Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH STUDI FIKIH

HUBUNGAN ISLAM DENGAN KEBHINEKAAN

Ditujukan sebagai Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Studi Fikih

Dosen Pengampu :

Ahmad Yulianto, M.Pd.I

Disusun oleh:

Nama : Muhammad Hasan Ilyasa

NIM : 19620088

Kelas : Biologi D

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan negara kepulauan terbesar
di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau. Maka tak heran Indonesia adalah negara
dengan masyarakat yang mempunyai latar belakang beragam, dari mulai ras, suku
hingga agama. Latar belakang tersebut mempengaruhi tingkah laku dan pola pikir
masing masing individu. Kemajemukan masyarakat Indonesia menjadi daya tarik
tersendiri dan menjadi ciri khas Indonesia di mata dunia, meskipun tidak dapat
dipungkiri bahwa aspek tersebut juga dapat menyebabkan sering terjadinya perbedaan
pendapat dan mengakibatkan hal negatif yang perlu diwaspadai, khususnya dalam hal
keberagaman beragama.
Umat Islam baru baru ini dihadapkan dengan tantangan yang cukup sulit. Setelah
bermunculan stigma negatif radikalisme dalam Islam dengan memunculkan kelompok-
kelompok garis keras yang mengaku muslim, lalu muncul stigma baru bagi umat Islam,
yaitu anti kebhinekaan dan anti pancasila, sehingga muncul kelompok-kelompok yang
mengaku lebih pancasila dan lebih menerima kebhinekaan bahkan mengaku “saya
Indonesia”. Stigma tersebut kemudian didukung oleh laporan tindakan intoleransi yang
dilakukan oleh oknum kelompok organisasi yang berlandaskan Islam, atau seseorang
yang tidak bertanggung jawab mengatasnamakan umat Islam. Nampaknya stigma anti
pancasila dan kebhinekan yang labelkan kapada kelompok umat Islam mempengaruhi
umat lain yang akan menimbulkan ketakutan dan kegelisahan, bahkan dapat
menyebabkan perselisihan antar umat beragama di Indonesia.
Seharusnya stigma stigma pada permasalahan diatas tidak muncul ditengah
masyarakat indonesia yang terdapat berbagai macam penganut agama, karena ini
merupakan masalah yang sanget sensitif dan mudah sekali menimbulkan perselisihan.
Maka dari itu kita sebagai umat muslim yang baik harus menunjukkan islam yang damai
dan menerima keberagaman, karena kita juga tinggal di negara kesatuan yang
masyarakatnya majemuk, nerasal dari latar belakang yang berbeda beda. Didalam Al-
Quran Allah sudah menjelaskan pada surah surah Al-Hujurat ayat 13 bahwa memang
manusia itu diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku dengan tujuan agar kita
saling mengenal dan menerima keberagaman dalam hal ini keberagaman di Indonesia
adalah kebhinekaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu Kebhinekaan ?
2. Bagaimana kebhinekaan menurut islam ?
3. Bagai mana hubungan islam dengan kebhinnekaan?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui arti Kebhinekaan.
2. Mengetahui kebhinekaan menurut islam.
3. Mengetahui hubungan islam dengan kebhinnekaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kebhinekaan di Negara Kesatuan Republik Indonesia


