Anda di halaman 1dari 5

IRAMEIDIANTI G.__TUGAS CASE STUDY NO.

2
Tn. D 50th CKD stage V
Hasil Pengkajian :
DS : Tn. D mengeluh pusing, mata berkunang dan lemas.
DO : TTV: TD: 110/80 mmHg,
HR: 84x/mnt (irama regular),
RR: 20x/mnt,
SpO2: 95%.
Hasil Lab : Hb: 4mg/dL, Ht: 30%.
Konjungtiva tampak anemis.
Pasien telah mendapatkan pesanan medis pemberian O2 nasal kanul 2 Lpm.

1. Kolaborasikan dengan dokter untuk memberikan tranfusi darah, karena pasien


dengan diagnosa CKD yang memungkinkan terjadinya anemia kronis, sehingga
perlu dilakukan tranfusi darah. Dari pengkajian menunjukan bahwa klien tampak
lemas dan konjungtiva tampak anemis, klien mengeluh pusing dan mata
berkunang. Hasil lab menunjukan bahwa Hb : 4 mg/dL dan Ht : 30 % dibawah
normal. (Normal Hb: 13-16 mg/dL dan Ht: 45-55 %).
2. Langkah-Langkah Tindakan Tranfusi Darah :
No. Tindakan Rasional
Menilai kebutuhan klinis pasien untuk Mencegah terjadinya syok hipovolemik
1.
tranfusi darah pada pasien.
Menginformasikan kepada Untuk mencegah terjadinya miss
keluarga dan pasien tentang indikasi communication (kesalahpahaman)
dan manfaat transfusi darah, risiko yang dengan pasien dan keluarga pasien.
2. mungkin terjadi. Lakukan
pengisian informed consent mengenai
persetujuan untuk menerima tranfusi
darah.
Pilih produk darah dan jumlah yang Mencegah terjadinya kesalahan
dibutuhkan. Lengkapi formulir pemesanan produk darah. Sehingga
3. permintaam secara akurat dan terbaca. petugas dari bank darah dapat double
cek kembali untuk kesesuaian indikasi
pasien.
4. Ambil sampel darah pasien dan beri Untuk mencegah kemungkinan reaksi
label pada sampel darah dengan benar kompatibilitas antara pendonor dan
untuk pengujian kompatibilitas.
penerima darah serta kemungkinan
Kemudian kirim formulir permintaan
terjadinya reaksi antigen-antibodi. 
darah dan sampel darah ke bank darah.
Ketika produk darah yang dipesan tiba, Mencegah risiko proliferasi bakteri atau
tranfusikan darah dengan segera. Jika hilangnya fungsi dalam produk darah
terjadi penundaan proses transfuse, jika kondisi penyimpanan yang tidak
5.
kantong darah segera dikembalikan ke benar.
unit transfusi darah untuk disimpan
kembali.
Periksa kembali identitas pasien dan Untuk mendeteksi bila ada kesalahan
produk darah yang diterima (nama, identifikasi dan mencegah transfusi
tanggal lahir, nomor kamar, golongan yang berpotensi tidak kompatibel, yang
6. darah, memeriksa kondisi kantong dapat berakibat fatal.
darah, memeriksa tanggal kadaluwarsa,
produk dan jumlah darah yang
dibutuhkan).
Prosedur dilakukan dengan teknik Untuk mencegah terjadinya infeksi.
7.
aseptik.
Pantau pasien sebelum, selama dan pada Untuk memantau efek samping dan
8. saat penyelesaian transfusi. mencegah terjadinya reaksi yang tidak
benar dari tranfusi.
3. a) Untuk memastikan bahwa klien mengalami anemia kronis, maka perlu
dilakukan pengkajian sebelum memberikan tranfusi darah. Pengkajian yang
dibutuhkan, yaitu :
 Cek tanda-tanda vital klien (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, dan
nyeri).
 Cek SpO2 pada klien
 Pada bagian mata klien, cek konjungtiva klien anemis/ananemis
 Kaji CRT klien
 Tanyakan keluhan klien
 Pemeriksaan darah lengkap
 Pemeriksaan zat besi
b) Setelah melakukan pengkajian pada klien dan klien membutuhkan tranfusi
darah, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prosedur tindakan
tranfusi darah kepada klien, antara lain :
 Ketika darah diperlukan untuk transfusi, dokter yang memberikan resep
harus mengisi dan menandatangani formulir permintaan tranfusi darah
yang dirancang untuk memberikan semua informasi yang diperlukan.
 Isi formulir permintaan tranfusi darah dengan akurat dan dapat dibaca.
