Anda di halaman 1dari 3

Tinjauan Pustaka

 Umum Bangunan dan saluran irigasi sudah dikenal orang sejak zaman sebelum masehi.
Hal ini dapat dibuktikan oleh peniggalan sejarah, baik sejarah baik sejarah nasional maupun
sejarah dunia. Keberadaan bangunan tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa
sumber makanan nabati yang disediakan oleh alam sudah tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Segi teknis dari persoalan pertanian ini menimbulkan permasalahan dari
yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Air tunduk pada hukum gravitasi, sehingga
air dapat mengalir melalui saluran-saluran secara alamiah ke tempat yang lebih rendah.
Untuk keperluan irigasi, dengan cara yang paling sederhanapun telah dapat dicapai hasil yang
cukup memadai. Kemajuan ilmu dan teknologi senantiasa memperluas batas-batas yang dapat
dicapai dalam bidang keirigasian. Manusia mengembangkan ilmu alam, ilmu fisika dan juga
hidrolika yang meliputi statika dan dinamika benda cair. Semua ini membuat pengetahuan
tentang irigasi bertambah lengkap. 2.2. Sistem Iriasi dan Klasifikasi Jaringan Irigasi Dalam
perkembangannya, irigasi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu : a. Irigasi Sistem Gravitasi Irigasi
gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan diterapkan dalam kegiatan
usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air diambil dari air yang ada dipermukaan bumi
yaitu dari sungai, waduk dan danau di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi
menuju ke petak-petak yang membutuhkan, dilakukan secara gravitatif. b. Irigasi Sistem
Pompa Sistem irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan, apabila pengambilan secara
gravitatif ternyata tidak layak dari segi ekonomi
 9. 4 maupun teknik. Cara ini membutuhkab modal kecil, namun memerlukan biaya
ekspoitasi yang besar. Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil
dari sungai, misalnya stasiun pompa Gambarsari dan Pesanggrahan (sebelum ada bendung
Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI. Simo, Kabupaten Gunung
Kidul, Yogyakarta. c. Irigasi Pasang Surut Yang dimaksud dengan sistem irigasi pasang surut
adalah suatu tipe irigasi yang memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa
pasang surut air laut. Areal yang direncanakanuntuk tipe irigasi ini adalah areal yang
mendapat pengaruh langsung dari peristiwa pasang surut air laut. Untuk daerah kalimantan
misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30-50 km memanjang pantai dan 10-15 km
masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan menekan dan mencuci
kandungan tanah sufat asam dan akan dibuang pada saat air aut surut. Adapun klasifikasi
jaringan irigasi bila ditinjau dari cara pengaturan, cara pengukuran aliran air dan
fasilitasnya,dbedakan atas tiga tingkatan, yaitu : a. Jaringa Irigasi Sederhana Di dalam
jaringan irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau diatur sehingga air lebih akan
mengalir ke saluran pembuang. Persediaan air biasanya berlimpah dan kemiringan berkisar
antara sedang dan curam. Oleh karena itu hampir-hampir tidak diperlukan teknik yang sulit
untuk pembagian air. (Lihat Gambar 2.1). Jaringan irigasi ini Walaupun mudah diorganisir
namun memiliki kelemahan-kelemahan serius yakni : 1) Ada pemborosan air dan karena pada
umumnya jaringan ini terletak di daerah yang tinggi, air yang terbuang tidak selalu dapat
mencapai daerah rendah yang subur. 2) Terdapat banyak pengendapan yang memerlukan
lebih banyak biaya dari penduduk karena tiap desa membuat jaringan dan pengambilan
sendiri-sendiri.
 10. 5 3) Karena bangunan penangkap air buka bangunan tetap/permanen, maka umurnya
pendek. b. Jaringan Irigasi Semi Teknis Pada jaringan irigasi semi teknis, bangunan
bendungnya terletak disungai lengkap dengan pintu pengambilan tanpa bangunan penghukur
di bagian hilirnya. Beberapan bangunan permanen biasanya juga sudah dibangun di jaringan
saluran. Beberapa bangunan permanen biasanya juga sudah di bangun di jaringan saluran.
Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan sederhana ( lihat gambar 2.2.).
Bangunan pengambilan dipakai untuk melayani /mengairi daerah yeng lebih luas daripada
daerah layanan jaringan sederhana. c. Jaringan Irigasi Teknis Salah satu prinsip pada jaringan
irigasi teknis adalah pemisahan antara saluran irigasi/pembawa dan saluran
pembuang/pemutus. Ini berarti bahwa baik saluran pembawa maupun pembuang bekerja
sesuai dengan fungsinya masing-masing. Saluran pembawa mengalirkan air irigasi kesawah-
sawah dan saluran pembuang mengalirkan kelebihan air dari sawah-sawah ke saluran
pembuang. ( lihat gambar 2.3 ). Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi
teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang
umumnya berkisar antara 50- 100 ha kadang-kadang sampai 150 ha. Jaringan saluran tersier
dan kuarter mengalirkan air ke sawah. Kelebihan air ditampung didalam suatu jaringan
saluran pembuang tersier dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang
sekunder dan kuarter. Jaringan irigasi teknis yang didasarkan pada prinsip-prinsip diatas
adalah cara pengambilan air yang paling efisien dengan mempertimbangkan waktu-waktu
merosotnya persediaan air serta kebutuhan petani. Jaringan irigasi teknis memungkinkan
dilakukannya pengukuran aliran, pembagian air irigasi dan pembuangan air lebih secara
efisien. Jika petak tersier hanya memperoleh air pada satu tempat saja dari jaringan utama,
hal ini akan memerlukan jumlah bangunan yang lebih sedikit disaluran primer, ekspoitasi
yang lebih baik dan pemeliharaan yang lebih murah. Kesalahan
 11. 6 dalam pengelolaan air di petak-petak tersier juga tidak akan mempengaruhi
pembagian air dijaringan utama. Secara singkat, klasifikasi jaringan irigasi dapat dilihat pada
tabel 2.1 berikut ini : Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
 12. 7 Gambar 2.1. Jaringan irigasi sederhana
 13. 8 Gambar 2.2. Jaringan irigasi semi teknis
 14. 9 Gambar 2.3. Jaringan irigasi teknis
 15. 10 2.3. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi adalah jumlah voleme air yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapontranspirasi. Kehilangan air, kebutuhan air
untuk tanaman dengan memperhatikan jumlah air yang diberikan oleh alam melalui hujan
dan kontribusi air tanah. Kebutuhan air sawah padi ditentukan oleh faktor-faktor berikut : a)
Penyiapan lahan b) Penggunaan konsumtif c) Perkolasi dan rembesan d) Pergantian lapisan
air e) Curah hujan efektif Kebutuhan air disawah dinyatakan dalam mm/hari datau lt/dt/ha.
Kebutuhan air belum termasuk efisiensi dijaringan tersier dan utama. Efisiensi dihitung
dalam kebutuhan pengambilan air sungai. 2.3.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan air tanaman Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan air pada tanaman adalah
sebagai berikut : 1) Topografi Keadaan topografi mempengaruhi kebutuha air tanaman.
Untuk lahan yang miring membutuhkan air yanglebih banyak dari lahan yang datar. Karena
air akan lebih cepat mengalir menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang mengalami
infiltrasi. Dengan kata lain kehilangan air di lahan miring akan lebih besar. 2) Hidrologi
Jumlah curah hujan mempengaruhi kebutuhan air makin banyak curah hujan nya, maka
makin sedikit kebutuhan air tanaman. Hal ini dikarenakan hujan efektif akan menjadi besar.
