Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

I DENGAN DIABETES MELITUS

(DM) TIPE 1 DI RUANGAN 968-3

SILOAM HOSPITAL LIPPO VILLAGE

DI SUSUN OLEH :

IRAMEIDIANTI GOLDENTIA 01501170175


IRENE 01501170372
ISMA MANDASARI BR BARUS 01501170075
JEREMIA MEGAWE 01501170061
JUNIVER PIETER SOUMAHU 01501170258

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019

KATA PENGANTAR

26
Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus atas segala kemurahan dan karunia-Nya, kami
dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan pada Ny. I dengan Diabetes Melitus (DM) tipe
1 di Ruang 968-3 Siloam Hospital Lippo Village.
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada Clinical Educator yang telah
membantu dan membimbing kami dalam mengerjakan laporan pendahuluan ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada nurse yang juga sudah memberikan banyak bantuan
kepada kami selama kegiatan klinik dan dalam proses pembuatan Asuhan Keperawatan
pada Ny. I dengan Diabetes (DM) Tipe 1 di ruang 968-3 Siloam Hospital Lippo Village ini.
Tentunya ada hal hal yang ingin kami berikan kepada masyarakat dan teman
teman mahasiswa dari hasil laporan kerja kami. Karena itu kami berharap semoga laporan
ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan pendahuluan masih kurang dari
sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dan bermanfaat untuk kita semua

Tanggerang, 14 Februari 2019

Tim penulis

DAFTAR ISI

27
Kata Pengantar.......................................................................................................... 2

Daftar Isi................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 5

1.1 Latar belakang..................................................................................................... 5

1.2 Tujuan penulisan................................................................................................. 6

1.2.1 Tujuan umum................................................................................................ 6

1.2.2 Tujuan khusus............................................................................................... 6

1.3 Sistematika penulisan......................................................................................... 7

1.4 Manfaat penulisan............................................................................................... 7

BAB II KONSEP DASAR TEORI.......................................................................... 8

2.1 Tinjauan teoritis medis....................................................................................... 8

2.1.1 Definisi......................................................................................................... 8

2.1.2 Klasifikasi.................................................................................................... 8

2.1.3 Etiologi......................................................................................................... 9

2.1.4 Anatomi & fisiologi..................................................................................... 10

2.1.5 Patofisiologi................................................................................................ 11

2.1.6 Manifestasi klinis......................................................................................... 13

2.1.7 Penatalaksanaan medis................................................................................ 13

2.1.8 Komplikasi.................................................................................................. 15

2.1.9 Prognosis...................................................................................................... 17

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................... 18

2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN..................................................... 19

2.2.1 Pengkajian.................................................................................................... 19

2.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................. 22

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan..................................................................... 22

BAB III TINJAUAN KASUS

28
3.1 Pengkajian Keperawatan……………………………………...…………….. 26

3.2 Diagnosa Keperawatan................................................................................... 46

3.3 Implementasi Keperawatan............................................................................. 51

3.4 Evaluasi Keperawatan..................................................................................... 52

BAB IV PEMBAHASAN KASUS............................................................................. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan…………………………………………………..……………….. 56

5.2 Saran………………………………………………………..……………….... 57

BAB VI Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan………………………………........ 58

BAB VII Medication Log

7.1 Medication Log Actrapid……………………………………………………... 65

7.2 Medication Log Farmadol…………………………………………………….. 70

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 74

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh defisiensi bawaan
dan / atau didapat dalam produksi insulin oleh pankreas, atau oleh ketidakefektifan insulin
yang diproduksi. Kekurangan seperti itu menghasilkan peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah, yang pada gilirannya merusak banyak sistem tubuh, khususnya pembuluh
darah dan saraf. (WHO, 2016)

29
Penyakit Tidak Menular (PTM), termasuk Diabetes, saat ini telah menjadi ancaman
serius kesehatan global. Menurut WHO (2016) data yang diperoleh ialah, 70% dari total
kematian di dunia dan lebih dari setengah beban penyakit. 90-95% dari kasus Diabetes
adalah Diabetes Tipe 2 yang sebagian besar dapat dicegah karena disebabkan oleh gaya
hidup yang tidak sehat.
Indonesia juga menghadapi situasi ancaman diabetes serupa dengan
dunia. International Diabetes Federation (IDF) Atlas (2017) melaporkan bahwa epidemi
Diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Indonesia adalah
negara peringkat keenam di dunia setelah Tiongkok, India, Amerika Serikat, Brazil dan
Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang.
Sejalan dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018)
memperlihatkan peningkatan angka prevalensi Diabetes yang cukup signifikan, yaitu dari
6,9% di tahun 2013 menjadi 8,5% di tahun 2018; sehingga estimasi jumlah penderita di
Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang (DEPKES RI, 2018)
Diabetes melitus (DM) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit
kencing manis adalah kelainan metabolik yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan
simptom berupa hiperglikemi kronis dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan
protein sebagai akibat dari defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau
keduanya. Penyakit diabetes ini disebabkan oleh pola makan/nutrisi, perilaku tidak sehat,
kurang aktifitas fisik dan stress. Berdasarkan data 33 Puskesmas di Kota Tangerang, jumlah
kunjungan penderita kencing manis tipe 1 pada tahun 2015 sebanyak 20.524 orang.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari Diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan memahami
konsep Penyakit Diabetes Melitus (DM) tipe 1 maupun konsep Asuhan
Keperawatan pada klien Diabetes Melitus (DM) tipe 1

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penulisan laporan kasusini adalah:
1. Untuk dapat mengetahui dan menjelaskan konsep dasar dari Gagal Ginjal
Kronis (GGK). Konsep dasar Gagal Ginjal Kronis (GGK) ; (Definisi, Etiologi,
Klasifikasi, Anatomi fisiologi, manifestasi klinik, patofisiologi,

30
penatalaksanaan dan pengobatan medis, komplikasi, prognosis, pemeriksaan
diagnosis dan pemeriksaan penunjang)
2. Pengkajian Keperawatan,
3. Diagnosa Keperawatan,
4. Intervensi Keperawatan

1.3 Sistematika Penulisan


I. Pendahuluan
Terdiri dari : Latar belakang ,Tujuan penulisan, Tujuan umum , Tujuan khusus,
Sistematika penulisan
II. Konsep dasar teori
Terdiri dari : Tinjauan teoritis medis (Definisi, Klasifikasi, Etiologi,
Anatomi&fisiologi, Manifestasi klinis, Patofisiologi (narasi&bagan), Pemeriksaan
diagnostik, Penatalaksanaan medis, , Komplikasi, Prognosis), Tinjauan teoritis
keperawatan (Pengkajian Keperawatan, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan)

1.4 Manfaat Penulisan


Adanya manfaat dari penulis terhadap laporan kasus ini yaitu :
a) Bagi Rumah Sakit
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan bahan informasi dan saran untuk
peningkatan mutu pelayanan dalam asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
Diabetes Melitus yang akan datang
b) Bagi seorang perawat
Diharapkan laporan kasus ini dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dalam
peningkatan asuhan keperawatan yang baik dan benar dengan pasien diagnosa medis
Diabetes Melitus
c) Bagi Mahasiswa Keperawatan
Diharapkan laporan kasus ini dapat menjadi pengalaman,pedoman pembelajaran dan
untuk meningkatkan asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes Melitus

31
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1.Tinjauan Teoritis Medis
2.1.1 Definisi
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kinerja
insulin atau kedua-duanya (American Diabetes Association, 2010).
Diabetes Melitus atau penyakit kencing manis adalah gangguan metabolisme
yang timbul akibat peningkatan kadar gula darah di atas nilai normal yang
berlangsung secara kronis. Hal ini disebabkan adanya gangguan pada hormon insulin
yang dihasilkan kelenjar pankreaS (Departemen Kesehatan RI, 2018).

2.1.2 Klasifikasi (opsional)


1) Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan terjadi karena
kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian Diabetes Association pada tahun
2013 juga menambahkan bahwa rusaknya sel β pankreas diduga karena proses
autoimun, namun hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1 rentan
terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit dibandingkan diabetes tipe
2, akan meningkat setiap tahun baik di negara maju maupun di negara
berkembang (International Diabetes Federation, 2014).
2) Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO, 2014). Seringkali
diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun setelah onset, yaitu setelah komplikasi
muncul sehingga tinggi insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh
dunia dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor risiko
seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik (WHO, 2014).
3) Diabetes gestational
32
Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang didiagnosis
selama kehamilan (American Diabetes Association, 2014) dengan ditandai dengan
hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal) (Canadian Diabetes
Association, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational memiliki
peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta
memiliki risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

2.1.3 Etiologi
Etiologi Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut) menurut American Diabetes Association, 1(2010) adalah sebagai
berikut:
1) Autoimun.
Autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran islet
pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan
dapat terjadi selama beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang
dibutuhkan tubuh tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta
pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1
membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon insulin yang
menggunakan obat oral.

