Anda di halaman 1dari 130

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Aspek Geografi dan Demografi


2.1.1 Aspek Geografi
2.1.1.1 Geografi dan Administrasi
Kabupaten Jepara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
yang beribukota di Jepara, dengan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi (Kota Semarang)
sekitar 71 km. Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°9'48,02"
sampai 110°58'37,40" Bujur Timur, 5° 43' 20,93" sampai 6° 47' 25,81" Lintang
Selatan. Batas-batas wilayah administratif Kabupaten Jepara adalah sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Laut Jawa
 Sebelah Selatan : Kabupaten Demak
 Sebelah Barat : Laut Jawa
 Sebelah Timur : Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati

Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031

Gambar 2.1
Peta Wilayah Administratif Kabupaten Jepara

Kabupaten Jepara meliputi 16 kecamatan, 11 kelurahan, dan 184 desa, 1.015


RW dan 4.766 RT. Kecamatan dengan jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah
Kecamatan Tahunan, yaitu 7 km dan yang terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa,
yaitu 90 km. Luas wilayah Kabupaten Jepara adalah 1.004,132 km 2, dengan
Kecamatan terluas adalah Kecamatan Keling (123,116 km 2), dan yang terkecil adalah
Kecamatan Kalinyamatan (23,700 km2). Secara lebih detail, luas dari masing-masing
kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

II-1
Tabel 2.1
Luas Wilayah Kabupaten Jepara per Kecamatan

No Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%) Desa/Kel


1. Kedung 43,063 4,29 18
2. Pecangan 35,878 3,57 12
3. Kalinyamatan 23,700 2,36 12
4. Welahan 27,642 2,75 15
5. Mayong 65,043 6,48 18
6. Nalumsari 56,965 5,67 15
7. Batealit 88,879 8,85 11
8. Tahunan 38,906 3,87 15
9. Jepara 24,667 2,46 16
10. Mlonggo 42,402 4,22 8
11. Pakis Aji 60,553 6,03 8
12. Bangsri 85,352 8,50 12
13. Kembang 108,124 10,77 11
14. Keling 123,116 12,26 12
15. Donorojo 108,642 10,82 8
16. Karimunjawa 71,200 7,09 4
  Jumlah 1.004,132 100,00 195
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017

Berdasarkan letak, Kabupaten Jepara dipandang “kurang menguntungkan”


karena tidak dilalui oleh Jalur Pantura yang merupakan jalur utama pergerakan
distribusi barang dan manusia di Pulau Jawa. Meski demikian, Kabupaten Jepara
mempunyai potensi strategis ditinjau dari letak geografis kelautan, terlebih dengan
kembali menguatnya paradigma pembangunan yang berbasis kemaritiman.
Keunggulan komparatif yang menonjol dari aspek maritim adalah garis pantai
sepanjang ±82 km yang sangat potensial untuk pengembangan pariwisata, salah
satunya adalah Kawasan Karimunjawa yang telah ditetapkan sebagai salah satu
Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN), Destinasi Pariwisata Nasional
(DPN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. Selain itu, Kabupaten
Jepara juga memiliki daerah perbukitan yang merupakan bagian dari lereng Gunung
Muria sehingga potensial untuk pengembangan perkebunan dan kehutanan.

2.1.1.2 Topografi
Kabupaten Jepara yang merupakan daerah di kawasan Utara Jawa ini secara
topografi dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu:
1. wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara
2. wilayah dataran rendah di bagian Tengah dan Selatan
3. wilayah pegunungan di ba gian Timur yang merupakan lereng Barat dari
Gunung Muria
4. wilayah perairan atau kepulauan di bagian Utara yang merupakan
serangkaian Kepulauan Karimunjawa.

II-2
Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan
1.301 mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara
0-2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah
Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan.Variasi ketinggian
tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan,
yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha dan
sangat curam 10.620,212 Ha. Sebagai akibat dari wilayah yang cenderung ke arah
kawasan pesisir pantai.

Sumber: RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031

Gambar 2.2
Peta Kelerengan Kabupaten Jepara

Kabupaten Jepara memiliki 6 bentuk lahan yang fungsional yaitu 1) Dataran;


2) Dataran aluvial; 3) Lembah aluvial; 4) Pegunungan sekitar pantai; 5) Perbukitan;
dan 6) Rawa pasang surut. Bentuk lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Jepara
menyebabkan terjadinya perubahan jenis tanah. Jenis di Kabupaten Jepara menurut
topografi kawasan terbagi kedalam 4 Jenis tanah yaitu 1) Andosol coklat; 2) Regosol;
3) Alluvial; dan 4) latosol.
Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan
kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian Barat yang mengalir sungai-
sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut
antara lain Sungai Gelis, Keling,Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso,
Pecangaan, Bakalan, Mayong dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi
wilayah,aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian Timur (Gunung Muria) ke
arah Barat (Barat Daya, Barat, dan Barat Laut) yaitu daerah hilir (Laut Jawa).
Penutupan batuan atau singkapan batuan merupakan masalah yang terjadi pada
permukaan tanah yang tertutup oleh batuan di Kabupaten Jepara, hal tersebut

II-3
menjadi salah satu sebab kurang suburnya tanah di Kabupaten Jepara karena tanah
yang tertutup batuan menjadi keras dan sulit untuk ditanami.
Tabel 2.2
Ketinggian Wilayah Kabupaten Jeparaper Kecamatan (mdpl)

No Kecamatan Ketinggian

1. Kedung 0-2
2. Pecangaan 2-17
3. Kalinyamatan 2-29
4. Welahan 2-7
5. Mayong 13-438
6. Nelumsari 13-736
7. Batealit 68-378
8. Jepara 0-46
9. Tahunan 0-50
10. Mlonggo 0-300
11. Pakisaji 25-1.000
12. Bangsri 0-594
13. Kembang 0-1.000
14. Keling 0-1.301
15. Donorojo 0-619
16. Karimunjawa 0-100
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017.

2.1.1.3 Geologi dan Struktur Tanah


Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan
lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa
oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial
hiromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol
kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan. Kabupaten
Jepara terletak pada lereng Utara dan Barat Gunung Muria.
Daratan Kabupaten Jepara terdapat beberapa jenis tanah, yang dapat
diklasifikasikan menjadi 5 jenis tanah sebagai berikut:
 Tanah Andosol Coklat. Terdapat di perbukitan dan puncak Muria bagian
utara Muria dengan luas tanah 3.525.469 Ha, atau 3,51 %.
 Tanah Regosol. Terdapat di bagian utara Kabupaten Jepara dengan luas
tanah 2.700,857 Ha atau 2,69 %.
 Tanah Alluvial. Terdapat di sepanjang pantai utara dengan luas tanah
9.126,433 Ha, atau 9,09 %.
 Tanah Asosiasi Mediteran. Terdapat di pantai barat Kabupaten Jepara
dengan luas tanah 19.400,458 Ha, atau 19,32 %.

II-4
 Tanah Latosol. Jenis tanah ini paling dominan di Kabupaten Jepara
terdapat di perbukitan Gunung Muria dengan luas tanah 65.659,972 Ha, atau
65,39%.

Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, 2015

Gambar 2.3
Peta Jenis Tanah Kabupaten Jepara

Lahan di kawasan Kabupaten Jepara cocok digunakan untuk budidaya


tambak mengingat kondisi fisik lingkungannya yang dekat dengan pantai. Selain
sebagai budidaya tambak lahan di kawasan Jepara yang datar juga cocok difungsikan
untuk perkebunan atau budidaya pertanian ringan khususnya pada kawasan yang
berbukit. Lahan di Kabupaten Jepara terdapat banyak kawasan yang merupakan
hasil dari pengendapan tanah yang terkena air sunagi atau laut akibat abrasi yang
sulit difungsikan dan terkadang berubah menjadi daerah rawa yang hanya bisa
dimanfaatkan untuk budidaya tanaman tertentu.

2.1.1.4 Klimatologi
Kabupaten Jepara beriklim tropis dengan pergantian musim penghujan dan
kemarau. Musim penghujan antara bulan Januari-Juni dipengaruhi oleh musim
Barat, sedangkan musim kemarau antara bulan Juli-Desember yang dipengaruhi oleh
angin musim Timur. Jumlah hari hujan pada tahun 2015 adalah 152 hari. Curah
hujan tertinggi tercatat 1122 mm 3, dengan jumlah hari hujan 29 hari di bulan
Januari. Sedangkan curah hujan terendah sebesar 5 mm 3 dengan 1 hari hujan di
bulan Oktober. Adapun suhu di Kabupaten Jepara berkisar antara 20,60 oC sampai
dengan 34,20oC. Hal ini dikarenakan Kabupaten Jepara berada dalam iklim tropis.

II-5
Sumber: Review RTRW Kabupaten Jepara, 2015

Gambar 2.4
Peta Curah Hujan Kabupaten Jepara

2.1.2 Demografi
Menurut BPS dalam Jepara Dalam Angka Tahun 2017, jumlah penduduk di
wilayah Kabupaten Jepara tahun 2016 sebanyak 1.205.800jiwa, terdiri dari 601.206
laki-laki dan 604.594perempuan. Kategori umur penduduk Kabupaten Jepara
sebagian besar adalah penduduk umur produktif, yaitu 67,9% penduduk yang
berusia antara 15-64 tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Jepara
sedang berada dalam sebuah kondisi yang disebut dengan bonus demografi. Bonus
demografi adalah suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (15 tahun -
64 tahun) di suatu wilayah lebih besar dari jumlah penduduk usia tidak produktif
(kurang dari 14 tahun dan diatas 65 tahun). Sementara itu, angka ketergantungan di
Kabupaten Jepara pada Tahun 2016 mencapai 47,26%.

II-6
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.5
Jumlah Penduduk Kabupaten Jepara Berdasarakan Usia
Tahun 2016 (jiwa)

Kepadatan penduduk Kabupaten Jepara pada tahun 2016 adalah 1.201


jiwa/km2 dengan laju pertumbuhan rata-rata tahun 2015-2016 mencapai 1,47%.
Semantara itu, penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Tahunan (115.504 jiwa),
sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Karimunjawa (9.379 jiwa). Detail
persebaran penduduk berdasarkan kecamatan dan kepadatannya adalah
sebagaimana tercantum pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3
Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Jepara per Kecamatan
Tahun 2016
No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km2/jiwa)
1 Kedung 77.813 1.807

II-7
No. Kecamatan Jml Pddk (jiwa) Kepadatan(km2/jiwa)
2 Pecangaan 85.082 2.404
3 Kalinyamatan 64.722 2.677
4 Welahan 74.843 2.708
5 Mayong 90.402 1.390
6 Nalumsari 74.155 1.302
7 Batealit 86.083 969
8 Tahunan 115.504 2.969
9 Jepara 89.116 3.613
10 Mlonggo 86.529 2.041
11 Pakis Aji 60.903 1.006
12 Bangsri 102.495 1.201
13 Kembang 70.122 649
14 Keling 62.448 507
15 Donorojo 56.204 517
16 Karimunjawa 9.379 132
Jumlah 1.205.800 1.201
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017

2.1.3 Potensi Pengembangan Wilayah


Keberadaan ruang adalah terbatas. Dengan demikian, rentan menimbulkan
konflik antar pemangku kepentingan (stakeholders), terlebih dengan karakteristik
masyarakat pesisir yang lebih terbuka dan keras. Beberapa permasalahan yang
muncul, baik yang bersifat alamiah maupun sebagai bagian dari dinamika
pembangunan di Kabupaten Jepara, yang sifatnya strategis antara lain:
1. Beberapa bagian wilayah Kabupaten Jepara memiliki topografi lebih dari 40%
(sangat curam) sehingga berpotensi longsor.
2. Sebagian jenis tanah di Kabupaten Jepara ada yang sangat peka terhadap
erosi (regosol coklat) sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan
pengembangan di atasnya.
3. Adanya rawan bencana banjir, tanah longsor dan angin topan akan menjadi
salah satu kendala dalam pembangunan wilayah.
4. Permasalahan lingkungan, seperti alih fungsi lahan yang belum terkendali
(terutama dari kawasan lindung ke kawasan budidaya) dengan baik, abrasi
dan rob, kerusakan daerah hulu sungai akibat pertambangan yang tidak
berwawasan lingkungan.
5. Terpusatnya perkembangan pada kawasan-kawasan tertentu, sehingga
mempersulit dalam pemerataan pembangunan.
6. Belum optimalnya fungsi pengendalian yang bersifat preventif agar tidak
terjadi konflik dalam pemanfaatan ruang.
Dengan penataan ruang yang terpadu, serasi dan berkualitas, maka semua
stakeholders pembangunan akan mempunyai rujukan yang sama dalam
memanfaatkan ruang. Hal ini, selain akan memberikan kepastian hukum dalam
pemanfaatan ruang juga akan mendorong masyarakat untuk berperan aktif, baik
pada proses perencanaan, pemanfaatan maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

II-8
Dalam perspektif inilah sekaligus untuk mengarahkan pembangunan di
Kabupaten Jepara dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, serasi,
selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pertahanan keamanan, disusun Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kabupaten Jepara (Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun
2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031).
Rencana struktur ruang Kabupaten Jepara diwujudkan berdasarakan arahan
pengembangan sistem pusat kegiatan dan sistem jaringan prasarana wilayah.
 Rencana sistem pusat kegiatan,terdiri dari:
1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan,
meliputi : perkotaan Jepara dan Pecangaan;
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) sebagai pusat kegiatan yang untuk
di kemudian hari ditetapkan sebagai PKL, meliputi : perkotaan Bangsri,
Mayong, Keling dan Karimunjawa;
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) sebagai kawasan perkotaan yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa,
meliputi :perkotaan Kedung, Mlonggo, Batealit, Kembang, Pakisaji,
Kalinyamatan, Nalumsari, Welahan, dan Donorojo; dan
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) sebagai pusat permukiman yang
berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa, meliputi : Desa
Mantingan, Teluk Awur, Raguklampitan, Kerso, Kedungmalang,
Ujungwatu, Keling, Suwawal, Slagi, Lebak, Bondo, Srikandang, Bucu,
Tubanan, Guwosobokerto, Ngroto, Welahan, Troso, Kaliombo,
Banyuputih, Mayong Kidul, Pelang, Bandung, Pringtulis, Daren dan
Ngetuk.
 Peran pusat kegiatan, meliputi:
1. PKL sebagai pusat pemerintahan kabupaten, pelayanan sosial dan
ekonomi, permukiman perkotaan, perdagangan, industri, perikanan,
pendidikan tinggi, perhubungan, pariwisata dan pertanian;
2. PKLp sebagai pusat pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi,
pengembangan permukiman perkotaan, perdagangan, industri, pertanian
perikanan, pengembangan budi daya hutan, riset perikanan, pelestarian
sumber daya alam, konservasi, perhubungan dan pariwisata;
3. PPK sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat pelayanan sosial
ekonomi skala kecamatan; dan
4. PPL sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi skala lingkungan.
 Rencana sistem jaringan prasarana wilayah, terdiri dari:
1. Sistem Jaringan Transportasi;
2. Sistem Jaringan Energi dan Kelistrikan;
3. Sistem Jaringan Telekomunikasi;

II-9
4. Sistem Jaringan Sumber Daya Air; dan
5. Sistem Jaringan Prasarana Lingkungan
Di bidang pariwisata Kabupaten Jepara memiliki banyak wilayah yang sangat
potensial dengan obyek wisata yang beragam namun pengembangannya masih belum
optimal, antara lain:
 Pantai Kartini. Terletak ± 2,5 km ke arah Barat dari Pendopo Kabupaten
Jepara. Obyek wisata ini berada di Kelurahan Bulu Kecamatan Jepara dan
merupakan obyek wisata alam yang menjadi dambaan wisatawan. Berbagai
sarana pendukung seperti dermaga, permainan anak-anak (komedi putar,
mandi bola) dan lain-lain telah tersedia untuk pengunjung. Kawasan dengan
luas tanah ± 3,5 ha ini merupakan kawasan strategis, karena sebagai jalur
transportasi laut menuju obyek wisata Taman Karimunjawa dan Pulau
Panjang.
 Pantai Tirta Samudra. Lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Pantai
Bandengan dan terletak ±7 km sebelah Utara dari pusat kota. Pantai yang
airnya jernih dan berpasir putih ini sangat cocok untuk lokasi mandi.
Kawasan obyek wisata yang lahannya cukup luas dan sebagian besar
ditumbuhi rerimbunan pohon pandan ini memang cocok untuk lokasi
kegiatan para remaja seperti kemah, volley pantai, sepeda pantai atau
kegiatan serupa.
 Benteng Portugis. Salah satu obyek wisata andalan di Jepara adalah Benteng
Portugis yang terletak di Desa Banyumanis Kecamatan Donorojo atau ± 45 km
di sebelah Utara kota Jepara, dan untuk mencapainya tersedia jalan aspal
dan transportasi reguler. Dilihat dari sisi geografis, benteng ini nampak
sangat strategis untuk kepentingan militer khususnya zaman dahulu yang
kemampuan tembakan meriamnya terbatas 2-3 km saja. Benteng ini
dibangun di atas sebuah bukit batu di pinggir laut dan persis di depannya
terhampar Pulau Mondolika, sehingga praktis selat yang ada di depan benteng
ini berada di bawah kontrol meriam benteng sehingga akan berpengaruh pada
pelayaran kapal dari Jepara ke Indonesia Bagian Timur atau sebaliknya.
 Air Terjun Songgolangit. Terletak di Desa Bucu Kecamatan Kembang ± 30 km
sebelah Utara dari kota Jepara. Air terjun ini mempunyai ketinggian ± 80
meter dan lebar ± 2 meter.
 Perang Obor Tegal Sambi. Upacara tradisional “Obor-oboran” merupakan
salah satu upacara tradisional yang dimiliki oleh masyarakat Kabupaten
Jepara, khususnya Desa Tegal Sambi Kecamatan Tahunan Kabupaten Jepara
yang tiada duanya di Jawa Tengah ini dan mungkin di seluruh Indonesia.
Obor pada upacara tradisional ini adalah gulungan atau bendelan 2 (dua)
atau 3 (tiga) pelepah kelapa yang sudah kering dan bagian dalamnya diisi
dengan daun pisang kering (Jawa: klaras). Obor yang telah tersedia
dinyalakan bersama untuk dimainkan/digunakan sebagai alat untuk saling

II-10
menyerang sehingga sering terjadi benturan obor yang dapat mengakibatkan
pijaran-pijaran api yang besar yang akhirnya masyarakat menyebutnya
dengan istilah “Perang Obor”.
 Kelenteng “Hian Thian Siang Tee” Welahan. Kelenteng Welahan yang diberi
nama “Hian Thian Siang Tee” terletak 24 km ke arah Selatan dari pusat kota
Jepara, di Desa Welahan Kecamatan Welahan Kabupaten Jepara, sebuah
desa yang menyimpan peninggalan kuno Tiongkok dan menjadi salah satu
asset wisata sejarah di Jepara, di mana berdiri megah 2 buah kelenteng yang
dibangun seorang tokoh pengobatan dari Tiongkok bernama Tan Siang Hoe
bersama dengan kakanya bernama Tan Siang Djie.
 Makam Mantingan Jepara. Masjid dan Makam Mantingan terletak 5 km arah
Selatan dari pusat kota Jepara di Desa Mantingan Kecamatan Tahunan
Kabupaten Jepara, sebuah desa yang menyimpan Peninggalan Kuno Islam
dan menjadi salah satu aset wisata sejarah di Jepara, di mana di sana berdiri
megah sebuah masjid yang dibangun oleh seorang tokoh Islamik yaitu Sultan
Hadlirin suami Ratu Kalinyamat yang dijadikan sebagai pusat aktivitas
penyebaran agama Islam di pesisir Utara pulau Jawa dan merupakan masjid
kedua setelah Masjid Agung Demak.
 Museum RA. Kartini. Museum RA Kartini terletak di pusat kota atau tepatnya
di sebelah Utara alun-alun kota Jepara. Museum RA Kartini termasuk jenis
museum umum dan sekaligus sebagai obyek wisata sejarah. Museum dibuka
setiap hari dan sering dikunjungi para wisatawan baik wisatawan
mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus). Museum RA
Kartini didirikan pada tanggal 30 Maret 1975 pada masa pemerintahan
Bupati Soewarno Djojomardowo,SH, sedangkan peresmiannya dilakukan pada
tanggal 21 April 1977 oleh Bupati KDH Tingkat II Jepara, Soedikto, SH.
 Potensi Khusus Karimunjawa. Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk
wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan 4 desa dan 27
pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku,
adapun jarak Jepara-Karimunjawa adalah 48 mil laut. Taman Nasional Laut
Karimunjawa memang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk
wisata bahari. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain:
1. Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan
yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang
belum tercemar (terkena polusi).
2. Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di
seluruh pulau-pulau.
3. Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/memancing,
dayung, dan sebagainya.
4. Menikmati biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam
karang laut yang menarik.

II-11
5. Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak,
ular edor, burung garuda dan ikan lele tanpa patil.
6. Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
7. Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba,
silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan
tersebut.
8. Bila perjalananan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan lumba-
lumba di sebelah menyebelah kapal.

2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat


2.2.1 Pertumbuhan PDRB
Gambaran perekonomian Kabupaten Jepara dapat diketahui dari besarnya
nilai Produk Domestik regional Bruto (PBRB). Secara nominal, PDRB Kabupaten
Jepara Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) mengalami kenaikan dari
Rp22.071.848.000.000,- pada tahun 2015 menjadi Rp23.903.617.000.000,- pada
tahun 2016. Sementara itu, Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) mengalami kenaikan
dari Rp17.200.366.000.000,- pada tahun 2015 menjadi Rp18.063.135.000.000,- pada
tahun 2016.Perkembangan PDRB Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada
Gambar2.6.
30000000

23,903,617
25000000
22,071,848
20,067,294
20000000 18,022,612
16,381,419
18,063,135
15000000 17,200,366
16,374,715
15,623,739
14,824,996

10000000

5000000

0
2012 2013 2014 2015 2016

PDRB ADHB PDRB ADHK

II-12
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017;
Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara

Gambar 2.6
PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

Meski demikian, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada tahun 2016


yang mencapai 5,02%, melambat jika dibandingkan tahun 2015 yang mencapai
5,04%. Jika ditarik lebih jauh, selama periode 2012-2016, pertumbuhan ekonomi
Jepara juga menunjukkan trend melambat. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh
melambatnya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang merupakan
lapangan usaha dengan share/kontribusi terbesar dalam PDRB Kabupaten Jepara.

6.5

6.0

5.5

5.0

4.5

4.0
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah)


Ket: 2015 = angka sementara; 2016 = angka sangat sementara

II-13
Gambar 2.7
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016 (%)

Mengacu pada posisi relatif, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada


tahun 2016 sama dengan capaian nasional (5,02%) namun lebih rendah
dibandingkan Provinsi Jawa Tengah (5,28%). Sementara itu, jika dibandingkan
dengan Kabupaten sekitarnya, maka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara pada
tahun 2016 merupakan yang terendah kedua setelah Kabupaten Kudus
(2,53%).Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jepara dibandingkan dengan kabupaten
lain secara rinci dapat dilihat pada Gambar2.8.
7.00

6.00 5.73
5.20 5.23
5.02 5.04
5.00

4.00

3.00
2.53

2.00

1.00

0.00
Jepara Kudus Pati Demak Rembang Blora (tanpa
migas)

Sumber: BPS RI, BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017 (diolah)


Ket: 2016 = angka sangat sementara

Gambar 2.8
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jepara dan Kabupaten di Sekitarnya (%)
Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016 dicapai oleh lapangan
usaha Jasa Perusahaan (10,62%). Adapun Industri Pengolahan sebagai lapangan
usaha unggulan justru melambat dan hanya tumbuh 4,58%. Sedangkan,
pertumbuhan lapangan usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan lebih rendah

II-14
lagi, yaitu 1,36%. Hal ini mengindikasikan bahwa lapangan usaha ini mengalami
tekanan, salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan tenaga kerja yang terserap di
lapangan usaha turun dari 87.880 orang pada tahun 2014 menjadi 74.165 orang
pada tahun 2015 (BPS Kabupaten Jepara, 2014-2015).
Perkembangan PDRB berdasarkan lapangan usaha menginformasikan bahwa
struktur/corak perekonomian Kabupaten Jepara dalam periode 2012-2016 tidak
mengalami perubahan, yaitu didominasi oleh Industri Pengolahan (C); Perdagangan
Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (G); dan Pertanian, Kehutanan,
dan Perikanan (A). Meski demikian, terlihat adanya pertumbuhan yang sangat
signifikan pada beberapa lapangan usaha yang bergerak di sektor tersier, yaitu
lapangan usaha yang terkait dengan jasa dan penyediaan akomodasi dan makan
minum. Salah satu hal yang diduga menjadi pendorongnya adalah semakin
berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Jepara. Perkembangan pariwisata ini
ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah pengunjung/wisatawan di Kabupaten
Jepara dari 1.025.356 orang pada tahun 2012 menjadi 1.205.439 orang pada tahun
2015 (BPS Kabupaten Jepara, 2013 dan 2016).

II-15
Tabel 2.4
PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
Lapangan Usaha
2012 2013 2014 2015* 2016** 2012 2013 2014 2015* 2016**
A. Pertanian, Kehutanan, dan 2.622.020 2.922.600 3.102.605 3.394.048 3.535.360 2.336.510 2.442.708 2.375.083 2.446.432 2.479.799
Perikanan
B. Pertambangan dan Penggalian 299.805 310.290 367.828 424.647 458.184 284.072 284.627 296.114 300.900 313.741
C. Industri Pengolahan 5.390.406 5.985.052 6.839.238 7.574.053 8.235.434 4.838.350 5.148.448 5.472.144 5.756.336 6.019.958
D. Pengadaan Listrik dan Gas 17.417 17.644 17.849 18.588 21.846 17.529 18.713 18.859 18.911 20.377
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 12.954 12.777 13.260 13.983 14.598 12.770 12.430 12.792 13.031 13.314
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 1.085.075 1.159.386 1.326.567 1.471.459 1.597.389 972.313 1.007.476 1.050.529 1.103.072 1.178.919
G. Perdagangan Besar dan Eceran; 2.953.125 3.192.137 3.394.676 3.691.322 3.993.310 2.701.718 2.815.812 2.932.999 3.072.168 3.226.680
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 600.657 660.867 743.002 819.917 874.384 597.280 650.518 695.081 735.840 784.577
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan 634.824 671.935 767.076 870.640 977.769 601.023 613.255 661.863 715.421 761.340
Minum
J. Informasi dan Komunikasi 357.630 394.768 462.711 512.511 555.581 356.051 394.601 468.280 523.714 567.217
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 365.427 392.970 424.604 465.944 523.665 322.648 329.643 338.880 357.450 390.112
L. Real Estate 258.637 277.239 308.213 337.697 366.385 255.173 269.310 286.817 305.843 326.625
M,N. Jasa Perusahaan 66.798 78.821 87.644 100.711 115.569 62.254 69.869 75.579 82.665 91.447
O. Administrasi Pemerintahan, 450.863 477.877 506.085 549.365 593.189 394.893 399.800 399.359 417.006 426.884
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
P. Jasa Pendidikan 791.581 939.880 1.089.288 1.161.120 1.289.250 631.497 689.184 764.991 803.498 864.863
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 139.613 156.556 185.502 207.851 230.436 119.079 128.000 146.363 157.931 173.501
R,S,T,U. Jasa lainnya 334.585 371.813 431.145 457.993 521.268 321.836 349.344 378.981 390.149 423.782
PDRB 16.381.419 18.022.612 20.067.294 22.071.848 23.903.617 14.824.996 15.623.739 16.374.715 17.200.366 18.063.135
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017
Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara

II-16
Tabel 2.5
Peranan dan Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)

Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Pertumbuhan Riil PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Lapangan Usaha Usaha Usaha
2012 2013 2014 2015* 2016** 2012 2013 2014 2015* 2016** Rata-rata
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 16,01 16,22 15,46 15,38 14,79 3,85 4,55 -2,77 3,00 1,36 2,00
B. Pertambangan dan Penggalian 1,83 1,72 1,83 1,92 1,92 -0,44 0,20 4,04 1,62 4,27 1,93
C. Industri Pengolahan 32,91 33,21 34,08 34,32 34,45 6,19 6,41 6,29 5,19 4,58 5,73
D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,11 0,10 0,09 0,08 0,09 11,95 6,76 0,78 0,28 7,76 5,50
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, 0,08 0,07 0,07 0,06 0,06 -0,68 -2,66 2,91 1,86 2,17 0,72
Limbah dan Daur Ulang
F. Konstruksi 6,62 6,43 6,61 6,67 6,68 7,12 3,62 4,27 5,00 6,88 5,38
G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi 18,03 17,71 16,92 16,72 16,71 3,89 4,22 4,16 4,74 5,03 4,41
Mobil dan Sepeda Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 3,67 3,67 3,70 3,71 3,66 5,80 8,91 6,85 5,86 6,62 6,81
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3,88 3,73 3,82 3,94 4,09 5,55 2,04 7,93 8,09 6,42 6,00
J. Informasi dan Komunikasi 2,18 2,19 2,31 2,32 2,32 12,75 10,83 18,67 11,84 8,31 12,48
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 2,23 2,18 2,12 2,11 2,19 2,99 2,17 2,80 5,48 9,14 4,52
L. Real Estate 1,58 1,54 1,54 1,53 1,53 7,80 5,54 6,50 6,63 6,80 6,65
M,N. Jasa Perusahaan 0,41 0,44 0,44 0,46 0,48 7,72 12,23 8,17 9,38 10,62 9,63
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan 2,75 2,65 2,52 2,49 2,48 0,22 1,24 -0,11 4,42 2,37 1,63
dan Jaminan Sosial Wajib
P. Jasa Pendidikan 4,83 5,22 5,43 5,26 5,39 26,24 9,13 11,00 5,03 7,64 11,81
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,85 0,87 0,92 0,94 0,96 13,18 7,49 14,35 7,90 9,86 10,56
R,S,T,U. Jasa lainnya 2,04 2,06 2,15 2,08 2,18 0,81 8,55 8,48 2,95 8,62 5,88
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 5,86 5,39 4,81 5,04 5,02 5,22
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017 (diolah)
Ket: * = angka sementara; ** = angka sangat sementara
= 3 (tiga) tertinggiper tahun

II-17
2.2.2 PDRB Per Kapita
Selama periode 2012-2016, pendapatan per kapita Kabupaten Jepara
(ADHB dan ADHK) terus meningkat. Meskipun belum bisa menggambarkan
kondisi sebenarnya, akan tetapi hal ini setidaknya memberikan gambaran secara
makro bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Jepara dalam
kondisi baik dan terus meningkat. Pada tahun 2016 PDRB Per Kapita Kabupaten
Jepara tercatat sebesar Rp19.823.8653,- (ADHB) dan Rp14.980.208,- (ADHK).
PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara masih jauh di bawah capaian Provinsi dan
termasuk terendah kedua dibandingkan dengan beberapa kabupaten di
sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan 2.10.
25

19.82
20 18.57
17.14
15.63
14.42
15
14.47 14.98
13.55 13.99
13.05
10

0
2012 2013 2014 2015 2016

PDRB Per Kapita ADHB PDRB Per Kapita ADHK

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.9
PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (juta rupiah)

II-18
120.00
107.13
100.00

80.00

60.00

40.00 32.10
27.13 23.82
19.82 18.46 18.28
20.00

0.00

BLORA (tanpa migas)


REMBANG
JEPARA

KUDUS
JATENG

DEMAK
PATI
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.10
PDRB Per Kapita Kabupaten Jepara, Kabupaten di Sekitarnya,
dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (juta rupiah)
2.2.3 Inflasi
12.00

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Pergerakan inflasi Kabupaten Jepara selama tahun 2012-2016 jika


dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah dan Nasional menunjukkan pola yang
mirip. Inflasi di Kabupaten Jepara secara konsisten mulai tahun 2014-2016 selalu
di atas inflasi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional. Inflasi di Kabupaten Jepara
pada tahun 2016 mencapai 3,45% di atas Provinsi Jawa Tengah (2,36%) dan
Nasional (3,02%).

II-19
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.11
Inflasi di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional
Tahun 2012-2016 (%)

Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten lain di sekitarnya,


pada tahun 2016 maka inflasi di Kabupaten Jepara adalah yang tertinggi.

4.00
3.45
3.50
3.02
3.00

2.50 2.32 2.31 2.27 2.36


2.14
2.00 1.75

1.50

1.00

0.50

0.00
Demak

Blora
Kudus

Pati
Jepara

Rembang

Nasional
Jawa Tengah

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.12
Inflasi Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 (%).

