Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN TUGAS BESAR

SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber kehidupan manusia, binatang, dan tanaman.Dalam
kehidupan manusia, air dipergunakan dalam semua bidang
kehidupan.Dalam kegiatan rumah tangga, air dimanfaatkan untuk minum,
mencuci, mandi dan kakus.Seseorang di iasl maju menghasbiskan 250 liter
air setiap hari, sementara di negara berkembang atau miskin, kebutuhan air
per hari hanya 150 liter saja. Pada bidang industri, air merupakan bahan
baku untuk proses pendinginan dan pemeliharaan pabrik. Sedangkan, air
terjun dapat menggerakkan generator untuk pembangkit listrik.Dalam
bidang pertanian, air diperlukan untuk irigasi. Tanpa air, tidak akan ada
pertanian. Air untuk pertanian digunakan untuk irigasi.Pada bagian ini
masalah pokok dan urgensi yang menjadi latar belakang penelitian
disajikan. Bagian latar belakang hendaknya memuat: pokok permasalahan,
manfaat penelitian (mengapa subjek atau tema penelitian penting untuk
dikaji) dan telaahan tentang penelitian yang telah dilakukan peneliti-
peneliti sebelumnya secara ringkas.

Jumlah penduduk dunia yang semakin meningkat dari hari ke hari


mengakibatkan kebutuhan pangan juga bertambah.Pada dasarnya usaha
peningkatan produksi pangan disesuaikan dengan kondisi yang
mendukung adanya produksi pangan tersebut.Selain pada jenis tanaman
yang digunakan dan lahan yang tersedia musim juga berpengaruh besar
dalam upaya produksi pangan itu sendiri.Indonesia dengan hanya adanya
dua jenis musim sangatlah bergantung pada pengendalian air demi
terjaganya kualitas dan kuantitas pangan itu sendiri.

Untuk itu, dalam upaya mengendalikan ketersediaan air, diperlukan suatu


jaringan yang menyediakan kebutuhan air bagi lahan tersebut. Langkah
awal yang dapat dilakukan yaitu dengan pembangunan saluran irigasi yang
baik untuk menunjang ketersediaan air sehingga ketersediaan air di lahan
akan terpenuhi walaupun kondisi lahan yang jauh dari sumber air
AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 1
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

permukaan, yang kemudian akan mengakibatkan produksi pangan dapat


ditingkatkan secara maksimal.

1.2. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari tugas besar ini adalah :


1. Mempelajari proses dalam pembangunan Irigasi yang baik dan benar
berdasarkan peta uji yang telah disediakan.
2. Mengetahui tentang proses penentuan lahan pertanian dan pengairannya
hingga menghasilkan suatu area pertanian yang dapat berfungsi;
3. Merencanakan lokasi lahan pertanian lengkap dengan system
pengairannya; dan
4. Menyelesaikan berbagai masalah yang biasa ditemukan di lokasi daerah
pertanian.

1.3. Ruang Lingkup

Daerah tinjauan pada laporan tugas besar ini adalah untuk melakukan
perencanaan daerah Irigasi dan pembangunan Irigasi dengan menggunakan
ruang lingkup penulisan laporan yang meliputi:
1. Perencanaan Saluran Irigasi
Saluran yang direncanakan adalah saluran Primer, Sekunder dan
Tersier.
2. Perencanaan petak daerah Irigasi
Perencanaan petak yang dimaksud adalah perencanaan luas dan batas
petak.
3. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 2
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

1.4. Metodologi Penyusunan Tugas


Metodologi yang digunakan dalam laporan ini agar dapat mencapai tujuan
yang tertulis diatas adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Studi Literatur
Studi yang dilakukan didasarkan pada konsep-konsep Pengembangan
Sumber Daya Air yang merupakan bagian dari Jurusan Teknis
Sipil.Konsep utama yang digunakan adalah Hidrologi, Irigasi, dan
Bangunan Air.
2. Mengumpulkan Data Wilayah, Hidrologi, dan Klimatologi
Data yang dikumpulkan merupakan data yang merepresentasikan
keadaan wilayah studi, yaitu Daerah Irigasi Bantimurung, Sulawesi
Selatan. Data-data yang digunakan untuk melakukan analisis antara
lain:
a. Data curah hujan untuk menghitung curah hujan efektif regional
yang didapat dari empat stasiun disekitar daerah irigasi, yaitu
Stasiun Hasanuddin, Stasiun Malino, dan Stasiun Camba.
b. Peta topografi daerah hilir Sungai Bantimurung
c. Data klimatologi yang mencakup kecepatan angin rata-rata,
penyinaran matahari dalam %, kelembapan rata-rata, dan
temperatur udara rata-rata
3. Analisis Hidrologi dan Klimatologi
Data yang sudah dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan
konsep hidrologi dan klimatologi untuk selanjutnya digunakan dalam
analisis irigasi dan bangunan air.
4. Analisis Irigasi dan Bangunan Air
Hasil analisis hidrologi dan klimatologi selanjutnya digunakan untuk
melakukan analisis irigasi dan bangunan air.Analisis ini merupakan
tahap pengolahan data terakhir dan digunakan untuk menentukan
seluruh bagian dari sistem irigasi pada daerah pertanian wilayah studi.
5. Kesimpulan dan Saran