2) Idiopatik.
Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering ternyata
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin
mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang
diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya sekitar 10%
dari semua penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1
kebanyakan pada usia dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor
lingkungan seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat menyebabkan
penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck, 2008).

2.1.4 Anatomi dan Fisiologi (Fokus)


Anatomi fisiologi menurut NANDA (2015) pada pasien dengan post
debridement ulkus dm antara lain dari anatomi fisiologi pankreas dan kulit.
a. Anatomi Fisiologi Pankreas

33
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira-kira 15
cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-
90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan (kepala) kelenjar pankreas
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini merentang
ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada alat ini.
Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari
epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus. Pankreas terdiri
dari dua jaringan utama, yaitu Asini sekresi getah pencernaan ke dalam
duodenum, pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar,
tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah. Pulau-pulau
Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari pamkreas tersebar di
seluruh pankreas dengan berat hanya 1-3 % dari berat total pankreas.Pulau
langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-masing pulau berbeda. Besar
pulau langerhans yang terkecil adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m,
terbanyak adalah yang besarnya 100-225 m. Jumlah semua pulau langerhans di
pankreas diperkirakan antara 1-2 juta.

2.1.5 Patofisiologi (Narasi dan Bagan/patoflow)


Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan sel yang
memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014). Kondisi tersebut merupakan
penyakit autoimun yang ditandai dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel
anti-islet dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and Digestive
and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan bahwa autoimun
menyebabkan infiltrasi limfositik dan kehancuran islet pankreas. Kehancuran
memakan waktu tetapi timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama
beberapa hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh tidak dapat
terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas yang berfungsi memproduksi
insulin. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan
merespon insulin yang menggunakan obat oral.

34
(NANDA, 2015 dan Contemporer Medical Nursing, 2012)

2.1.6 Manifestasi Klinis (Sesuai Pola Gordon)


Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM Tipe 1
diantaranya :
1) Pengeluaran urin (Poliuria)

35
Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24 jam meningkat
melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai gejala DM dikarenakan kadar
gula dalam tubuh relatif tinggi sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya
dan berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin ini
lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang dikeluarkan mengandung
glukosa (PERKENI, 2011).
2) Timbul rasa haus (Polidipsia)
Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena kadar glukosa terbawa
oleh urin sehingga tubuh merespon untuk meningkatkan asupan cairan (Subekti,
2009).
3) Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut disebabkan karena
glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup
tinggi (PERKENI, 2011).
4) Peyusutan berat badan
Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena tubuh terpaksa
mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan energi (Subekti, 2009).

2.1.7 Penatalaksanaan Medis


Penatalaksanaan DM tipe 1 secara umum bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien. Penatalaksanaan DM tipe 1 terdiri dari penatalaksanaan jangka
pendek dan jangka panjang. Tujuan penatalaksanaan jangka pendek adalah
menghilangkan tanda dan gejala DM tipe 1, mempertahankan rasa nyaman, dan
mencapai target pengendalian glukosa darah. Tujuan akhir dari penatalaksanaan DM
tipe 1 adalah turunnya morbiditas dan mortalitas. Menurut PERKENI (2011),
penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari:
a) Edukasi
Edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi dibutuhkan
untuk memberikan pengetahuan mengenai kondisi pasien dan untuk mencapai
perubahan perilaku. Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri,
tanda, dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien.
b) Terapi nutrisi medis

36
Terapi nutrisi medis merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes secara
total. Prinsip pengaturan makanan penyandang diabetes hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pada pasien
diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan,
jenis, dan jumlah makanan, terutama pada pasien yang menggunakan obat
penurun glukosa darah atau insulin. Diet pasien DM yang utama adalah
pembatasan karbohidrat kompleks dan lemak serta peningkatan asupan serat.
c) Latihan jasmani
Latihan jasmani berupa aktivitas fisik sehari-hari dan olahraga secara teratur
3-4 kali seminggu selama 30 menit. Latihan jasmani selain untuk menjaga
kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas
insulin. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan yang bersifat aerobik
seperti jalan kaki, bersepeda santai, joging, dan berenang. Latihan jasmani
disesuaikan dengan usia dan status kesehatan.

d) Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makanan dan
latihan jasmani. Terapi berupa suntikan insulin dan obat hipoglikemik oral,
diantaranya adalah metformin dan gibenklamid. Metformin adalah obat golongan
biguanid yang berfungsi meningkatkan sensitivitas reseptor insulin. Selain itu,
metformin juga mencegah terjadinya glukoneogenesis sehingga menurunkan
kadar glukosa dalam darah. Masa kerja metformin adalah 8 jam sehingga
pemberiannya 3 kali sehari atau per 8 jam. Metformin digunakan untuk menjaga
kadar glukosa sewaktu tetap terkontrol (Wicaksono, 2013). Glibenklamid adalah
golongan sulfonilurea yang mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin
oleh sel beta pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal ataupun kurang. Penggunaan obat golongan sulfonilurea lebih
efektif untuk mengontrol kadar gula 2 jam setelah makan (Wicaksono, 2013;
Andrew, 2005).

2.1.8 Komplikasi

37
Komplikasi dari diabetes sendiri ada bermacam macam. Komplikasi dari DM
Tipe 1 sendiri dapat di golongkan menjadi komplikasi akut dan komlikasi kronik.
Beberapa contoh dari komplikasi akut menurut PERKENI tahun 2011 adalah:
1) Ketoasidosis diabetik KAD adalah suatu keadaan dimana terdapat defisiensi
insulin absolut atau relatif dan peningkatan hormon kontra regulator (glukagon,
katekolamin, kortisol dan hormon pertumbuhan).
2) Koma Hiperosmolar Non Ketotik Ditandai dengan penurunan kesadaran dengan
gula darah lebih besar dari 600 mg% tanpa ketosis yang berartidan osmolaritas
plasma melebihi 350 mosm. Keadaan ini jarang mengenai anakanak, usia muda
atau diabetes tipe non insulin dependen karena pada keadaan ini pasien akan
jatuh kedalam kondisi KAD, sedang pada DM tipe 2 dimana kadar insulin darah
nya masih cukup untuk mencegah lipolisis tetapi tidak dapat mencegah keadaan
hiperglikemia sehingga tidak timbul hiperketonemia.
3) Hipoglikemia Ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah < 60 mg%
tanpa gejala klinis atau GDS < 80 mg% dengan gejala klinis. Dimulai dari
stadium parasimpatik: lapar, mual, tekanan darah turun. Stadium gangguan otak
ringan : lemah lesu, sulit bicara gangguan kognitif sementara. Stadium simpatik,
gejala adrenergik yaitu keringat dingin pada muka, bibir dan gemetar dada
berdebar-debar. Stadium gangguan otak berat, gejala neuroglikopenik : pusing,
gelisah, penurunan kesadaran dengan atau tanpa kejang.
Komplikasi kronik dari diabetes melitus sendiri dapat dibagi menjadi 2 :
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komlplikasi mikrovaskuler terdiri
dari:
1) Retinopati diabetik Pada retinopati diabetik prolferatif terjadi iskemia retina
yang progresif yang merangsang neovaskularisasi yang menyebabkan kebocoran
protein-protein serum dalam jumlah besar. Neovaskularisasi yang rapuh ini
berproliferasi ke bagian dalam korpus vitreum yang bila tekanan meninggi saat
berkontraksi maka bisa terjadi perdarahan masif yang berakibat penurunan
penglihatan mendadak. Hal tersebut pada penderita DM bisa menyebabkan
kebutaan.
2) Neuropati diabetik Neuropati diabetik perifer merupakan penyakit neuropati
yang paling sering terjadi. Gejala dapat berupa hilangnya sensasi distal. Berisiko
tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala yang sering dirasakan
kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri dan lebih terasa sakit di malam hari
38
3) Nefropati diabetik Ditandai dengan albuminura menetap > 300 mg/24 jam atau >
200 ig/menit pada minimal 2x pemeriksaan dalam waktu 3-6 bulan. Berlanjut
menjadi proteinuria akibat hiperfiltrasi patogenik kerusakan ginjal pada tingkat
glomerulus. Akibat glikasi nonenzimatik dan AGE, advanced glication product
yang ireversible dan menyebabkan hipertrofi sel dan kemoatraktan mononuklear
serta inhibisi sintesis nitric oxide sebagai vasadilator, terjadi peningkatan
tekanan intraglomerulus dan bila terjadi terus menerus dan inflamasi kronik,
nefritis yang reversible akan berubah menjadi nefropati dimana terjadi keruakan
menetap dan berkembang menjadi chronic kidney disease 8 . komplikasi inilah
yang akan dibahas dalam penelitian ini.
Komplikasi makrovaskular yang sering terjadi biasanya merupakan makroangiopati.
Penyakit yang termasuk dalam komplikasi makrovaskular adalah:
1) Penyakit pembuluh darah jantung atau otak
2) Penyakit pembuluh darah tepi Penyakit arteri perifer sering terjadi pada
penyandang diabetes, biasanya terjadi dengan gejala tipikal intermiten atau
klaudikasio, meskipun sering anpa gejala. Terkadang ulkus iskemik kaki
merupakan kelainan yang pertama muncul
2.1.9 Prognosis
Kematian pada tipe I berhubungan dengan penyakit ginjal. Fakta menunjukan
bahwa control yang baik pada diabetes mengurangi angka perkembangan komplikasi
pada diabetes. (Hayes dan Mackay, 2010)

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik


Macam-macam Pemeriksaan Glukosa Darah
Berdasarkan Depkes RI 2014 ada beberapa macam pemeriksaan glukosa darah yang
dapat dilakukan, yaitu :
1) Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu sepanjang hari tanpa
memperhatikan makan terakhir yang dimakan dan kondisi tubuh orang tersebut.
2) Glukosa Darah puasa
Glukosa darah puasa adalah pemeriksaan glukosa darah yang dilakukan
setelah pasien melakukan puasa selama 8-10 jam.
39
3) Glukosa Darah 2 jam Post prandial
Pemeriksaan glukosa ini adalah pemeriksaan glukosa yang dihitung 2 jam
setelah pasien menyelesaikan makan.

