Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN WAHAM

Disusun Oleh :
Santi Widiyanti Ramadani

2008076

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA

SEMARANG

2021
Laporan Pendahuluan Waham

A. Pengertian

Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-

menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2009)

Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas

yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar

belakang budaya klien (Aziz R, 2010).

Rentang respon

Rentang perilaku klien dapat diidentifikasi sepanjang rentang respon sehingga

perawat dapat menilai apakah repson klien adaptif atau maladaptive. Perilaku

yang berhubungan  dengan respon biologis maladaptif :

1. Delusi

a. waham meruypakan pikiran ( pandangan yang tidak rasional )

b. berwujud sifat kemegahan diri

c. pandangan yang tidak berdasarkan kenyataan

d. gangguan berpikir, daya ingat, disorientasi, afek labil

2. Halusinasi

a. pengalaman indera tanpa perangsang pada alat indera yang

bersangkutan

b. perasaan ada sesuatu tanpa adanya reangsangan sensorik, misalnya

penglihatan, rasa, bau, atau sensorium yang sepenuhnya merupakan

imajinasi

c. mengalami dunia seperti dalam mimpi

3. Kerusakan proses emosi

a. luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat


b. keadaan reaksi psikologis dan fisiologis seperti kegembiraan

c. marah, amuk, depresi, tidak berespon

4. Perilaku yang tidak terorganisir

a. tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan / lingkungan yang

tidak teratur

b. kehilangan kendali terhadap impuls

5. Isolasi sosial

a. menarik diri secara sosial

b. menyendiri / mengasingkan diri dari kelompok

B. Jenis-Jenis Waham

1. Waham agama

Kenyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, di ucapkan berulang-

ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

contoh : “ kalau saya mau masuk surga saya harus mengunakan pakaian putih

setiap hari “, atau klien mengatakan bahwa diri nya adalah tuhan yang dapat

mengendalikan mahkluk nya

2. Waham kebesaran

Keyakinan secara berlebihan bahwa diri nya memiliki kekuatan khusus atau

kelebihan yang berbeda dengan orang lain, di ucapkan berulang-ulang tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan.

Contoh : “ saya ini pejabat di departemen kesehatan lhooooo........”

“ saya punya tambang emas !”

3. Waham curiga
Keyakinan bahwa seseorang tau sekelompok orang berusaha merugikan atau

mencederai diri nya, di ucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

Contoh : “ saya tau ...........semua saudara saya ingin menghancurkan hidup

saya karena mereka semua iri dengan kesuksesan yang di alami saya”.

4. Waham somatik

Keyakinan seseorang bahwa tubuh tau bagian tubuh nya terganggu atau

terserang penyakit, di ucapkan berulag-ulang tetapi tidak sesuai dengan

kenyataan.

Contoh :” klien selalu mengatakan bahwa diri nya sakit kanker,namun setelah

di lakukan pemeriksaa laboraturium tidak di temuka ada nya sel kanker pada

tubuh nya.

5. Waham nihilistik

Keyakinan seseorang bahwa diri nya sudah meninggal dunia, di ucapkan

berulang-ulang tetapi tidak sesuai denga kenyataan

Contoh :” ini akan alam kubur nya, semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

6. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang

disisipkan ke dalam pikirannya.

7. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia

pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang

tersebut

8. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh

kekuatan di luar dirinya.

C. Kategori Waham 
1. Waham sistematis: konsisten,  berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi

walaupun hanya secara  teoritis.

2. Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis

tidak mungkin

D. Fase- Fase Tejadinya Waham

Proses terjadinya waham meliputi 6 fase, yaitu :

1. Fase of human needm

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik

secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi

pada orang-orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas.

Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan

kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi

terpenuhi tetapi kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi

2. Fase lack of self esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan

antara self ideal dengan self reality (keyataan dengan harapan) serta

dorongn kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan

sudah melampaui kemampuannya.

3. Fase control internal external

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa

yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak

sesuai dengan keyataan, tetapi menghadapi keyataan bagi klien adalah

suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan

untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam


hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara

optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa

sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan

secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga

perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau

konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak

merugikan orang lain.

4. Fase envinment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya

menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap

sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya

diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan

tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi

perasaan dosa saat berbohong

5. Fase comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta

menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan

mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien

menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien sering menyendiri dan

menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).

6. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu

keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang

muncul sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-

kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat


menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan

ancaman diri dan orang lain.

E. Penyebab

1. Factor predisposisi

a. Faktor perkembangan

Hambatan perkembangan akan menggangu hubungan interpersonal

seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress dan ansietas yang berakir

dengan gangguan presepsi, klien menekankan perasaan nya sehingga

pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.

b. Faktor sosial budaya

Seseorang yang merasa di asingkan dan kesepian dapat menyebabkan

timbul nya waham.

c. Faktor psikologi

Hubungan yang tidak harmonis, peran ganda bertentangan dapat

menimbulkan ansietas dan berakhir dengan pengingkaran terhadap

kenyataan.

d. Faktor biologis

Waham di yakini terjadi karena adanya atrofi otak, pembesaran

ventrikel di otak atau perubahan pada sel kortikal dan lindik.

