkodilator, kortikosteroid, mukolitik.
Pemberian oksigenasi, pemberian terapi cairan, dan memberikan
penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai penyakit asma
Pada penyakit asma gejala asma pada penyempitan jalan nafas akan
terasa sesak dan mengalami batuk sering dan sering terjadi pada malam hari
dan saat udara dingin, biasanya bermula mendadak dengan batuk non
produktif, kemudian menghasilkan sputum yang kental dan rasa tertekan
didada, disertai dengan sesak nafas (dyspnea) dan mengi sehingga ekspirasi
selalu lebih sulit dan pendek dibanding inspirasi yang mendorong pasien
untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot aksesoris pernafasan.
Penggunaan aksesoris pernafasan yang tidak terlatih dalam jangka panjang
dapat menyebabkan penderita asma kelelahan saat bernafas ketika serangan
atau ketika beraktivitas (Brunner dan Suddart, 2011).
Pada serangan asma, terapi yang paling tepat adalah menggunakan
terapi nebulizer. Nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus kasus yang
berhubungan dengan inflamasi terutama pada penderita asma, nebulizer
yaitu alat yang digunakan untuk merubah obat-obat bronkodilator dari
bentuk cair ke bentuk partikel aerosol atau partikel yang sangat halus,
aerosol sangat bermanfaat apabila dihirup atau dikumpulkan dalam organ
paru, efek dari terapi nebulizer adalah untuk mengembalikan kondisi spasme
bronchus
C. Pembahasan kasus 1
Seorang wanita berusia 20 tahun dengan riwayat asma dan
merokok datang ke UGD selama 2 kali berturut turut dalam minggu yang
sama. Pada kedatangan pertama, pasien menyatakan bahwa ia telah
mengalami gejala infeksi saluran pernapasan atas selama 4 hari terakhir
yang mengalami kesulitan bernapas. Pasien lebih lanjut mengatakan
bahwa gejala ini juga konsisten dengan eksaserbasi asma masa kanak-
kanak. Selain asma masa kanak-kanak, riwayat medis pasien termasuk
dermatitis kronis. Pasien dirawat dengan kortikosteroid intravena (IV) dan
nebulizer albuterol / atrovent. Berdasarkan respons yang signifikan
terhadap pengobatan dan perbaikan, pasien dipulangkan dengan obat
steroid untuk selama 5 hari dan inhaler albuterol. Pasien juga dinasehati
untuk terus menggunakan obat oles setiap hari untuk dermatitis kronis.
Dua hari setelah keluar dari rumah sakit, pasien kembali ke UGD
dengan episode batuk diikuti dengan memburuknya pernafasan, nafas
pendek dan nyeri dada yang menjalar ke leher dan punggungnya, yang ia
gambarkan sebagai tak tertahankan. Baik rasa sakit maupun sesak napas
tidak respon terhadap albuterol. Tanda-tanda vital pasien pada kedatangan
kedua ini adalah: tekanan darah, 144/88 mm Hg; denyut Nadi, 98 denyut/
menit; laju pernapasan, 28 napas/ menit; dan suhu, 97,8˚ F. Saturasi
oksigen (O2) adalah 94% di udara ruangan. Pada pemeriksaan fisik, pasien
merasa tidak nyaman dan dalam kesulitan ringan. Dia tampak tachypnea
dengan suara napas yang berkurang, terdengar bunyi mengi yang tersamar
tapi tidak ada bunyi rales, atau rhonchi pada auskultasi. Auskultasi
jantung juga normal. Pasien memiliki rasa sakit mendalam pada palpasi
dinding dada anteriornya, tetapi tidak ada krepitus. Baik
elektrokardiogram dan rontgen toraks (CXR) normal, tetapi hasil
laboratorium menunjukan jumlah sel darah putih 18,4 u / L (4,0-11,0).
1. Konsep dasar gawat darurat asma dan asma attack
Pasien yang mengalami asma maupun asma attack
dilakukan pengkajian primer yaitu A (airway), B (berathing), C
(circulation), D (disability), dan E (exposure), yang kemudian
diikuti oleh pengkajian sekunder berupa pengkajian apakah
terdapat alergi pada pasien, obat asma apa yang digunakan, dan
apakah sering timbul asma apabila pasien mengalami kecemasan (h
triyoga, 2012).
Pada pasien asma dapat diebrika nebulizer sebagai salah
satu terapi yang efektif dalam penanganan asma dan asma attack.
Nebulizer sendiri ini berfungsi untuk merubah obat obat
bronkodilator menjadi aerosol, yang dapat di hirup dan masuk
kedalam paru paru sehingga dapat mengembalikan spasme
bronchus (yulita, 2015).
Pasien dengan asma attack juga dapat diberikan terapi
batuk efektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dahak secara
memaksimal. Tujuan dari latihan batuk efektif ini adalah untuk
meringankan saluran pernafasan yang sebelumnya tertutupi oleh
lendir, dan membantu membersihkan saluran pernafasan atas.
Setelah itu dapat dilakukan teknik untuk menjaga jalan nafas, yaitu
ada chin lift dan head tilt untuk pasien non trauma
2. Penanganan asma berdasarkan kasus diatas