Bukan DM Belum pasti DM


DM 1.
Konsentrasi glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥200 Pemeriksaa
darah sewaktu Darah kapiler <90 90-199 ≥200 n
Konsentrasi glukosa Plasma vena <100 100-126 ≥126 laboratoriu
darah puasa Darah kapiler <90 90-99 ≥100 m
(PERKENI, 2011)

a) Glukosa Urin
Pada umumnya, jumlah glukosa yang dikeluarkan dalam urin orang
normal sukar dihitung, sedangkan pada kasus diabetes, glukosa yang
dilepaskan jumlahnya dapat sedikit sampai banyak sekali sesuai dengan berat
penyakitnya dan asupan karbohidratnya. 30
b) Kadar glukosa darah puasa
Kadar glukosa darah sewaktu pada pagi hari, normalnya ialah 80 mg/dl
dan 110 mg/dl dipertimbangkan sebagai batas normal atas kadar normal. Kadar
glukosa diatas nilai ini seringkali menunjukkan adanya penyakit diabetes
mellitus.
c) Uji toleransi glukosa
Didapatkan bila orang normal yang puasa memakan 1 gram glukosa per
kilogram berat badan maka kadar glukosa darahnya akan meningkat dari kadar
kira – kira 90 mg/dl menjadi 120-140 mg/dl dan dalam waktu 2 jam kadar ini
kan menurun ke nilai normalnya.
d) Pernapasan aseton
Sejumlah kecil asam asetoasetat, yang sangat meningkat pada penderita
diabetes berat dapat diubah menjadi aseton. Aseton bersifat mudah menguap
dan dikeluarkan melalui udara ekspirasi, akibatnya seringkali seseorang dapat
membuat diagnosis diabetes mellitus hanya dengan mencium bau aseton pada
napas pasien. (Guyton & Hall, 2010).
2. Pemeriksaan Penunjang (PERKENI, 2011)

40
a) Insulin darah
Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada ( pada tipe I ) yang
mengidentifikasi insufisiensi insulin/ gangguan dalam penggunaan ( endogen
atau eksogen )

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut (Doenges, 2009) pengkajian meliputi:
1) Aktivitas istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur/istirahat.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas.
Letargi/disorientasi, koma. Penurunan kekuatan otot.
2) Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi; IM akut. Klaudikasi, kebas dan kesemutan
pada ekstremitas. Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : Takikardia. Perubahan tekanan darah postural; hipertensi. Nadi yang
menurun atau tak ada. Distritmia. Krekels; DVJ (GJK). Kulit panas, kering dan
kemerahan; bola mata cekung.
3) Integritas Ego
Gejala : Stres, tergantung pada orang lain. Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : Ansietas, peka rangsang.
4) Eliminasi
Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia. Rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru atau berulang. Nyeri tekan abdomen.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning; poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria
atau anuria jika terjadi hipovolemia berat). Urine berkabut, bau busuk (infeksi).
Abdomen keras, adanya asitesis. Bising usus lemah dan menurun; hiperaktif
(diare).
5) Makanan/cairan

41
Gejala : Hilang nafsu makan. Mual atau muntah. Tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat. Penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari atau minggu. Haus. Penggunaan diaretik (tiazid).
Tanda : Kulit kering atau bersisik, turgor jelek. Kekakuan atau distensi abdomen,
muntah. Pembesaran iroid (peningkatan kebutuhan metabolik dengan
peningkatan gula darah). Bau halitosis atau manis, bau buah (napas aseton).
6) Neurosensori
Gejala : Pusing atau pening. Sakit kepala. Kesemutan, kebas. Kelemahan pada
otot, parestesia. Gangguan penglihatan.
Tanda : Disorientasi, mengantuk, letargi, stupor atau koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu); kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD)
menurun (koma). Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7) Nyeri Kenyamanan
Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)
Tanda : Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati.
8) Keamanan
Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda : Demam, diaforesis, Kulit rusak, lesi / ulserasi
9) Pernafasan
Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanda sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : Demam, diaforesis. Menurunnya kekuatan umum / rentang gerak.
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan.
10) Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi)
Tanda : Masalah impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita.
11) Penyuluhan atau Pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga; DM, penyakit Jantung, Stroke, Hipertensi,
fenobarbital penyembuhan yang lambat. Penggunaan obat seperti steroid,
diuretik (tiazid); Dilantin dan dapat meningatkan kadar glukosa darah).
Pertimbangan : DRG menunjukkan rerata lama dirawat : 5,9 hari
1. Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet,
pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap

42
glukosa darah.

2.2.2
Diagnosa NOC NIC Rasional
Ketidakstabilan Tujuan : setelah dilakukan a. Kaji faktor yang menjadi penyebab Untuk mengetahui tanda iagnosa
Keperawa
tan
Menurut
Nanda NIC
NOC
(2013),
1.
etidakstabil
an kadar
glukosa dalam darah berhubungan dengan respon penyakit dan ketergantungan
terhadap insulin
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik (dari
hiperalikemia).
3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin (penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein/lemak).
4. Perubahan sensori-Penglihatan berhubungan dengan perubahan kimia endogen,
ketidakseimbangan glukosa atau elektrolit.
5. Resiko tinggi cidera b.d gangguan penglihatan
6. Resiko tinggi infeksi terhadap sepsis berhubungan dengan Cepatnya
pertumbuhan petogen akibat kadar glukosa tinggi dalam darah.
7. Defisit perawatan diri berhubungan dengan Penurunan Penglihatan

2.2.3 Rencana Asuhan Keperawatan


Menurut Nanda NIC NOC (2013),

43
kadar glukosa tindkan keperawatan ketidakstabilan glukosa gejala ketidakstabilan glukosa
dalam darah selama 3 x 24 jam kadar
b. Pantau keton urine Terjadi atau tidak komplikasi
berhubungan glukosa dalam dara darah
ketoadosis diabetic
dengan respon stabil
c. Gambarkan mengenai proses Memberikan sebuah gambaran
penyakit dan Kriteria Hasil :
perjalanan tetang masalah yang dialami
ketergantungan a. Kadar glukosa dalam
pasien
terhadap insulin darah normal (80 – 100
penyakit Upaya untuk mengontrol
mg/dL)
d. Pantau tanda gejala terjadinya kadar glukosa dalam darah
b. Berat badan ideal atau
hipoglikemi dan hiperglikemi
tidak mengalami
e. Memberikan penyuluhan mengenai Merencanakan, melakukan
penurunan
penyakit ulkus diabetik, diit, obat, program penyuluhan, pasin
resep melaksanakan program diet,
dan menerima obat resep
Kekurangan Tujuan : setelah dilakukan a. Dapatkan riwayat pasien atau orang Membantu dalam
volume cairan tindkan keperawatan selama terdekat sehubungan dengan lamanya, memperkirakan kekurangan
berhubungan 2 x 24 jam diharapkan intensitas dari gejala seperti muntah, cairan total, tanda dan gejala
dengan diuresis volume cairan terpenuhi pengeluaran urine yang berlebihan. mungkin sudah ada
osmotik (dari Kriteria Hasil : sebelumnya.
hiperalikemia). a. Masalah kurang cairan
Hipovolemia dapat diartikan
dapat terpenuhi
b. Pantau TTV, catat adanya oleh hipotensi dan tachicardia,
perubahan tekanan darah orto statik. perkiraan berat ringannya
hipovolemia dapat diukur
ketika sistolik turun 10
mmHg.
c. Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, Merupakan indikator dari
turgor kulit dan membrane mukosa. tingkat dehidrasi atau volume
sirkulasi yang adekuat.
d. Kaji suhu, warna kulit, atau Indikator terjadinya dehidrasi
kelembabannya. pada klien.
e. Ukur BB setiap hari. Memberikan hasil pengkajian
yang akurat terhadap status
cairan.
f. Kolaborasi dalam pembemberian memberikan pemenuhan
cairan sesuai indikasi. cairan yang dibutuhkan
Perubahan nutrisi : Tujuan : Setelah dilakukan a. Timbang BB setiap hari atau sesuai Mengkaji pemasukan makan
kurang dari tindakan keperawatan indikasi. yang adekuat.
kebutuhan tubuh selama 2 x 24 jam b. Tentukan program diet pasangan Mengidentifikasi kekurangan
berhubungan diharapkan kebutuhan dan pola makan klien, dan bandingkan dan penyimpangan dari
dengan nutrisi klien terpenuhi. dengan makanan yang dihabiskan oleh kebutuhan terpeutik.
ketidakcukupan Kriteria Hasil : pasien.
insulin (penurunan a. Kebutuhan Nutrisi
c. Berikan makan cair yang Pemberian makan melalui oral
ambilan dan terpenuhi
mengandung zat makanan dan akan lebih baik.
penggunaan b. Insulin adekuat
elektrolit dengan segera.
glukosa oleh c. Gula darah dalam batas
d. Identifikasi makanan yang disukai Kerjasama ini dapat
jaringan normal (80 – 100 mg/dL)
atau dikehendaki termasuk kebutuhan dilanjutkan setelah klien
mengakibatkan
etnik kultur. pulang.