2.2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)


Capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Jepara
menunjukkan ke arah positif setiap tahunnya. Pada tahun 2012 IPM Kabupaten
Jepara mencapai 68,45 meningkat menjadi 69,61 pada tahun 2014 dan kembali
mengalami peningkatan menjadi 70,25 pada tahun 2016. Perkembangan IPM
Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan capaian IPM

II-20
Jawa Tengah (69,98). Perkembangan IPM Kabupaten Jepara dapat dilihat pada
Gambar2.13.
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, maka IPM
Kabupaten Jepara pada tahun 2016 berada di bawahKabupaten Kudus (72,94),
namun lebih baik dibandingkan capaian Kabupaten Demak (70,10) dan Kabupaten
Pati (69,03). Perbandingan capaian IPM Kabupaten Jepara dengan kabupaten
sekitar adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 2.14.
70.50

70.00

69.50

69.00

68.50

68.00

67.50

67.00

66.50

66.00

65.50
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.13
IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2012-2016

74.00

72.00
70.18
69.98
70.00

68.00
Kabupaten
66.00
Jawa Tengah
64.00
66.61

69.03
68.52

68.60

70.10

70.25

72.94

Nasional

62.00
Pati

Demak

Kudus
Blora

Jepara
Rembang
Grobogan

Sumber :
BPS Jawa
Tengah, 2017

Gambar 2.14
IPM Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016
Jika ditinjau berdasarkan 4 indikator pembentuk IPM, maka kesemuanya
mengalami kenaikan, dengan rincian sebagai berikut:
 Angka Harapan Hidup Kabupaten Jepara menunjukkan kondisi perbaikan
setiap tahunnya, dari 75,61 tahun pada tahun 2012 menjadi75,67 tahun
pada tahun 2016.

II-21
 Angka Harapan Lama Sekolah di Kabupaten Jepara selalu menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya, dari 11,82 tahun pada tahun 2012 menjadi
12,28 tahun pada tahun 2016.
 Pengeluaran perkapita masyarakat Kabupaten Jepara menunjukkan
perkembangan setiap tahunnyadari Rp8.999.000,-/orang/tahun pada
tahun 2012 meningkat menjadi Rp9.695.000,-/orang/tahun pada tahun
2016.
 Rata-rata lama sekolah di Kabupaten Jepara meningkat dari 6,96 tahun
pada tahun 2012 menjadi 7,32 tahun pada tahun 2016.

Tabel 2.6
Indikator Pembentuk IPM Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Satua
2012 2013 2014 2015 2016
Indikator Pembentuk n
Angka Harapan Hidup Tahun 75,61 75,63 75,64 75,65 75,67
Harapan Lama Sekolah Tahun 11,82 12,06 12,25 12,27 12,28
Rata-rata Lama Sekolah Tahun 6,96 7,09 7,29 7,31 7,32
Pengeluaran Per Kapita Ribu 8.999,00 9.176,98 9.194,97 9.504,0 9.695,0
Rupia 0 0
h
Sumber : BPS Jawa Tengah ,2017

2.2.5 Indeks Pembangunan Gender (IPG)


IPG Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun 2011-2015 selalu
mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 IPG Kabupaten Jepara mencapai 88,78
meningkat menjadi 91,29 pada tahun 2015. Kondisi ini menunjukkan bahwa
kondisi pembangunan yang memperhatikan keseteraan antara laki-laki dan
perempuan dalam menjalani peran, kontrol, akses serta partisipasi terhadap
pembangunan sudah mencapai 91,29. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa
Tengah, maka capaian IPG Kabupaten Jepara selalu berada di bawahnya. Namun
kondisi berbeda jika dibandingkan dengan Nasional. IPG Kabupaten Jepara pada
tahun 2014-2015 berada di atas Nasional. Berturut-turut capaian IPG Kabupaten
Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional pada tahun 2015 adalah 91,29;
92,21; dan 91,03.

II-22
92.50 92.21
91.89
92.00
91.50
91.50 91.12 91.21
90.92 91.03
91.29
91.00
90.50 90.19
90.07 90.34
90.00
89.52
89.64
89.50
89.00
88.78
88.50
88.00
2011 2012 2013 2014 2015

Jepara JAWA TENGAH NASIONAL

Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan

Gambar 2.15
IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2011-2015

Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, maka


capaianIPG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 merupakan yang tertinggi kedua
dibandingkan setelah Kabupaten Kudus (91,56).

96.00

94.00
92.21
92.00 91.03
90.00

88.00

86.00 91.06 91.29 91.56


89.16
84.00
85.5 85.87
82.00

80.00
Grobogan Rembang Demak Pati Jepara Kudus

Kabupaten Jawa Tengah Nasional

II-23
Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan

Gambar 2.16
IPG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional,
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2015

Dilihat dari komponen pembentuknya, maka bisa dilihat bahwa terjadi


kondisi yang berbeda antarkomponen tersebut, dengan rincian sebagai berikut:
 Pengeluaran Per Kapita. Komponen yang mewakili dimensi ekonomi ini
menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara
perempuan dan lak-laki. Meskipun terus meningkat, tapi pengeluaran per
kapita perempuan dari tahun 2011-2015 maksimal hanya mencapai
<60,01% pengeluaran per kapita laki-laki. Pada tahun 2011, pengeluaran
per kapita perempuan hanya 53,29% dari pengeluaran per kapita laki-laki,
yaitu Rp6.580.038,- berbanding Rp12.347.117,- . Namun, pada tahun
2015 meningkat menjadi 60,01%, yaitu Rp7.881.000,- berbanding
Rp13.133.000,-. Hal ini secara tidak langsung menjadi salah satu indikasi
bahwa banyak perempuan yaang tidak bekerja dan/atau bekerja namun
memiliki pendapatan lebih kecil dibandingkan laki-laki. Dengan demikian,
laki-laki masih menjadi pencari nafkah utama keluarga di Kabupaten
Jepara.
 Angka Harapan Hidup (AHH). Darikomponen ini dapat diketahui bahwa
dalam periode tahun 2011-2015 perempuan mempunyai angka harapan
hidup yang lebih secara konsisten lebih lama dibandingkan laki-laki. Pada
tahun 2011 AHH perempuan mencapai 105,69% dari AHH laki-laki, yaitu
72,87 tahun berbanding 68,95 tahun. Sementara itu pada tahun 2015
AHH perempuan mencapai 105,41% dari AHH laki-laki, yaitu 77,61 tahun
berbanding 73,63 tahun. Jika ditilik dari dimensi kesehatan, maka AHH
ini bisa menjadi salah satu indikasi bahwa kondisi kesehatan perempuan
masih lebih baik daripada laki-laki.
 Angka Melek Huruf (AMH)/Harapan Lama Sekolah (HLS). Perkembangan
AMH/HLS perempuan dari tahun 2011-2015 terus meningkat, bahkan
pada tahun 2014-2015, HLS perempuan lebih besar dibandingkan laki-
laki, yaitu 12,72 tahun berbanding 12,22 pada tahun 2014 dan 12,73

II-24
tahun berbanding 12,24 tahun pada tahun 2015. Ini menunjukkan bahwa
peluang/harapan perempuan bersekolah lebih lama daripada laki-laki.
 Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Perkembangan RLS perempuan
menunjukkan trend penurunan selama periode tahun 2011-2015 dan
selalu di bawah RLS laki-laki. Pada tahun 2014-2015, perbandingan RLS
perempuan dan laki-laki berturut-turut adalah 6,63 tahun berbanding
7,55 dan 6,65 berbanding 7,64. Hal ini mengindikasikan bahwa
perempuan di Kabupaten Jepara banyak yang hanya sekolah sampai
dengan kelas 6 SD atau 1 SMP, sedangkan laki-lakinya bisa sampai kelas
2 SMP.
Selengkapnya mengenai perkembangan komponen pembentuk IPG
Kabupaten Jepara dapat dilihat pada Tabel 2,7.

Tabel 2.7
Indikator Pembentuk IPG Kabupaten JeparaTahun 2011-2015
2011 2012 2013 2014 2015
Indikator
L P L P L P L P L P
AHH (th) 68,95 72,87 69,08 73,01 69,22 73,12 73,62 77,54 73,63 77,61
HLS (th) 96,98 89,57 97,06 89,9 97,07 92,03 12,22 12,72 12,24 12,73
RLS (th) 7,92 7,06 7,95 7,16 7,96 7,53 7,55 6,63 7,64 6,65
Pengeluaran 12.347 6.580 12.569 7.016 12.791 7.386 13.087 7.760 13.133 7.881
per kapita
(ribu Rp)
Sumber : Kemen PPA, berbagai tahun terbitan
Ket: HLS pada tahun 2011-2013 adalah angka melek huruf (AMH) dengan satuan persen.

2.2.6 Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)


Perkembangan capaian IDG Kabupaten Jepara pada kurun waktu 2011-
2015 menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, IDG
Kabupaten Jepara mencapai 47,23 meningkat menjadi 48,49 pada tahun 2015.
Perkembangan capaian IDG tahun 2011-2015 Kabupaten Jepara dapat dilihat
pada gambardi bawah ini.
80.00

75.00

70.00

65.00

60.00

55.00

50.00

45.00

40.00
2011 2012 2013 2014 2015

II-25
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan

Gambar 2.17
IDG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, dan Nasional Tahun 2011-2015

Capaian IDG Kabupaten Jepara pada tahun 2015 dibandingkan dengan


capaian IDG kabupaten sekitar menunjukan ketertinggalan. IDG Kabupaten
Jepara masih berada jauh di bawah rata-rata capaian Nasional, Provinsi Jawa
Tengah dan 6 kabupaten sekitar.

80.00
74.80
75.00
70.83
70.00
65.00
60.00
55.00
70.35
68.27

50.00
65.40
62.00
57.54

45.00
48.49

40.00
35.00
30.00
Jepara Grobogan Kudus Pati Demak Rembang

Kabupaten Jawa Tengah Nasional

II-26
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan

Gambar 2.18
IDG Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional
dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2015
Indikator pembentuk IDG adalah keterlibatan perempuan di
parlemen,perempuan sebagai tenaga manajer, profesional, administrasi, teknisi;
serta sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja. Pencapaian pada masing-
masing indikator pembentuk IDG adalah sebagai berikut:
 Unsur keterlibatan perempuan di parlemen stagnan sebesar 6% atau
sekitar 3 orang dari 50 orang anggota DPRD. Hal ini menjadi salah satu
indikasi bahwa masyarakat Jepara masih memercayakan keputusan politis
di bidang legislatif pada laki-laki.
 Ketertinggalan dalam hal pemberdayaan perempuan juga terlihat dari
masih rendahnya sumbangan perempuan dalam pendapatan kerja.
Kendati mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun capaian
indikator pembentuk tersebut masih jauh di bawah capaian sumbangan
pendapatan laki-laki. Sumbangan perempuan pada pendapatan kerja pada
tahun 2015 sebesar 23,15%. Hal ini menjadi salah satu indikasi bahwa
perempuan di Kabupaten Jepara banyak yang tidak bekerja dan/atau
bekerja dengan pengdapatan yang lebih rendah dari laki-laki.
 Kondisi yang sedikit lebih baik ditunjukkan oleh indikator pembentuk IDG
terkait dengan keterwakilan perempuan dalam dunia kerja, yaitu
perempuan sebagai tenaga Manager, Profesional, Administrasi, Teknisi.
Indikator tersebut memiliki capaian yang cukup baik yaitu mencapai
52,03% pada tahun 2015. Meskipun turun jika dibandingkan tahun 2014
(52,75%), namun trend capaian indikator pembentuk tersebut mengalami
peningkatan.
Tabel 2.8
Indikator Pembentuk IDG Kabupaten JeparaTahun 2011-2015

Indikator IDG 2011 2012 2013 2014 2015

Keterlibatan perempuan di 6,00 6,00 6,00 6,00 6,00


Parlemen (%)
Perempuan sebagai tenaga 47,90 45,67 50,05 52,75 52,03
Manager, Profesional,
Administrasi, Teknisi (%)
Sumbangan Perempuan dalam 22,26 22,57 22,76 22,96 23,14
Pendapatan Kerja (%)
Sumber: Kemen PPA, berbagai tahun terbitan

2.2.7 Indeks Gini


Indeks Gini di Kabupaten Jepara fluktuatif selama periode 2011-2015.
Secara keseluruhan, kecuali pada tahun 2012 yang mencapai 0,35, maka

II-27
ketimpangan di Kabupaten Jepara termasuk dalam kriteria rendah (Oshima
dalam BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016:4). Posisi relatif Indeks Gini Kabupaten
Jepara Tahun 2015 sebesar 0,32 berada di bawah Jawa Tengah sebesar 0,38 dan
Nasional sebesar 0,41. Ini berarti, tingkat pemerataan pendapatan di Kabupaten
Jepara lebih baik dibandingkan Nasional dan regional Jawa Tengah.

0.42

0.40

0.38

0.36

0.34

0.32

0.30
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber: BPS Prov Jawa Tengah, 2016; BPS RI, 2017

Gambar 2.19
Indeks Gini Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional
Tahun 2011-2015

II-28
Sementara itu, jika dibandingkan kabupaten di sekitarnya Indeks Gini
Kabupaten Jepara pada tahun 2015 adalah yang terendah kedua. Indeks Gini
Kabupaten Jepara masih lebih tinggi jika dibandingkan Kabupaten Demak (0,28).

0.40

0.35
0.35 0.34
0.33
0.32

0.30 0.28

0.25

0.20

0.15

0.10

0.05

0.00
Jepara Demak Kudus Pati Blora

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2016

Gambar 2.20
Indeks Gini Kabupaten Jepara dan Sekitarnya Tahun 2015

Yang perlu diwaspadai adalah persentase pendapatan kelompok 40 persen


penduduk berpendapatan rendah yang semakin mendekati 17%, yaitu 20,27%.
Capaian ini merupakan yang terendah kedua selama periode 2011-2015.
Tabel 2.9
Indeks Gini dan Kriteria Bank Dunia Kabupaten Jepara
Tahun 2011-2015
Kriteria Bank Dunia
Indeks
Tahun
Gini 40% I 40% II 20% III

2011 0,32 21,80 35,45 42,80


2012 0,35 18,60 31,35 50,03
2013 0,33 21,56 33,03 45,41
2014 0,31 23,15 35,54 41,31

II-29
2015 0,32 20,27 36,69 43,04
Sumber: BPS Prov Jawa Tengah, 2016

2.2.8 Persentase PendudukMiskin


2.2.8.1 Persentase Penduduk Miskin (P0)
Persentase penduduk miskin (P0) di Kabupaten Jepara mengalami
penurunan yang cukup signifikan dalam kurun waktu 2012-2016. Persentase
penduduk miskin di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 adalah sebesar 9,38%
menurun pada tahun 2016 menjadi 8,35%. Rata-rata penurunan per tahunnya
mencapai 0,26% atau ±1.125 jiwa.Perkembangan persentase penduduk miskin di
Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada gambar berikut ini.
16

15

14

13

12

11

10

6
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.21
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016 (%)

Kondisi kemiskinan Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih rendah


dibandingkan Kabupaten Pati (11,65%), Kabupaten Blora (13,33%) Kabupaten

II-30
Rembang (18,54%), dan Kabupaten Demak (14,10%) namun lebih tinggi jika
dibandingkan dengan Kabupaten Kudus (7,65%). Perbandingan capaian
persentase kemiskinan di Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.
20
18.54
18

16
14.1
14 13.33 13.27
11.65
12 10.7
10
8.35
7.65
8

6
4
2

Kudus

Demak
Rembang
Jepara

Blora

Pati

Nasional
Jawa Tengah
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.22
Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016 (%)

Angka kemiskinan (P0) di Kabupaten Jepara kendati mengalami penurunan


setiap tahunnya namun masih perlu mendapatkan perhatian. Jumlah absolut
penduduk miskin di Kabupaten Jepara-kendati telah menurun setiap tahunnya-
masih cukup besar. Jumlah penduduk miskin pada tahun 2016 mencapai
100.320 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Jepara
secara rinci dapat dilihat pada gambardi bawah ini.

108
106.9

106
104.8

104

102
100.5 100.6
100.3
100

98

96
2012 2013 2014 2015 2016

II-31
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.23
Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (ribu jiwa)

2.2.8.2 Garis Kemiskinan


Garis kemiskinan di Kabupaten Jepara terus meningkat, dari
Rp263.266,-/kapita/bulan pada tahun 2012 menjadi Rp341.754,-/kapita/bulan
pada tahun 2016. Jika dibandingkan dengan kabupaten sekitarnya, Provinsi Jawa
Tengah, dan Nasional, maka terlihat bahwa garis kemiskinan di Kabupaten Jepara
selalu di atas Provinsi Jawa Tengah dan termasuk yang terendah. Pada tahun
2016 garis kemiskinan Kabupaten Jepara menjadi yang terendah kedua setelah
Kabupaten Blora (Rp279.972,-/kapita/bulan). Hal ini menjadi salah satu indikasi
bahwa secara rata-rata, standard hidup di Kabupaten Jepara relatif lebih rendah
daripada kabupaten lainnya karena biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi
kebutuhan pokok minimum makanan relatif lebih rendah. Selengkapnya mengenai
perkembangan garis kemiskinan Kabupaten Jepara dan perbandingannya dengan
kabupaten lain di sekitarnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.10
Garis Kemiskinan Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan
Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2012-2016 (Rp/kapita/bulan)
Wilayah 2012 2013 2014 2015 2016
Jepara 263.266 285.287 299.914 314.422 341.754
Pati 288.271 314.609 332.228 347.575 377.442
Kudus 276.317 299.097 314.211 328.404 356.951
Demak 276.041 299.773 315.570 328.529 356.919
Rembang 261.156 284.160 299.503 314.596 338.986
Blora 221.088 237.850 248.903 257.581 279.972
Jawa Tengah 233.769 261.881 281.570 297.851 317.348
Nasional 254.105 288.083 307.953 341.730 358.744
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

2.2.8.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan


Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran
rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap
garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran

II-32
penduduk dari garis kemiskinan. Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten
Jepara pada tahun 2012-2016 mengalami fluktuatif dari 0,94 pada tahun 2012
menjadi 1,12 pada tahun2013 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan
sebesar 0,68. Namun secara konsisten, P1 Kabupaten Jepara selalu di bawah
capaian Jawa Tengah dan Nasional. Kondisi pada tahun 2016 ini mengindikasikan
bahwa pendapatan penduduk miskin di Kabupaten Jepara semakin meningkat
dan mendekati garis kemiskinan. Perkembangan P1 di Kabupaten Jepara secara
rinci dapat dilihat pada Gambar2.24.

3.00

2.50

2.00

1.50

1.00

0.50

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.24
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
dan Nasional Tahun 2012-2016

II-33
Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, Capaian
P1 Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan Kabupaten Pati
(1,99) Kabupaten Demak (2,2), Kabupaten Blora (2,17), Kabupaten Grobogan
(1,78), Kabupaten Rembang (3,28), dan Kabupaten Kudus (1,07).
3.50 3.28

3.00

2.50 2.37
2.17 2.20
1.99
2.00
1.74

1.50
1.07
1.00
0.68
0.50

0.00

Jawa Tengah
Rembang

Demak

Nasional
Jepara

Kudus
Blora

Pati

Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.25
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah,
Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016

2.2.8.4 Indeks Keparahan Kemiskinan


Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan
gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin. Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Jepara meskipun masih
fluktuatif, namun trend-nya cenderung menurun pada tahun 2012-2016, yaitu
dari 0,18pada tahun 2012 menjadi 0,10 pada tahun 2016. Secara konsisten, P2
Kabupaten Jepara selalu di bawah capaian Jawa Tengah dan Nasional. Hal ini
mendikasikan bahwa distribusi pendapatan antarpenduduk miskin di Kabupaten
Jepara semakin baik. Jika dikaitkan dengan P1 yang semakin turun, maka hal ini
menunjukkan bahwa pendapatan penduduk miskin di Kabupaten Jepara semakin

II-34
meningkat dan merata. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan secara rinci
dapat dilihat gambardi bawah ini
0.70

0.60

0.50

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Prvinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.26
Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa
Tengah,dan Nasional Tahun 2012-2016

Sementara itu, jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya, capaian


P2Kabupaten Jepara pada tahun 2016 lebih baik dibandingkan Kabupaten Kudus
(0,21), Kabupaten Grobogan (0,38), Kabupaten Pati (0,49), Kabupaten Blora (0,54),
Kabupaten Demak (0,56), dan Kabupaten Rembang (0,85).

II-35
0.90 0.85
0.80

0.70
0.63
0.60 0.54 0.56
0.49
0.50 0.44
0.40

0.30
0.21
0.20
0.10
0.10

0.00

Jawa Tengah
Rembang

Nasional
Demak
Kudus
Jepara

Blora

Pati

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.27
Indeks Keparahan Kemiskinan (P1) Kabupaten Jepara,
Provinsi Jawa Tengah, Nasional, dan Kabupaten di Sekitarnya Tahun 2016

2.3 Aspek Pelayanan Umum


2.3.1 Fokus Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar
2.3.1.1 Urusan Pendidikan
A. Angka Melek Huruf (AMH) Usia 15 Tahun ke Atas
AMH pada usia 15+ di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan dalam
kurun waktu tahun 2012-2016. AMH usia 15+ meningkat dari 98,75% menjadi
99,89% pada tahun 2016. Perkembangan Angka Melek Huruf Usia 15+ di
Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada gambardi bawah ini.

II-36
100.00 99.89
99.80 99.80
99.75
99.80

99.60

99.40

99.20

99.00
98.75
98.80

98.60

98.40

98.20

98.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.28
AMHUsia 15 Tahun ke Atas di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)

B. Angka Partisipasi Kasar (APK)


a) SD/MI
Capaian APK SD/MI Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-2016
adalahfluktuatif. Berturut-turut capaian APK SD/MI dari tahun 2012-2016 adalah
111,87%,110,12%, 110,30%, 111,62%, dan 110,34%. Mengacu pada kondisi ini,
maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa Kabupaten Jepara mampu
menampung penduduk usia sekolah SD/MI lebih dari target yang sesungguhnya.
Penduduk ini selain berasal dari kelompok yang usianya melebihi dan/atau belum

II-37
mencukupi dari usia sekolah yang seharusnya (7-12 tahun), namun juga
penduduk yang berasal dari kabupaten di sekitarnya. Jika dibandingkan dengan
Provinsi Jawa Tengah, maka APK SD/MI Kabupaten Jepara secara konsisten
selalu berada di atas capaian APK SD/MI Provinsi Jawa Tengah.

114.00

112.00

110.00

108.00

106.00

104.00

102.00

100.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPSProvinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.29
APK SD/MI Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)

b) SMP/MTs
Capaian APK SMP/MTs Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-2016
menunjukkan trend menaik, meskipun pada tahun 2016 mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2015. Berturut-turut capaian APK SMP/MTs dari tahun
2012-2016 adalah 77,64%,79,45%, 89,16%, 95,44%, dan86,24%. Mengacu pada
kondisi tahun 2016, maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa pada
tahun 2016, tingkat partisipasi sekolah SMP/MTs, tanpa memperhatikan
ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya (13-15 tahun),
mencapai86,24%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka APK
SMP/MTs Kabupaten Jepara secara konsisten selalu berada di bawah capaian APK
SMP/MTs Provinsi Jawa Tengah, kecuali pada tahun 2015.

II-38
120.00

100.00

80.00

60.00

40.00

20.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.30
APK SMP/MTs Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)
c) SMA/SMK/MA
Capaian APK SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara selama periode tahun 2012-
2016 menunjukkan trend menaik. Berturut-turut capaian APK SMA/SMK/MA dari
tahun 2012-2016 adalah 74,56%, 66,6%, 62,85%, 74,51%, dan 85,84%.Mengacu
pada kondisi tahun 2016, maka hal ini salah satunya dapat diartikan bahwa pada
tahun 2016, tingkat partisipasi sekolah SMA/SMK/MA, tanpa memperhatikan
ketepatan usia sekolah pada jenjang pendidikannya (16-18 tahun),
mencapai85,84%. Jika dibandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah, maka APK
SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dalam tiga tahun terakhir (2013-2016) secara
konsisten selalu berada di bawah capaian APK SMA/SMK/MA Provinsi Jawa
Tengah.

II-39
100.00

90.00

80.00

70.00

60.00

50.00

40.00

30.00

20.00

10.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.31
APK SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)

C. Angka Partisipasi Murni (APM)


a) SD/MI
APM SD/MI Kabupaten Jepara pada tahun 2012-2015 mengalami kenaikan,
namun pada tahun 2016mengalami penurunan. Pada tahun 2012 APM Kabupaten
Jepara sebesar 95,92%naik menjadi 99,5% pada tahun 2015. Namun pada tahun
2016 mengalami penurunan menjadi sebesar 96,37%. Perkembangan APM jenjang
pendidikan SD/MI masih belum optimal; kondisi ini terlihat dari capaian APM
yang belum mencapai 100%. Hal ini menunjukkan bahwa belum seluruh anak
yang berusia sekolah jenjang pendidikan SD/MI yang bersekolah tepat waktu.
Capaian APM Kabupaten Jepara selalu berada di atas capaian Provinsi Jawa
Tengah, kecuali pada tahun 2016.

II-40
102.00

100.00

98.00

96.00

94.00

92.00

90.00

88.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.32
APMSD/MI Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)

b) SMP/MTs
Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh capaian APM SMP/MTs pada
tahun 2012-2015 mengalami peningkatan, yaitu pada tahun 2012 sebesar 69,83%
meningkat menjadi sebesar 82,04% pada tahun 2015. Namun pada tahun 2016
menurun menjadi sebesar 79,26%. Perkembangan APM jenjang pendidikan
SMP/MTs dapat dilihat pada gambardi bawah ini.

II-41
85.00

80.00

75.00

70.00

65.00

60.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.33
APMSMP/MTs Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)

c) SMA/SMK/MA
Capaian APM SMA/SMK/MA pada tahun 2012-2106menunjukkan trend
meningkat. Berturut-turut capaian APM SMA/SMK/MA Kabupaten Jepara pada
tahun 2012-2016 adalah 51,87%, 46,79%, 50,12%, 55,58%, dan 57,86%. Hal ini
menunjukkan bahwa belum seluruh anak yang berusia sekolah jenjang
pendidikan SMA/SMK/MA yang bersekolah tepat waktu. Selengkapnya dapat
70.00 dilihat pada
gambar di
60.00
bawah ini.
50.00

40.00

30.00

20.00

II-42
10.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.34
APMSMA/SMK/MA Kabupaten Jepara dan Provinsi Jawa Tengah
Tahun 2012-2016 (%)

D. Angka Putus Sekolah (APTs)


APTsSD/MI di Kabupaten Jepara menunjukkan kecenderungan menurun
(membaik), namunsedikit meningkat pada tahun 2016 yaitu 0,05%. Kondisi
serupa terjadi padaAPTs SMP/MTs yang juga mengalami penurunan yang cukup
signifikan. APTs SMP/MTs pada tahun 2016 mencapai 0,11%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa tingkat putus sekolah pada pendidikan dasar di Kabupaten
Jepara semakin kecil. Faktor utama yang menjadi penyebab utama masih adanya
kejadian putus sekolah adalah faktor ekonomi (ketidakmampuan biaya) sehingga
anak usia sekolah memilih bekerja daripada sekolah. Selengkapnya mengenai
APTs di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.11
APTs pada Pendidikan Dasar 9 Tahun Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Capaian Kinerja Tahun


Uraian
o 2012 2013 2014 2015 2016
1. Angka Putus Sekolah (APTs) SD/MI (%) 0,10 0,10 0,01 0,01 0,05
2. Angka Putus Sekolah (APTs) SMP/MTs 1,22 1,00 0,26 0,26 0,11
(%)
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

E. Angka Kelulusan
Capaian Angka Kelulusan SD/MI tahun 2016 sudah mencapai 100%,
sedangkan SMP/MTs Kabupaten Jepara sebesar 98,70%. Selengkapnya, capaian
Angka Kelulusan SD/MI dan SMP/MTs di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2015
terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.12
Angka Kelulusan pada Pendidikan Dasar 9 Tahun
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
N Capaian Kinerja Tahun
Uraian
o 2012 2013 2014 2015 2016
1. Angka Kelulusan SD/MI (%) 99,32 99,08 99,32 99,32 100,00
2. Angka Kelulusan SMP/MTs 93,26 91,68 92,40 92,40 98,70
(%)
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

II-43
F. Angka Melanjutkan
Capaian Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs menunjukkan trend
peningkatan setiap tahunnya, meskipun mengalami penurunan pada tahun 2016,
yaitu 102,35%.Mengacu pada data tahun tiga tahun terakhir (2014-2016) yang
menunjukkan bahwa Angka Melanjutkan SD/MI >100%, maka hal ini bisa terjadi
karena beberapa faktor. Pertama, ada anak SD yang sudah lulus tapi tidak
langsung melanjutkan ke SMP pada tahun yang sama. Kedua, adanya penduduk
dari luarJepara yang bersekolah di SMP (kelas 1) di wilayah Jepara.
Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA menunjukkan
trendpeningkatan setiap tahunnya, namun masih belum mencapai kondisi ideal
100%. Pada tahun 2016, Angka Melanjutkan SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
mencapai 96,17%, naik dari 88,57% pada tahun 2015. Hal ini mengindikasikan
adanya lulusan SMP/MTs yang tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang
SMA/SMK/MA. Selengkapnya, capaian Angka Melanjutkan pada jenjang SD/MI
dan SMP/MTs di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.13
Angka Melanjutkan pada Pendidikan Dasar 9 Tahun
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
1. Angka Melanjutkan dari 96,41 98,27 104,72 104,72 102,35
SD/MI ke SMP/MTs (%)
2. Angka Melanjutkan dari 85,42 82,83 88,57 88,57 96,17
SMP/MTs ke SMA/SMK/MA
(%)
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

G. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)


Data PAUD yang bisa dihimpun adalah PAUD Formal, yaitu Taman Kanak-
Kanak (TK). Berdasarkan data Disdikpora Kabupaten Jepara, perkembangan
jumlah TK, murid dan jumlah guru dari tahun 2012 hingga 2016 terus meningkat.
Sebagian besar TK merupakan sekolah swasta. Jumlah sekolah TK tiap tahunnya
mengalami peningkatan, yaitu dari447 pada tahun 2012 menjadi 464 TK pada
tahun 2016.
Tabel 2.14
Banyaknya Sekolah, Murid dan Guru Taman Kanak-kanak
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
1. Sekolah (orang) 447 448 455 464 464
a. Negeri 3 4 4 4 4
b. Swasta 444 444 451 460 460
2. Murid (orang) 22.840 23.232 18.921 26.092 25.937
a. Negeri 292 231 281 221 262
b. Swasta 22.548 23.001 18.640 25.871 25.675

II-44
Capaian Kinerja Tahun
No Uraian
2012 2013 2014 2015 2016
3. Guru (orang) 1.612 1.677 1.697 2.110 2.114
a. Negeri 22 26 26 26 39
b. Swasta 1.590 1.651 1.671 2.084 2.075
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

Kondisi ini selaras dengan data APK PAUD Formal. Meskipun menurun
pada tahun 2016 (57,85%), secara keseluruhan APK PAUD Formal menunjukkan
trend menaik pada tahun 2012-2016, sebagaimana terlihat pada Gambar berikut:
65

60 58.72
57.85

55
51.45 51.68

50
45.37
45

40

35

30
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.35
APK PAUD Formal Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)

H. Sarana dan Prasarana Pendidikan


Kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar dapat dilihat dari indikator
persentase ruang kelas SD/MI dan SMP/MTs dalam kondisi baik dan rasio sekolah
terhadap penduduk usia sekolah.Dari indikator-indikator tersebut diketahui
bahwa kondisi sarana dan prasarana pendidikan dasar di Kabupaten Jepara

II-45
masih perlu mendapat perhatian meskipun secara umum menunjukkan
peningkatan. Pada tahun 2016, persentase ruang kelas SD/MI dalam kondisi baik
baru mencapai 73,28% dan dan SMP/MTs mencapai 85,84%. Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada ruang kelas yang rusak sebesar 26,72% (SD/MI)
dan 14,16% (SMP). Dengan demikian, diperlukan peningkatan supply sarana dan
prasarana untuk meningkatkan pelayanan di urusan pendidikan.
Tabel 2.15
Indikator Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016

No Indikator Capaian Kinerja Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
1. Persentase ruang kelas 49,11 81,26 70,83 70,83 73,28
SD/MI kondisi baik (%)
2. Persentase ruang kelas 84,85 79,77 85,84 85,84 85,84
SMP/MTs kondisi baik (%)
3 Rasio ketersediaan sekolah
terhadap penduduk usia
sekolah (%)
3.a TK/RA (%) 144,42 141,30 142,98 143,92 141,77
3. SD/MI (%) 68,45 64,91 65,33 68,68 67,66
b
3.c SMP/MTs (%) 32,17 31,01 31,35 28,39 27,97
4. Nilai Pemetaan Mutu SD tad tad tad tad 4,74
Pendidikan (PMP) Standar
Nasional Pendidikan (Nilai)*
5. Nilai Pemetaan Mutu SMP tad tad tad tad 4,69
Pendidikan (PMP) Standar
Nasional Pendidikan (Nilai)*
6. Capaian Hasil Pemetaan tad tad tad tad 3,91
Mutu Pendidikan (PMP)
Standar PTK SD*
7. Nilai Pemetaan Mutu tad tad tad tad 3,57
Pendidikan (PMP) Standar
PTK SMP*
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017
Keterangan: * data tahun 2012-2015 tidak tersedia karena penghitungannya baru dimulai pada
tahun 2016.

I. Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Persentaseguru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV mengalami peningkatan
setiap tahunnya pada semua jenjang pendidikan. Hal lain yang perlu mendapat
perhatian adalah bahwa rasio murid terhadap guru yang masih belum mencapai
kondisi ideal pada semua jenjang pendidikan dasar. Pada jenjang TK/RA, kondisi
idealnya adalah 15:1, sedangkan pada SD/MI dan SMP/MTs adalah 20:1.
Tabel 2.16
Indikator Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada Pendidikan Dasar
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

No Indikator Capaian Kinerja Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
1. Guru TK/RA yang memenuhi 30,08 63,89 85,77 85,77 85,77
kualifikasi S1/D-IV (%)
2. Guru SD/MI yang memenuhi 30,08 63,89 85,77 85,77 85,89
kualifikasi S1/D-IV (%)
3. Guru SMP/MTs yang memenuhi 73,15 81,11 86,95 86,95 86,95
kualifikasi S1/D-IV (%)

II-46
No Indikator Capaian Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
4 Rasio murid terhadap pendidik
4.a TK/RA (%) 11 13 14 11 11

4.b SD/MI (%) 14 14 15 12 12

4.c SMP/MTs (%) 13 12 14 16 16

Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017


J. Pendidikan Non Formal
Rasio penduduk tidak sekolah/tidak lulus yang mengikuti pendidikan Paket
A/B/C mencapai 99,02%, artinya partisipasi masyarakat untuk mengenyam
pendidikan melalui pendidikan Paket A/B/C sangat baik.
99.20

99.00 99.00 99.00 99.00 99.02


99.00

98.80

98.60

98.40

98.20

98.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.36
Rasio Penduduk Tidak Sekolah/Tidak Lulus yang Mengikuti Pendidikan
Paket A/B/C di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)

2.3.1.2 Urusan Kesehatan


A. Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi saat hamil,
bersalin, atau dalam 42 hari pasca persalinan dengan penyebab yang
berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap kehamilan. Jumlah kasus
kematian ibu (AKI) di Kabupaten Jepara menunjukkan kondisi yang fluktuatif
selama periode tahun 2012 – 2016. Pada tahun 2016, AKI mencapai 14 kasus,
meningkat dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 11 kasus.

II-47
30.00

26
25.00

21

20.00 19

15.00 14

11
10.00

5.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.37
AKI Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (kasus)
Jika dilihat berdasarkan penyebab kematian langsung dan tidak langsung
telah terjadi penurunan kematian ibu dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Penyebab kematian langsung pada ibu adalah PEB/eklamsi, perdarahan, infeksi
kehamilan, abortus dan partus lama. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah
penyakit penyerta pada ibu hamil seperti hepatitis, HIV/AIDS, kanker, TBC, DBD
dan penyakit penyerta lainnya.
18 17
16
14
12 11
10 10 10
10 9 9
8
6
6 5
4
4
2
0
2012 2013 2014 2015 2016

langsung tidak langsung

II-48
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.38
Kematian Ibu Tahun 2012-2016 berdasarkan Penyebab Kematian (Kasus)

Tingginya penyebab kematian tidak langsung pada ibu, menunjukkan


bahwa penyebab kematian telah bergeser.Oleh karena itu, penting dilakukan
kegiatan ANC (Ante Natal Care) terintegrasi bagi ibu hamil. Penyebab kematian ibu
tahun 2016 adalah : 3 kasus (21,43%) karena hipertensi dalam kehamilan seperti
preeklamsi dan eklamsi, 1 kasus (7,14%) karena perdarahan, 3 kasus (21,43%)
karena gangguan sistem peredaran darah seperti jantung dan oedem pulmo serta 7
kasus (50%) karena lain-lain. Untuk penyebab lain-lain adalah 3 kasus hepatitis, 1
kasus DM, 1 kasus kanker payudara, 1 kasus DSS, 1 kasus anemia gravis.
Dengan demikian, waktu meninggal, maka kematian terbesar terjadi pada masa
nifas.
18
16
16

14 13
12
10
10 9 9
8
8 7
6
4 4 4 4
4
2
2 1
0 0
0
2012 2013 2014 2015 2016

Hamil Bersalin Nifas

Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

II-49
Gambar 2.39
Kematian Ibu Tahun 2012-2016 berdasarkan Fase Kehamilan (Kasus)

Beberapa langkah yang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu


pada masa nifas antara lain monitoring perawatan paska persalinan > 24 jam di
semua fasilitas kesehatan, feed back rujukan ke bidan desa (dari RS) terutama
pada kasus ibu nifas risti, pengawalan intensif oleh bidan desa (tupoksi) dan
peningkatan koordinasi dan komunikasi antara RS, puskesmas serta bidan desa.

B. Angka Kematian Bayi (AKB)


Perkembangan AKB di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 hingga 2016
menunjukkan kondisi yang membaik karenamengalami penurunan yaitu dari
10,02 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 5,46 per 1.000
kelahiran hidup pada tahun 2016. Kondisi ini sudah melampaui target nasional
yaitu menurunkan AKB pada tahun 2015 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup
dan target Provinsi Jawa Tengah tahun 2015 menjadi 8,5 per 1.000 kelahiran
hidup. Hal ini menjadi salah satu indikasi keberhasilan program dan kegiatan
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal,
status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, dan kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi.
20.00

18.00

16.00

14.00

12.00
10.02
10.00 9.13

8.00 7.01
6.35
5.46
6.00

4.00

2.00

-
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.40
AKB Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (per 1.000 KH)

C. Angka Kematian Balita (AKBa)


AKBa selama periode tahun 2012-2016 terus menurun. Pada tahun
2016AKBa menurun menjadi5,88 per 1.000 kelahiran hidup dan menjadi AKBa
terendah sejak tahun 2012.Hal ini menjadi salah satu indikasi keberhasilan
program KIA/Posyandu sekaligus program dan kegiatan yang berkaitan untuk
mengatasi permasalahan kesehatan anak balita dan kondisi dan sanitasi

II-50
lingkungan.Kondisi ini sudah melampaui target nasional yaitu menurunkan AKBa
pada tahun 2015 menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup dan target provinsi tahun
2015 menjadi 12 per 1.000 kelahiran hidup (RAD MDGs).
12.00
10.71

9.71
10.00

7.72
8.00 7.38

5.88
6.00

4.00

2.00

0.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.41
AKBa Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (per 1.000 KH)

D. Gizi Masyarakat
Permasalahan gizi masih didominasi dengan tingginya kasus gizi buruk dan
gizi kurang yang ditandai dengan tingginya prevalensi stunting, gizi buruk dan gizi
kurang berdasarkan BB/U. Upaya yang telah dilakukan berupa perawatan gizi
buruk yang ditemukan berupa pemberian PMT yang sebenarnya hanya mengatasi
permasalahan sesaat, lintas program dan sektor harus dilibatkan dalam
pengentasan gizi buruk. Perbaikan gizi masyarakat tidak hanya pada gizi buruk,
tetapi gizi kurang, gizi lebih dan balita stunting menjadi perhatian pemerintah baik
pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten/kota.
Persentase balita gizi buruk di Kabupaten Jepara dari tahun 2012–2016
fluktuatif. Angka tertinggi balita gizi buruk terjadi pada tahun 2016 sebesar 2,7%.
Seluruh kasus gizi buruk di Kabupaten Jepara telah ditangani oleh Pemerintah
Kabupaten Jepara.

II-51
Dalam pemenuhan gizi masyarakat, pemerintah memiliki program konsumsi
garam beryodium. Program ini dalam rangka mengurangi penderita kekurangan
yodium dan munculnya balita kurang cerdas. Cakupan rumah tangga
mengkonsumsi garam beryodium dari tahun 2012-2016 cenderung mengalami
peningkatan dari 62,56% menjadi 79,76% tahun 2016. Angka ini masih di bawah
target nasional yaitu 90%.
Cakupan bayi 0-6 bulan mendapat ASI Eksklusif di Kabupaten Jepara
tahun 2012-2016 fluktuatif. Pada tahun 2013 Kabupaten Jepara memiliki capaian
tertinggi cakupan bayi 0 – 6 bulan mendapat ASI Eksklusif (71,33%). Kondisi ini
belum sesuai dengan harapan pemerintah pusat sebesar 80% tahun 2015.

Tabel 2.17
Indikator Gizi pada Masyarakat Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016

No Indikator Capaian Kinerja Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase Balita Gizi 2,51 1,71 1,9 2,21 2,7
Buruk (%)
2 Persentase balita pendek 14,35 19,63 15,34 16,47 30,19
(stunting) (%)
3 Persentase balita gizi 0,48 1,55 1,51 1,82 1,56
kurang (%)
4 Cakupan rumah tangga 62,56 74,87 67,11 80,89 79,76
mengkonsumsi garam
beryodium (%)
5 Cakupan bayi 0-6 bulan 66,8 71,33 69,39 57,58 60,15
mendapat ASI Eksklusif
(%)
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

E. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Angka kesakitan di Kabupaten Jepara pada beberapa jenis penyakit cukup
tinggi. Jenis penyakit yang masihperluperhatian adalah DBD, Acute Flaccid
Paralysis (AFP) Rate, TB paru, dan HIV AIDS.
 Angka kesakitan DBD dari tahun 2012–2016 masih fluktuatif, tertinggi pada
tahun 2013 sebesar 183,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka
kematian DBD tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 12,5%.
 Acute Flaccid Paralysis (AFP) Rate adalah semua anak <15 tahun dengan
kelumpuhan (paralysis/paresis) yang memiliki gejala sifatnya layuh (Flaccid)
terjadi secara mendadak (acute) dan bukan disebabkan ruda paksa. AFP
rate pada tahun 2012–2016 cenderung mengalami penurunan. Pada tahun
2012 AFP rate sebesar 2,64% menurun menjadi 1,95% pada tahun 2016.
 Case Notification Rate (CNR) kasus TB Paru adalah jumlah pasien baru TB
paru yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk disuatu
wilayah tertentu. CNR kasus TB paru tahun 2012–2016 fluktuatif. Pada

II-52
tahun 2012 sebanyak 48,4 per 100.000 penduduk menurun pada tahun
2016 sebesar 46,86 per 100.000 penduduk.
 Success Rate(SR) TB Paru Kabupaten Jepara tahun 2012–2016 masih
fluktuatif. Pada tahun 2012 SR TB Paru sebesar 96,55% menurun menjadi
92,44% pada tahun 2016.
 Angka Kesembuhan TB Paru (CR) Kabupaten Jepara tahun 2012–2016
cenderung meningkat. CR TB Paru Kabupaten Jepara pada tahun 2012
sebesar 51,03% meningkat menjadi 80,62% pada tahun 2016.
 Cakupan penemuan dan penanganan kasus baru HIV AIDS dari tahun
2012–2016 meningkat. Pada tahun 2012 cakupan penemuan dan
penanganan kasus baru HIV AIDS sebesar 0,98% menjadi 1,10% tahun
2016. HIV AIDS merupakan fenomena gunung es, yang mana sampai
dengan saat ini belum semua kasus HIV AIDS ditemukan, sehingga
penemuan kasus baru masih harus mendapat perhatian dalam penanganan
HIV AIDS.
Belum seluruh penderita HIV AIDS (Orang Dengan HIV AIDS/ODHA)
memperoleh akses obat ARV (antiretroviral). Hal ini dapat dilihat dari
Proporsi penduduk yg terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat
antiretroviral pada tahun 2016 hanya 43,1%. Kondisi ini dikarenakan belum
seluruh sarana prasarana memiliki akses obat antiretroviral.
Dalam rangka memberikan kekebalan tubuh terhadap penyebaran semua
penyakit, pemerintah memberikan imunisasi pada bayi dan balita. Imunisasi dasar
yang wajib diberikan pada bayi adalah Hepatitis, BCG, DPT, Polio dan Campak.
Berdasarkan data Universal Child Immunisation (UCI), Kabupaten Jepara memiliki
cakupan Desa/Kelurahan UCI sebesar 100% pada tahun 2016. Hal ini
mengandung arti bahwa kelurahan/desa 80% anak/balita telah mendapat
imunisasi dasar.
Tabel 2.18
Indikator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

No Indikator Satuan Capaian Kinerja Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
1 Angka kesakitan Per 100.000 53,2 183,6 76,9 120,2 61
Demam Berdarah penduduk
Dengue (IR DBD)
2 Angka kematian % 0,49 12,5 0,6 0,77 1,2
DBD (CFR DBD)
3 Acute Flaccid Per 10.000 2,64 1,84 1,18 1,61 1,95
Paralysis (AFP) Rate penduduk
4 Case Notification Per 100.000 48,4 43,88 41,94 47,97 46,86
Rate (CNR) kasus TB penduduk
Paru
5 Success Rate kasus % 96,55 104,39 53,56 65,79 92,44
TB Paru
6 Angka Kesembuhan % 51,03 58,12 52,14 63,16 80,62
TB Paru (CR)
7 Cakupan penemuan % 0,98 1,15 0,96 1,07 1,10
dan penanganan

II-53
No Indikator Satuan Capaian Kinerja Tahun
2012 2013 2014 2015 2016
kasus baru HIV
AIDS
8 Proporsi penduduk % 13,9 44,6 51,85 41 43,1
yg terinfeksi HIV
lanjut yang memiliki
akses pada obat
antiretroviral
9 Cakupan Desa/ % 100 97,95 100 100 100
Kelurahan Universal
Child Immunization
(UCI)
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

F. Pemberdayaan Kesehatan dan Lingkungan Sehat


Angka morbiditas (kesakitan) juga dipengaruhi oleh perilaku hidup
masyarakat. Penilaian perilaku sehat pada masyarakat dilihat dari rumah tangga
yang ber-PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). Proporsi rumah tangga ber-
PHBS di Kabupaten Jepara dari tahun 2012–2016 mengalami peningkatan dari
67,98% menjadi 81,52%.
Peran masyarakat sangat diperlukan dalam pembangunan kesehatan. Peran
masyarakat dapat terlihat dari indikator cakupan desa/kelurahan siaga aktif.
Mulai tahun 2015, Kabupaten Jepara memiliki desa/kelurahan siaga aktif sebesar
100%. Namun, yang mandiri baru mencapai 4,67% pada tahun 2016.
Tabel 2.19
Indikator Pemberdayaan Kesehatan Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Proporsi rumah tangga 67,98 81,64 78,43 84,87 81,52
ber PHBS (%)
2 Cakupan penjaringan 100 100 100 100 100
kesehatan siswa SD dan
setingkat (%)
3 Cakupan desa siaga 81,97 81,97 99,49 100 100
aktif (%)
4 Proporsi desa siaga aktif _ _ _ 3,01 4,67
mandiri (%)
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Kondisi lingkungan yang bersih dan baik akan meningkatkan derajat


kesehatan masyarakat. Lingkungan yang bersih dapat dilihat dari rumah yang
memenuhi syarat kesehatan, rumah tangga yang memliki akses air bersih, dan
tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan.
Rumah tangga di Kabupaten Jepara yang memenuhi syarat kesehatan dari
tahun 2012–2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 cakupan rumah yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 64,91% meningkat menjadi 66,88% tahun
2016. Sementara itu, berdasarkan data sampling, persentase rumah tangga
dengan akses air bersih yang layak dari tahun 2012-2016 mengalami penurunan
dari 84,2% menjadi 80,73%.

II-54
Desa yang melaksanakan strategi STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat) sampai dengan 2016 baru mencapai 55,38%. Tempat Tempat Umum
(TTU) dan Tempat Pengolahan Makanan (TPM) juga dituntut memiliki sanitasi yang
baik. Kategori TTU adalah hotel, restoran, tempat ibadah. Berdasarkan hasil
pemeriksaan dapat diketahui bahwa TTU yang memenuhi syarat kesehatan dari
tahun 2012–2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 cakupan TTU yang
memenuhi syarat kesehatan sebesar 65,36% meningkat pada tahun 2016 menjadi
69,66%. Demikian juga TPM yang memenuhi syarat kesehatan juga mengalami
peningkatan, pada tahun 2012 sebesar 41,38% menjadi 51,98%.
Dalam mewujudkan Kabupaten Jepara menjadi Kabupaten Sehat
Swastisaba Wistara, telah dilakukan pembinaan kawasan Kabupaten Sehat.
Sampai dengan 2016 kelurahan/desa sehat telah mencapai 68,79%. Selain itu
Kabupaten Jepara juga telah menyediakan klinik sanitasi pada puskesmas.
Sampai tahun 2016 puskesmas yang memiliki klinik sanitasi sebesar 95%.
Tabel 2.20
Indikator Lingkungan Sehat Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Cakupan rumah yang 64,91 64,22 65,68 65,68 66,88
memenuhi syarat kesehatan
(%)
2 Jumlah rumah tangga di 299.357 299.537 302.516 306.260 324.703
Kabupaten Jepara (ruta)
3 Persentase rumah tangga 84,2 83,79 72,21 77,92 80,73
dengan akses air bersih
yang layak (%)
4 Cakupan sarana pengolahan 79,9 74,51 78,65 78,91 76,64
air limbah rumah tangga
yang memenuhi syarat (%)
5 Persentase rumah tangga 57 57 57 57 77,43
dengan akses jamban
keluarga yang layak (%)
6 Persentase Desa _ _ 43,59 53,85 55,38
melaksanakan STBM (%)
7 Persentase tempat-tempat 65,36 69,42 68,98 71,82 69,66
umum (TTU) yang
memenuhi syarat kesehatan
(%)
8 Persentase tempat 41,38 47,17 49,88 52,12 51,98
pengelolaan makanan (TPM )
memenuhi syarat higiene
sanitasi (%)
9 Persentase desa/kelurahan 42,06 57,33 61,24 67,18 68,79
sehat (%)
10 Persentase puskesmas 95 95 95 95 95
dengan klinik sanitasi aktif
(%)
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, Disperkim Kabupaten Jepara dan BPS Kabupaten Jepara,2017

G. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan


Sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dalam rangka meningkatkan
kualitas kesehatan masyarakat dituntut memiliki kompetensi atau akreditasi

II-55
dalam memberikan pelayanan. Pada tahun 2016 jumlah Puskesmas di Kabupaten
Jepara sebanyak 21 Puskesmas dengan 14 Puskesmas rawat inap dan 7
Puskesmas non rawat inap. Jumlah tempat tidur pada Puskesmas rawat inap
sebanyak 231 tempat tidur. Jumlah penduduk yang dilayani oleh Puskesmas
adalah sebanyak 1.205.800 jiwa. Sehingga rasio puskesmas dengan jumlah
penduduk adalah 1:57.419. Kondisi ini berdasarkan SNI 03-1733-2004 tentang
Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan masih belum ideal,
karena yang ideal adalah 1 Puskesmas adalah melayani 30.000 jiwa sehingga
Kabupaten Jepara masih kekurangan ±19 Puskesmas. Namun, kondisi ini juga
tidak mudah dipenuhi karena harus disesuaikan dengan ketersediaan tenaga
kesehatan yang ada di Kabupaten Jepara. Sementara itu, dari sisi kualitas, sampai
dengan tahun 2016 jumlah Puskesmas yang telah terakreditasi adalah 8
Puskesmas yaitu Puskesmas Welahan I, Mlonggo, Bangsri I, Tahunan, Keling I,
Kedung II, Keling II dan Jepara.
Jenis Sarana Kesehatan lain yang ada di Kabupaten Jepara adalah Rumah
Sakit. Kabupaten Jepara memiliki 7 Rumah Sakit terdiri dari 5 RSU dan 2 RS
Khusus (RSIA dan RSB). Rumah Sakit Umum terdiri dari RSUD RA Kartini, RS
dr.Rehatta Kelet, RSI Sultan Hadlirin, RS Graha Husada, dan RS PKU
Muhammadiyah. Rumah Sakit Khusus ada 2 yaitu RSIA Kumala Siwi dan RSB
Restu Ibu.
Tabel 2.21
Jumlah Rumah Sakit di Kebupaten Jepara Tahun 2016
Jumlah Tempat
No Nama Rumah Sakit Kelas/Type
Tidur (unit)
1 RSUD RA Kartini B 348
2 RS dr.Rehatta Kelet C 208
3 RSI Sultan Hadlirin C 147
4 RS Graha Husada D 56
5 RS PKU Muhammadiyah D 85
Mayong
6 RSIA Kumala Siwi C 33
7 RSB Restu Ibu C 25
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Masalah lain yang dihadapi di bidang kesehatan adalah ketersediaan


tenaga kesehatan yang masih di bawah standard yang dipersyaratkan, salah
satunya adalah rasio dokter umum. Pada tahun 2016 rasio dokter umum per
100.000 penduduk mencapai 13,27 menurun dibandingkan tahun 2015 yang
mencapai 13,38. Rasio ini juga masih jauh dari standard yang dipersyaratkan
WHO, yaitu 40,00 per 100.000 penduduk. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.22
Indikator Tenaga Kesehatan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

II-56
Capaian Kinerja Tahun Standard
No Indikator Satuan WHO
2012 2013 2014 2015 2016
1 Rasio dokter Per tad 3,53 3,33 3,62 3,57 6,00
spesialis 100.000
penduduk
2 Rasio dokter Per 11,56 15,69 13,24 13,38 13,27 40,00
umum 100.000
penduduk
3 Rasio dokter Per 1,31 2,07 1,54 2,36 1,91 11,00
gigi 100.000
penduduk
4 Rasio Per 47,94 61,46 55,00 73,80 67,51 117,50
Perawat 100.000
penduduk
5 Rasio Bidan Per 35,58 38,01 35,45 40,39 36,24
100.000
penduduk
6 Jumlah orang tad tad tad tad 29,00
Perawat Gigi
7 Rasio Tenaga Per 14,37 15,08 14,52 15,06 13,60 10,00
Kefarmasian 100.000
penduduk
8 Rasio Tenaga Per tad tad tad tad 1,16 40,00
Kesmas 100.000
penduduk
9 Rasio Tenaga Per tad tad tad 2,69 2,24 40,00
Kesling 100.000
penduduk
10 Rasio Ahli Per 3,5 4,57 3,42 3,52 3,15 22,00
Gizi 100.000
penduduk
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

2.3.1.3 Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, bahwa kewenangan urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang untuk
pemerintah kabupaten/ kota mencakup sub urusan berikut: Sumber Daya Air
(SDA), Air Minum, Persampahan, Air Limbah, Drainase, Permukiman, Bangunan
Gedung, Penataan Bangunan dan Lingkungannya, Jalan, Jasa Konstruksi, dan
Penataan Ruang.
Ketersediaan infrastruktur yang berkualitas merupakan salah satu faktor
penentu daya tarik suatu kawasan/wilayah, disamping faktor kualitas lingkungan
hidup, image, dan masyarakat (budaya). Sementara itu, kinerja infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam menentukan daya saing global, selain kinerja
ekonomi makro, efisiensi pemerintah, dan efisiensi usaha.

A. Sumber Daya Air


Guna mendukung pengelolaan sumber daya air, Kabupaten Jepara telah
memiliki Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pencabutan Peraturan
Daerah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Irigasi. Untuk mendukung kegiatan
pengairan di Kabupaten Jepara, pada tahun 2014 tercatat memiliki 843
dam/bendung yang tersebar di 15 kecamatan di Kabupaten Jepara, kecuali di

II-57
Kecamatan Karimunjawa. Jumlah dam/bendung terbanyak berada di Kecamatan
Kembang dengan 155 dam/bendung dan paling sedikit di Kecamatan Welahan
dengan 5 dam/bendung. Sementara itu, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 04/PRT/M/2015
Tentang Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai, terdapat 2 (dua) Wilayah Sungai
yang pengelolaan sumber daya airnya menjadi wewenang dan tanggung jawab
Pemkab Jepara, yaitu Wilayah Sungai (WS) Kepulauan Karimunjawa dan WS Wiso-
Gelis.
Kinerja sumber daya air diukur dari jaringan irigasi yang ada di Kabupaten
Jepara. Selama tahun 2012-2016, panjang jaringan irigasi dalam kondisi baik
menunjukkan peningkatan. Panjang jaringan irigasi di Kabupaten Jepara pada
tahun 2016 mencapai 1.285.789 m, dengan panjang jaringan irigasi dalam kondisi
baik mencapai 277.345 m (21,57%) meningkat dibandingkan tahun 2015 yang
mencapai 20,41%.Dengan luas areal budidaya mengacu pada luas Daerah Irigasi
yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten Jepara sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik
Indonesia Nomor 14/PRT/M/2015 Tentang Kriteria dan Penetapan Status Daerah
Irigasi yaitu seluas 28.247 ha, maka rasio jaringan irigasi dalam kondisi baik
terhadap areal budidaya pada tahun 2016 mencapai 9,82 m/ha. Capaian ini naik
jika dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2015 yang mencapai 9,29 m/ha.
Tabel 2.23
Indikator Sumber Daya Air Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Rasio Jaringan Irigasi m/ha 7,92 7,87 7,90 9,29 9,82
dalam kondisi
baikterhadap areal
budidaya
2 Persentase jaringan % 17,4 17,29 17,36 20,41 21,57
irigasi dalam kondisi
baik
Sumber: DPUPR Kabupaten Jepara, 2017

B. Air Minum
Target yang ditetapkan untuk pelayanan air minum adalah dalam rangka
memenuhi target program 100:0:100 Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat pada tahun 2019. Program 100-0-100 merujuk pada target
100% kemudahan mengakses air bersih, 0% luasan kawasan kumuh, dan 100%
lingkungan yang sanitasinya berkategori sehat.
Berdasarkan data samplingyang dilaksanakan DKK Kabupaten Jepara,
persentase rumah tangga dengan akses air bersih yang layak pada tahun
mencapai 80,73%. Angka ini meningkat dibandingkan capaian tahun 2015 sebesar
77,92%. Dengan demikian, diperlukan upaya keras untuk dapat mencapai target
100% pada tahun 2019.

II-58
86.00
84.20 83.79
84.00

82.00 80.73
80.00
77.92
78.00

76.00

74.00
72.21
72.00

70.00

68.00

66.00
2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Dinkes Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.42
Persentase Rumah Tangga dengan Akses Air Bersih Layak
di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (%)
C. Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Jepara belum optimal, kondisi ini
dapat dilihat dari Persentase pengangkutan sampah sampai dengan tahun 2016
baru mencapai 18,53 %.
Dalam penanganan sampah, Kabupaten Jepara memiliki sarana dan
prasarana persampahan yang cukup memadai. Kabupaten Jepara telah memiliki 3
TPA, yaitu TPA Bandengan, TPA Krasak-Bansgri, dan TPA Gemulung. Selain itu
direncanakan akan dibangun TPA baru untuk melayani wilayah Jepara bagian
utara dan Karimunjawa.
Tabel 2.24
TPA Kabupaten Jepara
Areal Mulai Sistem
No. Nama TPA Luas (Ha)
Pelayanan Operasional Pengelolaan
1 Bandengan 7,29 Jepara, 1998 Control
Tahunan, landfill
Pakisaji,
Batealit, dan
Kedung
2 Krasak- 0,71 Bangsri, 2003 Open
Bangsri Mlonggo, dan dumping
Keling
3 Gemulung 0,98 Pecangaan, 2001 Open
Kalinyamatan, dumping
Mayong, dan
Welahan
Sumber : DLH Kabupaten Jepara, 2017

Selain itu, telah ada 89 TPS (Tempat Penampungan Sampah Sementara)


pada tahun 2016 yang tersebar di seluruh penjuru wilayah. Sedangkan jumlah
TPST di tahun 2016 sebanyak 4 unit dari tahun-tahun sebelumnya yang hanya 1
unt sejak tahun 2012 sampai dengan 2015. Meski demikian, persentase
penanganan sampah baru mencapai 9,24% pada tahun 2016.

II-59
Sebagaimana diketahui, sebagian sisa kegiatan masyarakat yang dibuang ke
TPA berasal dari sampah rumah tangga. Persentasenya diperkirakan rata-rata
mencapai hampir 70%. Terdiri dari sampah organik dan non-organik, dimana
persentase sampah organik pada umumnya lebih tinggi. Potensi sampah organik
yang cukup tinggi dapat diolah dan dimanfaatkan kembali oleh masyarakat.
Pengelolan sampah dapat mengurangi sampah yang masuk ke TPA.
Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Jepara dalam
melakukan pengurangan sampah adalah melakukan pengumpulan sampah dari
sumber ke tempat pengolahan sampah 3R, yang selanjutnya dipilah sesuai
jenisnya, digunakan kembali, didaur ulang, dan diolah secara optimal, sehingga
pada akhirnya hanya tersisa residu sampah. Sejak tahun 2015, pengurangan
sampah di perkotaan Kabupaten Jepara mencapai 20% meningkat dibandingkan
tahun 2014 yang hanya sebesar 16,46%.

Tabel 2.25
Indikator Persampahan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase % tad tad tad 9,54 9,24
penanganan sampah
2 Ketersediaan Tempat % tad tad tad 0,25 0,26
pembuangan sampah
(TPS) per satuan
penduduk
3 Rasio tempat Per 1.000 tad tad tad 2,48 2,65
pembuangan sampah
(TPS) per satuan
penduduk
4 Jumlah TPS Unit 76 76 76 82 89
5 Jumlah TPST Unit 0 1 1 1 4
6 Tersedianya fasilitas 1 5 40 41 55
pengurangan sampah
di perkotaan.
7 Tersedianya sistem % 89,63 87,92 77,27 75,59 81,25
penanganan sampah
di perkotaan.
8 Persentase % 0,46 2,25 16,46 20 20
pengurangan sampah
diperkotaan
9 Persentase % tad tad tad 17,32 18,53
pengangkutan
sampah
Sumber : DLH Kabupaten Jepara, 2017

D. Air Limbah
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga di lingkungan masyarakat
Kabupaten Jepara sebagian besar masih menggunakan septic tank individual dan
sebagian lainnya dibuang ke drainase (SPAL) baik saluran terbuka maupun
tertutup. Jumlah KK penduduk perkotaan di Kabupaten Jepara yang terlayani

II-60
sistem IPLT masih sangat kecil. Di tahun 2012 tercatat sebesar 0,0056% dan
kondisi ini tetap tidak mengalami kenaikan atau penurunan sampai dengan tahun
2016.
Berdasarkan data Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kabupaten, pada tahun 2016 keluarga yang telah memiliki jamban keluarga yang
sehat/layak mencapai sebesar 77,43%.Capaian ini meningkat dibandingkan tahun
2015 yang mencapai 57,00%. Alasan utama dari permasalahan tersebut adalah
faktor ekonomi, yaitu pembangunan jamban dirasa masih sangat mahal. Tidak
adanya jamban di setiap rumah tangga/KK bukan semata hanya faktor ekonomi
saja tetapi rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat
(PHBS) di Kabupaten Jepara. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa
pertumbuhan KK lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan jumlah KK yang
memiliki jamban sehat.

E. Drainase
Sistem drainase pada Kabupaten Jepara ini menggunakan sistem drainase
terbuka dan tertutup. Drainase di Kabupaten Jepara dibuat mengikuti pola
jaringan jalan. Persentase panjang jalan kabupaten yang memiliki drainase dengan
kondisi baik pada tahun 2012 sebesar 3,1 % meningkat menjadi 4,45 % pada
tahun 2016, ini berarti masih terdapat 95,55% jalan kabupaten yang belum
memiliki saluran drainase yang memadai sehingga rawan menimbulkan banjir dan
genangan pada saat musim penghujan yang mengakibatkan
kerusakan.Berdasarkan data tahun 2015 luas genangan di Kabupaten Jepara
sebesar 855,81 Ha. Hal ini terjadi setiap turun hujan deras yang diakibatkan
tersumbatnya aliran drainase oleh sampah maupun sedimentasi.
Saat ini kesadaran masyarakat masih rendah untuk membuang sampah
pada tempatnya, sehingga membuat beberapa selokan di beberapa daerah menjadi
mampet dan air tidak bisa mengalir dengan lancar. Hal ini menyebabkansistem
drainase yang ada tidak dapat berjalan dengan semestinya. Berdasarkan data
DPUPR Kabupaten Jepara, persentase drainase dalam kondisi baik/pembuangan
air tidak tersumbat mencapai 89,89% pada tahun 2016 meningkat jika
dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 74,19%.

Tabel 2.26
Indikator Drainase Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jalan kabupaten yang 3,1 3,4 3,75 4,05 4,45
memiliki
drainase/saluran
pembuangan air (%)
2 Drainase dalam 74,19 79,41 82,67 88,89 89,89
kondisi baik/

II-61
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
pembuangan aliran
air tidak tersumbat
(%)
Sumber : DPUPR Kabupaten Jepara, 2017

F. Bangunan Gedung
Jumlah IMB yang diterbitkan(di luar data Paten Kecamatan) menunjukkan
trend menurun, dimana pada tahun 2012 tercatat hanya sebesar 405 dan
menurun menjadi 167 pada tahun 2016.Sementara itu, jumlah bangunan gedung
yang menjadi milik Pemerintah Kabupaten yang harus dibangun dan/atau
dipelihara sampai dengan tahun 2016 adalah sebanyak 160 unit.

450
405
400
344
350

300 277

250 236

200
167
150

100

50

0
2012 2013 2014 2015 2016

II-62
Sumber : DPUPR Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.43
Jumlah Rekomendasi Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang Diterbitkan
di Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

G. Jalan
Pemerintah Kabupaten Jepara berusaha untuk meningkatkan kualitas
infrastruktur jalan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dengan terus
meningkatnya proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik. Pada tahun
2012 panjang jaringan jalan kabupaten dalam kondisi baik mencapai 4,59 % dan
tahun 2016 mengalami peningkatan mencapai 42,11%dari total panjang jalan
kabupaten jalan kabupaten 872,142 km. Hal ini berarti masih ada 57,89 %
jaringan jalan kabupaten dalam kondisi rusak (kondisi sedang, rusak, dan rusak
berat) dari total keseluruhan panjang jalan.
Tabel 2.27
Indikator Jalan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase panjang 4,59 29,59 28,37 32,71 42,11
jaringan jalan dalam
kondisi baik (%)
  -  Kabupaten 4,59 29,59 28,37 32,71 42,11
  -  Poros Desa tad tad tad tad 17,00
2 Persentase jalan yang 2,85 2,80 2,96 2,91 2,98
memiliki trotoar (%)
Sumber : BPS Kabupaten Jepara, 2013; DPUPR Kabupaten Jepara, 2017

H. Penataan Ruang
Kabupaten Jepara telah memiliki dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Jepara tahun 2011-2031 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Jepara No 2 tahun 2011 RTRW Kabupaten Jepara. Berpedoman pada
RTRW, tercatat bahwa persentase masyarakat yang terlayani dalam pengurusan
izin pemanfaatan ruang sesuai dengan peraturan dan terlaksanakannya tindakan
awal terhadap pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di bidang penataan
ruangsecara konsisten mencapai 100% selama periode 2012-2016
Tabel 2.28
Indikator Penataan Ruang Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Terlayaninya masyarakat 100 100 100 100 100
dalam pengurusan izin
pemanfaatan ruang sesuai
dengan Peraturan (%)

II-63
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
2 Terlaksanakannya tindakan 100 100 100 100 100
awal terhadap pengaduan
masyarakat tentang
pelanggaran di bidang
penataan ruang (%)
3 Luas RTHK Publik (%) 7,3 7,3 7,3 7,31 7,33
Sumber : DPUPR Kabupaten Jepara, 2017

2.3.1.4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, bahwa kewenangan urusan Perumahan dan Permukiman untuk
pemerintah kabupaten/ kota mencakup sub urusan berikut: 1) Perumahan; 2)
Kawasan Permukiman; 3) Perumahan dan Kawasan Permukiman Kumuh; 4)
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum (PSU); 5) Sertifikasi, Kualifikasi, Klasifikasi,
dan Registrasi Bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Permasalahan backlog untuk keberhunian di Kabupaten Jepara sebesar
76.337 unit. Fokus penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan permukiman
adalah penanganan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) dan Kawasan Permukiman
Kumuh. Hal ini dilakukan untuk memenuhi target yang telah ditetapkan dalam
program 100-0-100.
Persentase RTLH yang ditangani menunjukkan trend meningkat selama
periode tahun 2012-2016, yaitu dari 0,45% pada tahun 2012 menjadi 2,33% pada
tahun 2016. Sementara itu, kawasan kumuh yang telah tertangani pada tahun
2016 mencapai 12.37 ha atau 24,89% dari keseluruhan luas kawasan
permukiman kumuh perkotaan yang ditetapkan dalam SK Bupati No.
055/333/2014yaitu 49,7 ha. Dengan demikian, sampai dengan tahun 2016 luas
kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Jepara mencapai 0,024%.Kondisi ini
sudah mendekati target yang ditetapkan dalam Program 100-0-100.
Selengkapnya capaian kinerja urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman di Kabupaten Jepara tahun 2012-2016 dapat terlihat pada tabel
berikut.

Tabel 2.29
Indikator Urusan Perumahan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah rumah susun Unit 5 5 5 5 5
yang terbangun
2 Persentase kawasan % 0,05 0,05 0,049 0,048 0,024
kumuh sesuai SK
Bupati
3 Persentase luas % tad tad tad tad 24,89
kawasan kumuh
sesuai SK Bupati di

II-64
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
kawasan perkotaan
yang tertangani
4 Jumlah RTLH yang Unit/ 328 382 93 375 379
ditangani/dibangun tahun
5 Persentase RTLH % 0,45 0,97 1,10 1,71 2,33
yang ditangani
6 Jumlah RTLH Unit 73.248* 72.920* 72.538* 61.568** 61.193**

7 Persentase Rumah % 67,59 67,73 67,90 77,28 77,42


Layak Huni

8 Cakupan Lingkungan % tad tad tad tad 95,59


yang Sehat danAman
yang didukung
dengan PSU
9 Persentase makam % Tad Tad 4,75 14,28 28,57
yang memiliki sarana
dan prasaran lengkap
10 Persentase rumah % 57 57 57 57 77,43
tinggal bersanitasi
layak
Sumber: Disperkim Kabupaten Jepara, 2017
Ket: * berdasarkan data PPLS 2011; ** berdasarkan data PBDT 2015

2.3.1.5 Ketenteraman, Ketertiban Umum, Dan Pelindungan Masyarakat.


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah dinyatakan kewenangan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan
Pelindungan Masyarakat merupakan urusan wajib pelayanan dasar. Upaya
mewujudkan ketenteraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat
menjadi prasyarat bagi terselenggaranya tata kehidupan masyarakat, aktivitas
sosial ekonomi dan pembangunan daerah.
Capaian kinerja ketenteraman, ketertiban umum dan perlindungan
masyarakat, terutama jumlah kasus tindak kriminalitas menunjukkan
peningkatan penanganan yang cukup baik dari tahun 2012–2016. Penanganan
kasus kriminalitas yang dapat ditangani semua oleh petugas di Kabupaten
Jepara.
Jumlah Linmas/Hansip di Kabupaten Jepara sampai dengan
2016mencapai 7.233 orang. Dengan jumlah desa/kelurahan sebanyak 195
desa/kelurahan maka rata-rata jumlah Limas/Hansip per desa/kelurahan ±37
orang. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten jepara (2016)
sebanyak 1.205.800 jiwa maka diketahui perbandingan petugas Linmas per
10.000 penduduk adalah sebesar 59,90, hal ini perlu mendapatkan perhatian
untuk dapat ditingkatkan di tahun-tahun mendatang.
Disamping permasalahan Linmas/Hansip dan kasus tindak kriminalitas,
permasalahan terkait dengan Satpol PP serta kebencanaan juga menjadi urusan
Ketentraman, Ketertiban Umum dan Perlindungan Masyarakat. Belum tersedianya
Early Warning System (EWS) di daerah rawan bencana menjadi salah satu
permasalahan kebencanaan. Selain itu keterbatasan sarana penanggulangan
bencana juga menjasi salah satu kendala dalam pelaksanan tugas mitigasi

II-65
bencana. Secara rinci capaian kenerja urusan Ketentraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat dapat disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2.30
Indikator Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan
Masyarakat Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
N Capaian Kinerja Tahun
o Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah kasus tindak Kasus 402 556 683 673 773
kriminalitas (kasus)
2. Jumlah gangguan Kasus 5 9 9 6 2
Kamtibmas
3. Jumlah Linmas Orang 7.262 7.262 7.004 6.953 7.223
(orang)
4. Presentase Ormas, % 76 76 76 76 76
LSM dan OKP yang
mendapatkan
peningkatan wawasan
kebangsaan
5. Cakupan penegakan % 22,6 38,1 47,8 38,7 32,7
Perda dan Perkada
6. Rasio petugas Per 63,95 62,97 59,82 58,51 59,90
Perlindungan 10.000
Masyarakat (Linmas Pddk
di kabupaten/ Kota)
7. Cakupan pelayanan % 0,0029 0,00298 0,00298 0,0029 0,0029
bencana kebakaran di 8 8 8
kabupaten/kota
8. Tingkat waktu % 37,9 57,2 67,5 61,4 67,6
tanggap daerah
layanantingkat waktu
tanggap didaerah
Wilayah Manajemen
Kebakaran/WMK (15
km)
9. Persentase desa yang % tad 1,03 14,35 16,41 18,46
dilatih dalam mitigasi
Bencana
10. Persentase desa siaga % tad tad 1,54 3,08 4,62
bencana
Sumber: Bakesbangpol, Satpol PP& Damkar dan BPBD Kabupaten Jepara, 2017

2.3.1.6 Sosial
Kewenangan Pemerintah kabupaten dalam urusan Sosial sebagaimana yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
meliputi (1) Pemberdayaan sosial KAT; (2) Penerbitan izin pengumpulan
sumbangan dalam Daerah kabupaten/kota; (3) Pengembangan potensi sumber
kesejahteraan sosial Daerah kabupaten/kota; (4) Pembinaan lembaga konsultasi
kesejahteraan keluarga (LK3) yang wilayah kegiatannya di Daerah
kabupaten/kota; (5) Pemulangan warga negara migran korban tindak kekerasan
dari titik debarkasi di Daerah kabupaten/kota untuk dipulangkan ke
Desa/kelurahan asal; (6) Rehabilitasi sosial bukan/tidak termasuk bekas korban
penyalahgunaan NAPZA dan orang dengan Human Immunodeficiency Virus/
Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang tidak memerlukan rehabilitasi pada
panti, dan rehabilitasi anak yang berhadapan dengan hukum; (7) Pemeliharaan
anak-anak terlantar; (8) Pendataan dan Pengelolaan data fakir miskin cakupan

II-66
Daerah kabupaten/kota; (9) Penyediaan kebutuhan dasar dan pemulihan trauma
bagi korban bencana kabupaten/kota; (10) Penyelenggaraan pemberdayaan
masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana kabupaten/kota; (11) Pemeliharaan
taman makam pahlawan nasional kabupaten/kota.
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di
Kabupaten Jepara terus mengalami kenaikan, yaitu pada tahun 2012 sebesar
32,38% dan pada tahun 2016 menjadi 72,64%. Persentase PMKS skala kabupaten
yang yang memperoleh pemenuhan kebutuhan dasar juga mengalami peningkatan
dari 22,60% pada tahun 2012 menjadi 62,15% pada tahun 2016. PMKS skala
kabupaten yang menerima program pemberdayaan sosial melalui Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) atau kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya pada tahun 2012
hingga tahun 2016 terus meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 14,9% dan
tahun 2016 menjadi sebesar 62,1%.
Persentase korban bencana skala kabupaten yang menerima bantuan sosial
selama masa tanggap darurat tiap tahun sejak tahun 2012 hingga tahun 2016
terealisasi 100%. Sedangkan bagi para penyandang cacat fisik dan mental serta
lanjut usia tidak potensial perlu diberikan jaminan sosial agar mereka bisa hidup
dengan layak, namun persentase penyandang cacat fisik dan mental, serta lanjut
usia tidak potensial yang telah menerima jaminan sosial pada tahun 2016 hanya
sebesar 14,79%, turun dibandingkan tahun tahun 2015 sebesar 17,75%. Seluruh
panti sosial skala kabupaten di Kabupaten Jepara telah menyediakan sarana
prasarana pelayanan kesejahteraan sosial, ditunjukan dengan realisasi panti sosial
skala kabupaten yang menyediakan sarana prasarana pelayanan kesejahteraan
sosial mencapai 100% tiap tahun.
Eks penyandang penyakit sosial (eks. Narapida, PSK, Narkoba dan penyakit
Sosial Lainnya) perlu dilakukan pembinaan agar tidak kembali menjadi
penyandang penyakit sosial, namun tidak seluruh eks. Narapida, PSK, Narkoba
dan penyakit Sosial Lainnya mendapatkan pembinaan, hanya sebesar 31,91%
pada tahun 2016, meskipun tiap tahunnya meningkat. Wahana kesejahteraan
sosial berbasis masyarakat (WKSBM) yang menyediakan sarana prasarana
pelayanan kesejahteraan sosial di Kabupaten Jepara terus meningkat dan
mencapai 66,67% pada tahun 2016.
Pemimpin perempuan kesejahteraan sosial di desa yang mendapatkan
pelatihan kewirausahaan organisasi sosial skala kabupaten yang telah terbina
terus meningkat tiap tahunnya. Berturut-turut, capaiannya pada tahun 2016
adalah 66,67% dan 62,50%.
Selain panti asuhan milik Pemerintah, terdapat pula panti asuhan swasta.
Jumlah panti asuhan di Kabupaten Jepara berdasarkan Provinsi Jawa Tengah
Dalam Angka 2016, pada tahun 2015 sebanyak 53 panti asuhan yang terdiri dari
2 panti asuhan milik pemerintah dan 51 panti asuhan milik swasta. Namun panti

II-67
asuhan swasta yang mendapatkan pelatihan berbasis kompetensi hingga tahun
2016 masih sebesar 62,50%.
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial tidak bisa dilakukan
oleh Pemerintah Kabupaten Jepara sendiri. Pemerintah melakukan pembinaan
kepada masyarakat yang peduli terhadap penanganan masalah sosial yang disebut
tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK). Pengembangan dan
pendayagunaan tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) telah dilakukan di
16 kecamatan. Sementara itu persentase Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial
(PSKS) yang dibentuk dan dibina hingga tahun 2016 masih sebesar 47,06%.
Jumlah veteran dan janda veteran yang mendapatkan pelayanan sosial di
Kabupaten Jepara, pelestarian nilai-nilai kepahlawanan bagi pelajar/generasi
muda, dan TMP yang dipelihara stagnan selama tahun 2012-2016. Berturut-turut
capainya adalah 20 orang, 50 orang, dan 1 TMP
Informasi pelayanan kesejahteraan sosial desa/masyarakat di Kabupaten
Jepara masih sebesar 38,9%. Hal ini berpengaruh terhadap pencapaian pelayanan
kesejahteraan sosial di Kabupaten Jepara, termasuk penanganan terhadap anak
terlantar masih sebesar 14,60%.
Berdasarkan kewenangan Pemerintah Kabupaten untuk menyelenggarakan
pendataan dan pengelolaan data fakir miskin cakupan Daerah kabupaten/kota,
verifikasi dan validasi data yang telah dilaksanakan mulai tahun 2015 baik
Penerima Bantuan Iur (PBI) Jaminan Kesehatan, Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS), dan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS)
telah terealisasi 100% pada tahun 2015 dan 2016 . Meskipun demikian verifikasi
dan validasi data fakir miskin cakupan Daerah kabupaten/kota masih perlu
dilaksanakan setiap tahun, mengingat kondisi kesejahteraan rumah tangga
maupun individu perubahannya cukup dinamis. Secara rinci pembangunan
urusan sosial di Kabupaten Jepara bisa dilihat dari hasil capaian indikator
pembangunan urusan sosial sebagai berikut.

Tabel 2.31
Indikator Urusan Sosial Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. Penanganan % 32,38 49,55 59,19 68,84 72,64
penyandang masalah
kesejahteraan sosial
2. PersentasePMKS % 22,60 33,90 45,20 56,50 62,15
skala kab yang
memperoleh
pemenuhan
kebutuhan dasar
3. Persentase PMKS % 14,9 31,9 49,0 57,3 62,1
skala kab yang
menerima program
pemberdayaan sosial
melalui Kelompok
Usaha Bersama

II-68
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
(KUBE) atau
kelompok sosial
ekonomi sejenis
lainnya
4. Persentase korban % 100 100 100 100 100
bencana skala
kabupaten yang
menerima bantuan
sosial selama masa
tanggap darurat
5. Persentase % 5,92 8,88 11,83 17,75 14,79
penyandang cacat
fisik dan mental,
serta lanjut usia
tidak potensial yang
telah menerima
jaminan sosial
6. Persentase panti % 100 100 100 100 100
sosial skala
kabupaten yang
menyediakan sarana
prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial
7. Persentase eks % 0 7,98 15,96 23,94 31,91
penyandang penyakit
sosial (eks. Narapida,
PSK, Narkoba dan
penyakit Sosial
Lainnya) yang telah
terbina
8. Persentase wahana % 15,38 30,77 46,15 61,54 66,67
kesejahteraan sosial
berbasis masyarakat
(WKSBM) yang
menyediakan sarana
prasarana pelayanan
kesejahteraan sosial
9. Persentase Wanita % 15,38 30,77 46,15 61,54 66,67
pemimpin
kesejahteraan sosial
di desa yang
mendapatkan
pelatihan
kewirausahaan
10. Persentase organisasi % 15,00 30,00 45,00 60,00 62,50
sosial skala
kabupaten yang telah
terbina
11. Besaran pengelola % 15,00 30,00 45,00 60,00 62,50
panti asuhan swasta
yang mendapatkan
pelatihan berbasis
kompetensi
12. Pengembangan dan TKSK 16 16 16 16 16
pendayagunaan
tenaga kesejahteraan
sosial kecamatan
(TKSK)
13. Persentase Potensi % 0 11,76 23,53 35,29 47,06
Sumber
Kesejahteraan Sosial
(PSKS) yang di
bentuk dan dibina
Informasi pelayanan Desa 16,7 22,2 27,8 33,3 38,9

II-69
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
kesejahteraan sosial
desa/masyarakat
14. Persentase anak % 2,43 4,87 9,73 12,17 14,60
terlantar yang di
tangani
Sumber : Dinsospermades Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2 Fokus Urusan Pemerintahan Wajib Non Pelayanan Dasar


2.3.2.1 Tenaga Kerja.
Urusan ketenagakerjaan merupakan salah satu urusan wajib yang tidak
berkaitan dengan pelayanan dasar yang diamanatkan oleh UU 23 Tahun 2014.
Kewenangan pemerintah daerah terkait dengan ketenagakerjaan antara lain terkait
dengan pelatihan tenaga kerja, produktivitas tenaga kerja, penempatan tenaga
kerja, hubungan tenaga kerja dan pengawasan industrial.
Kabupaten Jepara merupakan daerah yang memiliki satu keunggulan khas
di bidang industri pengolahan yaitu kerajinan Ukir. Hal ini disebabkan oleh
banyaknya pengrajin seni ukir di Kabupaten Jepara yang telah terkenal dan diakui
kualitasnya di dunia internasional. Selain komoditas ukir, Kabupaten Jepara juga
memiliki beberapa komoditas industri lainnya, seperti industri monel, industri
tenun, industri genteng, industri gerabah, dan industri kerajinan rotan. Tingginya
minat pasar terhadap potensi industri pengolahan menyebabkan hampir sebagian
besar masyarakat Kabupaten Jepara bekerja pada sektor tersebut.
Data BPS (2016) menunjukkan bahwa sebesar 44,81% penduduk
Kabupaten Jepara bekerja pada sektor industri disusul oleh sektor perdagangan
(19,06%) dan sektor pertanian (12,71%). Perkembangan jumlah penduduk yang
bekerja sesuai dengan lapangan usaha secara rinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 2.32
Penduduk Usia 15 Tahun Keatas yang Bekerja sesuai dengan Lapangan
Pekerjaan di Kabupaten Jepara Tahun 2015 (%)
Lapangan Usaha %
Pertanian 12,71
Pertambangan/Penggalian 0,76
Industri 44,81
Listrik, Gas & Air 0,27
Kontruksi 9,13
Perdagangan 19,06
Transportasi, Komunikasi, Akomodasi 2,98
Keuangan 0,79
Jasa 9,49
Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2016

Penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Jepara cukup baik. Kondisi ini


dibuktikan dari rendahnya angka pengangguran yang terdapat di Kabupaten
Jepara. TPT di Kabupaten Jepara dalam kurun waktu tahun 2011-2015 cenderung

II-70
mengalami penurunan. Pada tahun 2011 TPT Kabupaten Jepara sebesar 6,26%
menurun menjadi 3,12% pada tahun 2015. Pada tahun 2013 TPT mengalami
peningkatan disebabkan oleh banyaknya perusahaan meubel yang melakukan
PHK disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang sedang mengalami penurunan.
Kondisi sebaliknya ditunjukkan oleh Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK).
TPAK Kabupaten Jepara justru mengalami penurunan dari 71,14% pada tahun
2011 menjadi 68,13% pada tahun 2015. Penurunan tersebut menunjukkan bahwa
angkatan kerja yang berhenti atau tidak bekerja menjadi semakin tinggi dan/atau
pertumbuhan angkatan kerja lebih rendah daripada pertumbuhan penduduk usia
kerja.
6.50 73.00

6.00
72.00
5.50
71.00
5.00

4.50 70.00

TPAK (%)
TPT (%)

4.00 69.00

3.50
68.00
3.00
67.00
2.50

2.00 66.00
1 2 3 4 5

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2016

Gambar 2.44
TPT dan TPAK Kabupaten Jepara Tahun 2011-2015 (%)

Salah satu keunggulan Kabupaten Jepara dibidang ketenagakerjaan adalah


UMK yang ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi tidak terlalu tinggi. Pada tahun
2016 UMK Kabupaten Jepara mencapai Rp1.350.000,-.Jumlah tersebut telah
memenuhi KHL Kabupaten Jepara yang mencapai Rp1.276.067,48. Perkembangan

II-71
UMK dan KHL Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.  

1,600.00

1,400.00

1,200.00

1,000.00

800.00

600.00

400.00

200.00

-
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.45
KHL dan UM Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016 (Ribu Rupiah)

UMK Kabupaten Jepara relatif masih kompetitif apabila dibandingkan


dengan beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Tengah. Kondisi ini menunjukkan
bahwa Kabupaten Jepara memiliki daya saing terkait dengan pengupahan yang
lebih proporsional bagi pengusaha dibandingkan beberapa kabupaten/kota yang
lain. Perbandingan UMK Kabupaten Jepara dengan beberapa kabupaten/kota lain
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

II-72
Tegal Kota 1 385 000.00
1 500 000.00
Semarang Kota 1 909 000.00
1 450 953.00
Surakarta Kota 1 418 000.00
1 341 000.00
Brebes 1 310 000.00
1 373 000.00
Pemalang 1 325 000.00
1 463 000.00
Batang 1 467 500.00
1 639 600.00
Temanggung 1 313 000.00
1 610 000.00
Demak 1 745 000.00
1 350 000.00
Kudus 1 608 200.00
1 310 000.00
Rembang 1 300 000.00
1 328 500.00
Grobogan 1 305 000.00
1 300 000.00
Karanganyar 1 420 000.00
1 293 000.00
Sukoharjo 1 396 000.00
1 400 000.00
Boyolali 1 403 500.00
1 410 000.00
Wonosobo 1 326 000.00
1 300 000.00
Kebumen 1 324 600.00
1 265 000.00
Purbalingga 1 377 500.00
1 350 000.00
Cilacap Barat 1 483 000.00
1 490 000.00
Cilacap Kota 1 608 000.00
- 500 000.00 1 000 000.00 1 500 000.00 2 000 000.00

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2017

Gambar 2.46
UMK Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 (Rupiah)

II-73
Perkembangan teknologi informasi yang tidak mengenal batas ruang waktu
menjadi salah satu dasar bagi Pemerintah Kabupaten Jepara untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat, khususnya dalam bidang ketenagakerjaan
baik pada sisi penyediaan, penyaluran tenaga kerja hingga peningkatan kualitas
dan produktivitas tenaga kerja. Sejak tahun 2011, Pemerintah Kabupaten Jepara
telah menciptakan pelayanan bursa kerja online dan pembuatan Kartu AK-1
online. Kebijakan tersebut dibuat dalam rangka menampung penduduk yang
sedang mencari pekerjaan di bidang formal. Jumlah masyarakat yang
memanfaatkan aplikasi tersebut mencanpai 16.908 orang pada tahun 2016 atau
meningkat dibandingkan tahun 2012 sebesar 6.608 orang.
Tindak lanjut penyediaan tenaga kerja adalah penempatan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang ditempatkan pada tahun 2016 mencapai 8.985 orang;
terdiri dari 235 orang yang ditempatkan di luar negeri dan 8.750 orang yang
ditempatkan pada perusahaan-perusahaan yang terdapat di Kabupaten Jepara.
Terdapat kebijakan terkait peningkatan kapasitas bagi pencari kerja potensial di
Kabupaten Jepara. Pada tahun 2016 terdapat 400 pencaker yang mendapatkan
fasilitasi pelatihan dan pemagangan di Kabupaten Jepara. Tujuan
dilaksanakannya pelatihan –baik berbasis kompetensi maupun masyarakat-
adalah mempersiapkan hardskill dari pencaker agar siap untuk diterjunkan di
dunia kerja. Adapun pelaksanaan pemagangan bertujuan untuk meningkatkan
kesiapan hardskill dan softskill pencari kerja agar dapat beradaptasi dan siap
terjun di dunia kerja.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS
mengamanatkan kepada pelaku usaha untuk memberikan akses pekerja untuk
mendapatkan jaminan sosial berupa BPJS Ketenagakerjaan. Namun, hanya 40%
pekerja yang telah mendapatkan fasilitas Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Jumlah
pada tahun 2016 menurun dibandingkan dengan capaian tahun 2015 yang telah
mencapai 66,55%.
Perkembangan kegiatan peningkatan kapasitas pencari kerja di Kabupaten
Jepara secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.33
Indikator Urusan Tenaga Kerja Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pelayanan Bursa Kerja Online Orang 3.512 4.187 3.040 6.608 16.900
& Kartu AK-I Pembuatan
Informasi Pasar Kerja
2 Penempatan Tenaga Kerja
- AKAN Orang 255 408 452 313 235
- AKAL Orang 271 596 2.533 1.325 8.750
3 Jumlah pemagangan Bagi Bagi Orang 20 15 20 20 20
Calon Tenaga Kerja
4 Jumlah tenaga kerja yang Orang - - 280 400 400
mendapatkan pelatihan
berbasis kompetensi

II-74
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
5 Jumlah tenaga kerja yang Orang - - 40 40 40
mendapatkan pelatihan
berbasis masyarakat
6 Jumlah tenaga kerja yang Orang - - 280 400 400
mendapatkan pelatihan
kewirausahaan
7 Persentase Pekerja/buruh % 67,20 67,18 70,38 66,55 40,00
yang menjadi peserta program
BPJS Ketenagakerjaan
8 Persentase Perselisihan % 100 100 100 100 100
pengusaha pekerja yang
diselesaikan
Sumber: Diskop UKMNakertrans Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.2 Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak


Perkembangan skor hasil evaluasi Kabupaten Layak Anak (KLA) untuk
Kabupaten Jepara sejak tahun 2013 hingga tahun 2015 stagnan pada skor 500,
namun persentase Desa/Kelurahan Layak Anak (DEKELA) mengalami peningkatan
dari tahun 2014 sebesar 2,56% dan pada tahun 2016 menjadi 8,21%. Meskipun
sudah ada DEKELA, namun di Kabupaten Jepara belum ada Kecamatan Layak
Anak (KELANA).
Perkembangan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) cenderung menurun,
pada tahun 2016 sebesar 0,06 per 1.000 rumah tangga dibandingkan pada tahun
2012 sebesar 0,09 per 1.000 rumah tangga. Sedangkan prevalensi kekerasan
terhadap anak terus meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 0,10 per 1.000
anak dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 0,72 per 1.000 anak. Prevalensi
Kekerasan Perempuan Termasuk TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) juga
terus mengalami kenaikan tiap tahun, yaitu tahun 2012 sebesar 0,09 per 1.000
perempuan dan tahun 2016 menjadi sebesar 0,34 per 1.000 perempuan.
Peningkatan ini menjadi salah satu penanda jika masyarakat semakin sadar dan
peduli terhadap penanganan kasus kekerasan di sekitarnya, sehingga semakin
berani melaporkan kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan dan anak.
Terkait hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Jepara memiliki komitmen yang tinggi
dalam penanganan kasus kekerasan perempuan dan anak termasukTPPO. Hal ini
dapat dilihatdari Cakupan Perempuan dan Anak Korban Kekerasan yang
Mendapat Penanganan Sesuai Standar tiap tahun hingga tahun 2016 sebesar
100%. Selain itu dilihat dari terus meningkatnya Presentase Kelembagaan Forum
Anak Tingkat Kabupaten, Kecamatan, Desa pada tahun 2016 mencapai sebesar
8,02% dan Presentase Kelembagaan Pusat Pelayanan Terpadu/Pusat Pelayanan
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT/P2TP2A) pada tahun 2016
mencapai sebesar 41,18% meskipun stagnan dari tahun 2015.

II-75
Tabel 2.34
Indikator Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. Hasil Evaluasi Skor - 500 - 500 -
Kabupaten Layak
Anak (KLA) untuk
Kabupaten Jepara
2. Presentase % - - 2,56 5,13 8,21
Desa/Kelurahan
Layak Anak
(DEKELA)
3. Persentase % 100 100 100 100 100
kelembagaan PUG
aktif
4. Persentase % 100 100 100 100 100
perangkat daerah
yang melaksanakan
PPRG
5. Persentase % 6 6 6 6 6
perempuan yang
menjadi anggota
legislatif
6. Persentase % 22,57 22,76 22,96 23,14 tad
sumbangan
pendapatan
perempuan dalam
keluarga
7. Presentase % 46,96 55,75 57,29 59,48 61,57
Perempuan Rentan
yang Dientaskan
8. Rasio Kekerasan Per 0,09 0,08 0,05 0,06 0,06
Dalam Rumah 1.000
Tangga (KDRT)
9. Rasio Kekerasan per 0,10 0,26 0,43 0,56 0,72
Terhadap Anak 1.000
10. Cakupan % 100 100 100 100 100
Perempuan dan
Anak Korban
Kekerasan yang
Mendapat
Penanganan Sesuai
Standar
11. Presentase % 0,47 0,47 2,83 5,19 8,02
Kelembagaan Forum
Anak Tingkat
Kabupaten,
Kecamatan, Desa
12. Rasio Kekerasan Per 0,09 0,17 0,22 0,28 0,34
Perempuan 1.000
Termasuk TPPO
13. Presentase % 5,88 5,88 23,53 41,18 41,18
Kelembagaan Pusat
Pelayanan
Terpadu/Pusat
Pelayanan Terpadu
Perlindungan
Perempuan dan
Anak (PPT/P2TP2A)
Sumber : DP3AP2KB Kabupaten Jepara, 2017

II-76
2.3.2.3 Pangan
Kinerja terkait ketersediaan pangan dapat dilihat melalui indikator
ketersediaan energi dan protein perkapita, dan pemenuhan cadangan pangan
utama. Kinerja ketersediaan energi perkapita di Kabupaten Jepara pada tahun
2012 sebesar 2.090,0 kkal/kapita/hari meningkat menjadi 2.400
kkal/kapita/hari. Kondisi serupa ditunjukkan oleh ketersediaan protein perkapita,
pada tahun 2012 mencapai 54 gr/hr terus meningkat menjadi 72,07 gr/hr pada
tahun 2016.
Permentan Nomor 65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang
Ketahanan Pangan menyebutkan bahwa ketersediaan cadangan pangan untuk
tingkat kabupaten/kota adalah sebesar 100 ton ekuivalen beras. Penguatan
cadangan pangan di Kabupaten Jepara pada tahun 2012 sebesar 30% dan
meningkat menjadi 42,16%pada tahun 2016. Kondisi ini disebabkan keterbatasan
anggaran sehingga penyerapan gudang cadangan pangan tidak bisa optimal.
Aksibilitas pangan dapat dilihat dari indikator ketersediaan informasi
pasokan, harga & akses pangan, dan stabilitas harga dan pasokan pangan.
Ketersediaan informasi pasokan, harga & akses pangan di daerah pada tahun
2012 sebesar 45% meningkat menjadi 86,11% pada tahun 2016. Sementara itu,
persentase realisasi koefisien keragaman komoditas yang menjadi indikator
stabilitas harga dan pasokan pangan mencapai 90% pada tahun 2016, meningkat
dibandingkan capaian tahun 2012 sebesar 60%
Pola konsumsi pangan dapat dilihat dari indikator Skor Pola Pangan
Harapan (PPH). Pola Pangan Harapan Kabupaten Jepara dalam kurun waktu
2012-2016 mengalami peningkatan dari 87,3% meningkat menjadi 90,8% pada
tahun 2016. Sementara itu, konsumsi energi perkapita di Kabupaten Jepara pada
tahun 2016 mencapai 1.870 kkal/hr. Adapun konsumsi protein mencapai 59,1
gr/hr pada tahun 2016.
Berkaitan dengan keamanan pangan, kinerja Pengawasan dan pembinaan
keamanan pangan belum optimal dilakukan baik terhadap pangan segar maupun
jajanan anak sekolah. Capaian Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan
jajanan anak sekolah pada tahun 2016 baru mencapai 84%. Perkembangan
capaian kinerja Urusan Pangan Kabupaten Jepara secara rinci dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 2.35
Indikator Urusan Pangan Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Banyaknya Regulasi buah 7 7 7 7 7
Ketahanan Pangan
2 Ketersediaan Pangan Kg/kap 106,3 184,5 129,66 140,84 145,62
Utama
  - Ketersediaan energi K.kal/h 2.090,0 2.095,0 2.097, 2.102, 2400
per kapita r 0 0
  - Ketersediaan protein gr//hr 54 57 58,7 60.4 72,07

II-77
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
per kapita
3 Penguatan cadangan % 30 24,5 24,15 46,47 42,16
pangan (beras)
4 Ketersediaan informasi % 45 69,7 74 85,31 86,11
pasokan, harga & akses
pangan di daerah
5 Stabilitas harga dan % 60 70 88 89 90
pasokan pangan
6 Skor Pola Pangan skor 87,3 89,2 90,6 90,6 90,8
Harapan (PPH)
7 Pengawasan dan            
pembinaan keamanan
pangan
  a. Jajanan Anak % 40 100 90,63 84 84
Sekolah
8 Pengembangan Desa desa 6 6 9 11 17
Mandiri Pangan
9 Konsumsi energi dan            
protein per kapita
  - energi (k.kal/hr) K.kal/h 1.790,2 1.803,9 1.826, 1.837, 1.870,
r 2 0 0
  - protein (gr/hr) gr/hr 55,1 57,3 58,7 59,2 59,1
Sumber: DKPP Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.4 Pertanahan
Kewenangan urusan pertanahan kabupaten/kota sesuai dengan amanat
Keputusan Presiden No. 34 tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang
Pertanahan yang meliputi 9 sub bidang yaitu 1) pemberian izin lokasi; 2)
penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan; 3)
penyelesaian sengketa tanah garapan; 4). penyelesaian masalah ganti kerugian
dan santunan tanah untuk pembangunan; 5) penetapan subyek dan obyek
redistribusi tanah, serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah
absentee; 6) penetapan dan penyelesaian masalah tanah ulayat; 7) pemanfaatan
dan penyelesaian masalah tanah kosong; 8) pemberian izin membuka tanah dan 9)
perencanaan penggunaan tanah wilayah Kabupaten/Kota. Dalam pelaksanaannya
kewenangan pemerintah Kabupatem Jepara terkait pelayanan pertanahan masih
belum optimal, hal ini dikarenakan kewenangan pelayanan pertanahan masih di
lakukan oleh BPN.
Indikator lain dari penyelenggaraan pemerintahan di urusan pertanahan
adalah penyelesaian izin lokasi. Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada
perusahaan untuk memperoleh tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman
modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan hak, dan untuk menggunakan
tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman modalnya (Permen Agraria dan
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2015 tentang izin
lokasi). Pemberian izin lokasi ini mendukung upaya peningkatan ekonomi di
wilayah Kabupaten Jepara, karena dengan semakin banyaknya izin lokasi yang
dikeluarkan berarti semakin banyak penanaman modal di Kabupaten Jepara.