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 3
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Pada bagian ini kesuluruhan metode yang telah digunakan beserta


hasilnya akan dievaluasi. Evaluasi didasarkan pada tujuan laporan dan
hubungannya dengan hasil analisis.

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam laporan ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut;


1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, maksud dan
tujuan, ruang lingkup, metodologi penyusunan, dan sistematikan
penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang penyajian studi pustaka.Teori dasar dan dasar pemikiran
tentang Irigasi serta acuan yang dipakai dalam perencanaan Irigasi.
3. BAB III METODOLOGI PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Berisi tentang perhitungan NFR
4. BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Berisi tentang perencanaan saluran, penentuan dimensi saluran,
perhitungan tinggi muka air, dan analisis perhitungan.
5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil laporan.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 4
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Irigasi

Sistem irigasi dapat diterjemahkan sebagai upaya manusia memodifikasi


distribusi air, yang terdapat dalam saluran alamiah, dengan menggunakan
bangunan dan saluran buatan untuk memanipulasi seluruh atau sebagian
air untuk keperluan produksi tanaman pertanian (Small dan Svendsen,
1995; Sinulingga, 1997).Saluran Irigasi adalah saluran yang mengatur
pengambilan air dari suatu sumber untuk menunjang kegiatan pertanian
kemudian memberikannya secara teratur ke petak-petak sawah melalui
saluran irigasi dan membuang air yang berlebih dari petak sawah ke
sungai melalui saluran pembuangan. Terdapat beberapa tujuan akan
pentingnya adanya irigasi, diantaranya:
1. Membasahi tanah
Pembasahan tanah dengan menggunakan air bertujuan untuk
memenuhi kekurangan air selama tidak ada ataupun sedikit curah
hujan.
2. Membersihkan tanah
Ini bertujuan menghilangkan hama tanaman, seperti ulat, tikus,
serangga, dan lain-lain.
3. Membersihkan air kotor
Berguna untuk mencuci bahan yang membahayakan tanaman pada air
kotor.
4. Mengatur suhu tanah
Pengaturan air Irigasi dapat memungkinkan kita mengatur suhu yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman.
5. Kolmatase
Merupakan usaha meninggikan muka tanah melalui proses
pengendapan bahan-bahan suspense dari sungai.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 5
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

6. Memperbesar persediaan air tanah


Tanah akan tergenangi oleh air Irigasi sehingga mengakibatkan
terjadinya perembesan yang akhirnya menyebabkan naiknya
permukaan air tanah. Dengan naiknya muka air tanah, maka debit
sungai pada musim kemarau akan naik.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, ada 4 jenis iasl irigasi yang
biasa digunakan.Keempat iasl irigasi itu adalah sebagai berikut :
1. Irigasi Gravitasi
Sistem ini memanfaatkan efek dari gravitasi untuk mengalirkan
air.Bentuk rekayasa ini tidak memerlukan tambahan iasl untuk
mengalirkan air sampah ke petak sawah.
2. Irigasi Bawah Tanah
Tanah akan dialiri dibawah permukaannya. Saluran yang ada disisi
petak sawah akan mengalirkan air melalui pori-pori tanah. Sehingga
air akan sampai ke akar tanaman.
3. Irigasi Siraman
Air akan disemprotkan ke petak sawah melalui jaringan pipa dengan
bantuan pompa air. Penggunaan air akan lebih efektif dan efisien
karena dapat dikontrol dengan sangat mudah.
4. Irigasi Tetesan
Sistem ini mirip dengan irigasi siraman. Hanya saja air akan langsung
diteteskan atau disemprotkan ke bagian akar. Pompa air dibutuhkan
untuk mengalirkan air.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 6
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Selain itu jaringan irigasi mempunyai klasifikasi yang didasarkan pada