44
peningkatan e. Libatkan keluarga pasien dalam Meningkatkan rasa
metabolisme perencanaan makanan sesuai indikasi. kebersamaanya dan
protein/lemak). menambah informasi yang
dibutuhkan keluarga.
f. Berkolaborasi dengan pemeriksaan Memantau kadar gula dalam
gula darah. darah.
Perubahan sensori- Tujuan : Setelah dilakukan a. Pantau tanda – tanda vital dan status Sebagai dasar temuan untuk
Penglihatan asuhan keperawatan selama mental pasien intervensi yang tepat.
berhubungan 3 x 24 jam diharapkan b. Panggil pasien dengan nama, Menurunkan kebingungan dan
dengan perubahan perubahan sensori- orientasikan tempat ruangan, dan membantu untuk
kimia endogen, penglihatan dapat dicegah kebutuhannya mempertahankan kontak.
ketidakseimbangan dan teratasi.
glukosa atau Kriteria Hasil
elektrolit. a. Fungsi Sensori:
Penglihatan adekuat
Resiko tinggi cidera Tujuan : Setelah dilakukan a. Hindarkan alat-alat yang dapat Untuk meminimalisir
b.d gangguan tindakan keperawatan selama menghalangi aktivitas pasien terjadinya cedera
penglihatan 2×24 jam diharapkan tidak
terjadi injuri pada pasien b. Gunakan bed yang rendah Meminimalkan resiko cedera
Kriteria Hasil :
c. Orientasikan untuk pemakaian alat Membantu dalam penglihatan
a. Mengidentifikasi
bantu penglihatan ex. Kacamata klien
faktor-faktor resiko
injuri
b. Memodifikasi
d. Bantu pasien dalam ambulasi atau Agar tidak terjadi injuri
lingkungan sesuai
perubahan posisi
petunjuk untuk
meningkatkan
keamanan dan
penggunaan sumber-
sumber secara tepat
Resiko tinggi Tujuan : Setelah dilakukan a. Pertahankan teknik aseptif Mencegah terjadinya infeksi
infeksi terhadap asuhan keperawatan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah Mencegah terjadinya infeksi
sepsis selama 3 x 24 jam
tindakan keperawatan
berhubungan diharapkan resiko infeksi
c. Monitor tanda dan gejala infeksi Merencanakan tindakan untuk
dengan Cepatnya dapat dicegah dan teratasi.
menghambat tanda gejala
pertumbuhan Kriteria Hasil :
infeksi
petogen akibat a. Pasien bebas dari
d. Meningkatkan intake nutrisi Mecegah terjadinya
kadar glukosa tanda gejala infeksi
kelemahan/ kelelahan pada
tinggi dalam (Rubor, Tumor, Dolor,
pasien
darah. Kalor)
e. Berikan perawatan luka pada area Membersihkan luka,
b. Menunjukkan
epiderma mencegah resiko infeksi
kemampuan untuk
Mengetahui perkembangan
mencegah timbulnya
f. Observasi kulit, membrane mukosa penyembuhan luka
infeksi
terhadap kemerahan, panas, drainase
c. Jumlah lekosit dalam
g. Inspeksi kondisi luka/insisi bedah Mengetahui kondisi luka
batas normal (3.500 –
h. Kolaborasi pemberian antibiotik. Merencanakan pencegahan
10.500/ µl)
bakteri patologi / anaerob
d. Menunjukkan perilaku
menyerang pada insisi
hidup sehat
pembedahan

45
Defisit self care Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor kemampuan pasien Bantuan perawatan diri dapat
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
berhubungan keperawatan 3×24 jam terhadap perawatan diri membantu klien dalam
dengan Nama
klien mampu Perawatan diriPraktikan : - Irameidianti
beraktivitas dan Goldentia
melatih
ketidakmampuan Kriteria Hasil : 2. Monitor kebutuhan akan personal pasien untuk beraktivitas
NIM : - Iren
melakukan ADL a. Pasien dapat hygiene, berpakaian, toileting dan kembali
melakukan aktivitas makan - Isma mandasari
sehari-hari (makan,
- Juniver sombu
berpakaian 3. Beri bantuan sampai klien
-
mempunyai kemapuan untuk merawat Jeremia Megawe
diri
Nama Klien : Nn. I
Faculty of Nursing Ruang/ Kamar
4. Bantu klien dalam: memenuhi
968 (3)
kebutuhannya.
No. Rekam Medis : 00830137
Tanggal5.Masuk
AnjurkanRS
klien untuk: melakukan
15 Februari 2019
aktivitas sehari-hari sesuai
Tanggalkemampuannya
Pengkajian : 18 Februari 2019
UNIVERSITAS Diagnosa Medik : Obs febris, DM Tipe 1
6. Pertahankan aktivitas perawatan
PELITA HARAPAN diri secara rutin

7. Evaluasi kemampuan klien dalam


memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8. Berikan reinforcement atas usaha


yang dilakukan dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.

Autoanamnese : √
Alloanamnese : √
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Nn. I
Umur : 23 Tahun
Status perkawinan : Belum Menikah
Jumlah anak : -
Agama/ suku : Islam/ Melayu
Warga negara : WNI
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pegawai Asuransi
Alamat rumah : Kecamatan : Kelapa Dua Kelurahan : Kelapa Dua

46
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Nn. I
Umur : 20 Tahun
Alamat rumah : Kecamatan : Semarang Kelurahan : Tembalang
Hubungan dengan pasien : Adik Kandung

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik : Obs febris, DM Tipe 1
Saat masuk : Hipertermi
Saat Pengkajian : Obs febris, DM Tipe 1

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit
Tidak ada keterbatasan gerakan, terpasang infus
Alasan : NaCl 0,9% 500/8jam. Pasien mampu mobilisasi ke
toilet tanpa bantuan.
TANDA-TANDA VITAL
pukul 9.00 : Tekanan Darah 120/70 mmHg. Nadi 80 x/menit, regular, kuat, Pernafasan 20
x/menit , regular, tanpa terpasang O2, Suhu 36 oC, tidak ada keluhan nyeri.
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Tingkat kesadaran pasien Compos Mentis
2. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
MAP : 86,7 mmHg
Tekanan Darah normal, dan perfusi ginjal
Kesimpulan :
memadai
3. Nadi : 80 x/mnt

47
Tachycard
Irama : √ Teratur Bradicardi
i
√ Kuat Lemah
4. Suhu : 36 oC Oral √ Axilla
5. Pernafasan : 20 x/mnt
Cheynes-
Irama : √ Teratur Kusmaul
Stokes
Jenis : √ Dada √ Perut

B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 165 Cm
Berat badan : 84 Kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 31,2 Kg/m2
Kesimpulan : IMT lebih dari normal (18,5-24,9) Obesitas

