Disusun oleh :
2020/2021
I. KONSEP DASAR
A. Definisi
DHF ( Dengue haemorragic Fever ) merupakan suatu penyakit yang dapat
memicu kematian yg disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti betina, nyamuk ini
merupakan spesies nyamuk tropis dan subtropis, dan bisa hidup pada daerah yang
ketinggiannya mencapai 2200 m diatas permukaan laut (ratnasari, 2018).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak
dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh
Aedes Aebopictus. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi
penyebab kematian utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat
endemis, sering menyerang masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan
angka kematian yang cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah
15 tahun ( Fitriani, 2020).
B. Etiologi
Penyakit DHF ( Dengue haemorragic Fever ) disebabkan oleh virus
dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang
sekarang dikenal sebagai Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis
serotipe, yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi salah satu serotipe
akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan
antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan
manifestasi klinik yang berat. Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan
antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan, tetapi tidak ada
perlindungan terhadap serotipe lain. Virus dengue ini terutama ditularkan melalui
vektor nyamuk dengue aedes aegypty. Nyamuk aedes albopictus, aedes
polynesianis dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat
hampir di seluruh Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas
permukaan laut (Saragi, 2018).
C. Patofisiologi
Virus dengue ditransmisi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau
Aedes albopictus. Vektor tersebut tersebar meluas di daerah tropis dan sub tropis
di berbagai belahan dunia. Virus dengue masuk ke sirkulasi perifer manusia
melalui gigitan nyamuk. Virus akan berada di dalam darah sejak fase akut / fase
demam hingga klinis demam menghilang. Demam tersebut diakibatan oleh virus
yang masuk melalui kulit yang terigigit nyamuk menyebabkan viremia yang dapat
menstimulasi sel makrotag DMN untuk produksi pirogen endogen lalu masuk ke
hipotalamus yang dapa mengacaukan termogulasi menjadikan pasien
heiperpireksia sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh (hipertermi).
Demam merupakan tanda utama infeksi dengue, terjadi mendadak tinggi,
selama 2-7 hari. Demam juga disertai gejala konstitusional lainnya seperti lesu,
tidak mau makan dan muntah. Pada DHF, terjadi peningkatan permeabilitas
vascular yang menyebabkan kebocoran plasma ke jaringan. Kondisi tersebut
dapat mengakibatkan syok hipovolemi. Peningkatan permeabilitas vaskuler akan
terjadi pada vase kritis dan berlangsung maksimal 48 jam. Hal tersebut yang
menjadi alasan mengapa cairan diberikan maksimal 48 jam.
Pada kasus DHF, tanda hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering
ditemukan. Manifestasi perdarahan yang sering di jumpai yaitu perdarahan kulit
(petekie) dan mimisan (epitaksis). Tanda perdarahan lainnya yang patut
diwaspadai antara lain melena, hematomesis, dan hematuria. Pada kasus
perdarahan spontan maka dapat di lakukan uji turniket (Ratnasari, 2018).
D. Pathways
Virus
dengue
DHF
Viremia
Menstimulasi Permeabilitas
sel makrofag meningkat
Mengacaukan Syok
termoregulasi hipovolemi
Demam hipovolemia
Hipertermia
Risiko deficit
nutrisi
E. Manifestasi Klinis
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2. Manifestasi perdarahan yang berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ul
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
c. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
Tanda dan gejala lain yang dapat muncul pada pasien DHF menurut Ratnasari
(2018) yaitu tandan gejala mayor dan minor :
1. Mayor (Harus ada) : Suhu tubuh lebih tinggi dari 37,8 C secara oral atau
38,3C.
2. Minor (Mungkin ada):
a. Kulit kemerah-merahan
b. Hangat pada saat disentuh
c. Peningkatan frekuensi pernafasan
d. Takikardi
e. Menggigil atau merinding
f. Dehidrasi
g. Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh (mis. Sakit kepala)
h. Malaise atau keletihan atau kelemahan
i. Kehilangan selera makan
F. Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Diet makanan lunak
3. Terapi cairan
4. Medikamentosa
Bersifat simtomatis, untuk hipireksia dapat diberikan kompres es
di kepala, ketiak dan inguinal. Antipiretik sebaiknya dari golongan
asetaminofen, eukinin atau dipiron. Hindari pemakaian asetosal karena
bahaya perdarahan
5. Transfusi darah
Penggolongan dan pencocok-silangan darah harus dilakukan sebagai
tindak kewaspadaan rutin untuk setiap pasien syok, tetapi transfusi darah
hanya diindikasikan pada kasus perdarahan klinis yang signifikan. Plasma
segar beku atau trombosit konsentrat dapat diindikasikan pada kasus
dimana koagulopati menyebabkan perdarahan masif.
6. Antibiotik diberikan bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
7. Terapi oksigen diberikan untuk seua penderita dengan renjatan sebaiknya
diberi oksigen
8. Monitoring tanda vital dan kadar hematokrit
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara
lain adalah :
1. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar
hemoglobin, hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit
yang selalu dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya
perembesan plasma.
2. Uji Serologi
Uji serologi atau Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji
serologi didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi
setelah infeksi. Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan
pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,
sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang
dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak
dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan
dengan memberi label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif,
atau enzimatik. Reaksi sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer
dengan manifestasi yang dapat dilihat secara in vitro seperti prestipitasi,
flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan lanjutan reaksi
sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
3. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG
berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat
reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).
4. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination
Inhibition (HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari
metode ini adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam
serum penderita
5. Rontgen Thorax
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade
II) di dapatkan efusi pleura.
(Wijayaningsih 2017) :
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. B
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : -
Status : -
Alamat : Kraton, Pasuruan
Agama : Islam
Pendidikan : -
No. Rm : 003217xx
Tgl MRS : 25 Febuari 2018
Diagnosa medis : demam berdarah dengue (DHF)
2. Status kesehatan saat ini
Keluhan utama :
Pasien mengatakan mengalami demam sudah 4 hari
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengatakan demam sejak tanggal 19 februari 2018 hari
jumat dan di rawat di puskesmas Ngemplak, tanggal 22 hari senin. pagi
demam reda dan tgl 24 rabu mulai demam lagi , tgl 25 hari kamis dirujuk
ke D Bangil Pasuruan dengan kesadaran compos mentis TD: 120/80
mmHg, S: 40 C, N: 100 x/menit, SPO2 : 99%, RR: 21x/menit, di IGD
pasien disarankan oleh dokter untuk rawat inap dan pada tanggal 25
Februari 2018 jam 10.20 WIB dipindahkan ke ruang Melati RSUD Bangil.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan bahwa klien tidak mempunyai penyakit yang
diderita, tidak pernah operasi dan klien tidak mempunyai riwayat alergi.
Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular
atau keturunan dari keluarga.
3. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola Eliminasi :
1) Pola BAB : pasien mengatakan sebelum sakit BAB 1x/hari
dan setelah sakit BAB 1x/hari
2) Pola BAK : pasien mengatakan sebelum sakit BAK
7x/hari sedangkan setelah sakit menjadi 3x/hari
b. Pola aktifitas dan latihan : pasien mengatakan sebelum sakit
memiliki aktifitas kuliah sedangkan setelah sakit pasien
aktivitasnya hanya diatas tempat tidur
c. Pola istirahat dan tidur : sebelum sakit pasien mengatakan istirahat
siang selama 4 jam, malam 6 jam dan setelah sakit pasien
mengatakan istrahat siang 3 jam dan malam 9 jam
d. Pola nutrisi – metabolik : sebelum sakit pasien makan 2x sehari
(nasi, lauk, sayur) sedangkan setelah sakit pasien makan 3x sehari
dengan porsi makan ½ porsi .
4. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran : Composmentis
b. Vital Sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 102 x/menit
RR : 21 x/menit
Suhu : 40 C
c. Kepala : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak terdapat
penonjoloan / pembengkakan, rambut lebat dan kuat
d. Muka : tidak pucat/ ikterik, simetris, tidak ada nyeri tekan
dan edema
e. Mata : simetris kanan dan kiri, konjungtiva pucat, dan
sclera berwarna putih
f. Hidung : Simetris, Bersih, tidak ada secret, tidak ada
bengkak dan nyeri tekan
g. Telinga : Tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada tanda
tanda infeksi, tidak ada secret
h. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, tidak ada lesi,
dan stomatitis
i. Leher : integritas kulit baik, tidak terdapat pembesaran
kelenjar gondok, warna sama denga kulit lain
j. Dada :
Jantung : Ictus cordis tidak tampak, Ic teraba di ICS ke 5
mid klavikula sinestra, terdapat suara Pekak, bunyi jantung I dan II
lup dup
Paru paru : simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada
tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna
kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada
pembengkakan/penonjolan/edema
Palpasi : integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan massa ataupun
tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris
Perkusi: resonan
Auskultasi: bunyi napas vesikuler.
Abdomen : Inspeksi : simetris kiri kanan, warna dengan warna
kulit lain, tidak ikterik, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan
umbilikus.
Auskultasi : suara peristaltik terdengar setiap 12 x/dtk,
Palpasi : semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan) :tidak
teraba penonjolan , ada nyeri tekan pada hepar dengan skala nyeri
4, tidak ada massa dan penumpukan cairan.
k. Genetalia : tidak terdapat nyeri, tidak terdapat edema/
hemorid/ polip/ tanda tanda infeksi dan perdarahan
l. Ektremitas atas dan bawah : simetris kiri dan kanan, integritas kulit
baik, ROM aktif, kekuatan otot atas 5/5 dan kekuatan otot bawah
5/5
m. Data penunjang :
Terapi obat
a. Infus asering 20 tpm
b. Injeksi antrain 3x1 g (IV)
c. Ondansentron 2x4 mg (IV)
d. Oba oral : trolit 1x1 sachet, sanmol 3x500 g
B. Diagnose Keperawatan
Analisa data Masalah keperawatan Etiologi
Ds : Pasien mengatakan Hipertermia Proses Infeksi
mengalami demam
sudah 4 hari
Do : S : 40 C, N : 100
x/menit
Ds : pasien mengatakan Hipovolemia Kehilangan cairan aktif
BAK 7x sehari pada saat
sebelum sakit dan BAK
3x setelah sakit
Do : frekuensi nadi
meningkat : N : 100
x/menit
Mukosa mulut kering
Hematokrit meningkat :
48,30%
Suhu tubuh meningkat :
S : 40 C
Ds : pasien menyatakan Risiko defisit nutrisi d.d ketidak mampuan
makan ½ porsi makanan mengabsorbsi makanan
setiap kali makan
selama sakit
Do : membrane mukosa
mulut kering
Bibir kering
DO : trombosit 34.000 Risiko perdarahan d.d gangguan koagulasi
DS :