Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

DISUSUN OLEH

SANTI WIDIYANTI RAMDANI

2008076

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
POST PARTUM

A. DEFINISI POST PARTUM

Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas
(puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu.Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi
lahir sampai organ-organ reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil
(Bobak,2010).

Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan kembali sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6 – 8
minggu. Akan tetapi seluruh alat genital akan kembali dalam waktu 3 bulan (Hanifa,
2012). Selain itu masa nifas / purperium adalah masa partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6 minggu.

Post portum / masa nifas dibagi dalam 3 periode :

1) Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan.

2) Purperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang


lamanya mencapainya 6 – 8 minggu.

3) Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil / waktu persalinan mempunyai
komplikasi.

B. ETIOLOGI

Dalam masa nifas, alat-alat genitalia internal maupun eksterna akan

berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-

perubahan alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi

(winknjosastro,2016:237).
Setelah bayi lahir, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi

dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang

bermuara pada bekas implantasi plasenta. Otot rahim terdiri dari tiga lapis

otot membentuk anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,

dengan demikian terhindari dari perdarahan post partum (Manuaba).

C. FISIOLOGI

a. Involusi 

Proses involusi mengurangi berat uterus dari 1000 gram seminggu kemudian

500 gram, 2 minggu post partum 300 gram dan setelah 6 minggu post partum

berat uterus menjadi 40 – 60 gram (berat uterus normal : 30 gram).

Involusi disebabkan oleh : Kontraksi retraksi serabut otot uterus yang terjadi

terus- menerus sehingga mengakibatkan kompresi pembuluh darah darah dan

anemia setempat (Ishcemia).

Autolisis : sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga

tertinggal jaringan fibroelastik dan jumlah remik sebagai bukti kehamilan.

Atrofi : jaringan berfoliperasi dengan adanya estrogen kemudian atrofi sebagai

reaksi terhadap produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selama

involusi vagina mengeluarkan sekret yang dinamakan lochea, yang dibagi

menjadi 4, yaitu :

Hari ke 1 dan ke 2 Lochea Rubra, terdiri atas darah segar bercampur sisa-

sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa vernix caseosa lanugo dan
mekonium.

Hari ke 3 dan 5 Lochea sanguilolenta, terdiri atas darah bercampur lendir. 1

minggu masa persalinan, lochea serosa berwarna agak kuning. Setelah 2

minggu (10-15) berwarna hanya cairan putih atau kekuning-kuningan, warna itu

disebabkan karena banyak leukosit (Wiknjosastro, 2016 : 238).

b. Laktasi

Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada Laktasi

mempunyai 2 pengertian, yaitu :

Pembentukan / produksi air susu.

Pengeluaran air susu.

Ada beberapa refleks yang berpengaruh terhadap kelancaran laktasi, refleks

yang terjadi pada ibu yaitu prolaktin dan let down. Kedua refleks ini bersumber

dan perangsang puting susu akibat isapan bayi meliputi :

Refleks prolaktin

Sewaktu bayi menyusu, ujung saraf peraba yang terdapat pada puting susu

terangsang. rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke hipotalamus

didasar otak. Lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise yang

memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah melalui sirkulasi memacu

sel kelenjar memproduksi air susu.

Reflek Let Down


Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar ke bagian belakang

kelenjar hipofisis yang akan dilepaskan hormon. Oksitosin masuk ke dalam

darah dan akan memacu otot-otot polos mengelilingi alveoli dan duktuli dan

sinus menuju puting susu (Huliana, 2003 : 33).

D. PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM MASA NIFAS

Masa nifas merupakan masa kembalinya organ-organ reproduksi seperti sedia

kala sebelum hakil, sehongga pada masa nifas banyak sekali perubahan-

perubahan yang terjadi, diantaranya :

Perubahan dalam sistem reproduksi

a. Perubahan dalam uterus/rahim (involusi uterus)

 b. Involusi tempat plasenta

Selama kehamilan horman estrogen dan progesterone

menginduksi perkembangan alveolus dan duktus lactiferas dari dalam mamae dan

juga merangsang kolostrum sesudah kelahiran bayi ketika kadar hormone

esdtrogen menurun memungkinkan terjadinya kenaikan kadar

hormone prolaktin dan produksi ASI pun dimulai.