C. GENOGRAM

Tn. A
Ny. S
74 Th
70 Th

Tn. I
Ny. D, 48 Th
51 Th Colesterol

Nn I , 23 Th Nn I Nn D Nn D
17 Th 14 Th
DM tipe 1 20 Th

48
= Perempuan = seruma

= laki laki
× = meninggal
 = pasien

tidak ada keterangan = sehat

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1 Keadaan : Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit menganggap bahwa
Sebelum sakit kesehatan adalah hal yang sangat penting, pasien juga melakukan
olah raga setiap untuk menjaga kesehatannya. Pasien
mengkonsumsi makanan yang sehat dan menghindari sumber
makanan manis, tidak merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, dan
jarang mengkonsumsi makanan yang berminyak. Pasien
mengatakan jika merasa sakit akan langsung pergi kerumah sakit.
Pasien juga rutin menggunakan insulin Actrapid sebelum makan
dan Lantus sebelum tidur karena riwayat penyakit pasien. Namun
pasien mengatakan pernah masuk ke IGD sebanyak 3 kali karena
lupa menggunakan insulin sehingga menyebabkan pasien
mengalami ketoasidosis.
2 Riwayat penyakit saat ini
a. Keluhan : Pasien mengatakan masih merasakan pruritus pada tenggorokan, dan
utama mengatakan masih batuk tidak berdahak namun sudah berkurang.
b. Riwayat : Batuk tidak berdahak, radang tenggorokan serta demam tinggi yang
keluhan dirasakan sejak 2 hari sebelum masuk IGD
utama
Riwayat : Di diagnosa DM tipe 1 sejak umur 18 tahun, pada saat itu pasien
penyakit mengatakan mengalami penurunan berat badan yang sangat signifikan
yang sebesar ±20 Kg (pada awal 85 menjadi 65 Kg)
pernah di
alami

49
3 Riwayat :  Riwayat penyakit menular dan herediter di sangkal
Kesehatan  Ibu pasien memiliki penyakit kolesterol sejak 4 tahun yang lalu
keluarga
4 Pemeriksaan Fisik
a. Kebersihan : Rambut terlihat tebal, bersih, hitam, dan wangi
rambut
b. Kulit : Kulit kepala tidak terkelupas, tidak ada skuama maupun lesi, terlihat
Kepala sedikit ketombe
c. Kebersihan : Kebersihan kulit secara keseluruhan bersih, tidak ada kemerahan, dan
kulit lesi
Kulit wajah tidak tampak kemerahan maupun iritasi
d. Hygiene : Rongga mulut pasien terlihat bersih, mukosa berwarna merah muda dan
rongga tidak terlihat ada stomatitis.
mulut
e. Kebersihan : Pasien mengatakan setiap BAK selalu membersihkan daerah genitalia
genetalia dengan air bersih
f. Kebersihan : Pasien mengatakan setiap BAB selalu membersihkan daerah anus
anus dengan air bersih dan sabun

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan Sebelum : Pasien mengatakan sebelum didiagnosa DM berat badan
sakit pasien turun dari 85 Kg menjadi 65Kg. Pola makan pasien
normal 3x/hari nafsu makan baik, minum ±2 liter/ hari,
BAB 1-2x/hari dan BAK ±5x/hari
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan Nafsu makan berkurang, berat badan
pasien sudah kembali seperti semula (85Kg) pasien menerima
makanan yang disediakan RS 3x/hari, pasien mengeluhkan
pertama kali makanan yang diantarkan bukan diit DM dan
langsung meminta untuk mengganti menu makanan. Pola
minum pasien ±2 liter/hari, BAK ±6x/hari dan pasien
mengatakan sejak masuk RS pasien belum BAB

50
3. Observasi : Pasien terlihat gemuk. Porsi makan yang dihabiskan pasien ½
porsi dari makanan yang diberikan RS. Pasien tampak
mengkonsumsi buah yang dibawa kerabat. Pasien tampak ke
toilet mandiri. Pasien tidak terlihat pucat, konjungtiva
ananemis, bibir tidak tampak kering, tidak mengalami
dehidrasi, IMT=31,2 Kg/m2 (overweight)
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan rambut : Rambut terlihat tebal, bersih, hitam, dan wangi
b. Hidrasi kulit : Kulit lembab
c. Palpebrae : Palpebrae tidak mengalami edema
/ conjungtiva Conjungtiva ananemis
d. Sklera : Anikterik
e. Hidung : Tidak terdapat pembengkakan, secret, polip, deviasi, maupun
perforasi
f. Rongga mulut : Rongga mulut pasien terlihat bersih, mukosa berwarna merah
muda dan tidak terlihat ada stomatitis.
g. Gigi : Gigi tampak bersih, tidak berlubang dan tidak ada karies, tidak
ada gigi yang tanggal
h. Lidah : Tampak bersih, berwarna merah muda, dan tidak ada bercak
putih
i. Pharing : Tidak terdapat pembengkakan pada tonsil (T1), uvula tidak
mengalami deviasi dan berada ditengah
j. Kelenjar getah : Tidak teraba adanya pembengkakan pada kelenjar getah
bening bening
k. Kelenjar parotis : Tidak teraba adanya pembengkakan pada kelenjar parotis
l. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Rounded
Bayangan : Tidak terlihat bayangan vena
Vena
Lingkar : 87cm
abdomen normal wanita <80cm (depkes,2017)
Auskultasi : Peristaltik : 20x/menit 17x/menit
usus 17x/menit 22x/menit

51
Palpasi : Nyeri : Pasien tidak mengeluhkan adanya nyeri
saat light & deep palpation pada keempat
kuadran.
Benjolan : Tidak terdapat benjolan / massa
Perkusi : Ascites Positif Negatif
m. Kulit : Edema Positif Negatif
Icterik Positif Negatif
Tanda tanda radang Tidak ada tanda peradangan
:
n. Lesi : Tidak terlihat adanya lesi, pasien mengatakan tidak
mempunyai luka, maupun gatal gatal
4. Pemeriksaan :
diagnostik
Laboratorium : 1. Blood Glucose normal <100
Blood Glucose:
GDS 15/2 : 308 mg/dL
GDS 15/2 :162 mg/dL (setelah insulin)
GD 16/2 : 252 mg/dL
GD 17/2 : 268 mg/dL

2. Blood
Lab Nilai Hasil Nilai Normal
Hb 13,20 11,70-15.50

USG : Tidak ada


Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : NaCl 0,9% 500/8jam
Lantus HS (dosis rekomendasi 11-21
unit/hari)
Actrapid 30 menit AC (dosis
rekomendasi 11-21 unit/hari)
Taxegram INJ 1gr/10ml/12jam

52
Dosis rekomendasi dihitung oleh tim penulis berdasarkan
MIMS yaitu : 0,5-1 UI/KgBB/hr
42,5-85 UI/hari

C. POLA ELIMINASI
Pasien mengatakan sebelum sakit pola makan normal 3x/hari,
1. Keadaan Sebelum sakit : nafsu makan baik dan teratur, minum ±2L perhari, BAK
±5x/hari , BAB 1-2x/hari,.
Pasien masih mampu menghabiskan ±2 liter air putih dalam
sehari. Menghabiskan porsi makanan ½ piring RS Pasien juga
2. Keadaan sejak sakit : mengkonsumsi makanan yang di bawa oleh kerabat pasien.
BAK ±6x/hari dan pasien mengatakan sejak masuk RS pasien
belum BAB
3. Pemeriksaan Fisik
20x/menit 17x/menit
a. Peristaltik usus :
17x/menit 22x/menit
b. Palpasi kandung : Ascites Positif Negatif
kemih
c. Perkusi ginjal : Positif Negatif
Pasien mengatakan setiap BAB selalu membersihkan daerah
d Anus :
anus dengan air bersih dan sabun
Pasien mengatakan tidak memiliki luka pada organ genitakia
n. Lesi
nya
Pasien mengatakan tidak memiliki peradangan pada saluran
Peradangan :
perkemihan nya
Hemorroid : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami hemoroid
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
USG : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : NaCl 0,9% 500/8jam

53
Diit DM (kalori recomendasi : 2975 kkal/hari)
Kalori rekomendasi dihitung kelompok berdasarkan persadia 35kkal/KgBB/hari (kerja berat)

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan Sebelum sakit :

Pasien mengatakan sebelum sakit mampu menjalankan aktivitas normal seperti bekerja .
Pasien juga rutin melakukan olahraga seperti yoga, bela diri, dan boxing untuk menjaga
kesehatan nya.

2. Keadaan sejak sakit :


Pasien mengatakan selama sakit lebih banyak menghabiskan waktu ditempat tidur,
beristirahat, menonton TV dan bermain HP. Pasien tampak mampu berjalan tanpa bantuan
orang lain seperti pergi ke toilet.