hal-hal seperti dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1. Klasifikasi Jaringan Irigasi
Klasifikasi Jaringan Irigasi
No Uraian
Teknis Semi Teknis Sederhana
Bangunan
Bangunan Permanen Bangunan
1 Bangunan Utama
Permanen atau Sementara
semipermanen
Kemampuan Bangunan
2 dalam mengukur dan Baik Sedang Buruk
mengatur debit
Saluran Irigasi
Saluran Irigasi
Saluran Irigasi dan pembuang
dan
3 Jaringan Saluran dan Pembuang tidak
Pembuang
Terpisah sepenuhnya
jadi satu
terpisah
Belum
Belum ada
dikembangkan
Dikembangka jaringan
4 Petak Tersier atau densitas
n Seluruhnya terpisah yang
bangunan
dikembangkan
tersier jarang
Efisiensi secara
5 50% - 60% 40% - 50% <40%
keseluruhan
6 Ukuran iasl batasan ≤ 2000 Ha < 500 Ha
(Sumber : Perencanaan Jaringan Irigasi KP-01)
a. Jaringan Irigasi Sederhana
Prasarana yang ada seperti bangunan pengatur debit atau pembagi sama
sekali tidak ada. Hal ini terjadi karena sumber air sangat berlimpah
sehingga iasl sama sekali tidak diperlukan rekayasa irigasi. Jaringan
utama air hanya perlu disadap sesuai keinginan sehingga petak-petak
sawah dapat tergenangi air.Selain itu tidak ada pembagi antara saluran
pembuang dan irigasi.Kelemahan dari tipe jaringan ini adalah
pemborosan air, karena penyadapan yang sesuka hati.Selain itu biaya
untuk penyadapan sangat mahal karena saluran tersebut harus dapat

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 7
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

mengairi seluruh petak sawah tanpa sebelum direkayasa sehingga


efisiensinya sangat rendah.
b. Jaringan Irigasi Semi Teknis
Tidak banyak perbedaan dengan jaringan sederhana kecuali bangunan-
bangunan irigasi mulai digunakan pada jaringan ini.Jaringan
pembuangan dan irigasi masih menyatu.Akan tetapi sudah dapat
mengairi petak sawah yang lebih besar daripada irigasi sederhana.
c. Jaringan Irigasi Teknis
Jaringan ini jauh lebih maju daripada 2 jaringan lainnya dalam hal
rekayasa irigasi.Bangunan air banyak digunakan pada jaringan
ini.Sepenuhnya saluran irigasi dan pembuang bekerja secara
terpisah.Sehingga pembagian air dan pembuangan air optimum.Selain itu
ada petak tersier yang menjadi ciri khas jaringan teknis.Petak tersier
kebutuhannya diserahkan petani dan hanya perlu disesuaikan dengan
saluran primer dan sekunder yang ada.Keuntungan dari jaringan ini
adalah pemakaian air yang efektif dan efisien, menekan biaya perawatan,
dan dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan.Kelemahannya adalah biaya
pembuatan yang mahal dan pegoperasian yang tidak mudah.

2.2 Teori Perencanaan Petak, Saluran dan Bangunan Air

2.2.1 Teori Perencanaan Petak

Petak irigasi adalah petak sawah atau daerah yang akan dialiri dari suatu
sumber air, baik waduk maupun langsung dari satu atau beberapa sungai
melalui bangunan pengambilan bebas. Petak irigasi dibagi 3 (tiga) jenis,
yaitu sebagai berikut:
a. Petak Tersier
Petak ini menerima air yang disadap dari saluran tersier.Karena luasnya
yang tergolong kecil maka petak ini menjadi tanggung jawab individu
untuk eksploitasinya.Idealnya daerah yang ditanami berkisar 50-100
Ha.Jika luas petak lebih dari itu dikhawatirkan pembagian air menjadi
tidak efisien. Petak tersier dapat dibagi menjadi petak kuarter, masing-
masing
AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 8
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

seluas 8-15 Ha. Dimana bentuk dari tiap petak kuarter adalah bujur
sangkar atau segi empat.Petak tersier haruslah juga berbatasan dengan
petak sekunder.Yang harus dihindari adalah petak tersier yang berbatasan
langsung dengan saluran irigasi primer.Selain itu disarankan panjang
saluran tersier tidak lebih dari 1500 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier yang
berhubungan langsung dengan saluran sekunder.Petak sekunder
mendapatkan airnya dari saluran primer yang airnya dibagi oleh
bangunan bagi dan dilanjutkan oleh saluran sekunder.Batas sekunder
pada umumnya berupa saluran drainase.Luas petak sekunder
berbedabeda tergantung dari kondisi topografi.
c. Petak Primer
Petak primer merupakan gabungan dari beberapa petak sekunder yang
dialiri oleh satu saluran primer.Dimana saluran primer menyadap air dari
sumber air utama.Apabila saluran primer melewati daerah garis tinggi
maka seluruh daerah yang berdekatan langsung dilayani saluran primer.