Kata kebhinekaan memiliki arti yaitu keberagaman, diambil dari semboyan Bhineka
tunggal ika. Keberagaman budaya Indonesia dilengkapi oleh keragaman lain yang ada
pada tatanan hidup masyarakat baik perbedaan ras, agama, bahasa, dan golongan
politik yang terhimpun dalam suatu ideologi bersama yaitu Pancasila dan Bhineka
Tunggal Ika (Kansil,2006). Bhinneka Tunggal Ika sebagai kunci dan pemersatu
keragaman bangsa Indonesia merupakan ciri persatuan bangsa Indonesia sebagai
negara multikultur. Sebagai semboyan negara, Bhinneka Tunggal Ika memiliki kekuatan
besar untuk mempersatukan perbedaan. Namun, hal ini harus didukung oleh kesadaran
kita sebagai masyarakat Indonesia yang mampu mewujudkan kalimat bijak tersebut
dalam bingkai kesatuan tanah air (Sujanto,2009).
Kesadaran akan perbedaan harus disikapi seperti tubuh manusia yang ketika salah
satu bagiannya sakit yang lainnya akan ikut merasakan. Hal ini juga dapat dianalogikan
seperti halnya jari tangan manusia yang terdiri atas lima jari yang berbeda, akan tetapi
kesemuanya memiliki fungsi dan maksud tersendiri, sehingga jika semuanya disatukan
akan mampu mengerjakan tugas seberat apapun. Untuk menyadari hal tersebut,
Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran yang sangat penting. Pengembangan
multikulturalisme mutlak harus dibentuk dan ditanamkan dalam suatu kehidupan
masyarakat yang memiliki beragam latar belakang . Jika hal tersebut tidak ditanamkan
dalam suatu masyarakat yang majemuk, agar kemajemukan tidak membawa pada
perpecahan dan konflik. Indonesia sebagai bangsa yang multikultural harus
mengembangkan wawasan keberagaman tersebut dalam semua tatanan kehidupan
yang bernafaskan nilai-nilai kebhinekaan. Membangun masyarakat multikultur
Indonesia harus diawali dengan keyakinan bahwa dengan bersatu kita memiliki
kekuatan yang lebih besar (Lestari, 2015).

2.2. Kebhinekaan menurut Islam


Dalam agama islam kebhinekaan dan toleransi bukanlah hal baru . Bukti otentik
mengenai hal tersebut dapat dilihat dalam piagam Madinah yang menyatakan bahwa
semua golongan agama dan suku yang berada di Madinah mempunyai hak, perlakuan
dan kewajiban yang sama, tanpa harus memaksakan kehendak kepada golongan lain
baik dari segi keagamaan maupun sosial. Pengakuan persamaan hak tersebut tidak
lepas dari teks yang mendasari Rasulullah dalam menyikapi sebuah perbedaan
(Anwar,2018).
Dalam Alquran sudah dijelaskan pula bahwa Islam sangat mengakui keberagaman
suku dan bangsa, Hal ini ditunjukkan pada surah Al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:

ۡ‫َّاس اِنَّا َخلَ ۡقٰن ُك مۡ ِّم ۡنذَ َك ٍر َّواُ ۡنثٰى َو َج َع ۡلٰن ُك مۡ ُشعُ ۡبوًا َّو َقبَٓا ِٕٕٮَل لَِت َع َارفُ ۡا‌و ؕ اِ َّن اَ ۡكَر َم ُك م‬
ُ ‫يٰۤاَيُّ َها الن‬
‫ِع ۡنَد ال ٰلّ ِه اَ ۡت ٰق ُكٮمۡ‌ ؕ اِ َّن ال ٰلّهَ َعلِ ۡي ٌم َخيِب ۡي‬
Artinya:
“Wahai manusia Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui,
Mahateliti.”Qs. Al-Hujurat ayat 13.

Berdasarkan ayat diatas secara jelas Allah SWT menyampaikan bahwa manusia
diciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal, yang dalam
tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Syu’ub berarti orang non-Arab, dan Qabā il adalah
orang Arab. Pendapat yang hampir sama juga dikemukaan oleh Imam At-Thabari dalam
tafsirnya yang mengatakan bahwa Syu’ub ditafsirkan sebagai keturunan jauh dan
Qabail adalah keturunan yang dekat (at-Thabari,2000).