2. Factor presipitasi

a. Faktor sosial budaya

Waham dapat di picu karena ada nya perpisahan dengan orang yang

berarti atau di asingkan dari kelompok.

b. Faktor biokimia
Dopamin, norepinepin, dan zat halusinogen lain nya di duga dapat

menjadi penyebab waham pada seseorang.

c. Faktor psikologis

Kecemasan yang memanjang dan terbatasan nya kemampuan untuk

mengatasi masalah sehingga klien mengembangkan koping untuk

menghindari kenyataan yang menyenagkan.

F. Tanda dan Gejala

1. Data subbyektif

Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,

kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi

tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2009).

2. Data obyektif

a. Menolak makan

b. Tidak ada perhatian terhadap perawatan diri

c. Ekspresi muka sedih/ gembira/ ketakutan

d. Gerakan tidak terkontrol

e. Mudah tersinggung

f. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan

g. Tidak bisa membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan

h. Menghindar dari orang lain

i. Mendominasi pembicaraan

j. Berbicara kasar

k. Menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan

G. Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi

verbal. Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan

asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.

Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Tanda dan gejala:

1. Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

2. Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika

sedang kesal atau marah.

3. Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

4. Mata merah, wajah agak merah.

5. Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul

diri sendiri/orang lain.

6. Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

7. Merusak dan melempar barang-barang.

H. Psikopatologi
Kerusakan komunikasi Resiko tinggi menciderai diri sendiri
verbal dan orang lain

Perubahan isi pikir :


Faktor predisposisi
Waham
 Faktor biokimia
 Factor psikologis
Harga diri rendah  Factor sosial
budaya

Faktor presipitasi:

 Faktor
perkembangan
 Faktor biologis
 Faktor psikologis
 Faktor sosial budaya
I. Penataklasanaan

1. Penataklasanaan Keperawatan
Tujuan :
 Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
 Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
 Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
 Pasien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya

a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan

c) Menjelaskan tujuan interaksi

d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu


pasien.
2. Bantu orientasi realita
a) Tidak mendukung atau membantah waham pasien
b) Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
c) Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari
d) Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya dengarkan
tanpa memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
berhenti membicarakannya
e) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan
realitas.
3. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah.
4. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional pasien
5. Berdikusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
7. Berdiskusi tentang obat yang diminum
8. Melatih minum obat yang benar
2. Penataklasanaan Keperawatan Keluarga

Tujuan :

 Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien

 Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan


yang dipenuhi oleh wahamnya.
 Keluarga mampu mempertahankan program pengobatan pasien secara
optimal
Tindakan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat merawat pasien di
rumah.
2. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
3. Diskusikan dengan keluarga tentang:

a) Cara merawat pasien waham dirumah

b) Follow up dan keteraturan pengobatan

c) Lingkungan yang tepat untuk pasien.

4. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis,


frekuensi, efek samping, akibat penghentian obat)

5. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan


konsultasi segera

6. Latih cara merawat

7. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

J. Diagnose keperawatan utama

Masalah keperawatan : Perubahan proses pikir : waham

Data subjektif :

 Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama,


kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan
tetapi tidak sesuai kenyataan.

Data objektif :
 Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai
lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.

K. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan


waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

L. Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan
waham.
Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. Rasional :


Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya.

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan


tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(topik, waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki. Rasional : Dengan


mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk
mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :

 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.


 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya
saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

3. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Rasional :


Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat
merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien
tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.

Tindakan :

 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.


 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah
maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan
wahamnya.

4. Klien dapat berhubungan dengan realitas. Rasional : Menghadirkan realitas dapat


membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien
sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada.

Tindakan :

 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
 Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

5. Klien dapat menggunakan obat dengan benar. Rasional : Penggunaan obat yang
secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan
efek dan efek samping obat.

Tindakan :

 Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat.
 Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
 Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
 Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

6. Klien dapat dukungan dari keluarga. Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga
dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien.
Tindakan:

 Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala


waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
 Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah

Tujuan umum :

 Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat
harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya 

Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan


tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
(waktu, tempat dan topik pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Tindakan :

 Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan


aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi
pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang


dimiliki

Tindakan :
 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan 

Tindakan :

 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.


 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Evaluasi

1. Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham


2. Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya (waham)
saat ini
3. Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4. Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5. Klien menggunakan obat sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi A. 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa. EGC : Jakarta.

Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika.

Nurjannah 2008. Buku Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa edisi 2 Moco
Media.

Stuart dan Sundeen . 2009 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .

Suliswati 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC  : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai