Anda di halaman 1dari 2

Menurut Ki Hadjar, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan

buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu
kodrat alam dan zaman atau masyarakat (Dewantara II , 1994). Pengajaran adalah Pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin
(Dewantara I, 2004). Dalam memberikan prinsip dasar pengajaran di sekolah Taman Siswa. Ki
Hajar Dewantara memberikan filosofi yang dijadikan pedoman bagi seluruh guru yang dikenal
sebagai Patrap Triloka. Terdapat tiga unsur penting dan terkenal dalam Pratap Triloka, yaitu:
Ing ngarsa sung tulada, "yang di depan memberi teladan"), Ing madya mangun karsa, "yang di
tengah membangun kemauan"), Tut wuri handayani "dari belakang mendukung"). 
Dalam kaitan  pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran Prapta
Triloka mempunyai pengaruh yang sangat besar. Ing Ngarsa Sung Tulada memiliki makna
ketika menjadi pemimpin atau seorang guru harus dapat memberikan suri tauladan untuk semua
orang yang ada disekitarnya. Ing Madya Mangun Karsa memiliki makna  seorang guru di
tengah-tengah kesibukannya diharapkan dapat membangkitkan semangat terhadap peserta
didiknya. Dan Tut wuri handayani memiliki makna seorang guru diharapkan dapat memberikan
suatu dorongan moral dan semangat kepada peserta didik ketika guru tersebut berada di
belakang. Sehingga sebagai seorang pemimpin hendaknya mengambil keputusan memperhatikan
keteladanan, dapat membangkitkan semangat dan dukungan agar dapat terhindar dari bujukan
moral yang kurang baik.
Kemudian, nilai-nilai yang ada dalam diri kita sebagai pemimpin pembelajaran tentu saja juga
akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Untuk
itu dengan berpegang pada prinsip-prinsip pengambilan keputusan, maka diharapkan keputusan
itu akan berdampak pada keputusan yang berpihak kepada murid.  Pengambilan keputusan yang
kita lakukan sebagai pemimpin pembelajaran dapat didasarkan pada 3 prinsip yakni Melakukan,
demi kebaikan orang banyak (berpikir berbasis hasil akhir (Ends based thinking)), Menjunjung
tinggi prinsip-prinsip/nilai-nilai dalam diri Anda (berpikir berbasis peraturan (Rule based
thinking)) dan atau Melakukan apa yang Anda harapkan orang lain akan lakukan kepada diri
Anda (berpikir berbasis rasa peduli (Care based thinking)). Prinsip yang kita ambil dalam
melihat permasalahan serta mengambil keputusan lebih banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
ada pada diri kita. Dengan kematangan nilai-nilai diri sebagai seorang pemimpin akan dapat
menerapkan prinsip yang tepat dalam setiap pengambilan keputusan terutama dalam dilema
etika.
Dari pengalaman kita bekerja kita di institusi pendidikan, kita telah mengetahui bahwa dilema
etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu, untuk itu diperlukan analisis
serta kajian dalam pengambilan keputusan selain menggunakan 3 prinsip pengambilan
keputusan yaitu berdasarkan 4 paradigma (Individu lawan masyarakat (individual vs
community), Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), Kebenaran lawan kesetiaan
(truth vs loyalty), Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) dan 9 langkah
pengambilan dan pengujian keputusan sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan
yang terbaik dan tepat.
Pada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan terdapat 5 uji yang harus dilalui untuk
menentukan benar salah, yaitu: Uji Legal, Uji Regulasi/Standar Profesional, Uji Intuisi, Uji
Halaman Depan Koran, dan Uji Panutan/Idola, dan pada langkah terakhir “Coba lihat lagi
keputusan Anda dan refleksikan” seorang pemimpin dapat menerapkan teknik coaching dan
bertanya pada diri sendiri apa keputusan yang kita ambil sudah tepat? Bagaimana dampak dari
keputusan yang kita ambil? Dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Dengan penerapatan teknik
coaching seorang pemimpin dapat merefleksikan kembali keputusan yang sudah diambil. Dalam
pengambilan keputusan tentu akan kembali pada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik, kasus
yang berkaitan dengan masalah moral dan etika tentu menuntut seorang pendidik melihat
kembali nilai-nilai moral yang ada pada dirinya agar dapat menentukan benar/salah dan juga
kode etik profesi pendidik yang merupakan norma dan asas yang disepakati dan diterima
oleh guru-guru  sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga Negara.
Tentunya setelah melihat nilai diri, kode etik profesi dan menerapkan 3 prinsip pengambilan
keputusan, 4 paradigma serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan seorang
pemimpin tentunya dapat mengambil keputusan yang berdampak pada terciptanya lingkungan
yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun terkadang perbedaan cara pandang di
lingkungan dapat juga menjadi kesulitan dalam pengambilan keputusan terkait dilema etika.
Perubahan paradigma di lingkungan akan berpengarh pada keputusan yang diambil. Dan jika
terjadi perbedaan paradigma seorang pemimpin tentu dapat menjelaskan bahwa keputusan yang
diambil juga sudah menerpakan 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian sehingga
dpat menyatukan perbedaan yang ada.
Pada akhirnya, pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini tentunya bertujuan
menciptakan pengajaran yang memerdekakan murid-murid yang berpegang pada filosofi Ki
Hajar Dewantara yaitu Pratap Triloka, yaitu: Ing ngarsa sung tulada, "yang di depan memberi
teladan"), Ing madya mangun karsa, "yang di tengah membangun kemauan"), Tut wuri
handayani "dari belakang mendukung"). Seorang pemimpin yang bijak dalam mengambil
keputusan tentu melihat dampak positif yang dirasakan siswanya serta dapat mempengaruhi
kehidupan atau masa depan murid-murid agar lebih baik dengan memperhatikan kodrat alam dan
zaman.
Pemimpin pembelajaran dalam mengambil suatu keputusan dapat berpegangan pada filosofi
pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan memperhatikan kebutuhan murid dan memperhatikan
nilai-nilai dalam diri serta dalam setiap pengambilan keputusan dilakukan dengan kesadaran diri
penuh. Teknik coaching juga dapat diterapkan dari pengambilan keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran untuk memastikan keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik
yang tujuannya memerdekakan murid.

Anda mungkin juga menyukai