2.2.2 Teori Perencanaan Saluran

Dalam mengalirkan dan mengeluarkan air iasl dari petak sawah dibutuhkan
suatu saluran irigasi. Saluran pembawa itu dibagi menjadi 2 (dua) jenis
berdasarkan fungsinya, saluran pembawa yang membawa air masuk ke
petak sawah dan saluran pembuang yang akan mengalirkan kelebihan air
dari petak-petak sawah.
a. Saluran Pembawa
Berfungsi untuk mengairi sawah dengan mengalirkan air dari daerah
yang disadap.Berdasarkan hierarki saluran pembawa dibagi menjadi
3(tiga),yaitu:
1. Saluran Primer
Saluran ini merupakan saluran pertama yang menyadap air dari
sumbernya.Dan selanjutnya dibagikan kepada saluran sekunder yang
ada.Saluran ini dapat menyadap dari sungai, waduk, atau

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 9
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

waduk.Bangunan sadap terakhir yang terdapat di saluran ini


menunjukan batas akhir dari saluran ini
2. Saluran Sekunder
Air dari saluran primer akan disadap oleh saluran sekunder. Saluran
sekunder nantinya akan memberikan air kepada saluran tersier. Akan
sangat baik jika saluran sekunder dibuat memotong atau melintang
terhadap garis tinggi tanah.Sehingga air dapat dibagikan ke kedua sisi
dari saluran.
3. Saluran Tersier
Merupakan hierarki terendah yang berfungsi mengalirkan air yang
disadap dari saluran sekunder ke petak-petak sawah.Saluran ini dapat
mengairi kurang lebih 75 – 125 Ha.
b. Saluran Pembuang
Fungsinya membuang air yang telah terpakai ataupun kelebihan air yang
terjadi pada petak sawah.Umumnya saluran ini menggunakan saluran
lembah.Saluran lembah tersebut memotong garis tinggi sampai ketitik
terendah daerah sekitar.

2.2.3 Teori Perencanaan Bangunan Air

1. Bangunan Utama
a. Bangunan bagi adalah bangunan yang terletak di saluran utama yang
membagi air ke saluran sekunder atau tersier. Dan juga dari saluran
sekunder ke tersier. Bangunan ini dengan akurat menghitung dan
mengatur air yang akan dibagi ke saluran-saluran lainnya
b. Bangunan sadap adalah bangunan yang terletak di saluran primer
ataupun sekunder yang member air ke saluran tersier
c. Bangunan bagi-sadap adalah bangunan bagi yang juga bangunan
sadap. Bangunan ini merupakan kombinasi keduanya.
2. Bangunan Pelengkap
a. Bangunan pengatur
Bangunan atau pintu pengatur akan berfungsi mengatur taraf muka air
yang melaluinya di tempat-tempat dimana terletak bangunan sadap

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 10
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

dan bangunan bagi. Khususnya di saluran-saluran yang kehilangan


tinggi energinya harus kecil, bangunan pengatur harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga tidak banyak rintangan tinggi iasl dan
sekaligus mencegah penggerusan, disarankan membatasi kecepatan di
bangunan pengatur sampai + 1,5 m/dt. Bangunan pengatur tinggi
muka air terdiri dari jenis bangunan dengan sifat sebagai berikut:
1) Bangunan yang dapat mengontrol dan mengendalikan tinggi muka
air di saluran. Contoh : pintu schot balk, pintu sorong.
2) Bangunan yang hanya mempengaruhi tinggi muka air. Contoh :
merce tetap, control celah iasltu.
b. Bangunan pembawa
Bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk
membawa air melewati bawah saluran lain, jalan, sungai, ataupun dari
suatu ruas ke ruas lainnya.Bangunan ini dibagi menjadi 2 kelompok :
1) Bangunan aliran subkritis : gorong-gorong, flum, talang, dan sipon.
2) Bangunan aliran superkritis : bangunan pengukur dan pengatur
debit, bangunan terjun, dan got miring.

2.3 Perhitungan Dimensi Saluran

Pada saluran terbuka dikenal berbagai macam bentuk saluran seperti


persegi, setengah lingkaran, elips , dan iasltu. Untuk pengaliran air irigasi,
penampang saluran yang digunakan adalah iasltu karena umum dipakai dan
ekonomis.Dalam mendesain saluran digunakan rumus-rumus sebagai
berikut.
a. Debit Rencana (Q)

Q= .................................. ........................
..........(2.1)
b. Rumus Strickler

V= k ...........
..........................................................(2.2)

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 11
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Keterangan :
V = Kecepatan aliran
R = Jari-jari hidraulik
S = Kemiringan saluran
K = Koefisien saluran
c. V (Kecepatan aliran)
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03
d. A (Luas Penampang Basah)