II-78
Sampai tahun 2015 pengajuan izin lokasi yang dilakukan oleh masyarakat 100%
dapat diselesaikan.
Luas tanah milik Pemerintah Kabupaten yang telah bersertifikat tahun 2016
adalah 3.929.711 m2. Adapun urusan pertanahan lainnya yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Kabupaten Jepara adalah pembebasan lahan. Selama kurun waktu 5
tahun, semua pembebasan lahan dapat berjalan dengan baik dan mencapai 100%.
Indikator kinerja lainnya adalah penyelesaian kasus tanah negara. Pembebasan
tanah yang dilakukan antara lain berkaitan dengan pembebasan lahan untuk
SUTET dan PLN.
Tabel 2.36
Indikator Urusan Pertanahan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah Bidang Tanah Jumlah 1.628 1.700 1.709 1.766 1.081
Milik Pemerintah
Kabupaten
2. Jumlah Bidang Tanah Jumlah 483 497 500 547 666
Milik Pemerintah
Kabupaten telah
bersertifikat
3. Persentase Tanah Milik % 29,67 29,24 29,26 30,97 61,61
Pemerintah Kabupaten
telah bersertifikat
4. Penyelesaian pembebasan % - - - 100 -
lahan
5. Penyelesaian Kasus Tanah % 70 75 25 - -
Negara
6. Penyelesaian Izin Lokasi % 90,90 100 100 100 100
Sumber: Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.5 Lingkungan Hidup


Kewenangan pemerintah daerah dalam bidang lingkungan hidup
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 meliputi perencanaan
lingkungan hidup, kajian lingkungan hidup, pengendalian pencemaran/
kerusakan, pengelolaan keanekaragaman hayati, pengelolaan limbah B3,
pembinaan dan pengawasan terhadap izin lingkungan dan izin perlindungan dan
pengelolaan linkungan, pengakuan keberadaan masyarakat hukum adat (MHA),
penghargaan lingkungan hidup untuk masyarakat, pengaduan lingkungan hidup
dan pengelolaan persampahan.
Dibidang pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup,
Pemerintah Kabupaten Jepara menyelenggarakan pengawasan dan pengendalian
terhadap pencemaran air dan udara, pelaksanaan AMDAL, UKL dan UPL,
pengawasan terhadap jenis usaha dan menerima pengaduan dari masyarakat
berkaitan dengan lingkungan hidup. Pengawasan dan pengendalian terhadap
status mutu air di Kabupaten Jepara ditetapkan pada 38 sungai. Dari jumlah
tersebut, pada tahun 2016 kinerja pemantauan status mutu air masih relatif
rendah baru berada di7 titik di 6 sungai atau sebesar 15,78%. Menunjukkan
masih banyak kondisi sungai di Kabupaten Jepara yang kualitasnya tidak

II-79
terpantau.Berdasarkan hasil analisis laborat terhadap sample air sungai yang
diobservasi/diuji dan dilakukan penghitungan Indeks Pencemaran, secara umum
menunjukkan indikasi tercemar ringan sampai sedang. Hasil pemantauan Tahun
2016 Faktor pembatas (tekanan) ditunjukkan oleh parameter yang melampaui
Baku Mutu, meliputi : DO, Sulfida sbg (H2S) dan Detergent (MBAS).
Sedangkan pemantauan kualitas udara dalam lima tahun terakhir
dilakukan pada 6 titik yang sebelumnya sudah ditetapkan sebagai sample yang
mewakili cakupan luasan Kabupaten Jepara. Hasil dari pemantauan terhadap
kualitas udara akan memberikan gambaran kondisi kualitas udara ambien di
lokasi dan waktu tertentu yang didasarkan kepada dampak terhadap kesehatan
manusia, nilai estetika dan makhluk hidup lainnya. Pemantauan rutin selama
satu tahun, yang diwakili oleh parameter TSP, CO, NO2, SO2, dan O3. Dari kelima
parameter tersebut, 5(lima) diantaranya (CO, NO2, SO2, dan O3) menunjukkan
hasil yang masih baik kualitas udaranya. Sedangkan untuk parameter TSP 2 (dua)
titik yaitu Kalipucang dan Mantingan berada diatas ambang baku mutu.
Berdasarkan hasil pemantauan, maka secara umum kondisi kualitas udara di
Kabupaten Jepara, khususnya disekitar daerah titik sampling relatif cukup baik.
Pengawasan terhadap pelaksanaan AMDAL di Kabupaten Jepara tercapai
kinerja 100% pada tahun 2016, yang menunjukkan bahwa seluruh kegiatan yang
berpotensi pada permasalahan lingkungan berada dalam pengawasan pemerintah.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
(UKL dan UPL) sebagai bagian dari pengawasan dan pengendalian pada usaha
dan/atau kegiatan yang tidak termasuk dalam kriteria wajib AMDAL. Pengawasan
terhadap pelaksanaan UKL dan UPL trend-nya setiap tahun meningkat namun
capaiannya masih termasuk rendah. Pada tahun 2016 cakupan pengawasan
terhadap pelaksanaan UKL dan UPL tercapai sebesar 18,87%. Sementara itu
dilihat dari kepatuhan usaha dan/atau kegiatan yang mentaati persyaratan
administrasi dan teknis pencegahan pencemaran air pada tahun 2016 mencapai
80%.

Tabel 2.37
Indikator Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pemantauan status mutu % 13 15,78 15,78 15,78 15,78
air (sungai)
2 Pemantauan kualitas titik 6 6 6 6 6
udara
3 Cakupan pengawasan % 66,7 100 100 100 100
terhadap pelaksanaan
AMDAL
4 Cakupan pengawasan %/tahun 4,8 16,1 18,86 17,36 18,87*
terhadap pelaksanaan
UKL/UPL
5 Jumlah usaha dan /atau % 45 55 64 73 80

II-80
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
kegiatan yang mentaati
persyaratan administrasi
dan teknis pencegahan
pencemaran air
6 Jumlah pengaduan % 100 100 100 100 100
masyarakat akibat adanya
dugaan pencemaran
dan /atau perusakan
lingkungan hidup yang
ditindak lanjuti
7 Ketersediaan Unit 1 1 1 1 1
Laboratorium Penelitian
Lingkungan
Sumber : DLH Kabupaten Jepara, 2017 ;Ket : * angka kumulatif

Upaya perlindungan dan konservasi sumberdaya alam di Kabupaten Jepara


diupayakan dengan melakukan penghijauan pada wilayah rawan longsor dan
memiliki potensi sumber mata air. Luas lahan yang ditetapkan sebagai wilayah
rawan longsor dan memiliki potensi sumber mata air di Kabupaten Jepara sebesar
4.131,7 Ha. Dari luas tersebut, wilayah yang sudah mendapatkan kegiatan
konservasi tercakup sebesar 0,49%. Kondisi tersebut menunjukkan rendahnya
pelaksanaan penghijauan di Kabupaten Jepara terhadap wilayah-wilayah rawan
longsor dan pengamanan pada sumber mata air. Untuk meningkatkan serapan air
ke dalam tanah, pemerintah Kabupaten Jepara menggalakan sistem pembangunan
sumur resapan. Pada tahun 2015, sumur resapan yang terbangun sebanyak 28
titik, lebih banyak dibandingkan dengan tahun 2014 yang dilaksanakan pada 24
titik. Namun, pada tahun 2016 tidak ada kegiatan pembuatan sumur resapan
Tabel 2.38
Indikator Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Capaian Kinerja Tahun


Indikator Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016
1 Luas wilayah Ha 4.131,7 4.111.8 4.092.1 4.032,3 3.993.6
rawan longsor 0 7 3 9 7
2 Luas konservasi Ha 19,83 19,74 59,75 38,71 19,57
3 Rasio Cakupan %/tahun 0,48 0,48 1,46 0,96 0,49
penghijauan
wilayah rawan
longsor dan
Sumber Mata Air
2 Banyaknya air Titik/ 20 20 25 24 -
hujan yang tahun
tertampung
kedalam tanah
Sumber : DLH Kabupaten Jepara, 2017

Peningkatan pengendalian polusi di Kabupaten Jepara dilakukan melalui


pengawasan terhadap administrasi kegiatan usaha yang berpotensi melakukan
pencemaran udara. Persentase usaha dan/atau kegiatan sumber tidak bergerak
yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis pencegahan pencemaran

II-81
udara di Kabupaten Jepara terpenuhi sebesar 71%. Masih cukup banyak usaha
dan/atau kegiatan yang belum memenuhi memenuhi persayaratan adminitrasi.
Dukungan untuk melakukan pengendalian terhadap polusi adalah tersedianya
sarana monitoring polusi. Tahun 2016, ketersediaan sarana monitoring polusi
udara tercukupi sebesar 74%, namun untuk pemenuhan sarana monitoring polusi
air masih rendah baru sebesar 44%.
Tabel 2.39
IndikatorAkses Informasi Sumber Daya Alam, Lingkungan Hidup dan
Pengendaliangan Polusi Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Pemenuhan Sarana % 25 32 46 60 74
Monitoring Polusi
(udara)
2 Pemenuhan Sarana % tad 11 44 44 44
Monitoring Polusi (air)
3 Nilai indeks Kualitas indeks tad tad tad 59,34 62,70
Lingkungan Hidup
4 Nilai indeks kualitas indeks tad tad tad 35,71 45,00
pencemaran air
5 Nilai indeks kualitas indeks tad tad tad 85,24 84,00
pencemaran udara
6 Nilai indeks tutupan indeks tad tad tad 57,63 60,00
hutan/lahan
Sumber : DLH Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.6 Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil


Urusan kependudukan dan catatan sipil meliputi empat sub urusan yaitu
sub urusan Pendaftaran Penduduk, Pencatatan Sipil, Pengelolaan Informasi
Administrasi Kependudukan dan Profil Kependudukan. Dalam menjalankan
urusan tersebut, perangkat daerah yang membidangi urusan ini menjalankan
Program Penataan Administrasi Kependudukan. Program ini diimplementasikan
untuk melayani penduduk dalam memperoleh KTP Elektronik (KTP-el), pelayanan
penerbitan akta kelahiran, pelayanan penerbitan akta kematian, pencatatan
perkawinan non muslim, dan pelayanan kartu keluarga.
Hingga tahun 2016, jumlah penduduk yang sudah terlayani
pembuatanKTP-el sebanyak 749.535 orang. Jika dipersandingkan dengan
penduduk dewasa sebagaimana data diatas, maka capaian penduduk ber KTP-el
sudah mencapai 90,02%. Kondisi ini meningkat tajam dibandingkan tahun 2012
yang baru mencapai 74,79%.
Tahun 2016 bayi lahir 1 tahun yang berakte kelahiran sebanyak 11.845
bayi dengan jumlah bayi lahir 21.063. Kondisi ini naik turun setiap tahunnya
karena kepemilikan akte sangat tergantung kepada orang tua yang secara aktif
mendaftarkan bayi lahirnya. Hal ini dapat dilihat pada tahun 2012, dimana bayi
lahir 1 tahun yang berakte 17.045 bayi sedangkan bayi lahirnya 21.564. Dengan
demikian, semua bayi yang lahir belum memperoleh akta kelahiran.

II-82
Secara umum tingkat kepemilikan akte kelahiran Kabupaten Jepara tahun
2016 baru sebanyak 59,12%. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan tahun
2012 sebesar 48,61%. Rendahnya cakupan akte kelahiran bagi penduduk ini
disebabkan oleh tiga hal yaitu: (1) Masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat
untuk memiliki akte kelahiran terutama usia dewasa; (2) Mengurus akte kelahiran
hanya untuk kebutuhan medesak, seperti sekolah, paspor, dan pensiun; (3)
Pengetahuan akan arti pentingny akte dan prosedur pengurusannya belum
diketahui masyarakat luas sehingga asyarakat enggan mengurus akte kelahiran.
Jumlah penduduk yang telah memiliki kartu keluarga tahun 2016 sebanyak
361.543 KK. Jumlah ini menurun dibandingkan tahun 2012 yang baru mencapai
364.898 KK salah satunya karena adanya mutasi penduduk.
Kepemilikan akte kematian pada tahun 2012 sebanyak 0,70%, meningkat
menjadi 46,21 pada tahun 2016. Masih rendahnya kepemilikan akte kematian ini
karena ketidaktahuan masyarakat akan manfaat akte kematian. Salah satunya
diakibatkan belum adanya keterkaitan akte kematian dengan dokumen yang lain
sehingga masyarakat masyarakat kurang antusias mengurus dokumen akte
kematian. Manfaat Dokumen Akta Kematian bagi penduduk diantaranya: (1)
penetapan status janda atau duda (terutama bagi Pegawai Negeri) diperlukan
sebagai syarat menikah lagi; (2) persyaratan pengurusan pembagian waris
(Peralihan Hak Atas Tanah), baik bagi isteri atau suami maupun anak; (3)
Diperlukan untuk mengurus pensiun bagi ahli warisnya; (4) memenuhi
persyaratan untuk mengurus uang duka, tunjangan kecelakaan, Taspen,
Asuransi, Perbankan, Pensiun; dan (5) sebagai menunjang dan mendukung
validasi dan akurasi data kependudukan dan untuk kebutuhan lainya sebagai
pengganti surat keterangan kematian dari Desa / Lurah.
Tabel 2.40
IndikatorAdministrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Satua Capaian Kinerja Tahun


Indikator
o n 2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Bayi Berakte Jiwa 17.045 16.350 14.584 12.423 11.845
2 Jumlah Pddk Berakte % 48,61 50,45 56,14 57,62 59,12
3 Jumlah penduduk ber-
KTP: KTP 829.95 60.762 53.485 0 0
 Regular KTP 4 696.17 706.77 737.99 749.53
 KTP-e; 526.19 4 5 5 5
7
Sumber : DisdukcapilKabupaten Jepara, 2017

2.3.2.7 Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Kewenangan pemerintah Kabupaten Jepara dalam penyelenggaraan Urusan
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah meliputi a) Kerja
Sama Desa yaitu Fasilitasi kerja sama antar-Desa dalam 1 (satu) Daerah
kabupaten/kota; b) Administrasi Pemerintahan Desa yaitu Pembinaan dan

II-83
pengawasan penyelenggaraan administrasi pemerintahan Desa; dan c) Lembaga
Kemasyarakatan, Lembaga Adat, dan Masyarakat Hukum Adat yaitu 1)
Pemberdayaan lembaga kemasyarakatan yang bergerak di bidang pemberdayaan
Desa dan lembaga adat tingkat Daerah kabupaten/kota dan pemberdayaan
masyarakat hukum adat yang masyarakat pelakunya hukum adat yang sama
dalam Daerah kabupaten/ kota dan 2) Pemberdayaan lembaga Kemasyarakatan
dan lembaga adat tingkat Desa.
Lebih lanjut, merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa menyebutkan bahwa Pemberdayaan masyarakat desa adalah upaya
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan
meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan kebijakan,
program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan
prioritas kebutuhan masyarakat Desa.
Pemberdayaan masyarakat dan desa dapat mewujudkan kemandirian dan
keswadayaan masyarakat dan desa yang terlihat dari meningkatnya kapasitas dan
kualitas masyarakat dan desa dalam tata kelola pembangunan di desa,
meningkatnya kualitas sumberdaya manusia juga diimbangi dengan meningkatnya
kapasitas dan kualitas kelembagaan-kelembagaan kemasyarakatan di tingkat
desa. Dengan meningkatnya kapasitas dan kualitas SDM dan kelembagaan, maka
keswadayaan pembangunan di desa diharapkan semakin meningkat.
Gambaran kinerja urusan pemberdayaan masyarakat dan desa Kabupaten
Jepara selama kurun waktu tahun 2012-2016 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.41
Indikator Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. PKK aktif % 100 100 100 100 100
2. Posyandu aktif Klp 1.154 1.154 1.154 1.154 1.154
3. Persentase % 3,47 3,12 3,03 2,86 2,77
Posyandu Pratama
Persentase % 38,73 38,65 38,56 38,13 38,04
Posyandu Madya
Persentase % 46,53 46,71 46,79 47,05 47,14
Posyandu Purnama
Persentase % 11,27 11,53 11,61 11,96 12,05
Posyandu Mandiri
5. Rata-rata jumlah Klp 195 195 195 195 195
kelompok binaan
lembaga
pemberdayaan
masyarakat (LPMD
D/K)
6. Persentase Swadaya % 57,32 60,21 62,35 65,38 65,38
Masyarakat
terhadap Program
pemberdayaan

II-84
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
masyarakat
7. Jumlah desa 184 184 184 184 184
pemeliharaan pasca
program
pemberdayaan
masyarakat
8. Persentase Desa % 40,98 49,18 54,18 60,87 66,85
Tertib Pengelolaan
Keuangan Desa
9. Jumlah BUMDesa Unit 2 4 58 184 184
yang dibentuk
Sumber: Dinsospermades Kabupaten Jepara, 2017

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa kondisi keberdayaan


masyarakat yang dilihat dari capaian Posyandu, yang mana Posyandu merupakan
salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM) yang dikelola
dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar. Posyandu di Kabupaten Jepara sebanyak 1.154 kelompokdengan
capaian persentase Posyandu dengan strata yang lebih tinggi, yaitu Purnama dan
Mandiri di Kabupaten Jepara yang terus meningkat setiap tahunnya, dimana
capaian tahun 2016 47,14% untuk Purnama dan Mandiri mencapai 12,05%. Hal
ini disebabkan oleh semakin tingginya tingkat partisipasi serta kuantitas Kader,
Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari Puskesmas.
Capaian kinerja BUMDesayang dibentuk di Kabupaten Jepara mengalami
peningkatan yang cukup signifikan dimana dari Tahun 2012 sebanyak 2 desa
meningkat menjadi 184 desa di tahun 2016, hal ini dikarenakan pada tahun 2014
adanya peningkatan fasilitasi Pemerintah Kabupaten dalam pembentukan
BUMDesa. Peningkatan juga terjadi (walau tidak signifikan) pada swadaya
masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat dimana tahun 2012
sebesar 57,32% meningkat setiap tahunnya hingaa menjadi 65,38% pada tahun
2016.
Sementara itu terkait dengan upaya peningkatan aparatur pemerintah desa
di Kabupaten Jepara dapat dilihat dari indikator kepala desa, perangkat desa dan
BPD yang mengikuti pelatihan dimana capaiannya pada tahun 2016 mengalami
penurunan yang signifikan di tahun 2015 dimana kepala desa yang telah
mengikuti pelatihan hanya 25% dari tahun sebelumnya yang mencapai 100%;
sementara perangkat desa hanya 100 orang yang telah mengikuti pelatihan dari
tahun sebelumnya sudah mencapai 732 orang, demikian halnya dengan BPD yang
mengikuti pelatihan menurun menjadi 100 orang (2016) dari 184 di tahun 2015.

2.3.2.8 Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana

II-85
Lingkup kewenangan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana yang
diamanatkan oleh Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
adalah meliputi pemetaan perkiraan pengendalian penduduk, pelaksanaan KIE
pengendalian penduduk baik yang bersifat medis maupun kearifan lokal, distribusi
peralatan dan perlengkapan kontrasepsi, pendayagunaan PKB/PLKB, serta
pembinaan keluarga sejahtera.
Kinerja pembangunan urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana dapat dilihat dari capaian indikator Total Fertility Rate (TFR). TFR
adalah jumlah anak yang mampu dilahirkan oleh wanita selama masa
reproduksinya per 1000 wanita. Asumsi yang digunakan yaitu tidak ada seorang
perempuan yang meninggal sebelum mengakhiri masa reproduksinya dan tingkat
fertilitas menurut umur tidak berubah pada periode waktu pengukuran (BKKBN,
2010). TFR di Kabupaten Jepara sejak tahun 2012-2016 secara rata-rata berada
pada angka 2,3 yang artinya kemampuan perempuan Jepara selama masa
reproduksi memiliki anak 2 sampai 3 anak. Kondisi ini sudah cukup ideal
mengingat program dari pemerintah pusat yang menganjurkan untuk hanya
memiliki dua anak. Selain itu ditunjukkan dengan menurunnya laju pertumbuhan
penduduk menjadi sebesar 1,50% pada tahun 2016.
Salah satu faktor yang mempengaruhi TFR adalah keikutsertaan
masyarakat dalam ber-KB. Pada tahun 2016, rasio akseptor KB terjadi fluktuasi
dan cenderung menurun, yaitu tahun 2012 sebesar 80,63% dan pada tahun 2016
menjadi sebesar 72,82%. Kondisi ini juga terjadi pada cakupan peserta KB Aktif di
Kabupaten Jepara turun menjadi sebesar 72,82% pada tahun 2016 dibandingkan
tahun 2011 yang telah mencapai 80,63%. Unmetneed KB masih menjadi kendala
bagi pemerintah Kabupaten Jepara, yaitu kelompok yang belum terpenuhi
kebutuhan kontrasepsinya, mencakup semua pria atau wanita usia subur yang
sudah menikah atau hidup bersama dan dianggap aktif secara seksual yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi, baik yang tidak ingin punya anak lagi ataupun
menunda kelahiran berikutnya. Perkembangan unmetneed KB di Kabupaten
Jepara pada tahun 2016 naik mencapai 10,89% dibandingkan tahun 2015 sebesar
8,58%. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya promosi dan penyuluhan program KB,
alasan budaya, jangkaun pelayanan faskes, dan kurangnya SDM PLKB.
Kondisi angka Drop Out KB terjadi fluktuasi dan cenderung meningkat,
yaitu pada tahun 2016 mencapai sebesar 24,91% dibandingkan tahun 2012
sebesar 19,70%. Sedangkan Cakupan PUS peserta KB anggota usaha peningkatan
pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) yang ber KB meningkat menjadi sebesar
87,42% pada tahun 2016 dari sebesar 69% pada tahun 2012.
Permasalahan lain yang dialami terkait dengan KB adalah menurunnya
persentase peserta KB aktif MKJP pada tahun 2016 menjadi sebesar 9,96%
dibandingkan tahun 2012 sebesar 15,40% dan tingginya angka kelahiran remaja
di Kabupaten Jepara, yaitu Angka kelahiran remaja (perempuan usia 15-19 tahun

II-86
per 1.000 perempuan usia 15-19 tahun) pada tahun 2016 mencapai sebesar
33,21%. Kehamilan pada usia muda memiliki resiko terjadinya eklamsia dan
anemia bagi ibu hamil yang dapat memicu terjadinya kematian ibu pada saat
proses melahirkan. Namun demikian persentase ketersediaan alokon di Kabupaten
Jepara tiap tahun mencapai sebesar 100%.
Capaian kinerja urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana
tidak dapat dilepaskan dari peran PLKB dan sub PPKBD yang ada. Selain PLKB,
terdapat Pembantu Pembina Keluarga Berencana yang bertugas untuk
penyelenggaraan dan pelembagaan KB di masyarakat. Rasio PPKB di Kabupaten
Jepara mencapai 1,07 pada tahun 2016 yang berarti di setiap desa telah memiliki
1 PPKB. Kondisi ini telah sesuai dengan target SPM yang mengamanatkan 1 PPKB
di setiap desa.
Terkait dengan informasi tentang KB, Cakupan penyediaan informasi data
mikro keluarga disetiap desa atau kelurahan sudah mencapai 100%, namun
persentase kecamatan memiliki fasilitas pelayanan konseling remaja selama kurun
waktu lima tahun terus meningkat meskipun pada tahun 2016 masih sebesar
3,81%. Perkembangan kinerja urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga
Berencana dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.42
Indikaor Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 TFR (Total Fertility Rate) orang 2,3 2,3 2,3 2,3 2,36

3 Cakupan peserta KB aktif % 80,63 80,39 80,71 78,52 72,82

4 Cakupan pasangan usia % 10,1 10,28 9,21 8,58 10,89


subur yang ingin ber KB
tidak terpenuhi
(Unmetneed)
5 Angka kelahiran remaja per 1.000 0,00 0,00 0,00 33,21 33,21
(perempuan usia 15-19
tahun per 1.000
perempuan usia 15-19
tahun)
6 Angka Dropout KB % 19,70 18,20 7,02 14,34 24,91

7 Presentase ketersediaan % 193 100 100 100 100


alokon
8 Cakupan penyediaan % 100 100 100 100 100
informasi data mikro
keluarga disetiap desa
atau kelurahan
9 Rasio pembantu pembina rasio 1,05 1,05 1,05 1,05 1,07
keluarga berencana
(PPKB)
10 Rata-rata ketersediaan % 2,56 2,88 3,19 3,50 3,81
PIK-KRR di masing-
masing kecamatan
11 Cakupan PUS peserta KB % 69 68 85 85 87,42
anggota usaha

II-87
Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
peningkatan pendapatan
keluarga sejahtera
(UPPKS) yang ber-KB
12 Presentase peserta KB % 15,40 15,84 16,01 15,21 9,96
aktif MKJP
Sumber: DP3AP2KB Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.9 Perhubungan
Perhubungan sebagai salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan
mobilitas penumpang berkembang sangat dinamis, serta berperan di dalam
mendukung, mendorong, dan menunjang segala aspek kehidupan baik dalam
pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Pertumbuhan sektor transportasi akan mencerminkan pertumbuhan ekonomi
secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting dan
strategis, baik secara makro maupun mikro. Keberhasilan sektor transportasi
secara makro dapat terlihat dari sumbangan nilai tambahnya dalam pembentukan
Produk Domestik Bruto (PDB), dampak ganda (multiplier effect) yang
ditimbulkannya terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain dan kemampuannya
meredam laju inflasi melalui kelancaran distribusi barang dan jasa ke seluruh
pelosok tanah air. Oleh karenanya ketersediaan infrastruktur transportasi yang
handal dan memadai merupakan hal yang sangat penting untuk diupayakan guna
mewujudkan ketersediaan infrastruktur transportasi yang handal dan memadai.
Selama kurun waktu 2012-2016 Kabupaten Jepara memiliki 5 terminal
yang terdiri dari 1 unit terminal Type B dan 4 unit Terminal Type C. Untuk
pelabuhan laut, pada Tahun 2016 terdapat penambahan sebanyak 1 unit dimana
selama kurun waktu 2012-2015 memiliki 6 Pelabuhan. Masyarakat Kabupaten
Jepara yang memanfaatkan keberadaan terminal cukup besar, hal ini dapat dilihat
dari jumlah orang yang melalui terminal menunjukkan peningkatan dari tahun ke
tahun, pada tahun 2012 tercatat sebanyak 760.585 orang menjadi 1.070.342
orang pada tahun 2016. Mengalami peningkatan sebesar 28,91% selama 5 tahun
dengan rata-rata peningkatan per tahun sebesar 5,7%. Ketersediaan terminal
angkutan penumpang yang telah dilayani angkutan umum dalam trayek sudah
cukup baik, yaitu sudah mencapai 98%. Kondisi ini menunjukkan bahwa semua
terminal sudah dilayani angkutan umum.
Kondisi pembangunan perhubungan Kabupaten Jepara tahun 2012-2016
relatif sudah cukup baik, hal ini terlihat pada persentase sarana dan prasarana
perhubungan dalam kondisi baik yang sudah mencapai 98% pada tahun 2016.
Untuk tersedianya fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka dan guardrill) dan
Penerangan Jalan Umum (PJU) pada jalan kabupaten/kota meskipun belum
mencapai kondisi maksimal dimana pada tahun 2016 tercatat hanya 72%.

II-88
Fasilitas perlengkapan jalan terdiri atas halte, marka jalan, paku jalan, APILL dan
PJU. Persentase panjang jalan kabupaten yang sudah dilengkapi fasilitas PJU baru
sebesar 73,45% pada tahun 2016. Persentase panjang jalan kabupaten yang
sudah dilengkapi fasilitas marka jalan baru sebesar 1,9% atau sepanjang 16,595
km pada tahun 2016. Persentase jalan yang memiliki guardrail baru sebesar
22,4% pada tahun 2016 dari total panjang jalan yang memerlukan guardrail.
Meskipun sudah terjadi peningkatan setiap tahun, kondisi ini belum optimal dan
perlu lebih ditingkatkan. Terkait dengan kondisi sarana prasarana perhubungan
tersebut, terdapat beberapa ruas jalan di Kabupaten Jepara yang masih rawan
kecelakaan lalu lintas. Ruas jalan tersebut antara lain: Sengon Bugel km.26,
Lebuawau km.16, Tikungan Rengging km.12, Tikungan depan kantor Camat
Pecangaan, Desa Mambak km.80, Wedelan simpang tiga PLTU km.88, Tikungan
Balong km.98, turunan tajam (lingkar JLJ), Jl.Sukarno Hatta Tahunan km.6,
Jl.Welahan-Gotri km.4, Jl.Gotri-Mayong km.7, Jl. Krasak Kalinyamatan km.13.
Untuk melihat perkembangan kondisi sarana dan fasilitas perhubungan dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.43
Indikator Sarana dan Fasilitas Perhubungan Kabupaten Jepara
Tahun 2012 - 2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Pelabuhan
Laut/ Terminal Bis
 Terminal Unit 5 5 5 5 5
 Pelabuhan Unit 6 6 6 6 7
2 Jumlah terminal Unit 5 5 5 5 5
dalam kondisi baik

3 Ketersediaan rambu Unit 9 11 13 15 17


laut
4 Ketersediaan rambu- % 25 29 34 38 40
rambu lalu lintas
Jumlah total rambu unit 2.253 2.644 3.064 3.437 3.624
- Jumlah rambu Unit 2.140 2.492 2.853 3.200 3.347
lalu lintas
- Jumlah RPPJ Unit 113 152 211 237 277
- Jumlah Unit 9.000 9.000 9.000 9.000 9.000
kebutuhan rambu
lalu lintas
5 Persentase Sarana % 98 98 98 98 98
dan Prasarana
Perhubungan dalam
Kondisi Baik
6 Tersedianya fasilitas % 41 48 57 63 72
perlengkapan jalan
(rambu, marka dan
guardil) dan
Penerangan Jalan
Umum (PJU) pada
jalan kabupaten/
kota
Jumlah total fasilitas unit 13.987 16.513 19.388 21.699 24.669
perlengkapan jalan

II-89
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
 Jumlah halte unit 17 17 23 29 34
 Jumlah marka meter 9.680 11.880 13.530 15.095 16.595
jalan
 Jumlah paku jalan unit 93 780 780 780
 Jumlah APILL unit 11 11 11 11 11
 Jumlah PJU unit 4.097 4.279 4.512 5.044 5.778

7 Jumlah kasus Kasus 36.300 24.114 19.426 16.484 18.457


pelanggaran lalu
lintas
8 Persentase fasilitas % 71 71 79 86 86
perlengkapan jalan
dalam kondisi baik
9 Jumlah kecelakaan Jumlah tad tad 240 316 352
10 Jumlah korban
kecelakaan
 Meninggal Orang tad tad 65 95 32
 Luka Berat Orang tad tad 5 0 0
 Luka Ringan Orang tad tad 306 417 463
Sumber: Dishub Kabupaten Jepara, 2017

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa kasus pelanggaran lalu lintas masih
sangat tinggi di Kabupaten Jepara dan jumlahnya fluktuatif cenderung menurun
meskipun ada peningkatan jumlah pelanggaran di tahun 2016. Pada tahun 2012
kasus pelanggaran lalu lintas tercatat 36.300 kasus. Jumlah kasus ini berkurang
sampai dengan 12.186 kasus di tahun 2013 menjadi 24.114 kasus dan terus
menurun hingga 18.457 kasus di tahun 2016. Masih tingginya angka pelanggaran
lalu lintas ini mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran masyarakat pengguna
jalan dalam mematuhi peraturan lalu lintas di Kabupaten Jepara masih rendah.
Untuk memberikan jaminan keamanan bagi pengguna kendaraan umum
dan barang, setiap kendaraan umum diwajibkan melakukan pengujian kendaraan
bermotor. Angkutan umum yang akan dioperasikan di jalan wajib memiliki
pengujian agar memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Kabupaten Jepara
telah memiliki sarana pengujian kendaraan sebanyak 1 unit yang beroperasi
dengan baik. Waktu lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) kelayakan
angkutan umum 57 menit per kendaraan dengan variasi biaya pengujian yang
berbeda tergantung jenis kendaraannya. Persentase angkutan umum yang diuji
setiap tahun meningkat dari tahun 2012-2016. Pada tahun 2016 rasio kendaraan
yang telah melakukan uji dibanding jumlah kendaraan wajib uji cenderung
meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu mencapai 82 %. Posisi
tertinggi adalah mobil barang dengan jumlah 18.039 unit, kemudian mobil bus
dengan jumlah 821 unit.
Guna mendukung pengembangan kepariwisataan di Karimunjawa
Pemerintah telah menyediakan pelayaran Jepara-Karimunjawa yang setiap
tahunnya mengalami peningkatan trip. Pada tahun 2011 hanya ada 383 trip

II-90
menuju Karimunjawa, meningkat menjadi 843 trip di tahun 2016. Melihat potensi
yang sangat besar di Kepulauan Karimunjawa yang perlu mendapat perhatian
serius adalah penyediaan sarana angkutan antarpulau di Kecamatan Karimunjawa
sehingga wisatawan tidak kesulitan untuk menjangkau pulau-pulau yang ada di
Karimunjawa. Sampai dengan tahun 2016 angkutan antarpulau di Kecamatan
Karimunjawa masih mengandalkan perahu nelayan lokal.