Kasus 2

A. Pendahuluan
Sistem respirasi adalah pertukaran gas antara makhluk hidup
dengan lingkungannya, sedangkan peran dan fungsi respirasi adalah
menyediakan oksigen (O2) serta mengeluarkan gas karbondioksida (CO2)
dari tubuh. Fungsi respirasi merupakan fungsi yang vital bagi kehidupan,
dimana O2 merupakan sumber tenaga bagi tubuh yang harus dipasok
secara terus-menerus, sedangkan CO2 merupakan bahan toksik yang harus
dikeluarkan dari tubuh.
Gagal nafas merupakan salah satu kondisi kritis yang dapat
diartikan sebagai ketidak mampuan system pernafasan untuk
mempertahankan homeostasis oksigen dan karbondioksida. Fungsi jalan
nafas sebagai fungsi ventilasi dan respirasi, akan tetapi dalam keperawatan
gawat darurat yang menjadi penilaian utama adalah defek pertukaran gas
didalam unit paru antara lain kelainan difusi dan kelainan ventilasi paru.
Kedua kelainan ini umumnya menimbulkan penurunan PaO2 dan
penurunan pH yang dapat menimbulkan komplikasi pada organ lainnya
(tabrani, 2008).
B. Konsep
Gagal napas terjadi bila tekanan parsial oksigen arterial (PaO2) <
60 mmHg atau tekanan parsial karbondioksida arterial (PCO2) > 45
mmHg. Gagal napas dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe yang utama
menurut sebabnya, yaitu gagal napas hipoksemia, dan gagal napas
hiperkapnia. Gagal napas hipoksemia ditandai dengan PaO2 < 60 mmHg
dengan PaCO2 normal atau rendah. Gagal napas hiperkapnia, ditandai
dengan PaCO2 > 45 mmHg. Sedangkan menurut waktunya dapat dibagi
menjadi gagal napas akut dan gagal napas kronik. Penyebab gagal napas
dapat diakibatkan oleh kelainan pada otak, susunan neuromuscular,
dinding thoraks dan diafragma, paru, serta sistem kardiovaskuler. Gagal
napas akut merupakan salah satu kegawatdaruratan, sehingga
membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat.
Penyebab umum gagal napas tipe I (hipoksemi) dapat disebabkan
oleh, emfisema dan bronkitis kronis (PPOK), pneumonia, edema
pulmoner, asma, pneumothorak, emboli paru, hipertensi arteri pulmoner,
pneumokoniosis, penyakit paru granuloma, penyakit jantung kongenital
sianosis, bronkiekstasi, sindrom distres pernapasan akut, sindrom emboli
lemak, kiposkoliosis, dan obesitas ( Ramah, 2016).
Sedangkan penyebab umum gagal napas tipe II (hiperkapni) antara
lain adalah emfisema dan bronkitis kronis (PPOK), asma yang berat,
overdosis obat, keracunan, miastenia gravis, polineuropati, kelainan otot
primer, kordotomi servikal, trauma kepala dan servikal, hipoventilasi
alveolar primer, sindrom hipoventilasi pada obesitas, edema pulmoner,
sindrom distres pernapasan akut, miksedema, dan tetanus.
C. Pembahasan kasus 2
Seorang wanita berusia 73 tahun datang ke unit gawat darurat
dengan peningkatan sesak napas dan batuk selama sehari terakhir. Pasien
memiliki riwayat COPD, CHF, hipertensi, dan hiperlipidemia. Dilakukan
pengkajian didapatkan data pasien bernapas dengan cepat 34x/menit dan
menggunakan semua otot asesorisnya. Nadi 115 x/menit, tekanan darah
155/95 mmHg, suhu 37.5 derajat celcius dan saturasi oksigen 89%,
terpasang oksigen 4 L melalui kanula hidung. Perawat melakukan
pemeriksaan fisik yang cepat, tetapi perawat masih tidak yakin apa yang
menyebabkan dispnea itu. Lalu perawat mendiskusikan kasus dengan
anda. Berikut adalah hal yang perawat diskusikan dan anda harus
memberikan solusi berupa laporan secara tertulis.
1. Konsep gawat darurat pada gagal nafas tipe 1 dan 2
2. Penanganan yang tepatuntuk kasus diatas

Anda mungkin juga menyukai