Perubahan s ystem P encernaan

Wanita mungkin menjadi lapar dan siap makan kembali dalam 1 jam atau 2 jam

setelah melahirkan. Konstipasi dapat terjadi pada masa nifas awal dikarenakan

kekurangan bahan makanan selama persalinan dan pengendalian pada fase

defekasi.
Perubahan s ystem p erkemihan

Pembentukan air seni oleh ginjal meningkat, namun ibu sering mengalami

kesukaran dalam buang air kecil, karena :

Perasaan untuk ingin BAK ibu kurang meskipun bledder penuh

Uretra tersumbat karena perlukaan/udema pada dindingnya akibat oleh kepala

bayi

Ibu tidak biasa BAK dengan berbaring.

Penebalan S istem M uskuloskeletal

Adanya garis-garis abdomen yang tidak akan pernah menghilang dengan

sempurna. Dinding abdomen melunak setelah melahirkan karena meregang

setelah kehamilan. Perut menggantung sering dijumpai pada multipara.

Perubahan S istem E ndokrin

Kadar hormone-hormon plasenta, hormone plasenta laktogen (hpl) dan

chorionia gonadotropin (HCG), turun dengan cepat dalam 2 hari, hpl sudah

tidak terdeteksi lagi. Kadar estrogen dan progesterone dalam serum turun

dengan cepat dalam 3 hari pertama masa nifas. Diantara wanita menyusui, kadar

prolaktin meningkat setelah bayi disusui. terjadi bradikardi, bila takikardi dan

badan tidak panas dicurigai ada perdarahan berlebih/ada vitrum korelis pada

perdarahan. Pada beberapa kasus ditemukan hipertensi dan akan menghilang

dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit-penyakit lain dalam kira-kira 2

bulan tanpa pengobatan.


Perubahan s ystem k ardiovaskuler  

Sistem kardiovaskuler pulih kembali ke keadaan tidak hamil dalam tempo 2

minngu pertama masa nifas. Dalam 10 hari pertama setelah

melahirkan peningkatan factor pembekuan yang terjadi selama kehamilan masih

menetap namun diimbangi oleh peningkatan aktifitas fibrinolitik.

Perubahan S istem H ematologik  

Leukocytosis yang diangkat sel-sel darah putih berjumlah 15.000

selama persalinan, selanjutnya meningkat sampai 15.000 – 30.000 tanpa

menjadi patologis jika wanita tidak mengalami persalinan yang lama/panjang. Hb,

HCT, dan eritrosit jumlahmya berubah-ubah pada awal masa nifas.

Perubahan P sikologis P ostpartum

Banyak wanita dalam minggu pertama setelah melahirkan menunjukkan gejala-

gejala depresi ringan sampai berat.

E. TANDA-TANDA BAHAYA POSTPARTUM

Perdarahan vagina yang hebat atau tiba-tiba bertambah banyak 

Perawatan Post Partum

Perawatan post partum dimulai sejak kala uri dengan menghindarkan adanya

kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada laserasi jalan lahir

atau luka episiotomi, lakukan penjahitan dan

 perawatan luka dengan baik. Penolong harus tetap waspada sekurang- kurangnya
1 jam post partum, untuk mengatasi kemungkinan terjadinya

 perdarahan post partum. Delapan jam post partum harus tidur telentang untuk

mencegah perdarahan post partum. Sesudah 8 jam, pasien boleh miring ke kanan

atau ke kiri untuk mencegah trombhosis. Ibu dan bayi dapat ditempatkan dalam

satu kamar. Pada hari seterusnya dapat duduk dan

 berjalan. Diet yang diberikan harus cukup kalori, protein, cairan serta

 banyak buah-buahan. Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan

sendiri, bila pasien belum dapat berkemih sendiri sebaiknya dilakukan

kateterisasi. Defekasi harus ada dalam 3 hari post partum. Bila ada obstipasi

dan timbul komprestase hingga vekal tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi

febris. Bila hal ini terjadi dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os. Bila

pasien mengeluh adanya mules, dapat diberi analgetika atau sedatif agar dapat

istirahat. Perawatan mamae harus sudah dirawat selama kehamilan, areola

dicuci secara teratur agar tetap bersih dan lemas, setelah bersih barulah bayi

disusui.
F. Pathways

PATHWAYS  post Letting go


partum phase

Estrogen &
Progesteron Kehadiran
menurun anggota
Involusi
uterus  baru
Oksitosin m Prolaktin
cema
eningkat meningk
Kontraksi s
Kontraksi at
uterus
uterus Isapan Isapan bayi
lambat Laserasi jalan  perubah
bayi tidak
lahir  an
Atonia Pelepasan adekuat adekuat
 pola
uteri jaringan peran
Oksitosin meningkatPembendungan
endometrium Servik & ASI
 perdarah Vol. darah vagina Ansieta
an turun s
Lokhe
a Port of the Duktus & Payudara
Vol. Cairan Anemia entri alveoli bengkak 
keluar
turun akut kontraksi
 
Kurang Resiko
Ketidakefektif Hb O2 perawatan infeksi efek Tidak Nyeri
an turun
tif efektif   Akut
Perfusi
hipoksi Invasi
Jaringan
a bakteri ASI keluarASI ti da k keluar 
Perrifer
Kuman
Daya mudah
Resiko
tahan masuk 
syok  Ibu tidak tahu
tubuh
hipovolemi  bagaimana
turun
k  cara menyusui
Kelemahan Intoleran
umum bayinya
si
aktivitas
Kurang
Defisit Pengetahu
perawatan an
diri
G. PENGKAJIAN

Nama Klien digunakan untuk membedakan antar klien yang satu dengan yang

lain (Sastrawinata, 1983 : 154)

Umur : Untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak, <

16 tahun atau > 35 tahun.

Suku / Bangsa :Untuk menentukan adat istiadat / budayanya

Agama :Untuk menentukan bagaimana kita memberikan dukungan kepada ibu

selama memberikan asuhan.

Pekerjaan ekerjaan ibu yang berat bisa mengakibatkan ibu kelelahan secara

tidak langsung dapat menyebabkan involusi dan laktasi terganggu sehingga

masa nifas pun jadi terganggu pada ibu nifas normal.

Alamat :Untuk mengetahui keadaan lingkungan dan tempat tinggal.

Anamnesa (Data Subjektif)

Tanggal / jam :Untuk mengetahui kapan klien datang dan mendapatkan

pelayanan.

Keluhan : Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan ibu setelah melahirkan.

Riwayat kehamilan dan persalinan :Untuk mengetahui apakah klien melahirkan

secara spontan atau SC. Pada ibu nifas normal klien

melahirkan spontan.
Tali pusat :Normal atau tidak, normalnya 45-50 cm.

Perineum :Untuk mengetahui apakah perineum ada robekan atau tidak. Pada

nifas normal perineum dapat utuh atau ada robekan, pada nifas normal pun bisa

juga dilakukan episotomi.

Perdarahan :

Untuk mengetahui jumlah darah yang keluar pada kala I, II, III selama proses

persalinan, pada nifas normal pendarahan tidak boleh lebih dari 500 cc.

Proses persalinan Bayi

Tanggal lahir : untuk mengetahui usia bayi

Tekanan darah pada nifas normal < 120 / 80 mmHg.

Nadi pada nifas normal 80 – 100 x/menit  Pernapasan

pada nifas normal 16 – 20 x/menit, suhu normalnya 36BB dan PB : untuk

mengetahui BB bayi normal atau tidak 

Normalnya > 2500 gr 

BBLR < 2500 gr, makrosomi > 4000 gr.

Cacat bawaan : bayi normal atau tidak 

Air ketuban : Air ketubannya normal atau tidak. Normalnya putih keruh.

Banyaknya normal atau tidak normalnya 500- 1000 cc,

Suhu 36 C sampai 37,5 C.


Pemeriksaan fisik 

Muka

Kelopak mata : ada edema atau tidak 

Konjungtiva : Merah muda atau pucat

Sklera : Putih atau tidak 

Mulut dan gigi : Lidah bersih, gigi : ada karies atau tidak ada.

Leher 

Kelenjar tyroid ada pembesaran atau tidak 

Kelenjar getah bening : ada pembesaran atau tidak.

Dada

Jantung : irama jantung teratur 

Paru-paru : ada ronchi dan wheezing atau tidak 

Payudara

Bentuk simetris atau tidak, puting susu menonjol atau tidak,

 pengeluaran colostrum (Mochtar, 1990 : 102).

Punggung dan pinggang


Posisi tulang belakang : normal atau tidak dan tidak normal

 bila ditemukan lordosis.