Tabel 2.44
Indikator Peningkatan Pelayanan Angkutan Umum Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016

Satua Capaian Kinerja Tahun


No Indikator
n 2012 2013 2014 2015 2016
1 Tersedianya Unit 1 1 1 1 1
unit pengujian
kendaraan
bermotor bagi
Kabupaten/
Kota yang
memiliki
populasi
kendaraan
wajib uji
Perhubungan
Bermotor
minimal 4000
(empat ribu)
kendaraan
wajib uji.
2 Persentase % 0,081 0,0829 00608 0,0591 0,0618
ketersediaan
angkutan darat
3 Tersedianya % 100 100 100 100 100
angkutan
umum yang
melayani
wilayah yang
telah tersedia
jaringan jalan
untuk jaringan
jalan
Kabupaten/
Kota
5 Jumlah orang Orang 760.585 1.044.795 1.019.682 1.095.125 1.070.342
melalui
terminal per
tahun
6 Rasio ijin Rasio 0,000405 0,00040 0,000405 0,000428 0,00013
perpanjangan 5 6
trayek
(kartupengawas
an per 6 bulan)
7 Jumlahsertifika unit 775 200 291 382 276
sikapal
8 Rasiokendaraa % 88 90 88 86 82
nujidenganken
daraan yang
seharusnyauji
9 Jumlah unit 20.324 20.361 19.058 19.850 19.088
kendaraan yang
telah
melakukan uji

II-91
Satua Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
n 2012 2013 2014 2015 2016
 Mobil unit 373 352 320 312 222
Penumpang
Umum
 Mobil Bus unit 1.139 1.027 899 795 821
 Mobil Barang unit 18.807 18.976 17.833 18.737 18.039
 Kereta unit 5 6 6 6 6
Tempelan
10 Jumlah unit 23.004 22.640 21.660 22.984 23.160
kendaraan
bermotor yang
wajib uji (dua
kali uji)
 Mobil unit 237 203 187 201 220
Penumpang
Umum
 Mobil Bus unit 767 583 515 358 350
 Mobil Barang unit 10.491 10.525 10.122 10.923 11.000
 Kereta unit 7 9 6 10 10
Tempelan
11 Lama pengujian Menit 57 57 57 57 57
kelayakan
angkutan
umum (KIR)
12 Biaya pengujian            
kelayakan
angkutan
umum
  Mobil rupiah 25.000 25.000 25.000 25.000 25,000
Penumpang
Umum
  Mobil Bus rupiah 30.000 30.000 30.000 30.000 30.000
  Mobil Barang rupiah 35.000 35.000 35.000 35.000 35.000
  Kereta rupiah 40.000 40000 40.000 40.000 40.000
Gandengan
  Kereta rupiah 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
Tempelan
  Plat/tanda uji rupiah 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
  Biaya Denda rupiah 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
  Buku Uji rupiah 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000
  Tanda Samping rupiah 5.00 5.000 5.000 5,000 5.000
Uji (Cat) 0
  Tanda Samping rupiah 15.00 15.000 15.000 15.000 15.000
Uji (Stiker) 0
13 Terpenuhinya Sertifika 530 512 512 628 659
t
  sertifikasi dan
keselamatan Kali 36 36 36 36 36
kapal di bawah
GT 7 dan
patroli
keamanan laut
Sumber: Dishub Kabupaten Jepara, 2017

Untuk mendukung kemudahan menggunakan moda transportasi masal


pemerintah Kabupaten Jepara menyediakan halte.Jumlah halte pada trayek yang
telah dilayani angkutan umum di Kabupaten Jepara pada tahun 2016 tercatat 34
unit. Kondisi ini menunjukan masih banyak trayek yang belum memiliki halte.
Sementara itu ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan (rambu, marka, dan
guardrill) Kabupaten sudah sangat baik mencapai 72%.

II-92
Kabupaten Jepara memilki potensi perairan yang bisa dikembangkan untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Guna mendukung potensi perariran yang
ada di Kabupaten Jepara didukung oleh ketersediaan pelabuhan laut yang saat ini
jumlahnya 7 unit, jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya (2011-2015)
yang hanya 6 unit. Untuk meningkatkan keamanan dan kenyamanan lalulintas
perairan yang cukup padat di pesisir Kabupaten Jepara, telah ada rambu laut
yang jumlahnya meningkat setiap tahun dari 8 unit di tahun 2011 menjadi 17 unit
di tahun 2015. Meningkatnya aktivitas perairan di Kabupaten Jepara harus
didukung dengan ketersediaan alat keselamatan pelayaran yang dimiliki. Alat
keselamatan pelayaran ini berguna untuk melakukan penyelamatan sewaktu-
waktu terjadi keadaan darurat di laut/ pelayaran.
Tabel 2.45
Indikator Urusan Perhubungan Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Tersedianya terminal % 100 100 100 100 100
angkutan penumpang pada
setiap Kabupaten/Kota
yang telah dilayani
angkutan umum dalam
trayek
2 Pelabuhan Laut unit 6 6 6 6 7
3 Ketersediaan Rambu laut % 22 27 32 37 41
4 Ketersediaan alat
keselamatan pelayaran
 Kapal patroli Unit 2 2 2 2 2
 Perahu karet Unit - - 1 2 3
 Alat selam Unit - - - - 4
 Alat snorkling Unit - - 12 12 12
 Life Jacket Unit - 200 400 600 800
 Teropong Unit - - 2 2 2
 Echo sounder Unit - 2 2 2 2
 GPS Unit - 2 2 2 2
6 Ketersediaan Rumah Kapal Unit 1 2 2 2 2
Patroli
Sumber: Dinas Perhubungan Kabupaten Jepara Tahun 2017

2.3.2.10 Komunikasi Dan Informatika


Kewenangan urusan Komunikasi dan Informatika menurut Undang-Undang
Pemerintahan Daerah meliputi sub urusan Informasi dan komunikasi publik, serta
sub urusan Aplikasi Informatika. Rincian kewenangan untuk sub urusan
informasi dan komunikasi publik yaitu Pengelolaan informasi dan komunikasi
publik Pemerintah Daerah kabupaten/kota. Sedangkan rincian kewenangan untuk
sub urusan aplikasi informatika adalah Pengelolaan nama domain yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan sub domain di lingkup Pemerintah Daerah
kabupaten/kota, dan Pengelolaan e-government di lingkup Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.

II-93
Ketersediaan dan keterbukaan informasi menjadi syarat mutlak
pelaksanaan pemerintahan yang baik (good govermance). Dengan keterbukaan
Informasi tersebut masyarakat bisa dengan mudah mengakses kebutuhan akan
informasi khususnya yang bersifat terbuka (public). Jaminan akan keterbukaan
informasi semakin dikuatkan dengan adanya UU No. 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik. Dalam UU tersebut jelas disebutkan bahwa semua
orang mempunyai hak untuk mengakses dan mendapatkan informasi publik yang
tidak dikecualikan. Untuk mengawal pelaksanaan UU tersebut maka pemerintah
pusat sampai kabupaten/kota diharapkan dapat membentuk Komisi Informasi.
Sedangkan untuk mengawal pelaksanaan UU tersebut makadi setiap OPD
ditugaskan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Pelayanan
informasi publik di Kabupaten Jepara telah menunjukkan kinerja yang sangat
baik. Berdasarkan data yang ada dari tahun 2012-2016, permohonan informasi
publik yang diterima, semuanya ditindaklanjuti dengan baik.
Dalam UU no 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2005-2025 telah dicanangkan bahwa arah pembangunan sektor
Kominfo adalah membangun masyarakat Indonesia berbasis pengetahuan
(knowledge based society) yang disebut sebagai Masyarakat Informasi Indonesia.
Untuk itu jaringan informasi dan komunikasi harus terus dikembangkan agar
penyampaian informasi atau pesan dapat lebih cepat sampai kepada yang
berkepentingan. Oleh karena itu pembentukan dan pemberdayaan masyarakat di
bidang komunikasi dan informatika sangat dibutuhkan. Di Kabupaten Jepara
sendiri telah dilakukan pembinaan terhadap Kelompok Informasi Masyarakat di
tingkat kecamatan dan mencapai 100%. Bentuk pembinaan tersebut berupa
pendampingan dan peningkatan kapasitas pengelola WEB. Adapun
desa/kelurahan yang telah memiliki KIM baru mencapai 8 desa/kelurahan dari
total 184 desa.
Untuk mendistribusikan Informasi Nasional di Kabupaten Jepara
dilaksanakan melalui beberapa media antara lain media massa seperti majalah,
radio, dan televisi; media baru seperti website (media online); media tradisional
seperti pertunjukan rakyat; media interpersonal seperti sarasehan,
ceramah/diskusi dan lokakarya; dan/atau Media luar ruang seperti media buletin,
leaflet, booklet, brosur, spanduk, dan baliho.
Tuntutan pelayanan bidang komunikasi dan Informasi semakin meningkat
seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi komunikasi dan informasi yang
ada. Semakin meningkatnya kemampuan masyarakat luas dalam penguasaan
teknologi komunikasi dan informasi juga harus diimbangi oleh pemerintah daerah
sebagai aktor utama pelaksana pembangunan. Untuk memudahkan komunikasi
antar pemerintah dengan masyarakat saat ini Kabupaten Jepara telah memiliki
website resmi yang dikelola oleh pemerintah. Selain itu, untuk memberikan
pelayanan informasi dari PD kepada masyarakat, semua PD di Kabupaten Jepara

II-94
telah memiliki website.Meskipun sudah semua Perangkat Daerah memiliki website,
tetapi belum semua website milik Perangkat Daerah aktif melakukan updating
informasi. Hal ini dikarenakan keterbatasan sumberdaya manusia yang memiliki
kualifikasi dibidang teknologi informasi pada setiap perangkat daerah.

Tabel 2.46
Indikator Urusan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Website milik pemerintah Ada/ Ada ada ada ada ada
daerah Tidak
2 Persentase SKPD telah % 100 100 100 100 100
memiliki website
3 Persentase update % tad tad 25 34 44
website PD
4 Cakupan pengembangan Desa/K - - - - 8
dan pemberdayaan el
Kelompok Informasi
Masyarakat di Tingkat
Desa/Kelurahan
5 Persentase permohonan % 100 100 100 100 100
KIP yang ditindaklanjuti
6 Jumlah Pelaksanaan Kali
Diseminasi dan
Pendistribusian Informasi
Nasional Melalui:
 Media massa seperti 12 12 12 12 12
majalah, radio, dan
televisi.
 Media baru seperti 1 1 1 1 1
website (media online).
 Media tradisional 6 6 6 6 6
seperti pertunjukan
rakyat.
Sumber: Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017.

2.3.2.11 Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah;


Perkembangan koperasi di Kabupaten Jepara secara umum saat ini
menunjukkan kinerja yang cukup baik. Jumlah koperasi dari tahun ke tahun
selalu mengalami peningkatan, kecuali pada tahun 2016 menurun menjadi 732.
Salah satu yang harus mendapatkan perhatian ketika jumlah koperasi bertambah
adalah jumlah koperasi aktif. Jumlah koperasi aktif tahun 2016 sebayak 606
koperasi, hal iini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 711
koperasi
Salah satu jenis koperasi yang jumlahnya banyak di Kabupaten Jepara
adalah Koperasi Simpan Pinjam (KSP). KSP adalah lembaga keuangan yang
berbentuk koperasi yang kegiatan usahanya menerima simpanan dan memberikan
pinjaman kepada para anggotanya yang memerlukan dengan bunga yang
serendah-rendahnya. Jumlah KSP sejak tahun 2012 berkembang dari 607unit
menjadi 634 unit pada tahun 2016. Peran KSP cukup penting dalam mendukung
keuangan inklusif dimasyarakat.

II-95
Tabel 2.47
Indikator Urusan Koperasi Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Koperasi Unit 709 723 734 751 732
2 Jmlh Kop. Tidak aktif Unit 125 125 135 40 126
3 Jmlh Kop. Aktif Unit 584 598 599 711 606
4 Jmlh KSP/USP Unit 607 587 582 616 634
5 Jmlh Kop Yang RAT Unit 167 195 195 250 275
Sumber: Diskop UKMNakertrans Kabupaten Jepara, 2017

Salah satu kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan koperasi


adalah meningkatkan kesadaran koperasi untuk selalu melaksanakan Rapat
Anggota Tahunan (RAT). Jumlah koperasi yang melaksanakan RAT menunjukkan
kondisi yang fluktuatif namun trennya masih menunjukkan peningkatan. Tahun
2015 dari total koperasi yang ada yaitu 751 unit, baru 250 unit atau 33,3% yang
melaksanakan RAT. Kendala lain yang dihadapi adalah belum seluruh koperasi
sehat. Persentase koperasi sehat di Kabupaten Jepara baru mencapai 86,63%
pada tahun 2016.
Tabel 2.48
PersentaseKoperasi Aktif dan Sehat di Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016
Capaian kinerja
N
Indikator
o 2012 2013 2014 2015 2016
1 PersentaseKoperasiaktif (%) 82,37 82,71 81,61 94,67 82,95
2 Persentasekoperasi sehat 85,61 81,19 79,29 82,02 86,63
(%)
Sumber: Diskop UKMNakertrans Kabupaten Jepara, 2017

Selain koperasi, upaya pemberdayaan ekonomi kerakyatan yang


diselenggarakan oleh pemerintah adalah pemberdayaan dan pembinaan terhadap
usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Penentuan kriteria usaha mikro, kecil
dan menengah secara jelas telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah.
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diselenggarakan
secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim
yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan
pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan
kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam
mewujudkan pertumbuhan ekonomi,pemerataan dan peningkatan pendapatan
rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan;

II-96
Jumlah UMKM di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan dari tahun
ketahun. Jika pada tahun 2012 jumlah UMKM hanya sebesar 46.275 unit,
tumbuh menjadi 75.989 unit pada tahun 2016. Hal tersebut menunjukkan bahwa
UMKM menjadi salah satu sektor perekonomian yang bisa diandalkan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal yang perlu mendapatkan perhatian terkait dengan pengembangan
sektor UMKM di Kabupaten Jepara adalah mengenai pembinaan. Dari jumlah yang
sangat banyak tersebut, baru sebagian kecil yang mampu terjangkau untuk diberi
pembinaan oleh pemerintah. Jumlah kelompok UMKM yang dibina setiap tahun
bervariasi jumlahnya. Paling banyak adalah tahun 2016, dimana kelompok yang
dibina mencapai 535 unit.
Permasalahan lain yang menjadi kendala dalam pengembangan UMKM
adalah kemampuan fasilitasi pemerintah untuk mengikutsertakan pelaku UMKM
dalam pameran-pameran. Keikutsertaan pelaku UMKM dalam pameran tersebut
cukup penting dalam rangka mengenalkan produk dan memperluas jaringan
pasar. Data yang ada menunjukkan sampai tahun 2016 baru 0,005% pelaku
UMKM atau sebanyak 4 pelaku yang mendapatkan kesempatan mengikuti
pameran. Capaian tersebut lebih rendah dari tahun 2015 yakni sebesar 0,034%
atau sebanyak 26 pelaku UMKM yang mengikuti pameran.
Tabel 2.49
Indikator Urusan UMKM Kabupaten JeparaTahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah Usaha Mikro unit 46.275 46.971 47.721 75.204 75.989
Kecil dan Menengah
2 Persentase UMKM % 0,010 0,015 0,023 0,034 0,005
yang telah mengikuti unit 5 7 11 26 4
Pameran
3 Cakupan bina unit 145 100 100 245 535
kelompok UMKM
4 Jumlah UMKM yang Unit/ 59 111 135 131 122
memiliki tahun
perijinan/sertifikasi
5 Persentase usaha % tad tad tad tad 0.70
mikro menjadi usaha
kecil
Sumber: Diskop UKMNakertrans Kabupaten Jepara, 2017
2.3.2.12 Penanaman Modal
Beragam produk ungguan daerah Kabupaten Jepara yang dapat menjadi
daya tarik penanaman modal antara adalah pengembangan usaha industri
pengolahan (kayu, ukir, meubel dan kerajinan) pengolahan hasil perikanan,
konveksi dan pengolahan makanan serta pertanian dan pekebunan). Arahan
pengembangan penanaman modal di Kabupaten Jepara mengacu pada Pergub
Nomor 52 Tahun 2014 tentang Perubahan Pergub Nomor 51 Tahun 2012 tentang
Rencana Umum Pengembangan Modal (RUPM) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012–
2025, menjadi bagian dari pengembangan penanaman modal di Kawasan

II-97
Wanarakuti (meliputi Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus dan Kabupaten Pati)
dengan prioritas pengembangan industri (pengolahan kayu dan meubel),
perikanan dan pariwisata serta ekonomi kreatif. Basis perkonomian daerah yang
potensial dikembangkan meliputi beragam usaha industri; pengolahan hasil
pertanian dan perkebunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta jasa-
jasa perbankan/keuangan lainnya.
Penanaman modal di Kabupaten Jepara diarahkan agar dapat
mengembangkan industri kecil dan menengah (IKM) dengan memanfaatkan
potensi sumberdaya manusia dan keterampilan masyarakat dalam usaha industri
perkayuan, perikanan, pertanian-perkebunan dan promosi penanaman modal di
Kabupaten Jepara terkait erat dengan peningkatan pelayanan perizinan,
menciptakan iklim penanaman modal yang baik dan ketertiban dalam masyarakat,
termasuk tertib hukum.
Penanaman modal adalah suatu proses pemberian permodalan usaha yang
berasal dari perseorangan atau badan usaha baik dalam negeri maupun luar
negeri. Investasi merupakan salah elemen pokok pembangunan daerah
Kabupaten Jepara. Investasi memiliki pengaruh terhadap peningkatan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jepara, peningkatan lapangan
pekerjaan, mengurangi pengangguran dan kemiskinan.
Faktor penting yang mempengaruhi peningkatan investasi dalam
menanamkan modal di Kabupaten Jepara antara lain faktor pendidikan dan
keterampilan tenaga kerja, faktor stabilitas politik dan kepastian berusaha,
kebijakan pemerintah dan kemudahan perizinan. Kemudahan dalam perizinan
merupakan salah satu indikator yang seringkali dilihat oleh investor sebelum
menanamkan modalnya di suatu daerah.
Pelayanan perizinan secara terpadu telah lama dilaksanakan di Kabupaten
Jepara yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia usaha dan
masyarakat agar meningkatkan penanaman modal dalam negeri dan penanaman
modal asing (PMDN/PMA). Penyelesaian rata-rata perizinan di Kabupaten Jepara
hingga tahun 2016 selama 3 hari kerja dengan persyaratan yang mudah dan
pelayanan yang semakin meningkat. Perijinan tersebut dihitung semenjak
pengajuan dengan syarat lengkap dan dapat diterima keabsahannya.

II-98
Tabel 2.50
Indikator Urusan Penanaman Modal Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Capaian Kinerja Tahun


Indikator Kinerja Satuan
o
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah investor beskala nasional Usaha 8 16 21 21 27
(PMDN/PMA) (PMDN)
Usaha 144 94 107 107 101
(PMA)
2 Nilai realisasi investasi PMDN dan Rp 155.287.150.990 147.671.554.387 130.725.103.983 105.407.162.214 177.616.730.046
PMA (PMDN)
US $ 5.541.500 9.469.300 8.658.000 53.138.300 87.997.000
(PMA)
3 Jumlah penyerapan tenaga kerja Orang tad tad 5.742 2.261 1.126
(PMDN)
Orang 544 523 3.577 7.044 20.592
(PMA)
4 Persentase pengaduan pelayanan % 100 100 100 100 100
perijinan dan investasi yang
ditindaklanjuti/ditangani.
5 Jenis Izin yang Dilayani Izin 26 26 26 24 25
6 Izin yang Diterbitkan Izin 2.242 2.047 2.711 2.003 1.896
Sumber: DPMPTSP Kabupaten Jepara, 2017

II-99
2.3.2.13 Kepemudaan dan Olah Raga
Pembangunan pemuda dan olahraga mempunyai peran strategis dalam
mendukung peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya
saing. Pemuda memiliki peran aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan
agen perubahan dalam segala aspek pembangunan. Sementara itu, olahraga
memiliki peran untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tubuh, menanamkan nilai moral, akhlak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat
persatuan dan kesatuan.
Berdasarkan data Disdikpora (2017) dapat diketahui bahwa jumlah
organisasi kepemudaan dan organisasi olahgara masih rendah dan stagnan selama
kurun waktu lima tahun terakhir.
Tabel 2.51
Indikator Urusan Kepemudaan dan Olahraga
Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

No Uraian Satuan Capaian Kinerja Tahun


2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah Unit 15 15 15 15 16
Organisasi
Kepemudaan
2. Jumlah kegiatan Kali 8 9 9 10 10
kepemudaan
3. Jumlah Unit 25 25 25 25 25
Organisasi
Olahraga
4. Jumlahpemuda Orang Tad Tad Tad Tad 139.944
yang
mampuberwiraus
aha
5. JumlahCabangOl Cabor 3 3 5 5 5
ahragaPrestasi
Jumlahgedungola Gedung 21 21 21 21 21
hraga
Sumber: Disdikpora Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.14 Statistik
Kewenangan pemerintah daerah dalam Urusan Statistik sebagaimana
disebutkan dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah
Penyelenggaraan statistik sektoral di lingkup daerah Kabupaten/Kota. Kinerja
pembangunan Urusan Statistik di Kabupaten Jepara ditunjukkan dengan capaian
7 (tujuh) indikator. Indikator yang pada tiap tahunnya mencapai target adalah 1)
Buku “Kabupaten Jepara dalam Angka); 2) Buku “PDRB Kabupaten”; 3)
Tersusunnya dokumen Kecamatan Dalam Angka; 4) Tersusunnya Dokumen PDRB
Kecamatan; dan 5) Tersusunnya Dokumen Indeks Harga Konsumen dan Laju
Inflasi Kabupaten Jepara. Tersusunnya dokumen-dokumen tersebut menunjukkan
bahwa upaya pemenuhan data statistik di Kabupaten Jepara cukup optimal. Meski
demikian, masih ada permasalahan yang dihadapi yaitu masih kurangnya sumber
daya manusia yang memiliki keahlian khusus bidang teknologi informasi untuk
melaksanakan tanggungjawab pengolahan dan penyajian data, dimana sampai

II-100
dengan tahun 2016 Pemerintah Kabupaten Jepara tidak mempunyai tenaga yang
memiliki keahlian khusus bidang teknologi informasi untuk melaksanakan
tanggungjawab pengolahan dan penyajian data.
Indikator lain yang menjadi indikator kinerja pembangunan adalah
tersusunnya dokumen statistik ketenagakerjaan Kabupaten Jepara.Dokumen
statistik ketenagakerjaan baru diterbitkan pada tahun 2015 dan 2016. Untuk
selanjutnya diharapkan dokumen tersebut dapat diterbitkan mengingat data dan
informasi ketenagakerjaan sangat penting bagi penyusun kebijakan untuk
menentukan kebijakan, strategi dan program kegiatan ketenagakerjaan dalam
rangka pembangunan dan pemecahan permasalahan ketenagakerjaan. Sementara
indikator tersusunnya dokumen statistik pertanian belum tersedia.
Tabel 2.52
Indikator Urusan Statistik Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Buku Dok 1 1 1 1 1
”Kabupaten
Jepara Dalam
Angka”
2 Buku ”PDRB Dok 1 1 1 1 1
kabupaten”
3 Tersusunnya Dok 1 1 1 1 1
dokumen
Kecamatan
Dalam Angka
4 Tersusunnya Dok 1 1 1 1 1
Dokumen PDRB
Kecamatan
5 Tersusunnya Dok 1 1 1 1 1
dokumen Indeks
Harga Konsumen
dan Laju Inflasi
Kabupaten
Jepara
6 Tersusunnya Dok tad tad tad 1 1
dokumen
statistik
ketenagakerjaan
Kabupaten
Jepara
Sumber: Bappeda dan Diskop UKM Nakertrans, 2017

2.3.2.15 Persandian
Urusan Pemerintahan Bidang Persandian sesuai dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan Urusan
Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar dimana
kewenangan Pemerintah Daerah, dalam hal ini Kabupaten Jepara adalah a)
penyelenggaraan persandian untuk pengamanan informasi Pemerintah Daerah,
dan b) penetapan pola hubungan komunikasi sandi antar Perangkat Daerah.
Dalam pelaksanaannya di Kabupaten Jepara, Urusan Persandian dikelola oleh
Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara, dimana permasalahannya dihadapkan pada

II-101
kurangnya kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) bidang persandian dan
belum optimalnya pelatihan SDM dan pengembangan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan bidang persandian. Disisi lain, penyelenggaraan urusan
persandian juga belum mendapatkan perhatian dan kewenangan yang
diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 belum dilaksanakan
dengan optimal.
Indikator yang dapat digunakan untuk melihat kinerja pembangunan pada
urusan persandian berkaitan dengan ketersediaan Tempat Kegiatan Sandi (TKS),
sumber daya manusia yang memiliki keterampilan dan keahlian dibidang
persandian, dan informasi persandian. Dari beberapa indikator tersebut, hanya
ada 1 SDM sandi yang memilki kompetensi persandian pada tahun 2016.
Tabel 2.53
Indikator Urusan Persandian Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah SDM sandi yang memiliki Orang 0 0 0 0 1
kualifikasi atau kompetensi
persandian
2 Persentase informasi terenkripsi % 100 100 100 100 100
yang diserahkan kepada Kepala
Daerah
Sumber: Diskominfo Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.16 Kebudayaan
Kegiatan kesenian dan kebudayaan Kabupaten Jepara sangat erat
kaitannya sebagai pendorong daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Jepara.
Terdapat beberapa festival kebudayaan yang menjadi andalan dan telah rutin
diadakan, yaitu Obor-Obor Tegal Sambi (Perang Obor), Pesta Lomban Jepara dan
Festival Baratan Jepara.Hal ini menggambarkan kekayaan budaya yang dimiliki
Kabupaten Jepara.
Berdasarkan kewenangan tersebut capaian indikator urusan kebudayaan
adalah Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan; Rencana induk
pengembangan kebudayaan; Jumlah Penyelenggaraan festival seni dan budaya;
Jumlah gedung kesenian; Jumlah gedung kesenian; Jumlah Sarana
penyelenggaraan seni dan budaya; Jumlah grup kesenian; Jumlah gedung
kesenian; Cakupan Kajian Seni; Cakupan Fasilitasi Seni; Cakupan Sumber Daya
Manusia; Cakupan Organisasi seni; Cakupan Tempat umum; Jumlah dokumenter
tentang Jepara; Jumlah tradisi kesenian yang telah mendapatkan sertifikasi HAKI;
Penyusunan buku sejarah lokal.
Jika dilihat dari capaian indikator Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya
yang dilestarikan pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 stagnan 7
situs/benda. Jumlah penyelenggaraan festival seni dan budaya pada tahun 2012
diselenggarakan sebanyak 3 kali, meningkat menjadi 4 kali pada tahun 2015
namun menurun lagi di tahun 2016 menjadi 3 kali.