A= ............................................................................(2.3)
e. Kemiringan Talud (m)
Didapat berdasarkan Kriteria Perencanaan 03
f. Lebar dasar saluran (b)
b=nxh .............................................................................(2.4)
g. Checking Luas (Luas dasar Rencana) (A’)
A’ = h (b + m h) ............................................................................(2.5)
h. Keliling basah Penampang (P)

P=b+2h
...........................................................................(2.6)
i. Jari – Jari Hidrolis I

R= .............................................................................(2.7)
j. Koefisien Strickler (K)
Diperoleh melalui ias di Kriteria Perencanaan 03
k. Kemiringan Dasar Saluran (I)

I= ............................................................................(2.8)
l. Tinggi Jagaan (W)
Didapat melalui ias di Kriteria Perencanaan 03

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 12
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 2.2. Nilai n dan m dari fungsi Q

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)


Tabel 2.3.Nilai kekasaran koefisien Strickler (k) untuk saluran irigasitanah

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)


Tabel 2.4. Nilai W (Tinggi jagaan)

(Sumber : Kriteria Perencanaan 03)

2.4 Teori Perhitungan Kebutuhan Air

Penentuan kebutuhan air ditujukan untuk mengetahui berapa banyak air


yang diperlukan lahan agar dapat menghasilkan produksi optimum.Dalam
penentuan kebutuhan air diperhitungkan juga efisiensi saluran yang dilalui.
Kebutuhan air untuk setiap jenis tanaman adalah berbeda tergantung
koefisien tanaman..Berikut adalah hal yang mempengaruhi kebutuhan air:
1. Evapotranspirasi Potensial

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 13
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Evapotranspirasi adalah banyaknya air yang dilepaskan ke udara dalam


bentuk uap air yang dihasilkan dari proses evaporasi dan transpirasi.
Dalam penentuan besar evapotranspirasi terdapat banyak metoda yang
dapat dilakukan.Pada laporan ini digunakan metoda Penman
Modifikasi.Metoda tersebut dipilih karena perhitungan yang paling
akurat.Akurasinya diindikasikan melalui parameter-parameter penentuan
besarnya evapotranspirasi yang menggunakan data iaslture, kelembapan
udara, persentase penyinaran matahari, dan kecepatan iasl.
2. Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah bulanan diambil
80% dari curah hujan rata-rata tengah bulanan dengan kemungkinan tak
terpenuhi 20%. Sedangkan untuk palawija nilai curah hujan efektif
tengah bulanan diambil P=50% Curah hujan dianalisis dengan analisis
curah hujan. Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk
menentukan :
a. Curah hujan efektif, yang digunakan untuk menentukan kebutuhan air
irigasi
b. Curah hujan lebih, yang digunakan untuk menentukan besar
kebutuhan
pembuangan dan debit banjir
Cara mencari curah hujan efektif adalah sebagai berikut :
a. Menentukan stasiun hujan yang paling dekat dengan bending
b. Mengurutkan data curah hujan dari yang terkecil sampai terbesar
c. Menentukan tingkat probabilitas terlampaui tiap data
d. Mencari nilai curah hujan dengan P=50% dan P=80% Jika tidak
adalah curah hujan dengan P=50% dan P=80% maka digunakan
interpolasi menggunakan nilai curah hujan dengan tingkat probabilitas
terdekat.
3. Pola tanam
Untuk memenuhi kebutuhan air bagin tanaman, penentuan pola tanam
merupakan hal yang perlu dipertimbangkan.Tabel di bawah merupakan
contoh pola tanam yang biasa digunakan.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 14
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Tabel 2.5. Urutan Pola Tanam

(Sumber : S.K. Sidharta, Irigasi dan Bangunan Air, 1997 )


Pola tanam yang digunakan pada laporan ini adalah padi-padi-palawija
karena ketersediaan air diasumsikan cukup banyak
4. Koefisien tanaman
Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi
dengan evapotranspi tanaman dan dipakai dalam rumus Penman
Modifikasi.Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman
dalam tempo panjang dari proyek irigasi di daerah tersebut. Harga
koefisien tanaman padi diberikan pada ias.
Tabel 2.6. Koefisien Tanaman Padi dan Kedelai

(Sumber : Kriteria Perencanaan 01 )