3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 0 : mandiri
Mandi : 0
1 : bantuan dengan alat
Pakaian : 0
2 : bantuan orang
Kerapihan : 0
Buang air besar : 0 3 : bantuan alat dan orang

Buang air kecil : 0 4 : bantuan penuh


Mobilisasi di : 0
tempat tidur
b. Postur Tubuh : Pasien tampak tegap
c. Gaya jalan : Gaya berjalan tidak membungkuk
d. Disabilitas anggota : Tidak ada disabilitas anggota tubuh
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : <3 detik

54
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Normal chest, bentuk nya simetris kiri dan kanan
Sianosis : Tidak ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Teraba getaran di kedua sisi
Perkusi Sama pada kedua lapang paru kiri dan kanan
: Sonor Redup Pekak
Kesimpulan : Tidak ada kelainan
Auskultasi
Suara nafas : Tidak terdengar ronchi di kedua lapang paru
Tidak terdengar suara wheezing ketika inspirasi maupun
Suara ucapan :
ekspirasi
Suara tambahan : Tidak ada suara tambahan
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Ictus cordis pasien tidak terlihat karna pasien gemuk
Palpasi
Ictus cordis : Ictus cordis teraba pada ICS 5 Midclavicula sinistra
Perkusi
Batas atas : Pada batas normal ICS II Linea dekstra dan sinistra
Batas kanan : Pada ICS III dan IV parasternalis dekstra
Batas kiri : ICS V Midclavicula linea sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Singular
BJ II :
Singular
Pulmonal
BJ I Triskupid : Singular
BJ II Mitral : Singular
BJ II Irama :
Tidak ada irama gallob
Gallop
Murmur : Tidak ada murmur

55
HR : 80x/menit
d. Lengan dan tungkai
Atrofi otot : Positif Negatif
Rentang gerak : Tidak ada hambatan/ aktif
Kaku sendi : Tidak ada
Uji kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
Kiri :
5 5 5 5 5 5 5 5
Kanan :
Refleks fisiologi : Reflex patella sinistra dan dekstra positif
Refleks patologi :
Babinski, :
Positif Negatif
Kiri
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : No clubbing finger
Varises Tungkai : Tidak ada varises tungkai
e. Columna Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
Tidak ada kelainan bentuk
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Pasien mampu menggerakkan bola mata sesuai instruksi, pupil
simetris, isokor dengan diameter pupil 2mm, dan reflex
terhadap cahaya positif
N. V Motorik : Pasien mampu menelan dan menggigit, reflex muntah positif
N. VII Motorik : Pasien dapat tersenyum, memajukan bibir dan mengangkat
kedua alis
N. VIII Romberg :
Positif Negatif
Test
N.XI : Pasien dapat mengangkat bahu, menoleh ke kiri dan kanan
Kaku kuduk : Tidak ada kaku kuduk (negatif)
Pemeriksaan
5. :
diagnostik

56
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
6. Therapy : Codipront 1tab TID

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit tidak ada gangguan pola tidur. Pasien biasa nya tidur
pukul 10 malam dan bangun pukul 5 pagi (pola tidur sehari-hari). Pasien mengatakan
jarang tidur siang sehingga tidur di malam hari menjadi lebih nyaman dan mudah
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan setelah sakit durasi tidur bertambah. Pasien tidur pukul 9 malam dan
bangun pukul 7 pagi. Pasien tidak mengeluh tentang adanya gangguan tidur. Pasien
mengatakan tidak merasa terganggu dengan lingkungan rumah sakit karna memang temoat
nya yang kondusif.
3. Observasi : Pasien tidak tampak ngantuk, terlihat segar dan ceria
Ekspresi wajah : Positif Negatif
mengantuk
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebra inferior gelap : Positif Negatif
Tidak
4. Therapy :
dilakukan

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit mampu berkomunikasi dan memahami pembicaraan
dengan baik, dan mampu merespon dengan baik. Pasien juga mengatakan diri nya
memiliki daya ingat yang baik. Dapat mengingat hal yang lama yang telah terjadi lama
maupun baru dan dapat menceritakan kembali.
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mampu menceritakan bagaimana pasien datang ke RS, tentang keseharian nya dan

57
tentang keluarga nya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : jernih
Visus : Pasien dapat membaca tulisan dengan jarak ±50cm
Pupil : Isokor kiri dan kanan +/+
Lena mata tampak jernih, tidak ada yang membentuk
Lensa mata :
bayangan
b. Pendengaran
Kanalis : Tidak terdapat secret, bersih, tidak ada perforasi
Membran
: Tidak terkaji karena tidak ada otoskopi
Timpani
c. NI : Pasien dapat membedakan bau sabun dan minyak kayu putih
d. N II : Pengelihatan mata kiri dan kana normal pada smellen chart
e. N V Sensorik : Pasien dapat membedakan rasa tajam dan tumpul
f. N VII Sensorik : Pasien dapat membedakan rasa manis dan pahit
N VIII
g. : Tes rinne dan webber tidak terkaji
Pendengaran
Pemeriksaan
4.
diagnostik
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan Sebelum sakit :
Adik pasien mengatakan pasien adalah sosok yang menginspirasi dan mandiri. Pasien juga
terbuka terhadap keluarga khusus nya ibu. Pasien optimis dengan mengatakan selama tidak
lupa untuk suntik insulin maka pasien akan mampu bertahan hidup
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan dia tidak malu dengan keadaan diri nya saat ini. Pasien juga tidak
menghiraukan oranglain jika ada masukan-masukan yang negative tentang diri nya. pasien
juga terlihat mengurus diri sendiri

58
3. Observasi
a. Kontak mata : Menjaga kontak mata, kontak mata positif
b. Rentang Perhatian : Pasien focus pada instruksi yang diberikan
Suara dan cara
c. : Tedengar jelas, tidak ada gangguan ketika berbicara
bicara
d. Postur Tubuh : Baik, tegas, dan tidak bungkuk
4. Pemeriksaan Fisik
Kelainan
a. : Tidak terlihat ada kelainan kongenital
Kongenital
b. Abdomen
Bentuk : rounded
Bayangan Vena : Tidak ada terlinat bayangan vena
Benjolan massa : Tidak ada benjolan, massa maupun pembengkakan
Tidak ada masalah pada kulit. Kulit lembab dan terdapat
c. Kulit (Masalah :
sedikit jerawat pasa wajah pasien
Kulit)
Penggunaan
d. : Tidak ada penggunaan alat protesa
Protesa

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan Sebelum sakit :
Sebelum sakit pasien mengatakan memiliki hubungan yang baik dengan keluarga, teman
dan masyarakat. Pasien adalah anak pertama dalam keluarga nya dan sangat satu dengan
yang lain nya terkhusus ibu nya. pasien juga adalah karyawan di salah satu perusahaan dan
memiliki hubungan baik dengan sesame.
Pasien tampak terbuka. Ketika dilakukan kontak waktu pasien
2. Keadaan sejak sakit :
juga dapat bekerjasama
3. Observasi :
Pasien berada di ruangan bangsal yang di dalam nya terdiri dari 6 pasien. Di ruangan
tampak adik pasien yang menemani pasien. Pasien tampak asertif ketika perawat bertanya
dan melakukan tindakan keperawatan.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

59
1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan belum menikah dan belum pernah berhubungan badan. Haid pertama
pasien ketika kelas 1 SMP. Tidak ada keluhan seperti dismenorea maupun olimenorea.
Siklus normal pasien adalah 30 hari
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien mengatakan tidak sedang haid
3. Observasi :
Tidak dilakukan karna pasien belum menikah
4. Pemeriksaan diagnostic
Laboratorium : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
5. Therapy : Tidak ada

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa sebelum sakit kopping stress pasien adalah
menyanyi, nonton TV, dan curhat pada ibu nya.
2. Keadaan sejak sakit :
Selama di rumah sakit kopping stress pasien adalah bebicara dengan adik pasien
3. Observasi :
Ekspresi pasien tampak tidak stress dan senang karena akan pulang
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 120/70 mmHg
HR : 80 x/mnt
Kulit
Keringat dingin : Tidak ada keringat dingin
5. Therapy : Tidak ada terapi

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


1. Keadaan Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit pasien beribadah secara teratur sesuai dengan
kepercayaan agama muslim yaitu sholat 5 waktu.

60
2. Keadaan sejak sakit :
Pasien berdoa sebelum makan dan mengatakan ketika di rumah sakit frekuensi sholat
berkurang
3. Observasi :
Tidak tampak paralatan ibadah ataupun perlengkapan sholat

Tanggal .......Bulan.......Tahun
Tanda Tangan Praktikan Yang Mengkaji

( )
Analisis Data

Nama Klien/ Umur : Nn. I/ 23 Tahun


Ruang/ No Kamar/ Bed : Ruangan 968/ Bed 3
Nomor Rekam Medis : 00830137

Tgl Data Subjektif Data Objektif (DO) Masalah


(DS) (hasil observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan Keperawatan
(Keluhan Klien diagnostik)
+ laporan
keluarga)

61
Jum 1. pasien Inspeksi : 1. Resiko infeksi
at, mengatakan  Pasien tampak tenang, tidak b.d cepatnya
18 deman tinggi 2 memperlihatkan ekspresi kesakitan dan pertumbuhan
Febr hari sebelum kooperatif ketika diajak berbicara patogen akibat
uari masuk IGD  Tidak tampak luka pada pasien kadar glukosa
2019 2. pasien  Tidak terihat kemerahan pada leher, tinggi dalam
mengeluh punggung dan dada darah
batuk tidak  Tidak terlihat pembengkakan pada tonsil
berdahak dan pasien (T1)
mengalami Palpasi :
radang  Tidak teraba pembengkakan pada kelenjar
tenggorokan getah bening leher
3. pasien  Sulit menelan dan ada nyeri telan
mengatakan
 Dada dan punggung teraba hangat
tidak
 Taktil fremitus teraba sama sepanjang
mengkonsumsi
lapang paru
makananan
Perkusi :
yang
 Kedua lapang paru terdengar bunyi sonor
berminyak
 Tidak terdengar suara dullness yang
seperti
menandakan massa atau cairan
gorengan
4.pasien
Auskultasi :
mengatakan
 Tidak terdengar suara wheezing maupun
sudah 3 kali
ronchi
masuk IGD
 Suara paru kiri dan kanan bronchial.
karna lupa
 Pada leher suara broncho
menggunakan
TTV :
insulin
 TD : 120/70
mengakibatkan
 Suhu : 36 0C
ketosis
 Nadi : 80x/menit
5. Pasien
 RR : 20x/menit
mengatakan di
diagnosa  Terpasang NaCl 0,9% 500ml/8jam