II-102
Di kabupaten Jepara terdapat berbagai jenis kesenian, yaitu: Tari
Kridhajati, Tari Tenun Troso, Tari Tayub, Tari Emprak, Samroh, Gambus, Angguk,
Dagelan, Kentrung, Ludruk, Ketropak dan Keroncong Prasah. Jenis kesenian
tradisional Samroh, Gambus, dan Angguk, semuanya bernafaskan Islam. Melalui
beberapa kesenian tradisional ini, pemerintah menggunakannya untuk
menyampaikan pesan kepada masyarakat mengenai pesan-pesan pembangunan.
Dari sejumlah kesenian di atas diwadahi oleh sejumlah kelompok seni dan budaya.
Jumlah group kesenian yang ada di Kabupaten Jepara mengalami peningkatan
pada tahun 2016 menjadi 355 kelompok. Jumlah gedung kesenian yang tersedia di
Kabupaten Jepara berjumlah 1 unit akan tetapi terdapat beberapa sanggar tari
milik masyarakat yang dapat digunakan untuk melakukan kegiatan
penyebarluasan kebudayaan tersebut.
Tabel 2.54
Indikator Urusan KebudayaanKabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1. Persentase Benda, Situs Situs/ 7 7 7 7 7
dan Kawasan Cagar Benda
Budaya yang dilestarikan
2. Jumlah Penyelenggaraan kali 3 3 3 4 3
festival seni dan budaya
3. Jumlah Sarana Unit 7 7 7 7 7
penyelenggaraan seni dan
budaya
4. Jumlah grup kesenian Unit 188 264 215 272 355
5. Jumlah gedung kesenian Unit 1 1 1 1 1
6. Jumlah dokumenter Dok 2 2 5 7 2
tentang Jepara
Sumber: Disparbud Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.17 Perpustakaan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, pembagian urusan bidang perpustakaan untuk Pemerintah Daerah
meliputi :
a) Pembinaan perpustakaan, dengan lingkup:
- Pengelolaan perpustakaan tingkat Daerah Kabupaten/Kota
- Pembudayaan gemar membaca tingkat Daerah Kabupaten/Kota.
b) Pelestarian Koleksi Nasional dan Naskah Kuno, dengan lingkup :
- Pelestarian naskah kuno milik Daerah Kabupaten/Kota
- Pengembangan koleksi budaya etnis nusantara yang ditemukan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Jumlah perpustakaan kecamatan selama 5 tahun terakhir justru
menunjukkan adanya trend menurun. Perpustakaan yang pada tahun 2012
berjumlah 16 unit menjadi berkurang pada tahun-tahun berikutnya yaitu menjadi
8 unit. Berkurangnya jumlah perpustakaan ini dapat disebabkan oleh beberapa

II-103
faktor, diantaranya adalah belum adanya tenaga pengelola khusus di
perpustakaan kecamatan dan belum tersedianya gedung perpustakaan kecamatan
yang terpisah dengan gedung kecamatan. Sementara itu pada jumlah
perpustakaan keliling menunjukkan adanya peningkatan menjadi 6 unit dengan
lokasi sasaran perpustakaan keliling menjadi sejumlah 130 lokasi. Perpustakaan
desa meningkat menjadi 58 unit, perpustakaan masyarakat sebanyak 18 unit dan
perpustkaan sekolah naik menjadi 240 unit.
Jumlah pengelola perpustakaan yang mendapatkan pendidikan
kepustakawanan tiap tahun meningkat, pada tahun 2016 mencapai sebanyak 630
orang. Dengan capaian ini diharapkan bahwa pengelolaan perpustakaan di
seluruh perpustakaan dari tingkat kabupaten sampai dengan perpustakaan
keliling dapat berjalan dengan optimal, sehingga dapat mewujudkan sistem tata
kelola perpustakaan yang baik.
Sementara itu Persentase pustakawan yang bersertifikasi menunjukkan
adanya penurunan dari 1% pada tahun 2012 menjadi 0,6% pada tahun 2016.
Penurunan ini disebabkan oleh pustkawan yang bersertifikasi memasuki masa
purnatugas. Dalam pengelolaan perpustakaan juga dibutuhkan tenaga yang
terampil dan ahli di bidangnya. Namun, sampai pada tahun 2016, jumlah
pustakawan yang tergolong tenaga terampil hanya 3 orang dan tenaga ahli hanya 1
orang. Tentunya jumlah ini sangatlah kurang, termasuk rasio jumlah pustakawan
dengan organisasi profesi hanya 0,08% pada tahun 2016 dan rasio tenaga
pustakawan dengan tenaga teknis pada tahun 2016 masih 7:1. Terkait dengan
jumlah kunjungan perpustakaan, terjadi peningkatan jumlah pengunjung
perpustakaan dari tahun ke tahun, pada tahun 2016 mencapai sebanyak 176.998
orang. Namun rasio jumlah bahan bacaan masyarakat dengan pertumbuhan
jumlah pemustaka terus menurun dari 46% pada tahun 2012 menjadi 43% pada
tahun 2016. Sedangkan peran serta dunia usaha/swasta yang berpartisipasi
dalam peningkatan budaya gemar membaca masyarakat meningkat dari sejumlah
1 perusahaan menjadi 3 perusahaan. Kondisi ini menunjukkan bahwa animo
masyarakat akan pemenuhan informasi semakin meningkat. Kondisi ini
diharapkan dapat terus terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Namun, tentu saja
harus diimbangi dengan pemenuhan fasilitas, sarana dan prasarana bagi pengelola
perpustakaan dan pengunjung perpustakaan.
Sementara itu, indikator koleksi buku di Kabupaten Jepara mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya
pemenuhan kebutuhan buku sudah baik. Namun, sampai saat ini belum ada
cakupan naskah kuno yang dilestarikan.
Tabel 2.55
Indikator Urusan PerpustakaanKabupaten Jepara Tahun 2012-2016

II-104
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah  
Perpustakaan
  - Daerah unit 1 1 1 1 1
  - Keliling unit 5 5 5 5 6
  - Lokasi sasaran lokasi 100 110 120 123 130
keliling
  - Kecamatan unit 16 8 8 8 8
  - Desa unit 48 48 48 48 58
  - Masyarakat unit 12 15 16 18 18
  - Sekolah unit 220 225 230 235 240
2 Persentase % 1 0,9 0,8 0,7 0,6
pustakawan yang
bersertifikasi
3 Jumlah   4 4 4 4 4
pustakawan
berdasarkan
tingkatan
  - Terampil orang 3 3 3 3 3
  - Ahli orang 1 1 1 1 1
4 Jumlah pengelola orang 400 460 510 570 630
perpustakaan yang
mendapatkan
pendidikan
kepustakawanan
5 Rasio jumlah % 0,01 0,01 0,01 0,01 0,08
pustakawan
dengan organisasi
profesi
6 Rasio tenaga   7:1 7:1 7:1 7:1 7:1
pustakawan
dengan tenaga
teknis
7 Persentase koleksi   1,63 5,69 3,91 4,26 2,99
terbaru
8 Jumlah kunjungan orang 138.118 142.880 147.901 152.905 176.99
perpustakaan per 8
tahun
9 Rasio jumlah % 46 47 47 48 43
bahan bacaan
masyarakat
dengan
pertumbuhan
jumlah pemustaka
10 Jumlah dunia jumlah 1 2 3 3 3
usaha/swasta
yang berpartisipasi
dalam peningkatan
budaya gemar
membaca
masyarakat
Sumber: Diskaarpus Kabupaten Jepara, 2017

2.3.2.18 Kearsipan
Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten pada Urusan Kearsipan yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah terkait dengan
pengelolaan arsip, perlindungan dan penyelamatan arsip, dan perizinan.
Pengelolaan arsip meliputi pengelolaan arsip dinamis dan arsip statis. Untuk
perlindungan dan penyelamatan arsip meliputi pemusnahan arsip yang memiliki

II-105
retensi di bawah 10 tahun, penyelamatan arsip pada Perangkat Daerah,
autentifikasi arsip statis dan arsip hasil alih media. Terkait dengan perizinan,
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten adalah menerbitkan izin penggunaan
arsip yang bersifat tertutup yang disimpan di lembaga kearsipan Daerah
Kabupaten/Kota.
Dalam pemenuhan ketersediaan arsip yang cepat dan tepat, dibutuhkan
sumber daya manusia yang memiliki ilmu tentang kearsipan, peningkatan sarana
dan prasarana kearsipan, pemanfaatan depo arsip dan penyediaan ruang khusus
untuk arsip. Persentase arsiparis yang telah memperoleh sertifikasi kompetensi
kearsipan tiap tahun dari tahun 2012 hingga tahun 2016 masih sebesar 0,24%
dan persentase SDM kearsipan yang memperoleh pembinaan kearsipan cenderung
meningkat, yaitu pada tahun 2012 sebesar 8% dan pada tahun 2016 menjadi
sebesar 10%. Persentase perangkat daerah yang telah menerapkan manajemen
arsip secara lebih efektif (e-arsip) cenderung menurun, yaitu pada tahun 2012
sebesar 21% dan pada tahun 2016 menjadi sebesar 17%.
Jumlah arsip statis yang di selamatkan tiap tahunnya meningkat, yaitu
pada tahun 2011 sebanyak 42.000 buku dan pada tahun 2016 mencapai
sebanyak 153.470 buku. Jumlah arsip statis yang di akses, digunakan dan
dimanfaatkan oleh masyarakat tiap tahun meningkat dari tahun 2012 sebanyak
12 buku dan pada tahun 2016 mencapai sebanyak 35 buku. Jumlah masyarakat
pengguna arsip statis tiap tahun juga meningkat dari tahun 2012 sebanyak 180
orang dan pada tahun 2016 mencapai sebanyak 233 orang.

Tabel 2.56
Indikator Urusan Kearsipan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase arsiparis % 0,00 0,00 0,00 0,00 0,24
yang telah memperoleh
sertifikasi kompetensi
kearsipan
2 Persentase perangkat % 21 22 36 19 17
daerah yang telah
menerapkan
manajemen arsip
secara lebih efektif (e-
arsip)
3 Persentase SDM % 8 9 8 11 10
kearsipan yang
memperoleh
pembinaan kearsipan
4 Jumlah arsip statis buku 42.00 53.727 55.048 56.260 153.47
yang di selamatkan 0 0

5 Jumlah arsip statis buku 12 25 20 30 35


yang di akses,
digunakan dan
dimanfaatkan oleh
masyarakat
6 Jumlah masyarakat orang 180 192 200 221 233
pengguna arsip statis

II-106
Sumber: Diskaarpus Kabupaten Jepara, 2017

2.3.3 Fokus Urusan Pilihan


2.3.3.1 Kelautan dan Perikanan
Urusan kelautan dan perikanan sangat penting di Kabupaten Jepara,
karena sebagian wilayahnya merupakan pesisir dan pulau-pulau kecil sehingga
memiliki potensi perikanan dan kelautan yang perlu dimanfaatkan dan dikelola
secara lestari. Kewenangan urusan kelautan dan perikanan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 mencakup sub urusan (1) Perikanan
Tangkap meliputi: (a). Pemberdayaan nelayan kecil dalam Daerah kabupaten/kota,
(b) Pengelolaan dan penyelenggaraan Tempat Pelelangan Ikan (TPI); dan sub
urusan Perikanan Budidaya meliputi: (a) Penerbitan IUP di bidang pembudidayaan
ikan yang usahanya dalam 1 (satu) Daerah kabupaten/kota, (b) Pemberdayaan
usaha kecil pembudidayaan ikan, dan (c) Pengelolaan pembudidayaan ikan.
Produksi perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya
meningkat dalam kurun waktu tahun 2012-2016. Produksi perikanan tangkap
pada tahun 2012 sebanyak 6.991,60 ton meningkat menjadi 10.534,90 ton pada
tahun 2016. Komoditas andalan dari hasil tangkapan ikan di laut adalah ikan
tongkol, ikan kembung, dan ikan teri. Jenis alat tangkap secara umum di
Kabupaten Jepara paling banyak adalah perahu motor tempel, selanjutnya kapal
motor, dan sebagian kecil perahu tanpa motor, sedang alat tangkap yang ada
adalah jaring insang, perangkap, pukat kantong, pukat cincin, jaring angkat,
pancing, dan muroami. Rata-rata pendapatan nelayan pada tahun 2016 mencapai
sebesar Rp2.312.800/bulan. Dalam rangka memberdayakan nelayan, pemerintah
Kabupaten Jepara melakukan pembinaan dengan cakupan pembinaan sampai
dengan tahun 2016 mencapai sebanyak 105 kelompok.
Produksi perikanan budidaya meningkat dari 9.909,91 ton tahun 2012
menjadi 16.010,00 ton pada tahun 2016, dengan komoditas utama adalah ikan
bandeng dan udang. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan tahun 2015
karena terjadi penurunan produksi rumput laut akibat lokasi digunakan sebagai
tempat wisata dan alih profesi petani rumput laut menjadi pelaku wisata..
Luas tambak budidaya menunjukkan angka yang tetap dari sebesar
1.065,50 ha. Luas kolam menunjukkan penurunan dari sebesar 14,82 ha pada
tahun 2012 menjadi sebesar 12,82 ha. Rata-rata pendapatan pembudidaya ikan
pada tahun 2016 sebesar Rp2.100.000/bulan. Beberapa upaya pemerintah
kabupaten Jepara dalam rangka mengembangkan perikanan budidaya adalah
dengan melakukan pembinaan dan peningkatan keterampilan pembudidaya ikan
mengenai cara budidaya ikan yang baik. Cakupan pembinaan kelompok
pembudidaya ikan pada tahun 2016 sebesar 20%.

II-107
Selain ikan dan udang, di Kabupaten Jepara juga berkembang budidaya
rumput laut dengan produksi menunjukkan kecenderungan meningkat dari
sebanyak 6.252,34 ton pada tahun 2012 menjadi sebanyak 10.320,00 ton pada
tahun 2016. Luas lahan budidaya rumput laut menunjukkan peningkatan dari
sebesar 282,00 ha pada tahun 2012 menjadi 335,00 ha. Di kabupaten Jepara juga
berkembang usaha garam di tambak, dengan luas lahan meningkat dari 380,00 ha
pada tahun 2012 menjadi 480,10 ha pada tahun 2016, dengan jumlah produksi
menunjukkan penurunan dari sebanyak 53.000 ton pada tahun 2012, menjadi
28.806 ton pada tahun 2016. Penurunan ini karena pada tahun 2016 turun hujan
lebih banyak sehingga mempengaruhi produksi garam.
Usaha pengolahan ikan di Kabupaten Jepara cukup berkembang,
ditunjukkan dengan jumlah usaha pengolahan ikan yang semakin meningkat dari
sebanyak 35 unit pada tahun 2012 menjadi sebanyak 45 unit pada tahun 2016.
Produksi hasil olahan ikan juga meningkat dari sebanyak 8.335.000 kg pada
tahun 2012 menjadi sebanyak 10.780.000 kg pada tahun 2016. Semakin
berkembangnya usaha pengolahan ikan dan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat Kabupaten Jepara mengenai nilai gizi ikan menjadikan angka
konsumsi ikan meningkat dari sebesar 17 Kg/Kapita/tahun pada tahun 2012
menjadi 22,30 Kg/Kapita/tahun pada tahun 2016.
Selain itu, dalam rangka pemberdayaan telah dilakukan pembinaan
terhadap usaha kecil di bidang perikanan yang meliputi kelompok usaha kecil
perikanan dan kelompok usaha garam rakyat berjumlah 94. Namun, semuanya
masih dalam tingkatan pemula, sehingga perlu ditingkatkan ke tingkatan lanjut,
madya, dan utama.
Berdasarkan data Wetlands Indonesia, luas mangrove di Kabupaten Jepara
sebesar 507.763 ha. Mangrove tersebut sebagian kondisinya mengalami
kerusakan, sehingga dilakukan penanaman mangrove, dengan luasan mangrove
yang tertanami menunjukkan peningkatan dari sebesar 208,29 ha pada tahun
2012 menjadi sebesar 209,89 ha pada tahun 2016.
Sementara itu kontribusi perikanan terhadap PDRB (ADHB) semakin
meningkat tiap tahun, yaitu dari Rp158.900.000.000,- pada tahun 2012
menjadiRp231.865.000.000,-

Tabel 2.57
Indikator Urusan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Produksi Ton 6.991,60 7.032,70 7.044,00 9.142,00 10.534,90
Perikanan
Tangkap
2 Rata-rata Rp/bulan 2.071.60 2.135.660 2.201.710 2.269.800 2.312.800
0
pendapatan
nelayan

II-108
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
3 Cakupan bina Klp 105 105 105 105 105
kelompok
nelayan
4 Luas Tambak Ha 1065,50 1065,50 1065,50 1065,50 1.065,50

5 Luas Kolam Ha 14,82 14,82 14,82 14,82 12,82

6 Produksi Ton 9.909,91 19.564,37 17.197,02 20.920,00 16.010,00


perikanan
budidaya
7 Rata-rata (Rupiah/bula 1.575.00 1.635.750 1.736.438 2.000.000 2.100.000
0
pendapatan n)
Pembudidaya
8 Tingkat % 21,10 17,36 27,93 20,9 20,00
Cakupan bina
kelompok
pembudidaya
ikan
9 Tingkat % 27,52 20,83 16,76 14,02 17,86
Cakupan
bantuan
kelompok
pembudidaya
ikan
1 Luas Lahan Ha 282,00 282,00 282,00 335,00 335,00
0 budidaya
Rumput Laut
1 Jumlah Klp 109 144 179 214 193
1 Kelompok
Jumlah usaha Unit 35 38 40 42 45
1
pengolahan
2
ikan
Jumlah Kg 8.335.00 9.393.611 9.589.364 10.737.226 10.780.000
1 0
produksi hasil
3
olahan ikan
1 Angka Kg/Kapita/Th 17 18:09 20,72 21,83 22,30
4 Konsumsi Ikan
1 Luas Tambak Ha 380 650 612 403 480,10
5 Garam
1 Jumlah Orang 250 567 541 437 488,00
6 Petambak
Garam
1 Jumlah Ton 53.000 15.000 68.000 55.000 28.806
7 Produksi
Garam
1 Luas mangrove Ha 208,29 212,59 218,39 223,69 209,89
8 yang tertanami
1 Kontribusi Juta Rupiah 158.900 178.424 194.653 216.304 231.865
9 perikanan
terhadap PDRB
(ADHB)
2 Jumlah Benih Ekor - 45,000.0 105,000. 100,000. 125,000.
0 Untuk 0 0 0
Restoking
2 Persentase Persen 100 60 60 62.5 100.0
1 penanganan
konflik nelayan
2 Persentase Persen 0 103.3 103.3 166.66 100.0
2 penanganan
kasus
kecelakaan laut
2 Persentase Persen 200 225 225 250 275.0
3 usaha kecil
bidang

II-109
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
perikanan yang
dibina
2 persentase Persen 0 200 200 250 150.0
4 Kelompok
Pembudidaya
Ikan Yang
Memperoleh
Bantuan
Sarana
Produksi
2 Persentase Persen 45.1 56.4 61.29 64.51 67.7
5 kelompok
usaha kecil
perikanan
tingkat lanjut
ke atas
2 persentase Persen 0 0 1.68 0 8.9
6 Kelompok
Pembudidaya
Ikan Yang
Telah
Menerapkan
Cara Budidaya
Ikan Yang Baik
(CBIB)
Sumber: Dinas Perikanan Kabupaten Jepara, 2017

2.3.3.2 Pariwisata
Pariwisata menjadi salah satu unggulan daerah Kabupaten Jepara, terdapat
beragam potensi kepariwisataan, baik wisata alam, wisata bahari, wisata
sejarah/budaya dan wisata buatan lainnya. Dalam pengembangan pariwisata
Provinsi Jawa Tengah, berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 10 Tahun 2012
tentang Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Tahun
2012 - 2025, maka Kabupaten Jepara termasuk pengembangan pariwisata
Kawasan Semarang–Karimunjawa, dengan obyek utama Kepulauan Karimunjawa/
Taman Nasional Karimunjawa dan sekitarnya.
Kepulauan Karimunjawa menjadi salah satu tujuan wisata nasional dapat
dicapai dengan pesawat udara Semarang – Karimunjawa dilayani PT. Airfast
(dengan jenis Pesawat Twin Otter seminggu dua kali dan pesawat charter) dan
melalui kapal laut dari Semarang – Kepulauan Karimunjawa dan Jepara –
Kepulauan Karimunjawa dengan jumlah trip perjalanan yang semakin meningkat
dari tahun ke tahun.
Obyek wisata lainnya di Kabupaten Jepara adalah : wisata cagar budaya
dan ilmu pengetahuan meliputi: (a) Benteng Portugis di Kecamatan Donorojo; (b)
Makam dan Masjid Mantingan di Kecamatan Tahunan; (c) Museum Kartini di
Kecamatan Jepara; (d) Benteng VOC di Kecamatan Jepara; (e) Pendopo Kabupaten
di Kecamatan Jepara; (f) Klenteng Hian Thian Siang Tee di Kecamatan Welahan;
dan (g). Monumen Ari-Ari Kartini di Kecamatan Mayong.Warisan budaya
Kabupaten Jepara yang telah dikenal adalah kerajinan meubel, seni ukir dan

II-110
tenun menjadi warisan budaya tak benda yang dikenal secara nasional terdapat
di Kecamatan Tahunan, Kecamata Pecangaan, Kecamata Kalinyamanatan dan
Kecamatan Jepara dan sekitarnya. Terdapat pula hutan wisata dan wisata alam
di Kecamatan Keling dan Kecamatan Donorojo, serta kawasan cagar alam
Kembang (di Kecamatan Kembang), cagar alam Gunung Celering (Kecamatan
Donorojo) dan cagar alam Keling (Kecamatan Keling).
Jumlah kunjungan wisatawan nusantara dari tahun ke tahun di Kabupaten
Jepara semakin meningkat, yaitu tahun 2012 sebanyak 14.804 wisatawan
mancanegara (wisman) dan 1.252.696 wisatawan nusantara (wisnus), meningkat
pada tahun 2016 menjadi sebanyak 21.288 wsiman dan 1.733.267 wisnus.
Jumlah wisatawan tersebut nomor dua di Jawa Tengah setelah Kawasan Taman
Wisata Borobudur – Prambanan. Rata-rata lama tinggal wisatawan di Kabupaten
Jepara pada tahun 2016 adalah selama 2,71 hari (atau 3 hari) untuk wisman dan
2,05 (2 hari) untuk wisnus. Sedangkan jumlah akomodasi di Kabupaten Jepara
(tahun 2016) sebanyak 60 unit hotel, resort dan homestay terdiri dari hotel
berbintang, hotel melati dan penginapan.
Ketersediaan pramuwisata adalah salah satu strategi bagi wisatawan untuk
dapat mengekplorasi tempat wisata yang dimiliki oleh Kabupaten Jepara.
Ketersediaan pramuwisata nantinya diharapkan mampu meningkatkan kunjungan
wisata mengingat persepsi wisatawan yang menganggap bahwa berwisata di
Kabupaten Jepara cukup mudah dan informatif. Dengan demikian, perlu adanya
pramuwisata yang mampu untuk memberikan pelayanan yang optimal. Salah satu
caranya adalah dengan melakukan pelatihan kepada pramuwisata.Hingga tahun
2016 belum ada pramuwisata berserifikat di Kabupaten Jepara. Kegiatan yang
dilakukan untuk peningkatan kapasitas pramuwisata adalah pelatihan Bahasa
Inggris untuk mengikuti semakin tingginya minat wisman di Pulau Karimunjawa.
Tabel 2.58
Indikator Urusan Pariwisata Kabupaten JeparaTahun 2012-2016

N Satua Capaian Kinerja Tahun


Indikator
o n 2012 2013 2014 2015 2016
1 Kunjungan          
wisata
-   Wisman Orang 14.804 14.417 20.850 21.114 21.288
-   Wisnus Orang 1.252.696 1.394.985 1.485.746 1.636.874 1.733.267
2 Persentase % 0,09 0,09 0,09 0,09 0,09
obyek wisata
yang
dipromosikan
3 Kontribusi Rp 2.369.347.4 2.353.451.5 2.400.877.0 2.784.608.3 3.127.102.7
sektor 00 60 00 14 50
pariwisata
terhadap
PDRB
4 Tingkat          
Pengeluaran
Wisatawan
-   Wisman Rp/ha 290.000 310.000 335.000 350.000 350.000
ri
-   Wisnus Rp/ha 45.000 45.000 45.000 45.000 45.000
ri

II-111
N Satua Capaian Kinerja Tahun
Indikator
o n 2012 2013 2014 2015 2016
5 Rata-rata          
lama
menginap
-   Wisman Malam 2,05 2,05 2,64 2,71 2,71
-    Wisnus Malam 2,01 2,01 2,05 2,05 2,05

6 Dokumen Dok 1 1 1 1 1
RIPP
Kabupaten
Jepara
7 Tersusunnya   1 1 1 1 1
sistem
informasi
kepariwisataa
n
9 Jumlah Obyek 4 4 4 4 4
obyek wisata
unggulan
10 Jumlah Unit 16 16 19 30 30
restoran
11 Jumlah hotel          
  -   Berbintang Unit 4 4 4 5 5
  -   Non Unit 12 12 12 25 25
bintang
12 Tingkat % Bintang : Bintang : Bintang : Bintang : Bintang :
occupancy 54,97 57,60 54,93 49,80 52,83
hotel* Melati : Melati : Melati : Melati : Melati :
45,74 44,18 45,57 58,17 36,50
Sumber : Disparbud Kabupaten Jepara, 2017; *BPS Kabuaten Jepara, berbagai tahun terbitan

2.3.3.3 Pertanian
Kewenangan urusan pertanian sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23
tahun 2014 mencakup sub urusan Sarana Pertanian, Prasarana Pertanian,
Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Pengendalian dan
Penanggulangan bencana pertanian, dan Perizinan Usaha Pertanian. Urusan
pertanian dalam pembangunan Kabupaten Jepara karena merupakan sektor
utama PDRB setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.
Pertanian di Kabupaten Jepara yang didukung dengan lahan pertanian dengan
luas mencapai 26.964,0ha.
Jenis komoditas utama pertanian tanaman pangan yang dihasilkan yaitu
padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu. Produksi Padi mengalami fluktuatif dari
sebesar 211.669 ton pada tahun 2012 menjadi sebesar 273.821 ton pada tahun
2016. Produksi jagung cenderung meningkat dari sebanyak 36.652,43 ton pada
tahun 2012 menjadi 57.671 ton pada tahun 2016. Produksi kedelai mengalami
penurunan dari 21 ton pada tahun 2012 menjadi 17 ton pada tahun 2016.
Sementara itu produksi kacang tanah menurun dari sebesar 15.164,00 ton pada
tahun 2012 menjadi sebesar 10.285 ton pada tahun 2016. Ubi kayu produksinya
meningkat dari sebesar 269.567 ton pada tahun 2012 menjadi sebesar 293.469
ton pada tahun 2016.
Jenis komoditas peternakan di Kabupaten Jepara meliputi sapi potong,
kambing, domba, ayam, dan itik. Populasi sapi potong menunjukkan penurunan

II-112
dari sebanyak 52.192 ekor pada tahun 2012 menjadi sebanyak 45.928 ekor.
Populasi kambing menunjukkan peningkatan dari sebesar 67.626 ekor pada tahun
2012 menjadi sebesar 68.287 ekor pada tahun 2016. Populasi domba mengalami
peningkatan dari sebanyak 23.913 ekor pada tahun 2012 menjadi sebanyak
28.749 ekor pada tahun 2016. Populasi ayam fluktuatif dengan kecenderungan
meningkat dari sebanyak 815.360 ekor pada tahun 2012 menjadi 1.511.369 ekor
pada tahun 2016. Populasi itik fluktuatif dengan kecenderungan meningkat dari
sebanyak 30.127 ekor pada tahun 2012 menjadi sebanyak 74.639 ekor pada
tahun 2016.
Sementara itu, jumlah kelompok petani yang mendapatkan pembinaan dari
pemerintah meningkat dari 152 kelompok pada tahun 2012 menjadi 200 kelompok
pada tahun 2016. Selanjutnya, kontribusi pertanian terhadap PDRB (ADHB) juga
terus meningkat dari Rp2.383.496.000.000,- menjadi Rp 3.195.914.000.000,-.
Tabel 2.59
Indikator Urusan Pertanian Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Capaian Kinerja Tahun


Indikator Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016
1 Produksi pertanian 533.073,62 625.904,48 561.055,61 638.111,00 635.263,00
tanaman pangan
utama
- padi Ton 211.669 238.705 205.156 260.920 273.821
- Jagung Ton 36.652 43.457 52.163 55.219 57.671
- Kedelai Ton 21 35 12 31 17
- Kacang tanah Ton 15.164 24.425 19.253 9.501 10.285
- Ubi Kayu Tan 269.567 319.282 284.472 312.440 293.469
2 Produktivitas
Tanaman Pangan
Utama
- padi Kw/ha 47,47 53,70 52,83 59,89 58,89
- Jagung Kw/ha 75,37 68,90 77,26 90,36 80,27
- Kedelai Kw/ha 11,15 10,01 8,88 11,07 8,95
- Kacang tanah Kw/ha 13,11 25,59 16,67 13,94 15,73
- Ubi Kayu Kw/ha 236,94 314,53 313,54 314,42 296,97
3 Produksi pertanian 344.905,01 290.277,40 348.613,30 478.763,50 369.234,54
tanaman
hortikultura utama
- Cabe besar Kw 386 449 1.377 1.515 1.407
- Rambutan Kw 23.356 12.238 25.741 50.026 37.051
- Belimbing Kw 29.090 16.504 13.758 15.284 7.002
- Mangga Kw 123.175 95.135 117.155 187.848 117.520
- Durian Kw 20.788 12.997 16.026 27.630 12.461
- Pisang Kw 146.675 152.688 174.305 196.135 193.615
- Jahe Kw 1.435,01 266,40 251,30 325,50 178,54
4 Produktivitas
pertanian tanaman
hortikultura utama
- Cabe besar Kw/ha 55,14 89,80 137,70 94,64 21,35
- Rambutan Kw/phn 0,33 0,42 0,42 0,80 0,97
- Belimbing Kw/phn 1,12 0,80 0,67 0,73 0,48
- Mangga Kw/phn 0,80 0,72 0,66 1,15 1,28
- Durian Kw/phn 0,58 1,15 0,58 1,03 0,98
- Pisang Kw/phn 0,85 0,77 0,86 0,99 0,95
- Jahe Kw/rump 2,97 2,13 1,35 2,95 1,89
un
5 Produksi pertanian 222.344,45 236.006,92 260.167,98 180.678,44 164.003,45
tanaman
perkebunan
- Kelapa ton 11.085,68 11.053,98 11.113,93 9.662,56 9.765,73
- Kopi ton 618,09 683,6 1,105,60 1,272,91 774,19
- Cengkeh ton 71,89 72,16 77,45 82,881 75,98
-Kakao ton 6,07 6,9 6,90 20,01 30,65

II-113
N Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016
-Tebu ton 209.892,15 223.517,00 247.864,10 169.640,08 151.862,44
-Tebu (gula Merah) ton 670,57 673,28 0 0 1.494,46
6 Produktivitas
pertanian tanaman
perkebunan
- Kelapa ton/ha 1,06 1,06 1,07 0,94 0,95
- Kopi ton/ha 0,42 0,47 0,76 0,84 0,51
- Cengkeh ton/ha 0,27 0,27 0,26 0,26 0,24
-Kakao ton/ha 0,13 0,13 0,13 0,13 0,20
-Tebu ton/ha 74,83 79,30 89,95 77,13 72,57
-Tebu (gula Merah) ton/ha 7,69 7,44 - 0 7,99
7 Promosi hasil event 3 3 3 4 4
produksi
pertanian/
perkebunan
8 Jumlah Kelompok 5 5 5 6 18
Pengolah dan
Pemasar Hasil
Pertanian
9 Jumlah bina Klp 152 160 175 190 200
kelompok petani
1 Jumlah Kelompok Klp 1.120 1.120 1.120 1.120 1.120
0 Tani
1 Jumlah Gapoktan Klp 184 184 184 184 184
1
1 Jumlah Gapoktan Klp 25 17 7 3 0
2 Penerima PUAP
1 Gapoktan PUAP Klp 50 67 74 77 77
3 yang Aktif
1 Jumlah kelompok Klpk 11 8 12 6 10
4 ternak yang
menerapkan
teknologi
peternakan

1 Populasi
5 komoditas
peternakan utama

- Sapi potong Ekor 52.192 41.665 42.976 44.845 45.928


- Kerbau Ekor 4.168 3.989 3.439 3.672 3.546
- Kambing Ekor 67.626 60.824 62.794 68.244 68.287
- Domba Ekor 23.913 25.109 25.870 27.837 28.749
- Ayam Ekor 815.360 856.531 809.202 1.313.035 1.511.369
- Itik Ekor 30.127 108.873 111.346 107.114 74.639
1 Produksi daging 2.874.208 2.362.098 2.348.988 1.846.449 2.041.619
6 (kg)

- Sapi Kg 1.133.205 1.097.175 1.148.742 926.925 940.035


- Kerbau Kg 4.168 3.989 4.213 3.672 174.500
- Kambing Kg 154.947 111.312 113.630 129.852 149.202
- Domba kg 32.019 25.993 26.310 27.853 37.153
- Ayam kg 1.510.204 1.085.524 1.018.582 727.239 710.219
- Itik kg 39.665 38.105 37.511 30.908 30.510
1 Produksi telur kg 1.653.846 1.653.844 1.809.536 2.878.695 2.207.253
7
1 Produksi susu lt 13.103 10.378 10.210 10.210 14.880
8
1 Angka kesakitan /
9 morbiditas ternak

- ternak besar % 1,42 1,36 1,27 1,33 1,42


(%)
- ternak kecil (%) % 1,74 1,72 1,52 1,87 1,36
- ternak unggas % 1,87 1,89 1,90 1,84 1,81
(%)
2 Jumlah penyuluh orang 113 113 113 116 116
0 pertanian

2 Persentase % 14 10 15 16 10
1 penyuluh
pertanian yang
telah mengikuti
diklat teknis dan
inovasi pertanian

II-114
N Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016

2 Kontribusi Juta Rp 2.383.496 2.658.335 2.809.421 3.067.987 3.195.914


2 Pertanian terhadap
PDRB (ADHB)*

2 Persentase % Pemula : Pemula : Pemula : Pemula : Pemula :


3 kelompok tani 43,39 43,39 35.00 34.16 35.54
yang berkualitas Lanjutan : Lanjutan : Lanjutan : Lanjutan : Lanjutan :
40,89 43,84 45.54 47.68 43,84
Madya : Madya : Madya : Madya : Madya :
12,77 14,20 15,62 16.96 15.89
Utama : 2,95 Utama : 3,39 Utama : 3,89 Utama : 4.20 Utama : 4.73

2 Persentase % 100 100 100 100 100


4 pelaksanaan
pendampingan
pembinaan petani
2 Persentase % 100 100 100 100 100
5 pengawasan dan
pemeriksaan
hewan di RPH**
2 Persentase pelaku % 13,12 14,10 15,01 16,07 17.86
6 usaha pertanian/
kelompok tani
yang sudah
menerapkan
teknologi
2 Persentase Persen 12,8 25,6 38,4 53,8 100
7 pelaksanaan
pemasaran hasil
produksi
pertanian/perkebu
nan

Sumber: DKPP Kabupaten Jepara, 2017;


Keterangan: * BPS Kabupaten Jepara, 2017; tad: data tahun 2012-2015 tidak tersedia karena
pendataan baru dilaksanakan pada tahun 2016.

2.3.3.4 Perdagangan
Perdagangan secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni perdagangan
dalam negeri (domestik) danperdagangan luar negeri (internasional). Perdagangan
dalam negeri adalah perdagangan yang dilakukan dalam ruang lingkup dalam
negeri saja atau nasional. Penjual, pembeli, dan tempat transaksinya juga hanya
bersifat domestik atau dilakukan di dalam negeri saja. Sedangkan perdagangan
luar negeri/internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain.
Terkait dengan pelaksanaan perdagangan dalam negeri, pemerintahtelah
memiliki arah kebijakan dan pengendalian. Kebijakan dan pengendalian
Perdagangan Dalam Negeri sebagaimana dimaksud yaitu:
1) peningkatan efisiensi dan efektivitas distribusi;
2) peningkatan iklim usaha dan kepastian berusaha;
3) pengintegrasian dan perluasan Pasar dalam negeri;
4) peningkatan akses Pasar bagi Produk Dalam Negeri; dan
5) pelindungan konsumen.