5. Perkolasi

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 15
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Perkolasi adalah peristiwa meresapnya air ke dalam tanah dimana tanah


dalam keadaan jenuh.Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat
tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitiian
kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari
penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek maka
pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah.Laju
perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan
berkisar antara 1 sampai 3 mm/hari.Didaerah-daerah miring, perembesan
dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi
kehilangan 5mm/hari akibat perkolasi dan rembesan. Pada tanah-tanah
yang lebih ringan, laju perkolasi ias lebih tinggi. Dari hasil penyelidikan
tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolaasi
serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan
dan dianjurkan pemakaiannya.Pada laporan ini digunakan nilai perkolasi
rata-rata yaitu 2 mm/hari.
6. Penggantian Lapisan Air Tanah (WLR)
Penggantian lapisan air tanah dilakukan setengah bulan sekali. Di
Indonesia besar penggantian air ini adalah 3,3 mm/hari.
7. Masa penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan
lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan
peralatan mesin, jangka waktu 1 bulan dapat dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah ias diambil 200 mm. Ini
meliputi penjenuhan dan penggenangan sawah, pada awal transplantasi
akan ditambahkan lapisan 50 mm lagi. Angka 200 mm diatas
mengandaikan bahwa tanah itu bertekstur berat, cocok digenangi dan
bahwa lahan itu belum ditanami selama 2,5 bulan. Jika tanah itu
dibiarkan berair lebih lama lagi maka diambil 250 mm sebagai kebutuhan
air untuk penyiapan lahan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk
persemaian.Dalam penentuan kebutuhan air, dibedakan antara kebutuhan

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 16
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

air pada masa penyiapan lahan dan kebutuhan air pada masa tanam.
Penjelasannya sebagai berikut :

1. Kebutuhan air pada masa penyiapan lahan


Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan
kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor-
faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk
penyiapan lahan adalah :
a. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan
penyiapan lahan.
Yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah :
1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk
menggarap tanah.
2) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia
cukup waktu menanam padi sawah atau padi iasl kedua.
Kondisi iasl budaya yang ada di daerah penanaman padi akan
mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan
lahan. Untuk daerah-daaerah proyek baru, jangka waktu penyiapan
lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di
daeah-daerah sekitaarnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu
1.5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak
tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai
mesin secara luas maka jangka waktu penyiapan lahan akan
diambil 1 bulan.
b. Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Pada umumnya
jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat
ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di sawah.
Untuk perhitungan kebutuhan air total selama penyiapan lahan
digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan
Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air yang

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 17
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

konstan l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan


rumus sebagai berikut :

IR=( M e k )/(e k −1).............................................................(2.9)


dimana
IR = Kebutuhan air total dalam mm/hari
M =Kebutuhan air untuk mengganti atau
mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi
dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan .
M = Eo + P
Eo = 1,1 Eto
P = Perkolasi
K =MT/S
T = Jangka waktu penyiapan lahan, hari
S = Kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan
lapisan air, 50 mm yakni 200 + 50 = 250 mm
sepertiyang sudah diterangkan diatas. Kebutuhan
total tersebut bisa dilihat ditabelkan sebagai
berikut.
Tabel 2.7. Kebutuhan Air Untuk Peyiapan Lahan

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 18
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

(Sumber : Kriteria Perencanaan 01)


Penggunaan tabel tersebut mempercepat perhitungan di lapangan.
Interpolasi selalu digunakan untuk perhitungan yang tidak ada di tabel.

2.5 Sistem Tata Nama (Nomenklatur)

Pemberian nama pada daerah, petak, bangunan dan saluran irigasi haruslah
jelas, pendek, dan tidak multitafsir. Nama-nama dipilih sedemekian
sehingga jika ada penambahan bangunan baru tidak perlu untuk mengganti
nama yang telah diberikan.
1. Daerah Irigasi
Nama yang diberikan sebaiknya menggunakan nama daerah atau desa
terdekat dengan bangunan air atau dapat juga menggunakan nama sungai
yang airnya disadap. Akan tetapi ketika sumber air yang disadap lebih
dari satu maka sebaiknya menggunakan nama daerah.
2. Jaringan Irigasi Utama
Saluran primer sebaiknya dinamai dengan nama daerah irigasi yang
dilayani. Saluran sekunder menggunakan nama desa yang dialiri airnya.
Petak sekunder sebaiknya menggunakan nama saluran sekunder.
3. Jaringan Irigasi Tersier

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 19
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Jaringan irigasi tersier sebaiknya dinamai sesuai dengan bangunan bagi


air tersier.
Syarat-syarat dalam menentukan indeks adalah sebagai berikut :
a. Sebaiknya terdiri dari satu huruf,
b. Huruf itu dapat menyatakan petak, saluran atau bangunan,
c. Letak objek dan saluran beserta arahnya,
d. Jenis saluran pembawa atau pembuang,
e. Jenis bangunan untuk membagi atau member air, sipon, talang dan
lain-lain,
f. Jenis petak, primer atau sekunder.