CVAT : ada / tidak nyeri ketuk. Normalnya tidak ada.

Abdomen bawah pusat kontraksinya baik. Konsistensinya keras dan posisi

uterus di tengah.

Pengeluaran lochea

Untuk mengetahui warna, jumlah, bau konsistensi lochea pada umumnya ada

kelainann atau tidak. Pada ibu nifas yang normal 1 hari post partum loceha

warna merah jumlah + 50 cc, bau : dan konsistensi encer (Mochtar, 1998 : 116).

Perineum

Untuk mengetahui apakah ada perineum ada bekas jahitan atau tidak, juga

tentang jahitan perineum klien. Pada nifas normal

 perineum bisa juga terdapat ada bekas jahitan bisa juga tidak ada,

 perineumnya bersih atau tidak.

Kandung kemih

Untuk mengetahui apakah kandung kemih teraba atau tidak, para ibu nifas

normal kandung kemih tidak teraba.

Extremitas atas dan bawah

Edema : ada atau tidak 


Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak 

Kemerahan : ada atau tidak 

Varices : ada atau tidak 

Reflek patella : kanan kiri +/-, normalnya +

Reflek lutut negatif pada hypovitaminase B1 dan penyakit urat syaraf.

Pemeriksaan golongan darah penting untuk transfusi darah apabila terjadi

komplikasi.

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b/d trauma perineum, proses kelahiran, payudara bengkak, dan

involusi uterus

2. Kurang pengetahuan tentang manejemen laktasi dan perawatan bayi b/d

kurangnya informasi

3. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan post partum b/d kurangnya informasi

G. Intervensi

Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin ditemukan pada klien

 perdarahan post partum menurut prioritas dan rencana keperawatannya adalah :

Gangguan rasa nyaman, nyeri akut berhubungan dengan trauma perineum, proses


kelahiran, payudara bengkak, dan involusi uterus

Beri posisi yang nyaman pada pasien.

Rasional: meningkatkan relaksasi/meminimalkan stimulus

Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional: menurunkan/mengotrol nyeri dan menurukan sitem saraf simpatis

 b. Kurangnya pengetahuan tentang manajemen laktasi dan perawatan bayi

 berhubungan dengan kurangnya informasi (Carpenito, 1997).

Tujuan : Pasien mengerti pendidikan kesehatan yang diberikan mengenai

manajemen laktasi dan perawatan bayi setelah dilakukan tindakan perawatan

dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan kembali mengenai informasi yang

telah diberikan.

Intervensi keperawatan :

Kaji pengetahuan dan pengalaman menyusui, koreksi mitos dan kesalahan

informasi.

Kaji tingkat pengetahuan klien tentang perawatan bayi yaitu perawatan tali

pusat dan perawatan payudara.

Tekankan pentingnya diet nutrisi.

Anjurkan pasien untuk menghindari mengangkat apapun yang lebih berat dan
bayi selama 2 -3 minggu.

Jelaskan perlunya dengan cermat pada bagian perineal.

Wapadakan klien untuk menghindari konstipasi.

Diskusikan gejala untuk dilaporkan kepada dokter.

Jelaskan bahwa lokhea dapat berlanjut selama 3 – 4 minggu perubahan dari

merah menjadi coklat sampai putih.

Beritahu menstruasi akan kembali 6 – 8 minggu setelah perawatan.

Tekankan pentingnya rawat jalan terus menerus termasuk  pemeriksaan post

pasca partum.

Perawatan vagina/vulva hygiene Rasional: Membersihkan perineum.


DAFTAR PUSTAKA

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.1991. Pelatihan Gawat Darurat


Prenatal.

Semarang : CV. Grafika Karya.

Carpenito, L. J. 1997. Hand Book of Nursing Diagnosis. Edisi VI . Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran,EGC.

DEPKES RI Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Jakarta. 1995.  Pencegahan


dan

 Penanganan Perdarahan Pasca Persalinan. Jakarta : DEPKES RI Doenges, M.


E. 1999.  Nursing Care Plans, Guidelines for Planning and 

 Documentating Patient Care. Edisi III.  Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran,


EGC.

Huliana, Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta : Puspa


Swara. Long, Barbara. C. 1996. Essential of Medical Surgical Nursing. Cetakan I.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998.  Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan

 Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Penerbit CV.


Mosby Company, St. Louis, USA

Anda mungkin juga menyukai