II-115
Sedangkan kebijakan dan pengendalian pelaksanaan perdagangan luar
negeri meliputi:
1) Peningkatan daya saing produk Ekspor Indonesia;
2) Peningkatan dan perluasan akses Pasar di luar negeri; dan
3) Peningkatan kemampuan Eksportir dan Importir sehingga menjadi Pelaku
Usaha yang andal.
Kontribusi urusan sektor perdagangan terhadap perekonomian di
Kabupaten Jepara cukup signifikan. Sektor perdagangan bersama dengan sektor
industri pengolahan dan sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan merupakan
3 sektor yang memiliki kontribusi besar tefrhadap perekonomian di Kabupaten
Jepara. Meskipun demikian, kontribusi sektor pedagangan terhadap perekonomian
Kabupaten Jepara kondisinya semakin menurun. Pada tahun 2012 kontribusi
sektor perdagangan mencapai 18,03% dari total PDRB, namun pada tahun 2016
kontribusinya turun menjadi 16,71% saja.
Kontribusi sektor perdagangan terhadap perekonomian Kabupaten Jepara,
salah satunya adalah karena dukungan nilai ekspor produk-produk olahan kayu
dan karet. Nilai ekspor perdagangan di Kabupaten Jepara, dari tahun 2012-2016
menunjukkan tren yang positif karena nilainya semakin meningkat. Pada tahun
2012, nilai ekspor di Kabupaten Jepara sebesar 118 juta US$. Pada tahun 2013
sempat turun menjadi 112 juta US$, namun kemudian dari tahun 2014-2016
selalu naik. Data terakhir tahun 2016 menunjukkan bahwa nilai ekspor di
Kabupaten Jepara telah mencapai angka 219juta US$.
Terkait dengan perdagangan dalam negeri, sarana prasarana perdagangan
yang dimilik Kabupaten Jepara antara lain adalah tersedianya pasar. Tahun 2016
tercatat ada 21 pasar daerah yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Jepara.
Hanya saja dari 21 pasar tersebut baru 1 unit yang memenuhi kriteria sebagai
pasar sehat.
Selain penyediaan pasar, untuk mendukung sektor perdagangan dalam
negeri juga dilakukan penataan terhadap kawasan perdagangan kaki lima dan
pembinaan terhadap para pedagang. Jumlah kawasan perdagangan kaki lima yang
ditata sebanya 2 lokasi. Sedangkan pembinaan terhadap pedagang baru dilakukan
kepada 50 orang pedagang formal dan informal.
Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka menjaga kondusifitas
sektor perdagangan adalah dengan melakukan pengawasan terhadap pasar;
pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan; Pemantuan
ketersediaan harga, pasokan, akses pangan dikumpulkan secara rutin /periodik;
dan upaya perlindungan terhadap konsumen.

Tabel 2.60
Indikator Urusan PerdaganganKabupaten Jepara Tahun 2012-2016

II-116
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1  Jumlah alat Ukur Takar unit 22.213 22.241 20.425 20.786 22.342
timbang dan
perlengkapannya yang
ditera
 2 Jumlah Pasar
(Tradisional Dan
Modern) Yang Diawasi
- Tradisional unit 21 21 21 21 21
- Modern unit 22 31 53 62 63
 3 Persentase kasus yang kasus 0 0 0 0 2
diselesaikan melalui
BPSK
 4 Ketersediaan informasi frekuensi 48 48 48 48 48
pasokan, harga dan
akses pangan daerah.
 5 Jumlah pasar lelang dan kali 7 6 7 12 12
promosi dagang yang
diikuti
 6 Nilai Ekspor Juta US $ 118 112 126 171 219
 7 Kontribusi sektor % 18,03 17,71 16,92 16,72 16,71
Perdagangan terhadap
PDRB (ADHB)*
 8 Kontribusi sektor Juta 2.953.125 3.192.137 3.394.676 3.691.322 3.993.310
Perdagangan terhadap Rupiah
PDRB (ADHB)*
 9 Jumlah pasar daerah unit 21 21 21 21 21

 10 Jumlah pasar daerah unit 0 0 0 0 1


yang memenuhi kriteria
pasar sehat
11 Lokasi PKL yang tertata lokasi 2 2 2 2 2
12 Persentase serapan resi % 6,6 7,0 6,4 3,3 8,2
gudang
Sumber: Disindag Kabupaten Jepara dan BPS Kabupaten Jepara, 2017.
Ket: * 2015 angka sementara, 2016 angka sangat sementara

2.3.3.5 Perindustrian
Gambaran kinerja urusan perindustrian di Kabupaten Jepara selama kurun
waktu tahun 2012-2016 dapat dilihat dari capaian indikator bidang perindustrian
seperti Jumlah dan pertumbuhan IKM (Industri Kecil dan Menengah) serta
kontribusi sektor Industri terhadap PDRB.
Tabel 2.61
Indikator Pertumbuhan IKM Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

N Capaian Kinerja Tahun


Uraian Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016
1. Jumlah IKM Unit 9.998 13.300 17.064 18.695 19.380
2. Jumlah IKM yang Unit 23 27 79 31 25
mendapat binaan
atau bantuan
3 Jumlah sentra Sentra 11 12 12 14 14
industri yang
berkembang
4 Jumlah IKM, unit 43 40 59 94 156
yang telah
mengikuti
pameran promosi
produk
5 Jumlah IKM yang unit 0 0 0 0 10
mendapatkan

II-117
N Capaian Kinerja Tahun
Uraian Satuan
o 2012 2013 2014 2015 2016
fasilitasi HaKI
6 Kontribusi sektor % 32,91 33,21 34,08 34,32 34,45
Industri terhadap
PDRB (ADHB)*
7 Kontribusi sektor Juta 5.390.40 5.985.05 6.839.23 7.574.05 8.235.43
Industri terhadap Rupiah 6 2 8 3 4
PDRB (ADHB)*
Sumber: Disindag Kabupaten Jepara dan BPS Kabupaten Jepara, 2017.
Ket: * 2015 angka sementara, 2016 angka sangat sementara

Berdasarkan Tabel 2.61 dapat dilihat bahwa secara kuantitatif jumlah IKM
mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 2012 hingga 2016, yaitu dari 9.998
unit menjadi 19.380 unit. Namun, dari segi pertumbuhan mengalami perlambatan.
Disisi lain, peningkatan jumlah IKM di Kabupaten Jepara ini belum dibarengi
dengan pembinaan maupun pemberian bantuan. Hal ini dilihat dari jumlah IKM
yang mendapat binaan yang sangat rendah proporsinya dibandingkan jumlah IKM
yang ada, tertinggi pada tahun 2014, yaitu 0.5%. Demikian halnya dengan jumlah
produk IKM yang dipromosikan di Kabupaten Jepara yang tergolong sangat
sedikit, dimana tahun 2015 hanya 12 produk dan tahun 2016 sebesar 11 produk
yang dipromosikan.
Sementara itu, kontribusi sektor industri terhadap PDRB (ADHB) Kabupaten
Jepara terus menunjukkan peningkatan dan menjadi sektor dengan kontribusi
terbesar terhadap PDRB selama periode tahun 2012-2016. Peningkatan sektor
industri ini juga sejalan dengan peningkatan jumlah sentra industri yang
berkembang dimana tahun 2016 terdapat 14 sentra industri, mengalami
peningkatan dari tahun 2012 yang hanya 11 sentra industri.

II-118
35.00

34.45
34.50 34.32
34.08
34.00

33.50
33.21

32.91
33.00

32.50

32.00
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: BPS Kabupaten Jepara, 2017;


Ket: 2015 (angka sementara), 2016 (angka sangat sementara).

Gambar 2.47
Kontribusi Sektor Industri terhadap PDRB (ADHB) Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016 (%)

2.3.3.6 Transmigrasi
Dalam urusan transmigirasi, pemerintah daerah memiliki kewenangan
dalam perencanaan kawasan transmigrasi, pembangunan kawasan transmigrasi
dan pengembangan kawasan transmigrasi. Pemerintah Kabupaten Jepara, sebagai
daerah pengirim transmigran memiliki tugas menyiapkan penduduk yang siap
diberangkatkan ke wilayah transmigrasi. Pada tahun 2016, jumlah transmigran
yang diberangkatkan sebanyak 11 kepala keluarga. Jumlah tersebut menunjukkan
penurunan jika dibandingakan dengan tahun-tahun sebelumnya yang mana pada
tahun 2012 memcapai 20 kepala keluarga. Untuk memperkuat kerjasama
dibidang transmigrasi, pemerintah Kabupaten Jepara telah melakukan perjanjian
antar wilayah melalui kesepakatan bersama (MoU). Tahun 2016, jumlah MoU yang
disusun bersama dengan wilayah transmigrasi tercapai dengan 2 kabupaten.

II-119
Tabel 2.62
Indikator Urusan Transmigrasi Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator   Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Jumlah calon KK 20 10 4 5 10
transmigrasi yang
mendapatkan pelatihan
dasar umum (PDU)
2 Jumlah transmigran yang KK 20 10 4 5 11
diberangkatkan ke lokasi
transmigransi
3 Jumlah MoU yang Kab 2 1 1 1 2
disusun bersama dengan
wilayah transmigrasi
4 Peta persebaran Lokasi 2 1 1 1 2
penempatan transmigrasi
Sumber : Diskop UKMNakertrans Kabupaten Jepara, 2017
2.3.4 Urusan Penunjang
2.3.4.1 Perencanaan
Perencanaan pembangunan memiliki peranan yang penting dalam proses
penganggaran dan pelaksanaan pembangunan daerah. Sesuai dengan Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional, dan Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah, dokumen perencanaan pembangunan daerah yang harus disusun
meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk kurun
waktu 20 tahun, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
untuk kurun waktu 5 tahun, dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk
kurun waktu 1 tahun. Pendekatan yang digunakan mencakup pendekatan
Teknokratik, Politik, Partisipatif, Top-downdanBottom-up. Di Kabupaten Jepara
dokumen perencanaan yang telah dimiliki yaitu: RPJPD tahun 2005-2025, RPJMD
yang disusun setiap 5 tahun sekali, dan RKPD yang disusun setiap tahun.
Penyusunan rencana pembangunan didahului dengan evaluasi
pembangunan daerah agar rencana yang disusun dapat memecahkan
permasalahan yang dihadapi oleh daerah. Evaluasi kinerja pembangunan
dilaksanakan dengan menyusun laporan evaluasi hasil RPJMD dan evaluasi RKPD
setiap tahun sebagai dasar dalam penyusunan RKPD tahun berikutnya.
Penyusunan dokumen perencanaan multisektor juga menjadi tanggung
jawab perangkat daerah fungsi perencanaan pembangunan. Beberapa dokumen
perencanaan multisektor yang telah diamanatkan oleh pemerintah telah disusun,
antara lain RAD Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (RAD-PPK), Strategi
Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD), dan Rencana Aksi Daerah
Pencapaian MDG’s. Berbagai dokumen perencanaan multi sektor tentunya akan
disesuaikan dengan kebijakan terbaru sebagaimana termuat dalam RPJMD dan
RPJMN dan peraturan perundang-undangan yang terbaru.
Jumlah dokumen perencanaan per tahun yang telah disusun terus
meningkat selama periode tahun 2012-2016, yaitu dari 11 dokumen menjadi 21.

II-120
Dari beberapa dokumen perencanaan yang telah disusun, sampai dengan tahun
2016 telah mencapai 44,48% yang diimplementasikan, yaitu ditindaklanjuti dalam
bentuk peraturan perundang-undangan dan/atau dasar penyusunan
dokumen/rencana kegiatan oleh PD lainnya.
Hal ini menjadi salah satu indikasi masih belum optimalnya kualitas
dokumen perencanaan yang disusun. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini
adalah banyaknya amanat pemerintah untuk menyusun dokumen perencanaan
multi sektor sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan yang terbaru
yang harus dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan kurangnya ketersediaan
data dan informasi untuk menunjang perencanaan pembangunan daerah yang
berkualitas. Penyebab lainnya adalah masih kurangnya kapasitas SDM perencana
yang salah satu indikasinya dari masih terbatasnya jumlah Perencana di
Kabupaten Jepara yang sampai dengan tahun 2016 berjumlah 3 (tiga) orang atau
6,67% dari jumlah pegawai Bappeda Kabupaten Jepara.

Tabel 2.63
Indikator Urusan Perencanaan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah dokumen perencanaan dokumen 11 16 28 20 21
/
tahun
Jumlah dokumen perencanaan dokumen 4 10 18 11 10
bidang Prasarana Wilayah Dan /
Sumber Daya Alam yang tahun
tersusun
Jumlah dokumen perencanaan dokumen 2 1 4 3 3
bidang Pemerintahan, Sosial dan /
Budaya yang tersusun tahun
Jumlah dokumen perencanaan dokumen 5 5 6 6 8
bidang Ekonomi yang tersusun /
tahun
Persentase dokumen % 27,27 33,33 38,18 45,33 44,79
perencanaan yang
diimplentasikan
Persentase dokumen % 25,00 40,00 44,44 54,55 40,00
perencanaan bidang Prasarana
Wilayah Dan Sumber Daya Alam
yang diimplementasikan
Persentase dokumen % 50,00 0,00 50,0 66,7 66,67
perencanaan bidang
Pemerintahan, Sosial dan
Budaya yang diimplementasikan
Jumlah dokumen perencanaan % 20,00 40,00 33,33 83,33 37,50
bidang Ekonomi yang
diimplementasikan
Persentase kerjasama % 0 0 0 0 100
pembangunan yang terlaksana
Persentase ketersediaan % 100 100 100 100 100
data/informasi yang dapat
diakses masyarakat
Persentase dokumen % 0 0 0 0 0
perencanaan dan penelitian
bidang penelitian dan
pengembangan yang dapat

II-121
Capaian Kinerja Tahun
Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
diimplementasikan
Persentase Kesesuaian Dokumen % tad tad tad tad 55
Perencanaan dengan Dokumen
Penganggaran
Sumber: Bappeda Kabupaten Jepara, 2017
Keterangan: per 1 Januari 2017, bidang ekonomi dan bidang prasarana wilayah dan sumber daya
alam digabung sehingga jika data kedua bidang tersebut digabungkan maka pada tahun 2016,
persentase dokumen perencanaan dan penelitian bidang ekonomi, prasarana dan pengembangan
wilayah yang dapat diimplementasikan adalah 38,89%.

2.3.4.2 Keuangan
Kinerja keuangan daerah terutama dilihat dari pendapatan asli daerah yang
menunjukkan tingkat kemandirian daerah dalam penyelenggaraan pembangunan
daerah. Dalam kurun waktu tahun 2012-2016, persentase kontribusi PAD
terhadap total APBD dari sebesar 9,90% pada tahun 2012 meningkat menjadi
sebesar 15,31% pada tahun 2016. Selama ini ada dua sektor yang memberikan
kontribusi terbesar bagi penerimaan kabupaten Jepara yaitu Sektor Pajak Daerah:
PPJU dan PBB, serta lain-lain PAD yang sah yang berasal dari pendapatan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Adapun kendala yang dihadapi dalam
peningkatan PAD yaitu kesadaran masyarakat untuk membayar pajak daerah dan
retribusi daerah secara mandiri masih rendah sehingga perlu peran aktif petugas
pajak daerah untuk melakukan pengawasan dan penagihan, menurunnya
pendapatan pelaku usaha dan industri sebagai obyek pajak/retribusi akibat
melemahnya permintaan industri mebel dan kondisi perkonomian nasional, dan
penerimaan beberapa jenis pajak dan retribusi yang cenderung stagnan.
Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Jepara menunjukkan kinerja yang
baik. Meskipun demikian penerapan manajemen pengelolaan keuangan dan aset
daerah berbasis accrual dirasa belum optimal. Berdasarkan hasil audit BPK,
laporan keuangan pemerintah daerah Kabupaten Jepara memperoleh status Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP). Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah
Kabupaten Jepara dalam rangka mempertahankan status tersebut yaitu
menindaklanjuti temuan pengecualian atas LKPD, penyusunan Peraturan Bupati
dan surat edaran Bupati sebagai pedoman perangkat daerah dalam pengelolaan
keuangan daerah, penggunaan sistem informasi manajemen daerah dalam
pengelolaan keuangan daerah, dan rekonsiliasi angka dalam laporan.

Tabel 2.64
Indikator Urusan Keuangan Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016

Capaian Kinerja Tahun


No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1 Belanja Langsung terhadap total
43,86 40,93 43,91 42,47 43,96
APBD (%)
2 Besaran PAD terhadap seluruh
pendapatan dalam APBD 9,90 9,65 14,49 14,00 15,31
(Realisasi) (%)
3 Rasio SILPA terhadap total 9,39 10,80 16,65 19,41 12,06

II-122
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
belanja tahun sebelumnya (%)
4 Rasio realisasi belanja terhadap
94,37 91,81 89,54 88,89 90,3
anggaran belanja (%)
5 Rasio realisasi PAD terhadap
114,07 112,49 123,23 124,37 120,43
potensi PAD (%)
6 Peningkatan PAD (%) 24,54 3,64 73,27 16,59 19,34
7 Opini BPK terhadap Laporan
WTP WTP WTP WTP WTP
Keuangan Daerah
8 Rasio Belanja Modal dibanding
22,91 11,7 12,55 17,80 18,40
Total Belanja Daerah
9 Rasio Belanja Pegawai Tidak
Langsung dibanding Total 46,98 52,57 49,56 45,91 40,59
Belanja Daerah (%)
10 Persentase peningkatan 34,16 33,26 39,82 29,19 27,73
pendapatan pajak dan
restribusi terhadap pendapatan
Asli Daerah
11 Persentase pemeliharaan 100 100 100 100 100
software Pengelolaan Keuangan
Daerah
12 Persentase penyusunan APBD 100 100 100 100 100
tepat waktu
Sumber: BPKAD Kabupaten Jepara, 2017
2.3.4.3 Penelitian dan Pengembangan
Salah satu urusan penunjang menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18
Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah adalah penelitian dan pengembangan.
Jumlah kajian yang telah dilaksanakan oleh Bappeda Kabupaten Jepara dalam
kurun waktu 2012-2016 mencapai 23 dokumen, yang terdiri dari kajian di bidang
fisik dan prasarana, bidang ekonomi, dan sosial budaya. Kajian yang dilaksanakan
antara lain :Kajian Inovasi Program Dan Kegiatan Prioritas Pembangunan
Kabupaten Jepara, Kajian Kebutuhan Teknologi Potensi Daerah Kabupaten
Jepara; Kajian Peningkatan Lembaga Kecamatan sebagai Perangkat Daerah
Kabupaten Jepara, dan Kajian Pemanfaatan dan Pengembangan Tanaman Obat di
Kabupaten Jepara. Meski demikian, dari dokumen yang telah disusun belum yang
ada yang diimplementasikan. Hal ini juga disebabkan masih minimnya produk
penelitian yang mendukung terhadap penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan dan masih minimnya kegiatan pengembangan yang mendukung
inovasi produk-produk kreatif dalam rangka pengembangan perekonomian
Kabupaten Jepara.
8

7
7

5
5

4 4
4

3
3

0
2012 2013 2014 2015 2016 II-123
Sumber: Bappeda Kabupaten Jepara, 2017

Gambar 2.48
Dokumen Penelitian dan Pengembangan yang Disusun Per Tahun (dok)

2.3.4.4 Kepegawaian dan Diklat


Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di Kabupaten
Jepara maka peran aparatur sipil negara (ASN) yang profesional dan penempatan
aparat berdasarkan “merrit system” semakin penting. Kewenangan pemerintah
Kabupaten Jepara dalam manajemen kepegawaian daerah yaitu : (1)
melaksanakan pembinaan teknis dan (2) pelayanan administratif kepegawaian
sesuai peraturan yang baru yaitu UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara dan Roadmap Reformasi Birokrasi secara Nasional. Pembinaan teknis
administratif, meningkatkan kedisiplinan ASN dalam rangka meningkatkan
profesionalisme pegawai dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sebagai
pelayan publik (public servant). Indikator kinerja dalam rangka mendorong pada
peningkatan disiplin, tertib hukum dan pelayanan aparatur kepada masyarakat
dan dunia usaha secara profesional
Upaya peningkatan kapasitas sumberdaya ASN menjadi kewenangan daerah
dalam rangka peningkatan kepangkatan, pembinaan karir dengan mutasi jabatan,
pendidikan dan pelatihan pegawai sesuai dengan pedoman dan peraturan
perundang-undangan agar pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan baik. Upaya
tersebut yaitu dengan meningkatkan pendidikan formal/tugas belajar aparatur,
mengikutsertakan aparatur dalam diklatpim dalam penyesuaian jabatan,
menerapkan diklat pra-jabatan bagi CPNS dan melakukan diklat teknis fungsional.
Jumlah ASN di Kabupaten Jepara Tahun (2016) sebanyak 9.768 orang,
yang terdistribusi ke dalam 44 Perangkat Daerah (PD). Berdasarkan tingkat
pendidikan ASN di Kabupaten Jepara termasuk baik yaitu sebagian besar adalah
Sarjana (S-1) sebanyak 5.745 orang (64,01%), berpendidikan SLTA/sederajat
sebanyak 2.031 orang, berpendidikan Diploma sebanyak 1.206 orang dan
pendidikan SLTP/sederajat sebanyak 225 orang dan paling sedikit berpendidikan
SD/sederajad sebanyak 109 orang. Berdasarkan kepangkatan dan golongan ASN
Kabupaten Jepara terbesar adalah Golongan III sebanyak 46,09%; Golongan IV
sebanyak 37,41 %; Golongan II sebanyak 21,65% dan paling kecil Golongan I
sebanyak 1,44 %.
Upaya peningkatan pembinaan dan pengembangan aparatur menjadi
kewajiban pemerintah daerah antara lain pengangkatan ASN, kenaikan pangkat,
pembinaan, pemindahan, dan pemberhentian ASN Daerah sesuai norma, standar
dan prosedur (NSP) berdasarkan peraturan perundang-undangan kepegawaian.
Indikator kinerja pada pembinaan dan pengembangan pegawai ditunjukkan

II-124
dengan : ASN menerima SK kenaikan pangkat tepat waktu, ASN yang menerima
SK pindah (mutasi) sesuai kebutuhan organisasi, penerbitan SK pensiun tepat
waktu, ASN berprestasi yang menerima penghargaan Satya Lencana Karya Satya,
SIM data ASN ter-update dan ASN yang mengikuti seleksi pimpinan tinggi.
Perkembangan aparatur yang mengikuti Diklat Pim II, Diklat Pim III dan
Diklat Pim IV tiap tahun mengalami peningkatan dari tahun 2012 hingga tahun
2016. Pada tahun 2016, persentase aparatur yang sudah mengikuti Diklat Pim
sesuai jenjangnya adalah Diklat Pim II mencapai sebesar 50%, Diklat Pim III
sebesar 57,1% dan Diklat Pim IV sebesar 22,6%. Selain itu jumlah PNS yang
mengikuti Diklat Teknis sebanyak 225 orang, Diklat Fungsional sebanyak 55
orang, dan Diklat Prajabatan sebanyak 135 orang, serta persentase PNS struktural
yang mengikuti kegiatan assesment sebesar 100% dari 32 orang.
Pada tahun 2016, persentase PNS yang kenaikan pangkatnya tepat waktu
mencapai 100% dan jumlah PNS pensiun sebanyak 350 orang. Namun masih
terdapat kasus pelanggaran disiplin PNS dalam satu tahun sebanyak 10 kasus dan
ditangani sebesar 100%. Selain itu, kendala yang seringkali dihadapi adalah masih
adanya mutasi dan/atau penempatan ASN yang tidak sesuai dengan kompetensi
karena dihadapkan pada kebutuhan organisasi yang mendesak.

Tabel 2.65
Indikator Urusan Kepegawaian Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Persentase % 33,3 41,4 41,4 46,9 50
Aparatur yang
mengikuti Diklat
Pim II
2 Persentase % 16,6 49,6 47,3 52,3 57,1
Aparatur yang
mengikuti Diklat
Pim III
3 Persentase % 0,5% 6,4 12,9 14,2 22,6
Aparatur yang
mengikuti Diklat
Pim IV
4 Jumlah PNS orang 80 120 40 40 80
mengikuti Diklat
Teknis setiap tahun
5 Jumlah aparatur orang 0 0 0 40 0
PNS yang telah
mengikuti Diklat
Fungsional
6 Jumlah Aparatur orang 217 0 0 632 135
yang mengikuti
Diklat Prajabatan
7 Persentase PNS % 100 100 100 100 100
yang kenaikan
pangkatnya tepat
waktu
8 Jumlah PNS orang 342 335 219 214 350
pensiun setiap
tahun
9 Persentase kasus % 100 100 100 100 100
pelanggaran

II-125
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Kinerja Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
disiplin PNS dalam
satu tahun yang
ditangani
10 Persentase PNS % - - - - 100
struktural yang
mengikuti kegiatan
assesment
11 Persentase % - - - 100 100
pembentukan
pansel dalam setiap
pengisian jabatan
pimpinan tinggi
pratama
12 Persentase 100 100 100 100 100 100
pemberian fasilitasi
bantuan
pendidikan
kedinasan
13 Persentase 100 100 100 100 100 100
pengelolaan data
kepegawaian
Sumber: BKD Kabupaten Jepara, 2017

2.3.4.5 Sekretariat Daerah


Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara merupakan salah satu organisasi
perangkat daerah yang termasuk pada kelompok urusan penunjang pemerintahan.
Sekretariat daerah memiliki fungsi penyusunan kebijakan pemerintahan daerah,
pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah,
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah daerah,
pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah dan pelaksanaan tugas
lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. Untuk
menjalankan tugas tersebut, Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara didukung oleh
8 bagian, yang meliputi: 1) Bagian Tata Pemerintahan, 2) Bagian Pemerintahan
Desa, 3) Bagian Hukum, 4) Bagian Pembangunan, 5) Bagian Perekonomian, 6)
Bagian Kesejahteraan Rakyat, 7) Bagian Organisasi, 8) Bagian Umum.
Dari beberapa indikator yang ditetapkan, dapat diketahui bahwa
perkembangannya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hanya saja perlu
diperhatikan mengenai nilai LKJiP yang masih mendapatkan nilai CC. Hal ini
menjadi salah indikasi belum optimalnya kualitas tata kelola pemerintahan.

Tabel 2.66
Indikator Urusan Sekretariat Daerah Kabupaten Jepara
Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Nilai LPPD Nilai SM SM SM SM SM
2 Persentase usulan % 90 87 69 32 60
Ranperda menjadi

II-126
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
Perda
3 Persentase Produk % 25 25 55.5 55.5 60
Hukum daerah yang
tersosialisasikan
4 Persentase paket % 100 100 100 100 100
pengadaan B/J yang
diumumkan melalui
LPSE Kab. Jepara
5 Persentase Fasilitasi, % 100 100 100 100 100
Koordinasi, dan
Monev di Bidang
Kesra
6 Nilai LKJiP Nilai C C C CC CC
7 Nilai SKM Nilai 72.34 73.04 73.42 73.78 75.27
8 Persentase PD yang % tad 29,31 56,90 81,03 81,03
menyusun SOP
9 Persentase % tad tad tad 60 60
Perangkat Daerah
yang menyusun
LKJiP tepat waktu
9 Persentase % 100 100 100 100 100
pemenuhan sarana
dan prasarana
kantor
10 Persentase % 100 100 100 100 100
pemenuhan
pelayanan
KDH/WKDH
11 Tersusunnya Dok 6 6 6 6 6
laporan pemantauan
dan poengendalian
Harga Kebutuhan
Pokok masyarakat
Sumber: Bagian Umum Setda Kabupaten Jepara, 2017
Ket: SM: Sangat Memuaskan

2.3.4.6 Sekretariat Dewan


Tugas Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) berdasarkan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, adalah menyusun
dan mengesahkan Peraturan Daerah serta melakukan pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Jumlah anggota DPRD Kabupaten Jepara
sebanyak 50 orang yang berasal dari 7 fraksi di DPRD, dengan perincian
berdasarkan jumlah anggota berdasarkan fraksi, sebagai berikut, 9 anggota
dewan dari Fraksi PPP, 10 anggota dewan dari Fraksi PDI-P, 7 anggota dewan dari
Fraksi ADES (Amanat Demokrat Sejahtera), 5 anggota dari fraksi Golkar, 6 anggota
dari fraksi Nasdem Nurani Rakyat, 8 anggota dewan dari fraksi Gerinda dan 5
anggota dari fraksi PKB.
Sekretariat DPRD mempunyai tugas memberikan pelayanan administratif
kepada Anggota DPRD . Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud,
Sekretariat DPRD mempunyai fungsi a) menfasilitasi rapat anggota DPRD; b)
pelaksanaan urusan tata usaha, rumah tangga dan perjalanan dinas anggota
DPRD; c) penyusunan rencana anggaran, pengelolaan dan pembukuan keuangan

II-127
DPRD; d) pengelolaan kehumasan, keprotokolan, perpustakaan dan dokumentasi;
e) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pimpinan DPRD sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Meski demikian, permasalahan yang dihadapi adalah masih
terbatasnya kualitas dan kuantitas SDM di Setwan.
Tabel 2.67
Indikator Urusan Sekretariat DPRD Kabupaten Jepara Tahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator
2012 2013 2014 2015 2016
1. PERDA yang ditetapkan (%) 20 20 20 9 18
2. RAPERDA yang disetujui 87 91 91 41 69
DPRD (%)
3. Keputusan DPRD yang 37 24 30 30 24
ditindaklanjuti (%)
4. Persentase Peningkatan 20 20 20 20 20
Kapasitas Anggota DPRD

Sumber: Sekretariat DPRD Kabupaten Jepara Tahun 2017

2.3.4.7 Pengawasan
Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance),
Pemerintah Kabupaten Jepara dalam penyelenggaraan pemerintahan berusaha
untuk menerapkan prinsip-prinsip profesionalitas, akutanbilitas, transparansi,
pelayanan prima, demokrasi, efisiensi, efektifitas, supremasi hukum dan dapat
diterima oleh seluruh masyarakat berdasarkan amanat undang-undang. Untuk
mencapai hal tersebut, salah satu bentuk yang dilakukan oleh pemerintah daerah
adalah dengan melakukan pengawasan terhadap berbagai penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan urusan pemerintahan sepenuhnya dilaksanakan oleh
Inspektorat. Inspektoratmempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan
pemeriksaan atas pelaksanaan tugas rutin dan pembangunan di lingkungan
Pemerintahan Kabupaten Jepara secara berkala dan menginformasikan hasilnya
kepada publik.
Pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat bersifat internal dalam rangka
meningkatkan kinerja urusan pembangunan daerah. Dalam penyelenggaraan
pemerintahan di Kabupaten Jepara, obyek pengawasan dilakukan terhadap
pelaksanaan kebijakan kepala daerah. Pengawasan internal dan pengendalian
pelaksanaan kebijakan kepala daerah dilakukan dengan pemeriksaan terhadap
laporan penyelenggaraan pemerintah dan tindaklanjut atas rekomendasi hasil
pengawasan. Laporan hasil pemeriksaan di Kabupaten Jepara pada tahun 2016
mencapai 144 laporan dengan kinerja laporan hasil tindak lanjut temuan hasil
pengawasan yang telah disusun sangat baik yaitu mencapai 100%.
Salah satu tugas dan fungsi lain dari pelaksanaan pengawasan di daerah
adalah menindak lanjuti hasil temuan dari instansi pemeriksa dari tingkat pusat,
dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pemeriksaan laporan keuangan
oleh BPK salah satunya akan menghasilkan temuan-temuan atas tindakan

II-128
pengelolaan keuangan di daerah. Temuan-temuan tersbut kemudian harus
ditindak lanjuti oleh Inspektorat. Sampai tahun 2016, rasio temuan BPK yang
ditindaklanjuti oleh Inspektorat Kabupaten Jepara telah mencapai 100%.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan dan pengawasan,
dibutuhkan sumber daya manusia aditor/tenaga pemeriksa yang memiliki
kompetensi dan kapabilitas. Tahun 2016, Auditor/tenaga pemeriksa di Inspektorat
kabupaten Jepara yang menguasai teknik/teori pengawasan dan penilaian
akuntabilitas kinerja baru sebesar 75%. Angka tersebut mengalami penurunan
jika dibandingkan kondisi tahun-tahun sebelumnya.
Sedangkan level kapabilitas Inspektorat Kabupaten Jepara pada tahun 2016
telah mencapai level 2, dan tingkat maturiti SPIP pada tahun 2016 mencapai level
2. Kondisi ini masih jauh dari kondisi ideal, yaitu pada level 5.
Terkait dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, Kabupaten Jepara telah
meraih skor 56,27. Dengan pencapaian skor tersebut artinya, dalam pelaksaanaan
Reformasi Birokrasi, Kabupaten Jepara telah mampu menunjukkan
kecenderungan perbaikan dan/atau sebagian besar target yang relevan terpenuhi.
Selain itu, Kabupaten Jepara ke depan diharapkan mampu mewujudkan
pembentukanZona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Hal tersebut menindak lanjuti amanat
pemerintah yang dituangkan melalui Permenpan RB No 52 Tahun 2014 tentang
pedoman pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan
Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) di lingkungan instansi pemerintah.
Pemantauan indikator WBK dan WBBM ini baru akan dilaksanakan pada 2017.
Tabel 2.68
Indikator Urusan Pengawasan Kabupaten JeparaTahun 2012-2016
Capaian Kinerja Tahun
No Indikator Satuan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Rasio temuan BPK RI yang % 100 50 95 92 100
ditindaklanjuti
2 Jumlah Laporan Hasil LHP 144 144 144 144 144
Pemeriksaan
3 Persentase laporan hasil % 100 100 100 100 100
tindak lanjut temuan hasil
pengawasan yang telah
disusun
4 Persentase tenaga % 80 79 85 90 75
pemeriksa yang menguasai
teknik/teori pengawasan
dan penilaian akuntabilitas
kinerja
5 Meningkatnya level level - - 1 2 2
kapabilitas Inspektorat
Kabupaten
6 Tingkat Maturiti SPIP level - - - - 2

7 Indeks Reformasi Birokrasi Indeks tad tad tad tad 56,27

8 Persentase wajib lapor % 82,45 64,1 100 100 46,66


LHKPN yang melaporkan
LHKPN ke KPK RI

II-129
Sumber : Inspektorat dan BKD Kabupaten Jepara, 2017

II-130

Anda mungkin juga menyukai