62
penyakit DM LAB :
Tipe 1 sejak Nama Nilai Nilai
usia 18 tahun Hasil Normal
WBC 4,99 3,60-11.00
Basophil 0 0-1
Eosinophil 0 0-3
Band 3 2-6
neutrophil
Segmen 77 50-70
Neutrophil
Lymphosit 14 25-40
Monosit 6 2-8
Platelet 237.0 150.000-
00 440.000

Blood Glucose:
GDS 15/2 : 308 mg/dL
GDS 15/2 :162 mg/dL
(setelah insulin)
GD 16/2 : 252 mg/dL
GD 17/2 : 268 mg/dL

Therapy:
Lantus HS (dosis rekomendasi 11-21
unit/hari)
Actrapid 30 menit AC (dosis
rekomendasi 11-21 unit/hari)
Codipront 1 tab TID
Taxegram INJ 1gr/10ml/12jam
 Dosis rekomendasi dihitung oleh tim
penulis berdasarkan MIMS yaitu : 0,5-1
UI/KgBB/hr
 42,5-85 UI/hari

63
Jum 1. Pasien Inspeksi : 2.
at, mengatakan  Pasien tampak tenang, kooperatif ketika ketidakstabilan
18 sejak diajak berbicara kadar glukosa
Febr didiagnosa DM  Terlihat mampu ketoilet sendiri dalam darah b.d
uari tipe 1 pasien Palpasi respon penyakit
2019 selalu  Kekuatan otot dan
bergantung 5 5 5 5 5 5 5 5 ketergantungan
dengan Insulin 5 5 5 5 5 5 5 5 terhadap insulin
, sehingga d.d
membuat TTV : hiperglikemia
pasien tidak  TD : 120/70
bisa satu  Suhu : 36 0C
kalipun
 Nadi : 80x/menit
terlewat karena
 RR : 20x/menit
terlupa.
 Terpasang NaCl 0,9% 500ml/8jam
2. pasien
mengatakan
Lab :
bahwa pernah
Blood Glucose:
3 kali masuk
GDS 15/2 : 308 mg/dL
IGD karena
GDS 15/2 :162 mg/dL
terlupa

64
membawa (setelah insulin)
insulin GD 16/2 : 252 mg/dL
sehingga GD 17/2 : 268 mg/dL
menyebabkan
pasien terkena Therapy:
ketoasidosis Lantus HS (dosis
diabetik rekomendasi 11-21
unit/hari)
Actrapid 30 menit AC
(dosis rekomendasi 11-21
unit/hari)
 Dosis rekomendasi dihitung oleh tim
penulis berdasarkan MIMS yaitu : 0,5-1
UI/KgBB/hr
 42,5-85 UI/hari

Jum 1. pasien Inspeksi 3. Ketidaks


at, mengat - bentuk abdomen pasien rounded eimbang
18 akan - tubuh pasien terlihat gemuk an nutrisi
Febr sebelu - lingkar abdomen pasien 87cm . normal wanita lebih
uari m sakit <80cm (depkes,2017) dari
2019 BB - IMT = 31,2 Kg/m2 kebutuha
pasien Hasil : IMT lebih dari normal (18,5-24,9) n tubuh
85 Kg, obesitas b.d
saat ganggua
sakit Palpasi n
(18 - tidak terasa nyeri saat ditekan metaboli
tahun) - tidak teraba adanya massa. sm d.d
turun - Tidak ada piting edema hiperglik
drastis Perkusi emia,
menjadi - tidak ada asites lingkar
65Kg - perkusi ginjal tidak terasa nyeri perut
dan Auskultasi >80cm

65
sekaran 20x/menit 17x/menit ,IMT>30
g 17x/menit 22x/menit Kg/m2
kembali Normal 5-30x/menit
lagi 85 Lab:
Kg Blood Glucose:
2. pasien GDS 15/2 : 308 mg/dL
mengat GDS 15/2 :162 mg/dL
akan (setelah insulin)
tidak GD 16/2 : 252 mg/dL
pernah GD 17/2 : 268 mg/dL
terlamb Therapy:
at Lantus HS (dosis
makan rekomendasi 11-21
unit/hari)
Actrapid 30 menit AC
(dosis rekomendasi 11-21
unit/hari)
Dosis rekomendasi dihitung oleh tim penulis
berdasarkan MIMS yaitu : 0,5-1 UI/KgBB/hr
42,5-85 UI/hari

66
Diagnosa Keperawatan (Sesuai prioritas dan kondisi klien): minimal 3
1. Resiko infeksi b.d cepatnya pertumbuhan patogen akibat kadar glukosa tinggi.
2. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah b.d respon penyakit dan
ketergantungan terhadap insulin d.d hiperglikemia, pasien mengatakan sudah 3 kali
mengalami ketoasidosis dikarenakan lupa suntik insulin, gula darah pasien sejak
masuk IGD 308mg/dL dan sesudah diberi insulin menjadi 162 mg/dL. Hari kedua
gula darah 252mg/dL dan hari ketiga 268mg/dL
3. Ketidakseimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d gangguan metabolism
d.d hiperglikemia, lingkar perut >80cm ,IMT>30Kg/m2, pasien mengatakan sejak
dulu sudah memiliki BB yang berlebih, pasien tampak menghabiskan porsi makan
yang disediakan RS, bentuk abdomen pasien tampak rounded.

67
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien (Inisial) : Nn. I


Ruang/ Kamar : 968 (3)
No. Rekam Medis : 00830137
Tanggal Masuk RS : 15 Februari 2019
Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019

Faculty of Nursing
UNIVERSITAS Diagnosa Medik : Obs febris, DM Tipe 1
PELITA HARAPAN

No. Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Prioritas Keperawatan Intervensi Rasional
DK
1 Resiko infeksi b.d Setelah  TTV dalam rentang Mandiri
cepatnya dilakukan Edukasi pentingnya Tingginya kadar glukosa
pertumbuhan intervensi normal kontrol gula darah menjadi mediasi yang sangat
patogen akibat 1x24 jam Nadi 60-100x/menit baik untuk pertumbuhan
kadar glukosa resiko Nafas 12-20x/menit pathogen. Mencegah kondisi
tinggi. infeksi TD <130/80mmHg hiperglikemia yang
dapat Suhu 36,5-37,5oC berlebihan.
dikontrol  Mempertahankan edukasi pengurangan Akitfitas ektrim yang
hasil WBC dalam jumlah aktifitas ektrim dilakukan pasien dapat
rentang normal 3,60- yang dilakukan menjadi sumber cedera yang
11.00 pasien,alasan dan resiko merujuk kepada infeksi
 Pasien mampu yang akan dialami
mengenali dan pasien.
memahami proses Edukasi pentingnya Pasien DM sangat rentan
kebersihan diri, terhadap infeksi karena

69
pertumbuhan infeksi hiperglikemia
 Pasien mampu Mengevaluasi hasil Memastikan seberapa jauh
memodifikasi gaya edukasi yang diberikan pemahaman pasien mengenai
hidup penyebab kepada pasien edukasi yang telah diberikan
infeksi Selalu memastikan Kebersihan yang maksimal
 Pasien mampu lingkungan sekitar akan meminimaliskan potensi
menunjukkan prilaku pasien bersih patogen
hidup sehat Kolaborasi
pemberian taxegram Menurunkan dan
menghilangkan jumlah
bakteri penyebab infeksi
Pemberian codipront Menurunkan radang yang
terjadi pada tenggorokan

70
dapat menurunkan sumber
infeksi yang ada
2 Ketidakstabilan Setelah  Rentang gula darah Mandiri
kadar glukosa dilakukan pasien dalam rentang Motivasi pentingnya Mencegah kondisi
dalam darah b.d intervensi yang dapat di toleransi control gula darah, dan hiperglikemia yang
respon penyakit 1x24 jam dan tidak mencapai selalu membawa insulin berlebihan. Tingginya kadar
dan ketergantungan glukosa 300mg/dL kemanapun glukosa menjadi mediasi
terhadap insulin d.d dalam  Pasien dapat yang sangat baik untuk
hiperglikemia darah tidak meningkatkan pertumbuhan pathogen.
diatas kepatuhan tentang diit Motivasi pentingnya Menjaga asupan kalori
300mg/dL DM dengan patuh terhadap diit DM supaya tidak melewati batas
rekomendasi harian.