Keberagaman merupakan sunnatullah atau ketetapan Allah yang tidak bisa


dirubah, maka bagi seorang muslim hal ini menjadi ujian atas apa yang telah diberikan
Allah, dan hal ini tersirat dalam surah al-Maidah ayat 48 yang berbunyi :
ۤ‫ٰب َو ُم َه ۡيِمنًا َعلَ ۡيِ‌ه فَا ۡح ُك مۡ بَ ۡيَن ُه مۡ مِب َا‬
ِ ‫ص ِّدقًا لِّما بَ ۡين يَ َد ۡيِه ِمن ا ۡل ِكت‬ ‫م‬ ‫ـق‬
ِّ ‫ح‬ ‫ل‬ۡ ‫واَ ۡنز ۡلناۤ اِلَ ۡيك ا ۡل ِكتٰب بِا‬
َ َ َ َ ُ َ َ َ ََ َ
ِۡ ِ ِۡ ۡ ِ ۡ ِ ٰ ۡ
َ‫اجا‌ؕ َولَ ۡو َشٓاء‬ ً ‫اَ َزنَل اللّهُ َواَل َتتَّبِ ۡعاَ ۡهَوٓاءَ ُه مۡ َع َّما َجٓاءَ َك م َن ا َحل ِّ‌ـق ؕ ل ُك ٍّل َج َع لنَا م ن ُك مۡ ش ۡرَعةً َّوم نَه‬
‫تؕ اِىَل ال ٰلّ ِه َۡمرِجعُ ُك مۡ مَجِ ۡيًعا‬ ‌ِ ‫ـك ۡنلِّيَ ۡبلَُو ُك مۡ ىِف ۡى َماۤ اٰ ٰتٮ ُك مۡ فَا ۡستَبِ ُقوا ا ۡل َخـۡيٰـر‬ ِ ‫ال ٰلّه جَل ـعلَـ ُك مۡ اَُّمةً َّو‬
ِ ‫اح َد ًة َّوٰل‬
ََ ُ
‫خَلِ ُف ۡوَن‬
‫ۙ َفُينَبِّئُ ُك مۡ مِب َا ُك ۡنتُ مۡ فِ ۡي ِه خَت ۡت‬
Artinya :
“Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah
dan janganlah engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang telah datang kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan
dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat
(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya
kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu
semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dahulu kamu
perselisihkan.” Qs. Al-Maidah ayat 48.
Berdasarkan ayat diatas menunjukkan bahwa pengakuan keberagaman dalam islam
bukan hanya berlaku pada suku dan bangsa, tapi juga menyangkut keberagaman agama.
Setiap agama mempunyai tuhannya masing-masing, dalam Kristen ada Yesus, bagi
Hindu ada Trimurti dan sebagainya, Budha dengan Triloka dan sebagainya, Konghucu
dengan Tridharma. Dalam Islam meskipun muslim menyakini bahwa Tuhan hanyalah
Allah, tapi bukan berarti melecehkan ataupun menghina tuhan agama lain
diperbolehkan. Kita harus selalu saling menghormati dalam keberagaman
(Anwar,2018).