 Formulir permintaan darah harus selalu disertai dengan sampel darah
pasien.
 Sampel darah ditempatkan dalam tabung sampel yang diberi label dengan
benar.
 Sampel darah tidak boleh dimasukkan dalam jarum suntik, karena ini dapat
menyebabkan kesalahan saat mentransfer ke tabung reaksi untuk
pengelompokan dan pengujian kompatibilitas. Ini juga dapat menyebabkan
hemolisis.
 Untuk kasus rutin, sampel dan formulir permintaan harus diserahkan ke
bank darah setidaknya 24 jam sebelum diperlukan, untuk memastikan
ketersediaan darah.
 Memeriksa identitas pasien dan kantong darah sebelum transfusi
 Sangat penting untuk melakukan pengamatan awal dan untuk memastikan
bahwa pasien dipantau selama transfusi untuk mendeteksi kejadian buruk
sedini mungkin. Lakukan juga pengamatan selama proses tranfusi dan
setelah tranfusi.
 Sebelum memulai transfusi, sangat penting agar pasien dapat segera
memberi tahu perawat atau dokter jika merasa ketidaknyamanan seperti
menggigil, memerah, sakit atau sesak napas atau mulai merasa cemas.
 Waktu transfusi dimulai, waktu transfusi selesai, volume dan jenis produk
darah yang akan ditransfusikan. Nomor donasi unik dari semua produk
yang ditransfusikan, serta perhatikan efek samping yang didapat oleh
klien.
c) Dalam prosedur tindakan tranfusi darah ada beberapa hal yang perlu dan harus
dievaluasi, sebagai berikut :
 Jenis dan volume masing-masing produk yang ditransfusikan.
 Nomor donasi unik dari setiap unit yang ditransfusikan.
 Golongan darah dari setiap unit yang ditransfusikan.
 Waktu di mana transfusi setiap unit dimulai.
 Tanda tangan orang yang memberikan komponen darah.
 Penjelasan dan surat persetujuan tindakan tranfusi darah.
 Administrasi unit.
 Lakukan prosedur tranfusi darah dengan teknik aseptic, untuk mencegah
terjadinya infeksi.
 Atur waktu setiap unit yang ditransfusikan.
 Catat waktu transfuse dimulai dan waktu tranfusi selesai.
 Pantau pasien sebelum, selama dan pada saat transfusi darah telah selesai
dilakukan sesuai dengan standard prosedur rumah sakit.
 Catat perincian reaksi transfusi.
 Identifikasi dan segera tanggapi efek samping bila ada, serta segera
hentikan tranfusi darah.
 Transfusi setiap unit dari seluruh darah atau sel darah merah harus
diselesaikan dalam waktu empat jam dimulainya transfusi.
 Evaluasi perasaan dan keadaan klien sebelum dan setelah melakukan
tranfusi.
 Setelah selesai dilakukan tranfusi darah, lakukan evaluasi penampilan
umum pasien, suhu, nadi, tekanan darah, dan tingkat pernapasan klien.
 Periksa apakah informasi berikut juga telah dicatat dalam catatan pasien.
 Apakah pasien dan / atau kerabat diberitahu tentang transfusi.
 Alasan untuk transfusi.
 Tanda tangan dari dokter yang memberikan resep.
 Pemeriksaan sebelum transfusi untuk: Identitas pasien, kantong darah,
label kompatibilitas, tanda tangan perawat yang melakukan
pemeriksaan identitas pasien pra-transfusi.

Referensi:
Asmatullah, A. (2015). Manajemen Terapi Anemia pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik, (vol.4, no.2, 1–6). Retrieved may 19, 2020 from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/775
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2015). Standar Pelayanan Transfusi Darah
(no.91). Diperoleh 20 Mei 2020, dari
https://www.persi.or.id/images/regulasi/permenkes/pmk912015.pdf
World Health Organization (2019). Blood Tranfusion. Retrieved may 19, 2020 from
https://www.who.int/news-room/facts-in-pictures/detail/blood-transfusion
World Health Organization (2020). Blood Tranfusion Safety. Retrieved may 20, 2020
from https://www.who.int/health-topics/blood-transfusion-safety/#tab=tab_1

Anda mungkin juga menyukai