3) Klimatologi Keadaan cuaca adalah salah satu syarat yang penting untuk pengelolaan
pertanian. Tanaman tidak dapat bertahan dalam keadaan cuaca buruk. Dengan
memperhatikan keadaan cuaca dan cara pemanfaatannya,
 16. 11 maka dapat dilaksanakan penanaman tanaman yang tepat untuk periode yang tepat
dan sungai dengan keadaan tanah. Cuaca dapt digunakan untuk rasionalisasi penentuan laju
evaporasi dan evapotranspirasi, hal ini sangat begantung pada jumlah jam penyinaran
matahari dan radiasi matahari. Untuk penentuan tahun/periode dasar bagi rancangan irigasi
harus dikumpulkan data curah hujan dengan jangka waktu yang sepanjang mungkin.
Disamping data curah hujan diperlukan juga penyelidikan evapotranspirasi, kecepatan angin,
arah angin, suhu udara, jumlah jam penyinaran matahari, dan kelembaban. 4) Tekstur Tanah
Selain membutuhkan air, tanaman juga membutuhkan tempat untuk tumbuh, yang dalam
teknik irigasi dinamakan tanah. Tanah yang baik untuk usaha pertanian ialah tanah yang
mudah dikerjakan dan bersifat produktif serta subur. Tanah yang baik tersebut memberi
kesempatan pada akar tanaman untuk tumbuh dengan mudah, menjamin sirkulasi air dan
udara serta baik pada zona perakaran dan secara relatif memiliki persediaan hara dan
kelembaban tanah yang cukup. Tanaman membutuhkan air. Oleh karena itu, pada zone
perakaran perlu tersedia lengas tanah yang cukup. Tetapi walaupun kelembaban tanah perlu
dipelihara, air yang diberikan tidak boleh berlebih. Pemberian air harus sesuai dengan
kebutuhan dan sifat tanah serta tanaman. 2.3.2. Kebutah air tanaman Kebutuhan air tanaman
dipengaruhi oleh faktor-faktor evaporasi, transpirasi yang kemudian dihitung sebagai
evapotranspirasi. 1) Evaporasi Evaporasi adalah suatu peristiwa peubahan air menjadi uap.
Dalam proses penguapan air berubah menjadi uap dengan adanya energi panas matahari. Laju
evaporasi dipengaruhi oleh faktor lamanya penyinaran matahari, udara yang bertiup (angin),
kelembaban udara, dan lain-lain. Terdapat beberapa metodeuntuk menghitung besarnya
evaporasi,
 17. 12 diantaranya adalah metode Penman. Rumus evaporasi dengan metode Penman
adalah :          100 135,0 2U PuPaEo Dengan : Eo = Penguapan dalam mm/hari Pa
= Tekanan uap jenuh pada suhu rata harian dalam mmHg Pu = Tekanan uap sebenarnya
dalam mmHg U2 = Kecepatan angin pada ketinggian 2 m dalam mile/hari, sehingga bentuk
U2 dalam m/dt masih harus dikalikan dengan 24 x 60 x 60 x 1600 2) Transpirasi Transpirasi
adalah suatu proses pada peristiwa uap air meninggalkan tubuh tanaman dan memasuki
atmosfir. Fakta iklim yang mempengaruhi laju transpirasi adalah intensitas penyinaran
matahari, tekanan uap air di udara, suhu, kecepatan angin. 3) Evapotranspirasi
Evapotranspirasi adalah peristiwa berubahnya air menjadi uap ke udara bergerak dari
permukaan tanah, permukaan air dan penguapan melaui tanaman. Jika air yang tersedia
dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut Evapotranspirasi Potensial.
Evapotranspirasi sering disebut sebagai kebutuhan konsumtif tanaman yang merupakan
jumlah air untuk evaporasi dari permukaan areal tanaman dengan air untuk transpirasi dari
tubuh tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi adalah
suhu air, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin, tekanan udara dan sinar matahari
yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Daftar Pustaka : https://www.slideshare.net/rendyfahreza9/tugas-besar-rekayasa-irigasi-ii

Anda mungkin juga menyukai