Cara pemberian nama :


a. Bangunan utama diberi nama sesuai dengan desa terdekat daerah
irigasi yang sungainya disadap.
b. Saluran induk diberi nama sungai atau desa terdekat dengan diberi
indeks 1,2,3 dan seterusnya yang menyatakan ruas saluran.
c. Saluran sekunder diberi nama sesuai kampong terdekat.
d. Bangunan bagi atau sadap diberi nama sesuai dengan nama saluran di
hulu dengan diberi indeks 1,2,3 dan seterusnya.
e. Bangunan silang seperti sipon, talang jembatan, dan sebagainya diberi
indeks 1 a , 1 b , 2 a ,2 b , dan seterusnya

Didalam petak tersier diberi kotak dengan ukuran 4cm x 1,25 cm. Dalam
kotak ini diberi kode dari saluran mana petak itu mendapat air. Arah
saluran tersier kanan atau kiri dari bangunan sadap melihat aliran
air.Kotak dibagi 2, atas dan bawah.Bagian atas dibagi kanan dan kiri.
Bagian kiri menunjukan luas petak (Ha) dan bagian kanan menunjukan
besar debit (l/dtk) untuk menentukan dimensi saluran tersier.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 20
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

BAB III
DATA PERENCANAAN

3.1 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi.


Evapotranspirasi merupakan gabungan dua proses yaitu evaporasi dan
transpirasi. Evaporasi adalah perpindahan uap air dari permukaan tanah ke
atmosfer, sedangkan transpirasi adalah perpindahan uap air melalui
tumbuhan menuju atmosfer. Evapotranspirasi merupakan proses yang
sangat penting bagi tanaman karena berpengaruh langsung terhadap
transport nutrien dan hasil metabolisme tanaman. Selain itu,
evapotranspirasi mendapat banyak perhatian karena kehilangan air dari
tanaman maupun permukaan tanah dapat berakibat langsung terhadap
ketersediaan air.

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 21
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Menurut Labedzki et al. (2011) evapotranspirasi dibedakan menjadi


evapotranspirasi acuan (ET0), potensial dan aktual. Brutseart W (1982)
menjelaskan bahwa evapotranspirasi potensial (Etp) merupakan jumlah
maksimum dari evapotranspirasi permukaan luas yang ditumbuhi tanaman
seragam dengan jumlah air tanah yang tidak terbatas dan kondisi
meteorologi aktual. Evapotranspirasi acuan merupakan evapotranspirasi di
bawah kondisi meteorologi dengan permukaan standar khususnya
permukaan rumput yang luas dengan karakteristik spesifik (Buttafuoco et
al. 2010). Menurut Allen et al. (1998) permukaan standar yang dimaksud
adalah rumput seragam (alfalfa) yang ditutupi tanah, rumput tetap dalam
keadaan pendek yang seragam, pengairan yang baik, dan tumbuh di bawah
kondisi optimal. ET0 sangat penting bagi bidang agrometeorologi dan
hidrologi, contohnya untuk perencanaan dan manajemen irigasi.

Evapotranspirasi acuan menjelaskan kebutuhan evaporasi dari atmosfer


tanpa dipengaruhi oleh jenis tanaman, perkembangan dan manajemen
tanaman. Jika air dalam kondisi cukup maka kondisi tanah tidak akan
mempengaruhi ET0.

3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Evapotranspirasi

Evapotranspirasi dipengaruhi oleh tiga aspek yaitu keadaan iklim,


karakteristik tanaman dan kondisi lingkungan (ketersediaan dan distribusi
air). Keadaan iklim yang mempengaruhi nilai evapotranspirasi adalah
radiasi matahari, suhu, kelembaban udara dan kecepatan angin (Allen et al.
1998). Radiasi surya yang diserap oleh daun sebesar 1 sampai 5%
digunakan untuk fotosintesis dan 75 sampai 85% digunakan untuk
memanaskan daun dan untuk transpirasi (Gardner C 1991). Pemanasan dan
pendinginan daun akibat radiasi surya akan mempengaruhi transpirasi. Saat
daun menerima radiasi, suhu akan naik dan stomata daun akan terbuka.
Ketika stomata terbuka, kehilangan air dari daun berlangsung terus menerus
yang menurunkan potensial daun sehingga lebih rendah daripada potensial
tangkai daun, karena air bergerak dari potensial tinggi ke potensial rendah,
air akan mengalir dari tangkai daun ke batang.
AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 22
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Suhu mempengaruhi evapotranspirasi melalui beberapa cara (Rosenberg et


al, 1983). Jumlah uap air yang dapat dikandung udara meningkat secara
eksponensial dengan naiknya suhu udara. Peningkatan suhu menyebabkan
naiknya tekanan uap dari permukaan yang terevaporasi sehingga
bertambahnya defisit tekanan uap antara permukaan dengan udara sekitar.
Udara yang panas dan kering dapat mensuplai energi ke permukaan.