2.3. Hubungan Islam dengan Kebhinekaan


Dalam Islam keberagaman atau perbedaan merupakan sebuah fitrah manusia,
pemaksaan terhadap sebuah sebuah perbedaan justru melanggar fitrah tersebut,
apalagi melakukan kekerasan untuk memaksakan kehendak menjadi hal yang
kontradiktif dengan makna Islam sendiri. Menurut bahasa, kata Islam berarti tunduk,
patuh, berserah diri, dan damai. Jadi karakteristik dan watak dasar Islam sebenarnya
adalah gagasan komprehnsif tentang perlunya perdamaian dalam hidup dan kehidupan
manusia. Islam diturunkan sebagai agama untuk tujuan mewujudkan keselamatan,
kedamaian dan perdamaian.Dengan demikan maka segala bentuk tindak kekerasan
terorisme, anarkisme dan ketidak setujuan terhadap keberagaman atau perbedaan
sebenarnya bertentangan dengan dasar - dasar agama Islam (Ismail, 2012).
Pada dasarnya, islam memandang manusia dan kemanusian secara positif dan
optimistis. Dalam pandangan Islam, manusi berasal dari nenek moyang sama yaitu
keturnan Adam dan Hawa. Meskipun berasal dari rahim yang sama, akan tetapi
kemudian manusia menjadi berbeda suku, kaum, bangsa, negara, lengkap dengan
peradaban dan kebudayaan masing-masing. Semua perbedaan ini kemudian
mendorong untuk saling mengenal dan memberikan apresiasi satu dengan lainnya.
perbedaan dalam manusia, menurut pandangan Islam bukan dikarenakan ras, kulit, dan
bangsa, tapi hanya tergantung tingkat ketakwaan masing-masing dan tertulis dalam al-
Hujurat ayat 13. Inilah yang seharusnya menjadi dasar umat Islam untuk membangun
persaudaraan antar suku dan umat beragama yang ada di republik Indonesia (Taher,
2011).
Islam sebagai agama damai yang menurut watak dan kodratnya harus disampaikan
oleh para pemeluknya dengan prinsip-prinsip yang telah diajarkan Rasulullah dalam
surah An-Nahl ayat 125 yaitu dengan bijaksana, pelajaran yang baik, dan apabila perlu
perbedatan, maka berdebatlah dengan baik. Inilah karakteristik Islam santun dalam
menyikapi berbedaan karena tentu perdebatan akan timbul karena adanya perbedaan.
Sikap seperti ini perlu dikedepakan mengingat tidak akan ada penerimaan dalam
perbedaan jika disampaikan dengan dengan bersikap keras dan kasar, bahkan itu akan
memperlebar jarak perbedaan antara satu kelompok dengan lainya dan ini tertulis
dalam surah Ali-Imran ayat 159 (Anwar, 2018).
Sejatinya dalam konsep kebhinekaan, Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia
telah berhasil menyatukan berbagai suku yang tersebar di kepulauan nusantara dan
menjadi salah satu dasar persatuan yang penting. Bagi Indonesia, Islam seba gai agama
rahmatan lil ‘alamin merupakan sebuah kekuatan positif, kreatif, dan inspiratif. Islam
mengajarkan bagaimana cara menyikapi perbedaan, menciptakan perdamaian dan
kedamaian, cinta kasih, kasih sayang, persaudaraan, persahabatan dan rasa
perikemanusiaan (Ismail, 2012).
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Sebagai umat muslim yang berada ditengah tengah keberagaman sudah seharusnya
menumbuhkan kesadaran akan perbedaan harus disikapi seperti tubuh manusia yang
ketika salah satu bagiannya sakit yang lainnya akan ikut merasakan, disaat saudara
setanah air sedang tertimpa musibah ataupun permasalahan waijb untuk kita menolong
dan membantunya tanpa memandang suku, Ras, dan agama. Hal ini menunjukkan kita
juga melaksanakan apa yang terkandung pada semboyan Bhineka tunggal ika, dimana
kita tetap satu meskipun memiliki perbedaan. Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi
semboyan bangsa Indonesia, meskipun tidak lahir dari sebuah karya keislaman namun
jika dikaji lebih dalam ternyata memuat nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Dimana Allah menunjukkan bahwa memang perbedaan merupakan sebuah fitrah dalam
islam. sehingga menyikapi perbedaan dengan bijak merupakan sebuah kewajiban bagi
umat Islam agar tidak menimbulkan konflik yang disebabkan perbedaan pandangan.
Umat Islam di Indonesia berperan penting dalam menjaga kebhinnekaan yang ada, hal
ini dapat dilihat dari berbagai peran umat Islam untuk Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Keberagaman merupakan sebuah rahmat Allah yang harus disyukuri,
sehingga kehidupan ini lebih berwarna dan Indah, dan inilah yang diajarkan agama
Islam untuk menciptakan negara yang aman damai dan tentram.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2018). Islam Dan Kebhinekaan Di Indonesia: Peran Agama Dalam Merawat
Perbedaan. Zawiyah: Jurnal Pemikiran Islam, 4(2), 1-18.
At-Thabari, Abu Ja’far. (2000) Jami’ul Bayān fī Ta’wīlil Qurān, Muassatur Risalah, Edisi
Maktabah Syamilah.
Ismail, Faisal. (2012), Republik Bhineka Tunggal Ika: Mengurai Isu -Isu Konflik,
Multikulturalisme, Agama dan Sosial Budaya, Jakarta:Puslitbang Kehidupan
Beragama.
Kansil, C.S.T. dan S.T Kansil, C. (2006). Modul Pancasila dan Kewarganegaraan. Jakarta:
PT. Pradnya Paramita.
Lestari, G. (2016). Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di Tengah
Kehidupan SARA. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan, 28(1).
Sujanto, B. (2009) Pemahaman Kembali Makna Bhineka Tunggal Ika (Persaudaraan
dalam kemajemukan. Jakarta: Sagung Seto
Taher, Elza Peldi. (2011), Merayakan Kebebasan Beragama, Jakarta: Democracy Project

Anda mungkin juga menyukai