71
rekomendasi batas Ajarkan teknik relaksasi Stress yang berlebih dapat
kalori harian 2975kkal seperti Tarik nafas menyebabkan TD meningkat,
 Pasien dapat dalam, guiding imagery, depresi, serta gangguan lain
mengontrol stress hipnotis 5 jari.
 pasien dapat Mengkaji suhu Monitor perfusi perifer dan
mengontrol berat kaki,warna dan sensasi. neuropati.
badan Edukasi tanda dan gejala Agar pasien mampu
hiperglikemia : mulut mengenali tanda dan gejala
kering, penglihatan ketika tubuhnya sudah dalam
rabun, kelelahan fase kekurangan insulin
3 Ketidakseimbangan Setelah  Pasien dapat Mandiri
nutrisi lebih dari dilakukan mengontrol porsi Edukasi sasaran realistis Penurunan berat badan yang
kebutuhan tubuh intervensi untuk penurunan berat wajar (0,5-1kg/minggu)

72
b.d gangguan 1x24 jam makan dengan diit badan mingguan. menghasilkan efek yang
metabolism d.d pasien DM lebih tahan lama. Kehilangan
hiperglikemia, mampu ¼ carbohidrat yang signifikan dapat
lingkar perut mengontrol ¼ protein menyebabkan kekecewaan
>80cm diit yang ½ sayur dan akhirnya menyebabkan
 Porsi makanan harian
2
,IMT>30Kg/m sesuai kegagalan dalam diit.
tidak melebihi jumlah motivasi pentingnya Menjaga asupan kalori
kalori rekomendasi patuh terhadap diit DM supaya tidak melewati batas
untuk pasien 2975kkal rekomendasi harian
 Mengetahui rentang Kolaborasi

73
normal IMT 18,5-24,9 Berkolaborasi dengan Memberikan edukasi lebih
 Mengetahui batas ahli gizi dalam edukasi mendalam mengenai gizi
normal lingkar perut pasien mengenai yang dikonsumsi
pada wanita <80cm pentingnya diit DM dan
 pasien dapat porsinya
mengontrol berat
badan

Tanggal/ Nama dan Tanda


No. DK Catatan Implementasi
Waktu Tangan
18 februari 1.
Melakukan pemberian taxegram 1gr/10ml via IV
2018 - 08.00 Infeksi Ns.Iren

74
memberikan obat codipront 1tab TDS
Ns.Iren
10.00
Edukasi bahaya infeksi pada pasien DM
Ns.Iren
18 februari 2 gds
Pengkajian head to toe
2018 - 09.00 Ns.Iren
09.45
Motivasi pasien untuk membawa insulin kemanapun seta mengontrol kadar gula darah
Ns.Iren
09.50
Mengajarkan teknik relaksasi seperti Tarik nafas dalam, guiding imagery, hipnotis 5 jari
Ns.Iren
10.00
Edukasi pentingnya mengontrol gula darah pada pasien DM.
Ns.Iren
18 februari 3 obes
Edukasi mengenai porsi makan DM
2018 - 10.00 Ns.Iren
75
EVALUASI
Nama Klien (Inisial) : Nn. I
Ruang/ Kamar : 968 (3)
No. Rekam Medis : 00830137
Tanggal Masuk RS : 15 Februari 2019
Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
Faculty of Nursing
UNIVERSITAS Diagnosa Medik : Obs febris, DM Tipe 1
PELITA HARAPAN

76
Tang No Nama
gal/ . dan
EVALUASI
Wakt D Tanda
u K Tangan
18 1. S : pasien mengatakan merasa biasa saja setelah diberikan obat, pasien tidak mengeluhkan gatal gatal dan demam.
februa Pasien mengatakan selama ini menganggap olah raga yang dilakukan biasa saja dan tidak akan membahayakan,
ri pasien mengatakan akan mencoba untuk mengurangi aktifitas yang membahayakan, dan mencari aktifitas berolah
2018 raga yang lain
- O : pasien tidak tampak merasa gatal, tidak ada mual muntah, tidak ada demam maupun pusing-pusing
10.30 I : pasien terlihat tenang dan nyaman, tidak ada tanda tanda alergi obat yang muncul
P : tubuh pasien teraba hangat sama seperti sebelum diberikan obat.
A : pemberian obat texagram tidak menimbulkan tanda tanda efek samping terhadap pasien. Edukasi berhasil
P : menghentikan tindakan karena pasien akan pulang. Ns.Iren
18 2 S : pasien mengatakan sejak awal sudah mengetahui pentingnya penggunaan insulin dan harus dibawa kemanapun,
77

Ns.Iren
februa terlebih pada pasien DM tipe 1. Pasien juga mengatakan mengerti tentang diit DM, hanya belum menerapkan
ri tentang piring rekomendasi DM. pasien mengatakan akan mencoba melakukan piring DM ketika sudah pulang
2018 O : pasien terlihat antusias ketika di edukasi, pasien sangat memperhatikan dan sangat kooperatif. Sensasi pada
- kaki baik, warna kulit normal (tidak sianosis), refleks patella positif, suhu kaki normal
10.30 A : Edukasi berhasil
P : menghentikan tindakan karena pasien akan pulang.
18 3 S : pasien mengatakan bahwa selama ini berfikir berat badannya biasa saja, namun setelah diedukasi pasien
februa mengatakan merasa termotivasi untuk menurunkan BB namun tidak dengan olah raga yang ekstrim, pasien
ri mengatakan akan mencari kegiatan olah raga yang lain dan mencoba mengikuti diit DM sesuai piring DM dan
2018 rekomendasi kalori/hari
- O : pasien sangat kooperatif dan terlihat antusias.
10.30 A : Edukasi berhasil
P : menghentikan tindakan karena pasien akan pulang. Ns.Iren

78
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 2012 volume 35 Supplement 1 pp.
64-71.

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care 2010;34 (Suppl. 1): S62–S69

American Diabetes Association. Diagnosis and classification of diabetes mellitus. Diabetes Care 2014;37(Suppl. 1): S81–S90

American Diabetes Association (ADA). (2015). Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care,38:8-16.

79
Andrew, JN & Boulton. 2005. Management of Diabetic Peripheral Neurophaty. Clinical Diabetes. 23(1): 9-15.

Canadian Diabetes Association. (2013). Definition, Classification and diagnosis


of Diabetes, Prediabetes and metabolic syndrome, Canadian Journal of Diabetes, Vol 37: S8-S11

Depkes Kota tangerang, 2018. Profil Kesehatan Kota Tangerang

Departemen Kesehatan. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes Melitus. 2018
Doenges, M. E. (2009). Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC.

Edwina, DA., Manaf, A., Efrida,et al. 2015. Pola Komplikasi Kronis Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di Bagian
Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Padang Januari 2011-Desember 2012. Jurnal Kedokteran Andalas. 4(1): 102-106.

80
Guyton A. C., Hall J. E. 2010. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta : EGC. P. 208 – 212, 219 – 223, 277 – 282, 285 –
287.

International Diabetes Federation [IDF]. (2014). IDF Diabetes ATLAS 4th Edition. ISBN-13: 978-2-930229-71-3. ADA.

International Diabetes Federation (IDF). 2017. IDF Diabetes Atlas (8th Edition).
www.diabetesatlas.org. Diakses 29 November 2017.

NANDA. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta, Indonesia
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. 2014. High Blood Pressure and Kidney Disease. Diakses dari:
http://kidney.niddk.nih.gov/kudiseases/pubs/highblood/. Diunduh pada 19 Agustus 2015.

81
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). (2011). Konsensus pengendalian Dan pencegahan diabetes mellitus Tipe2 di
Indonesia. Jakarta: PB Perkeni.Price, S.A.; Wilson, L.M., 2006. Patofisiologi: konsep klinis proses proses penyakit. 6 ed.
Jakarta: EGC.
Subekti, I. (2009). Neuropati Diabetik. In A. W. Sudoyo, B. Setiyohadi, I. Alwi, M. S. K & S. Setiati. Buku ajar ilmu penyakit dalam.
Jakarta: Penerbit FK UI.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2018). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Departemen Republik
Indonesia.

Sutedjo, A. Y. (2014). 5 Strategi Penderita Diabetes Melitus Berusia Panjang. Yogyakarta, Indonesia: Kanisius.
Wicaksono. 2013. Diabetes Mellitus Tipe 2 Gula Darah Tidak Terkontrol dengan Komplikasi Neuropati Diabetikum. Jurnal Medula.
1(3): 10-17

World Health Organization (WHO). 2016. The World Health Report, (online), (http://www.who.int, diakses tanggal 17 februari
2019)
82
World Health Organization. (2014). Prevention of Blindness from Diabetes Mellitus: Report of a WHO consultation in Geneva,
Switzerlan 9-11 November 2005. Jenewa: WHO.

83

Anda mungkin juga menyukai