Kelembaban relatif berbanding terbalik dengan suhu. Jika kelembaban


relatif tinggi maka suhu menurun. Jika suhu turun maka kapasitas udara
untuk menyimpan uap air akan rendah yang berarti kebutuhan atmosfer
untuk evapotranspirasi semakin kecil. Angin berpengaruh dalam evaporasi
karena dapat memindahkan udara basah yang kontak secara langsung
dengan permukaan air dan memindahkannya ke tempat yang udaranya
kering. Semakin tinggi kecepatan angin maka jumlah udara basah yang
dipindahkan semakin banyak dan evaporasi yang terjadi meningkat. Angin
berfungsi menggerakan udara yang dapat menyebabkan uap air jenuh.
Udara yang telah jenuh akan digantikan oleh udara lain yang belum jenuh.

3.3 Metode Pennman

Metode Pennman merupakan metode untuk menentukan evapotranspirasi.


Metode ini dapat menghasilkan pendugaan ET0 pada lokasi yang luas dan
memiliki data yang lengkap. Metode ini memberikan hasil terbaik dengan
kesalahan mimimum untuk tanaman acuan. Metode Penman-Monteith
memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan tersebut yaitu dapat
diaplikasikan secara global tanpa perlu adanya tambahan parameter lain,
selain itu metode ini sudah dikalibrasi dengan beberapa software dan
beberapa jenis lisimeter (Allen et al. 1998). Kelemahan utama dalam metode
ini adalah membutuhkan data meteorologi yang cukup banyak seperti suhu,
kelembaban, kecepatan angin, dan radiasi matahari. Dimana hanya beberapa
stasiun cuaca yang menyediakan data tersebut dalam per jam dan harian
(Irmak et al. 2003). Penghitungan evapotranspirasi tanaman acuan dengan
metode Penman-Monteith (Monteith, 1965) adalah :

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 23
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

Eto = c. [W.Rn + (1-W).f(u).(ea-ed)] ......................................................(3.1)


Dimana :
Eto = Evapotranspirasi acuan (mm/hari).
c = Faktor koreksi terhadap perbedaan cuaca antara siang dan malam
W = Faktor koreksi temperatur terhadap radiasi.
f(u) = Faktor pengaruh kecepatan angin (km/hari).
Rn = Radiasi netto (mm/hari).
ea = Tekanan uap jenuh (mbar).
ed = Tekanan uap nyata (mbar).
(ea-ed) = Perbedaan antara tekanan uap jenuh pada temperatur rata-rata
udara dengan tekanan rata-rata air di udara yang sebenarnya.
ed = RH x ea = Tekanan uap nyata (mbar), dimana RH=Kelembaban
relatif (%).
f(u) = 0,27(1 + u/100) = Fungsi kecepatan angin,
dimana u= Kecepatan angin (km/jam) (Nilai fungsi angin
f(u) = 0,27(1 + u/100) untuk kecepatan angin pada tinggi 2 m)
1-w = Faktor pembobot, dimana w Faktor pemberat

Rs =(0,25+0,5.n/N)
Ra = Radiasi gelombang pendek, dimana Ra = Radiasi Extra
Teresterial (mm/hari)
n/N = Rasio lama penyinaran
N = Lama penyinaran maksimum
Rns = Rs.(1-α) = Radiasi netto gelombang pendek, dimana α = 0,25
F(T) = σ. T4 = Fungsi Temperatur
F(ed) = 0,33-0,44.(ed).0,5 = Fungsi tekanan uap nyata
F(n/N) = 0,1 + 0,9.n/N = Fungsi rasio lama penyinaran
Rnl = f(T).f(ed).f(n/N) = Radiasi netto gelombang panjang
Rn = Rns – RnI = Radiasi netto

3.4 Kebutuhan Air Irigasi di Sawah

Kebutuhan air irigasi ditetapkan dengan mempertimbangkan beberapa aspek


AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 24
21116104
LAPORAN TUGAS BESAR
SI-3231 REKAYASA IRIGASI

terkait dalam budidaya padi dan palawija. Sesuai dengan pola tanam yang
akan diterapkan di wilayah pekerjaan, maka kebutuhan air irigasi dinyatakan
dengan rumus sebagai berikut :
NFR untuk padi (WRD)
NFR = Etc + P – Re + WLR.....................................................................(3.2)
Dimana :
NFR = Kebutuhan air irigasi di sawah
Etc = Penggunaan Konsumtif (mm/hari)
P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)
Re = Curah hujan efektif (mm/hari)
WLR = Pengganti lapisan air (mm/hari)

NFR untuk palawija (WRP)


WRP = (Etc – Re)/e ............................................................................(3.3)
Dimana :
e = Pengganti lapisan air (mm/hari)

AGNES SONIA
LISRIYANI PURBA 25
21116104

Anda mungkin juga menyukai